Anda di halaman 1dari 23

REHABILITASI PASCA

LARINGEKTOMI TOTAL
Mochammad Ridwan Indiyana. Widodo Ario Kentjono
Pendahuluan
Karsinoma •Keganasan pada laring yang dapat mengenai

laring glotis, supraglotis dan subglotis.

•Keganasan ke 3 terbanyak pada bidang THT - KL

Epidemiologi •Di Indonesia 2 - 5 % dari seluruh keganasan


•Di Amerika Serikat sekitar 12.000 kasus / tahun
•Laki – laki usia 40 tahun

•Tindakan bedah  Laringektomi total.


•Dilakukan pada Stadium Lanjut (T3, T4), respon
Tatalaksana kemoterapi & radioterapi yang buruk dan
karsinoma laring yang gagal dengan bedah
konservatif
Pendahuluan
Pengangkatan laring beserta struktur yang ada disekitarnya, pasien
menjadi afonia dan bernafas melalui stoma permanen di leher
Keadaan
setelah Infeksi paru
operasi
Menarik diri dari lingkungan karena tidak dapat bersuara dan tidak
dapat membau

Rehabilitasi Rehabilitasi suara


pasien
pasca Rehabilitasi paru
laringektomi
total Rehabilitasi penciuman
Laringektomi Total (LT)
 pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas (epiglotis & os
hioid) sampai batas bawah cincin trakea.

■ Dapat dilakukan dengan teknik diseksi leher maupun tanpa diseksi leher
■ Dilakukan pada karsinoma glottis yang menyebabkan :
– Fiksasi
– Karsinoma transglotis yang besar
– Karsinoma glottis dengan penyebaran subglotis > 1 cm,
– Tumor ganas ekstra laring
– Tumor ganas interaritenoid
– Tumor ganas yang meluas ke krikofaring, ruang epiglottis dan daerah
postkrikoid
– Kerusakan kartilago laring
Prosedur Laringektomi Total

Insisi Apron Memisahkan Memisahkan Tulang hyoid dipegang Melepaskan


strap muscle lobus tiroid dengan towel clip dan dinding posterior
dari trakea otot suprahyoid trakea dan diseksi
dilakukan diseksi dari daerah postkrikoid
tulang dengan
elektrokauter
Laringektomi Total (LT)

■ Kunci sukses LT  memaksimalkan kualitas hidup dengan mengoptimalkan fungsi


alaryngeal.
■ Berhati – hati saat membuat akses stoma dengan menggunakan otot
sternokleidomastoideus dan melepaskan trakea untuk mencegah traksi yang dapat
menyebabkan stenosis stoma
■ Jika hal – hal tersebut diperhatikan, akan memudahkan dalam proses rehabilitasi
suara dengan suara esofagus
Perubahan Pasca Laringektomi Total
■ Tindakan LT akan menimbulkan bermacam-macam perubahan anatomis maupun
fisiologis.
■ Perubahan fisiologis :
– Hilangnya suara yang mengakibatkan hilangnya kemampuan berbicara
– Berkurangnya pembauan
– Sulit mengeluarkan lendir
– Gangguan fungsi menelan  karena gangguan koordinasi & kontraksi-
kontraksi otot faring / perubahan tekanan sfingter esophagus
– Hilangnya fiksasi toraks sehingga kemampuan mengejan berkurang
Penutupan Faring dan Teknik Penjahitan

A. Penutupan faring tepi mukosa harus dijahit terbalik


B. Teknik penjahitan
Perubahan anatomi dan fisiologi sebelum dan
sesudah LT
Perubahan Pasca Laringektomi Total
■ Adanya stoma juga menimbulkan masalah :
– Batuk – batuk disertai keluarnya lender dan krusta
– Menimbulkan rasa malu atau rendah diri
– Berkurangnya efisiensi batuk
– Meningkatnya bahaya aspirasi air selama mandi
– Fungsi penciuman hilang  pasien tidak lagi bernafas melalui hidung

■ Selama pernafasang hidung normal, suhu udara yang dihirup 22ºC dengan kelembaban
relative 40%  menciptakan kondisi optimal untuk fungsi pembersihan mukosiliar dari
trakeobronkial. Kondisi penggunaan stoma pada pasien pasca LT menyebabkan :
– Fungsi mukosiliar menurun
– Penebalan dan pengentalan mucus
– Iritasi mukosa
– Produksi secret yang berlebihan
Rehabilitasi Pasca Laringektomi Total
A. Rehabilitasi Suara
Voice Rehabilitation
Following
Laryngectomy

Non Surgical Surgical

Neoglottic
Electrolarynx Esophageal Speech Reconstruction

Shunt (TEP)
Esophageal Speech (Bicara Esofagus)

Kemudian pasien
Diawali dengan
dapat
saran esophagus Memerlukan udara
mengembalikan
bagian servikal yang terjebak di
udara tersebut ke
dapat menjadi mulut / faring &
atas melalui
neoglotis dan menggerakkannya
esophagus dan
bagian distal dapat ke dalam
menggetarkan
sebagai reservoir esophagus
faringoesofageal
udara
segmen
Elektronik Laring
Terdapat 2 tipe dasar :
Merupakan alat - Pneumatik 
vibrator elektrik yang menggunakan udara
dapat menghasilkan ekshalasi untuk
Latihan awal dilakukan
suara kemudian menghasilkan suara
sesaat sebelum pasien
disalurkan ke rongga - Elektronik  alat
menjalani laringektomi
mulut untuk meneruskan getaran
diartikulasikan menjadi suara diluar tubuh.
suara bicara Paling umum
digunakan
• Tipe elektronik dibedakan menjadi 2 metode :
 Transervikal
 Intraoral

• Prinsip dari alat ini  menghasilkan vibrasi elektromekanis yang dapat didengar sebagai nada
dasar dan dikirimkan ke rongga mulut. Sisa struktur utuh dari saluran vocal (lidah, bibir & gigi) akan
mengatur nada. Artikulasi akan menghasilkan bicara.
• Alat ini dapat diisi ulang & diatur volume & kekuatan suaranya.

A. Elektrolaring transervikal
B. Elektrolaring Intraoral
Rekonstruksi neoglottic

Beberapa ahli bedah mengembangkan prosedur


tracheohioidpexy  mengembalikan suara pada
pasien pasca LT. Namun kebanyakan teknik ini
sudah ditinggalkan karena banyak komplikasinya
Teknik shunt
Terdapat beberapa teknik
shunt:
- High Trachea-
Tujuan teknik shunt  oesophageal shunt
mengalihkan udara dari (Barton)
trakea ke esophagus.
Membuat hubungan antara - Low trachea-
Tempat suara diteruskan
trakea & esophagus oesophageal shunt
tergantung fistula
memasuki faring / (Stafferi)
esofagus - Tracheo-oesophageal
puncture / TEP shunt
(Guttman)  Paling sering
digunakan
Rehabilitasi Pasca Laringektomi Total
B. Rehabilitasi Paru (Pulmonary Rehabilitation)

■ LT menyebabkan terputusnya hubungan permanen antara saluran nafas atas (SNA) dan
bawah
■ Fungsi SNA  menghangatkan, menyaring, melembabkan udara
■ Dengan dilakukannya LT, resistensi paru menurun yang dapat menyebabkan keluhan
batuk, peningkatan produksi sputum, rasa kering, usaha yang keras untuk
membersihkan stoma dari lender, resiko tinggi dehidrasi, nafas menjadi pendek, badan
terasa lemah dan menimbulkan kecemasan dan depresi.
Rehabilitasi Pasca Laringektomi Total
B. Rehabilitasi Paru (Pulmonary Rehabilitation)
■ Heat and moisture exchangers (HME) diciptakan untuk mengompensasi fungsi saluran
nafas atas yang hilang sebagai salah satu rehabilitasi paru.
■ HME memiliki 3 fungsi  menghangatkan, melembabkan dan menyaring
■ Efek positif yang didapat dengan penggunaan HME  mengurangi batuk, menurunkan
sekresi mucus, menurunkan bersihan jalan nafas & bersihan stoma
Rehabilitasi Pasca Laringektomi Total
C. Rehabilitasi Penciuman

■ Tidak adanya udara yang masuk melalui hidung  stimulasi epitel olfaktori menghilang
■ Munculnya keluhan anosmia, hiposmia yang dapat mempengaruhi rasa sehingga pasien
pasca LT juga merasakan hipogeusia / ageusia.
■ Rehabilitasi penciuman pasca LT  mengembalikan aliran udara yang hilang sehingga
bau tidak dapat mencapai bulbus olfaktori.
Rehabilitasi Pasca Laringektomi Total
C. Rehabilitasi Penciuman

■ Beberapa teknik diciptakan seperti maneuver buccopharyngeal, buccolharyngeal


sniffing, tekan glossopharyngeal dan laryngeal by pass. Namun saat ini tidak lagi
digunakan secara luas.
■ Awal tahun 2000, Hilgers memperkenalkan nasal airflow inducing maneuver (NAIM)
atau teknik polite yawning.
■ Teknik NAIM menggunakan gerakan dasar menguap dengan menurunkan rahang, dasar
mulit, lidah, pangkal lidah dan palatum molle sambal menjaga bibir tetap tertutup rapat.
Manuver ini juga menyebabkan tekanan negative dalam rongga mulut & orofaring 
menghasilkan aliran udara hidung & memungkinkan odoran mencapai bulbus olfaktori.
Rehabilitasi Pasca Laringektomi Total
C. Rehabilitasi Penciuman

■ Kemudian rahang dinaikkan keatas dengan lidah dan menempel pada palatum molle &
bibir tetap tertutup menghasilkan tekanan (+)  menyebabkan udara yang sudah
masuk mengalir ke bawah melalui trakea
■ Hal ini mudah diajarkan pada pasien dengan menggambarkannya sebagai menguap
dengan mulut tertutup (polite yawn)
Ringkasan

■ Karsinoma laring  keganasan pada pita suara yang meliputi glottis, supraglotis
dan subglotis
■ Salah satu penatalaksanaan nya adalah dengan tindakan bedah berupa
laringektomi total
■ Tindakan ini dapat menyebabkan penderita menjadi afonia dan bernafas melalui
stoma permanen di leher, yang menyebabkan diperlukannya rehabilitasi untuk
dapat membuat kualitas hidup penderita tetap baik
■ Rehabilitasi pasca LT meliputi rehabilitasi suara (tindakan bedah & non bedah, yang
paling sering dilakukan suara esofagus), paru (dengan HME  menghangatkan,
melembabkan dan menyaring sehingga udara inhalasi mendekati kondisi natural
untuk trakea) dan penciuman (teknik polite yawn  membuat udara mencapai
bulbus olfaktori)

Anda mungkin juga menyukai