Anda di halaman 1dari 152

CASE REPORT

BY. NY. ITA


Prematuritas Murni (NKB-SMK) + Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) +
Hyaline Membran Disease + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
Hipoalbuminemia + Hipokalemia + Hipokalsemia

Pembimbing 1 : dr. Leni Ervina, Sp.A (K)Neo


Pembimbing 2 : dr. Prambudi Rukmono, Sp. A (K)Neo
Irvan Miftahul Arif
Nabila Casogii
Restu Cyntia
Sumayyah Annida
Thoriq Aziz
Ulima Larissa
Status Penderita
1 2
Identitas Pasien
Nama : By. Ny. I
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir : 21/08/2019
Pasien Umur : UG: 28 minggu U/K:51hari

Nama : Tn. D Nama : Ny. I


Umur : 27 tahun Ibu Umur : 27 tahun
Ayah Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Anamnesis
Anamnesis
(Aloanamnesis) (dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2019)

Riwayat Penyakit Sekarang KU : Sesak


Keluhan tambahan : bayi tampak lemah

◉ Pasien merupakan bayi kurang bulan rujukan dari Restu Bunda, dikirim ke RSAM dengan keluhan utama sesak nafas. Bayi terlihat sesak
setelah tersedak air susu BWL dengan cara bayi diminumkan saat digendong dengan posisi kepala yang tidak lebih tinggi dari bagian
tubuh yang lain, lalu setelah minum susu langsung diposisikan tidur dan setelah itu bayi tersedak dan terlihat sesak. Saat hamil ibu pasien
memiliki riwayat mengalami perdarahan tiba-tiba setelah coitus dengan suami. Riwayat flek – flek saat coitus sebelumnya sudah pernah
dialami 2x. Ibu juga mengeluh perut kencang dan mulas sehingga langsung dibawa ke Restu Bunda dan telah bukaan 8. Pasien lahir
tanggal 21 agustus 2019, jam 11.00 WIB, di Restu Bunda pasien lahir spontan dengan BB lahir 1000 gram dengan PB lahir 45 cm, letak
kepala, tidak langsung menangis dan gerak pasif, ditolong dokter dan tali pusat langsung dipotong. Letak ari-ari normal, ketuban belum
pecah saat pembukaan 8 cm sehingga dipecahkan oleh dokter, dan ketuban jernih. Tidak ada kelainan bawaan dan anus (+). Pasien pun
dirawat selama 3 minggu kemudian pulang dengan BB 1200 gram.
◉ 4 hari kemudian balik ke rumah sakit restu bunda dikarenakan tersedak saat meminum susu dan kemudian pasien dipulangkan setelah
kondisi pasien membaik,
◉ 4 hari setelah pulang kerumah pasien datang kembali dengan keluhan tersedak dan nafas bayi sangat sesak sehingga Rumah Sakit Restu
Bunda memutuskan untuk merujuk bayi ke RSAM untuk dirawat di ruang perinatologi dikarenakan bayi membutuhkan CPAP. Kondisi bayi
saat dirujuk nadi 138x/menit, suhu 36,7 C, Frekuensi nafas 55x/menit. Tindakan yang telah dilakukan yaitu pemasangan O2 ½ lpm. Terapi
yang sudah diberikan bactesyin 50mg/12 jam, Kaen 4B 200c/hari.
◉ Saat ini bayi berusia 51 hari dan dilakukan perawatan di ruang peinatology lt.2 dengan keadaan tampak lemah, menangis ketika
diberikan rangsangan, terpasang OGT, dan masih menggunakan oksigen.
Riwayat Penyakit Dahulu

◉ Ibu memiliki riwayat kista dan menjalani operasi pada bulan Juli tahun 2018 (3 bulan sebelum hamil
anak kedua). Riwayat ibu mempunyai penyakit (DM, jantung, penyakit kuning, tekanan darah tinggi,
kelainan darah) tidak ada. Riwayat ibu selama hamil dengan demam tidak ada. Riwayat ibu pada saat
BAK nyeri atau jumlah berkurang serta frekuensi menjadi lebih sering dari biasanya tidak ada.
Riwayat ibu jatuh, trauma selama hamil tidak ada.

Riwayat Keluarga

◉ Riwayat keluarga yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi ada,


nenek. Penyakit diabetes, jantung, penyakit kuning, kelainan darah
tidak ada. Riwayat keluarga melahirkan bayi kecil prematur tidak ada.
Riwayat keluarga penderita memelihara binatang peliharaan berupa
kucing tidak ada.
Riwayat Kehamilan

◉ Merupakan anak ketiga, G3P2A1. Anak pertama lahir dengan BB 3200 gr PB 47 cm. Anak kedua
abortus saat usia 3 bulan. Sebelumnya ibu memiliki riwayat operasi kista pada bulan Juli 2018, lalu
3 bulan setelahnya ibu hamil anak kedua namun saat usia kehamilan 3 bulan pasien mengalami
keguguran, lalu sebulan setelah keguguran pasien hamil anak ke 3. HPHT ibu 6 Februari 2019.
Selama hamil ibu pasien rutin kontrol setiap bulan ke dokter. Ibu rutin meminum vitamin, Ibu
makan dan minum susu dengan teratur saat usia kandungan 3 dan 4 bulan, selain itu ibu kurang
nafsu makan dan hanya makan 1 x sehari dan tidak meminum susu. ibu tidak imunisasi saat hamil.
Ibu mengecek Hbsag, HIV, GDS saat hamil dan hasil yang diketahui ibu normal, ibu sempat USG 2X
Pada saat kehamilan penyakit hipertensi dan DM disangkal. Riwayat penyakit infeksi saat hamil
tidak ada. Pada usia kehamilan 28 minggu, ibu pasien mengalami perdarahan setelah coitus, lalu
keluarga membawa ibu pasien ke rumah sakit, dan akhirnya bayi dilahirkan. Ibu mengalami
keputihan saat hamil. ibu sering membawa bawaan berat saat hamil.

Riwayat Persalinan
Riwayat Persalinan

◉ Bayi dilahirkan secara spontan pada tanggal 21 Agustus 2019, dengan presentasi
kepala atas indikasi ibu perdarahan ante partum, bayi lahir dengan kurang bulan
sesuai masa kehamilan di Restu Bunda dengan berat 1000gr dan panjang 45cm, jenis
kelamin perempuan. Bayi tidak memiliki kelainan bawaan, anus (+). Bayi lahir tidak
langsung menangis dan gerak pasif, riwayat pemberian obat pematangan paru ibu
maupun keluarga tidak mengetahui sudah diberikan atau tidak.
Riwayat Makanan

◉ Bayi mendapatkan ASI setelah lahir selama 2 minggu,


lalu setelah itu diberikan ASI dan tambahan susu BWL.

Riwayat Imunisasi

◉ Bayi belum mendapatkan imunisasi


Status Present 13 Oktober 2019

Keadaan umum : Tampak Sakit sedang


Kesadaran : Sadar
Aktivitas : Hipoaktif, tangisan lemah.
Suhu : 36,7°C Pemeriksaan Umum
Frekuensi nadi : 137x/ menit isi cukup
Frekuensi nafas : 48x/ menit Warna kulit : Merah muda
Saturasi Oksigen : 99% Pucat : (-)
Berat Badan : 1300 g Sianosis : (-)
Panjang Badan : 45 cm Ikterus : (-)
Oedem : (-)
Turgor : Baik
Cacat bawaan : tidak ada
Pengukuran

BB saat lahir : 1000 gram


BB saat ini : 1300 gram
PB : 45 cm
Lingkar kepala : 28 cm
Lingkar dada : 23,5 cm
Lingkar perut : 27,5 cm
LILA : 7 cm
Kurva Lubchenco

◉ BB/U: 1300/28+7  persentil <3


◉ LIKA/U: 28/28+7  persentil <3
◉ PB/U: 45/28+7  persentil 50

12
KEPALA LEHER
Bentuk : Mikrocephal, Bentuk bulat, simetris. Fontanel datar,
sutura terpisah Bentuk : Simetris, lesi (-),
UUB : belum menutup dan tidak menonjol massa (-)
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut, tumbuh merata Trakhea : Deviasi (-)
Mata : Kelopak mata tidak oedem, konjungtiva anemis (-), KGB : Tidak membesar
sklera Ikterik (-), pupil isokor (1mm/1mm), refleks
pupil baik, mata terbuka spontan.
Telinga : Kelengkungan baik, lunak, simetris
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan
cuping hidung(-), sekret (-), menggunakan nasal
canul 1L/menit.
Mulut : Bibir agak kering, lidah bersih, stridor (-), sianosis
perioral(-), langit-langit intak, palatoschizis (-),
menggunakan OGT No.5, sekret (+) sedikit bening encer.
Thorax
- Bentuk dan gerak : Simetris, lesi (-), massa (-)
- Retraksi substernal : (-)
- Retraksi intercostal : (-)
- Retraksi Subcostal : (-)
- Payudara : Areola sedikit menonjol 1-2 mm

Jantung

- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat


- Palpasi : Iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra ICS 4
- Perkusi : Sulit dinilai
- Auskultasi : Bunyi jantung I–II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
PARU

ANTERIOR POSTERIOR

KIRI KANAN KIRI KANAN

Inspeksi Pergerakan pernafasan Pergerakan pernafasan Pergerakan pernafasan Pergerakan pernafasan


simetris; simetris; simetris simetris

Palpasi Fremitus taktil = kanan Fremitus taktil = kiri Fremitus taktil = kanan Fremitus taktil = kiri

Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor


Auskultasi Suara nafas vesikuler Suara nafas vesikuler Suara nafas vesikuler Suara nafas vesikuler

Ronkhi (-) Ronkhi (-) Ronkhi (-) Ronkhi (-)

Wheezing (-) Wheezing (-) Wheezing (-) Wheezing (-)


Abdomen
Inspeksi : Datar, lembut, Hernia umbilicalis (-). Neurologis
Palpasi : organomegali (-), distensi (-). Refleks fisiologis (+/+)
Perkusi : Timpani Refleks moro (+).
Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit Refleks isap (+) lemah.
Refleks rooting (+).
Genitalia externa Refleks genggam plantar dan palmar (+).
- Kelamin : Klitoris menonjol, labium minor dan Babinsky (+/+)
mayor membesar Refleks patologi
Chaddock (-/-)
Anus : Ada Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Ekstremitas Schaefer (-/-)
Superior : Oedema (-/-), sianosis (-/-), clubbing (-/-), Hoffenheim (-/-)
akral hangat, CRT < 2 detik.
Inferior : Oedema (-/-), Sianosis (-), clubbing (-/-),
akral hangat, CRT< 2 detik.
Usia Gestasi dan Usia Kronologis

◉ Pasien tidak dilakukan ballard score karena pasien ke abdul


muluk untuk perawatan sudah berusia >48 jam (51 hari) dan tidak
terdapat data ballard score dari rujukan. Oleh karena itu usia
gestasi pasien menggunakan patokan HPHT ibu yaitu pada
tanggal 6 Februari 2019 dan bayi lahir pada 21 Agustus 2019
sehinggan usia kehamilan28 minggu.
◉ Pasien saat ini sudah berusia 51 hari bila dikonversikan ke minggu
menjadi 7 minggu. Sehingga usia kronologis pasien yaitu 28+7
minggu.

18
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 30/09/19
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 6,7 10,3 – 17,9 g/dL
Leukosit 8900 -
Eritrosit 2,0 3,2 – 5,6 juta/µL
Hematokrit 21 31 - 59 %
Trombosit 262000 229.000 – 553.000/µL
MCV 103 82-126 Fl
MCH 33 26 – 38 pg
MCHC 32 30 – 35 g/dL
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 0 0-8%
Batang 0 0-8%
Segmen 39 17-60%
Limfosit 45 20-70%
Monosit 15 1-11%
LED 90 0-15mm/jam
Laboratorium 30/09/2019

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Natrium 138 135-145
Kalium 3.3 3.5-5.0
Kalsium 7.3 8.6-10
Clorida 106 96-106
GDS 19 45-120
CRP kuantitatif 24 <6 mg/L
Kesan :
- Hipokalemi
- Hipokalsemi
- Hipoglikemia
Laboratorium 04/10/19
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 12,1 12,3-17,9g/dL
Protein total 3,6 6,4-8,3 g/dl
Albumin 2,2 3,5-5,2 g/dl
Globulin 1,4 2,3-3,5 g/dl

Laboratorium 09/10/19
Parameter Hasil Nilai rujukan

Hemoglobin 11,9 12,3-17,9g/dL


Protein total 3,5 6,4-8,3 g/dl
Albumin 2,4 3,5-5,2 g/dl
Globulin 1,1 2,3-3,5 g/dl

Kesan :
- Anemia ringan
- Hipoproteinemia
- Hipoalbumin
- Hipoglobulin
02/10/19

Kesan :
• Perbercakan di perihiler bilateral ec suspek
bronkopneumonia
• Tidak tampak kardiomegali, adanya CHD
belum dapat disingkirkan

23
RESUME
◉ Pasien merupakan bayi kurang bulan rujukan dari Restu Bunda, dikirim ke RSAM dengan keluhan utama sesak
nafas. Bayi terlihat sesak setelah tersedak air susu BWL. Saat hamil ibu pasien memiliki riwayat mengalami
perdarahan tiba-tiba setelah coitus dengan suami. Pasien lahir tanggal 21 agustus 2019, jam 11.00 WIB, di Restu
Bunda pasien lahir spontan dengan BB lahir 1000 gram dengan PB lahir 45 cm, letak kepala, tidak langsung
menangis dan gerak pasif, ditolong dokter dan tali pusat langsung dipotong. Letak ari-ari normal, ketuban belum
pecah saat pembukaan 8 cm sehingga dipecahkan oleh dokter, dan ketuban jernih. Tidak ada kelainan bawaan
dan anus (+).Saat ini bayi berusia 51 hari dan dilakukan perawatan di ruang peinatology lt.2 dengan keadaan
tampak lemah, menangis ketika diberikan rangsangan, dan masih menggunakan oksigen.
◉ Ibu memiliki riwayat kista dan menjalani operasi pada bulan Juli tahun 2018 (3 bulan sebelum hamil anak kedua).
Riwayat keluarga tidak ada penyakit yang berhubungan. Ibu memiliki riwayat operasi kista pada bulan Juli 2018,
lalu 3 bulan setelahnya ibu hamil anak kedua namun saat usia kehamilan 3 bulan pasien mengalami keguguran,
lalu sebulan setelah keguguran pasien hamil anak ke 3. HPHT ibu 6 Februari 2019. Pada usia kehamilan 28
minggu, ibu pasien mengalami perdarahan setelah coitus, lalu keluarga membawa ibu pasien ke rumah sakit, dan
akhirnya bayi dilahirkan. Ibu mengalami keputihan saat hamil. riwayat pemberian obat pematangan paru ibu
maupun keluarga tidak mengetahui sudah diberikan atau tidak.Bayi mendapatkan ASI setelah lahir selama 2
minggu, lalu setelah itu diberikan ASI dan tambahan susu BWL. Bayi belum pernah diimunisasi.

24
Resume
Keadaan umum : Tampak Sakit sedang Pengukuran
Kesadaran : Sadar BB saat lahir : 1000 gram
Aktivitas : Hipoaktif, tangisan lemah. BB saat ini : 1300 gram (Persentil <3)
Suhu : 36,7°C PB : 45 cm (Persentil 50)
Frekuensi nadi : 137x/ menit isi cukup Lingkar kepala : 28 cm (Persentil 3)
Frekuensi nafas : 48x/ menit Lingkar dada : 23,5 cm
Saturasi Oksigen : 99% Lingkar perut : 27,5 cm
Berat Badan : 1300 g LILA : 7 cm
Panjang Badan : 45 cm
Kulit : tidak ada kelainan
Down Score : 1 (tidak ada gawat napas)
Usia Gestasi dan Usia Kronologis : 28+7 minggu
RESUME
Pemeriksaan Penunjang
HB : 11,9
Status Generalis Protein total 3,5
Kepala : Hidung menggunakan nasal Albumin 2,4
canul 1L/menit, Mulut : menggunakan Globulin 1,1
OGT No.5, sekret (+) sedikit bening Kalium 3.3
encer. Kalsium 7.3
Leher : tidak ada kelainan GDS 19
Thoraks : tidak ada kelainan Kesan :
Jantung : tidak ada kelainan • Hipoproteinemia,
Abdomen : tidak ada kelainan • Hipoalbuminemia,
Genitalia externa : tidak ada kelainan • Hipoglobulinemia, dan
Ekstremitas: tidak ada kelainan • Hipoglikemia
Neurologis : Refleks isap (+) lemah. • Anemia Ringan
Babygram Kesan :
• Perbercakan di perihiler bilateral ec suspek
bronkopneumonia
• Tidak tampak kardiomegali, adanya CHD belum
dapat disingkirkan
Diagnosis & tatalaksana
Tatalaksana

• Pemberian Antibiotik cefosulbac


dan Amikasin
• Pemberian bolus D10%
Diagnosis kerja • Pemberian cairan enteral (Susu
25cc/3jam)
1. Prematuritas Murni (NKB-SMK) • Nistatin 4 x 1 cc
2. Bayi Berat Lahir Sangat • Interlac 1 x 5 gtt
Rendah (BBLSR) • Zamel 1 x 0.5 xx
3. Bronkopneumonia • Albumin 5cc 3x selama 3 hari
• Kcl 2,8 cc
4. Sepsis Neonatorum
• Ca glukonas 3,6 cc
5. Hipoalbuminemia • Speech Terapi
6. Hipokalemia • Kanggoroo Mother care
7. Hipokalsium PROGNOSIS
8. Susp CHD • Quo ad Vitam : dubia ad bonam
• Quo ad Functionam: dubia ad bonam
• Quo ad Sanationam: dubia ad bonam
FOLLOW UP
TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT TATALAKSANA
30/9/2019 S/: Rawat dalam inkubator (pertahankan
(hari perawatan ke 1) sesak (+), Pucat (+) suhu 36,5-37,5)
Pukul 15:15 O2 1L/mnt
BB: 1.200 gram O/: IVFD D10%
Usia: 39 hari tampak sakit sedang Bolus D10%
HR: 120X/menit Cek DL
RR: 62X/menit Cek GDS
T:35,6 C Monitoring
SpO2: 99%
GDS: 19
Lingkar kepala: 26 cm
Panjang badan: 43 cm
Kepala: simetris, UUB cekung
Hidung: nafas cuping hidung (+), nasal canule (+)
Telinga: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (+), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral dingin, CRT <3detik

Down Score : 4
Balance cairan: +15 cc
Diuresis: 4,6 cc/kg/jam
GIR: 7

A/
1/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(hari rawatan ke 2) Sesak (+), Demam (+) Susu 20cc/3 jam (OGT)
Pukul 06.00 D10% 123 cc
BB: 1.100 gram O/: Nacl 3% 7,2%
Usia: 40 hari tampak sakit sedang Kcl 2,8 cc
HR: 120X/menit Ca glukonas 3,6 cc
RR: 65X/menit Aminosteril 70 cc
T:37,7 Smoflipid 21cc
SpO2: 95% Ampisulbactam 60 mg/8 jam
Lingkat kepala: 26 cm Gentamisin 6 mg/24jam
Panjang badan: 43cm Tranfusi PRC 18 CC
Kepala: simetris, UUB datar Aminopilin loading 7,2 mg dan maintenance 3,6mg/12
Hidung: nafas cuping hidung (+), nasal canule (+) jam
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-) R/ rontgen thorax abdomen
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (+), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-), Pulmo: vesikler (+), ronki (-),
wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3detik

Down score : 4
Balance cairan: +115 cc
Diuresis: 4,5 cc/kg/jam
GIR: 6,9

Lab:
Hb: 6,7 g/dl
Leukosit: 8.900 /ul
Eritrosit: 2,0 juta/ul
Ht: 21%
Trombosit: 262.000 /ul
MCV: 103 fl
MCH: 33 pg
LED: 90 mm/jam
Na: 138 mmol/L
K: 3,3 mmol/L
Ca: 7,3 mg/dl
Cl: 106: mmol/L
CRP: +24
2/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(hari rawatan ke 3) Sesak (+) Susu 20cc/3 jam (OGT)
Pukul 06.00 D10% 62 cc
BB: 1.100 gram O/: Nacl 3% 7,2cc
Usia: 41 hari tampak sakit sedang Kcl 3,6cc
HR: 132X/menit Ca glukonas 4,8cc
RR: 58X/menit Aminosteril 70cc
T:36,5 C Smof lipid 21cc
SpO2: 97% Ampisulbac 60 mg/8 jam
Lingkat kepala: 26 cm Gentamicin 6mg/24 jam
Panjang badan: 43 cm Aminopilin 3,6 mg/12 jam
Kepala: simetris, UUB datar Tranfusi PRC 18 CC
Hidung: nafas cuping hidung (+), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (+), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-), Pulmo: vesikler
menurun (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down score : 3
Balance cairan: +126 cc
Diuresis: 4,9 cc/kg/jam
GIR: 4

Babygram:
Perbecakan di perihiler bilateral e.c susp. Bronkopneumonia
Tidak tampak cardiomegali, adanya CHD blm dapat disingkirkan

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum + anemia +
hipokalemia + Hipokalsemia + Susp CHD
3/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(hari rawatan ke 4) Sesak (+) Susu 20cc/3 jam (OGT)
Pukul 06.00 D10% 58 cc
BB: 1.100 gram O/: Nacl 3% 7,2cc
Usia: 42 hari tampak sakit sedang Kcl 3,6cc
HR: 170X/menit Ca glukonas 4,8cc
RR: 58X/menit Aminosteril 70cc
T:35,8 C Smof lipid 21cc
SpO2: 98% Ampisulbac 60 mg/8 jam
Lingkat kepala: 26 cm Gentamicin 6mg/8 jam
Panjang badan: 43 cm Aminopilin 3,6mg/12 jam
Kepala: simetris, UUB datar Nistatin 4X1cc
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+) Interlac 1X5 gtt
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler menurun (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down score : 2
Balance cairan: +79 cc
Diuresis: 3,7 cc/kg/jam
GIR: 3,9

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
anemia + hipokalemia + Hipokalsemia + Susp CHD
4/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(hari rawatan ke 5) Sesak (+) Susu 25cc/3jam
Pukul 06.00 D10% 58cc
BB: 1.100 O/: Nacl 3% 7,2 cc
Usia: 43 hari tampak sakit sedang Kcl 3,6 cc
HR: 171X/menit Ca glukonas 4,8 cc
RR: 55X/menit Aminopilin 3,6 mg/12jam
T:38 C Cefosulbac 55mg/12 jam
SpO2: 95% Amikasim 8,3 mg/12 jam
Lingkat kepala: 26 cm Nistatin 4X1cc
Panjang badan: Interlac 1X5gtt
Kepala: simetris, UUB datar Albumin 5cc
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-), Pulmo: vesikler (+),
ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Dwon score : 1
Balance cairan: +55 cc
Diuresis: 4,5 cc/kg/jam
GIR: 4,5

Lab:
Hb: 12,1 g/dl
Protein total: 3,6 g/dl
Albumin: 2,2 g/dl
Globulin: 1,4 g/dl

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum + hipokalemia +
Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
5/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(hari rawatan ke 6) hipoaktif Susu 20cc/3 jam OGT
Pukul 06.00 D10% 58cc
BB: 1.100 gram O/: Nacl 3% 4,4 cc
Usia: 44 hari tampak sakit sedang Kcl 2,2 cc
HR: 131X/menit Ca glukonas 3,3 cc
RR: 52X/menit Cefosulbac 55mg/12 jam
T:37,1 C Amikakim 8,3 mg/12 jam
SpO2: 96% Nistatin 4X1 cc
Lingkat kepala: 26,5 cm Interlac 1X5 gtt
Panjang badan: 43,5 cm Albumin 5cc
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: +70 cc
Diuresis: 3,7 cc/kg/jam
GIR: 3,7

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
6/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(rawatan hari ke 7) hipoaktif Susu 20cc/3 jam OGT
Pukul 06.00 D10% 58cc
BB: 1.100 gram O/: Nacl 3% 4,4 cc
Usia: 44 hari tampak sakit sedang Kcl 2,2 cc
HR: 172 X/menit Ca glukonas 3,3 cc
RR: 55 X/menit Cefosulbac 55mg/12 jam
T:36,8 C Amikasim 8,3 mg/12 jam
SpO2: 92 % Nistatin 4X1 cc
Lingkat kepala: 26,5 cm Interlac 1X5 gtt
Panjang badan: 43,5 cm Albumin 5cc
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Balance cairan: +98 cc


Diuresis: 3,4 cc/kg/jam
GIR: 4,5

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
7/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(rawatan hari ke 8) hipoaktif Susu 20cc/3 jam
Pukul 06.00 D10% 53 cc
BB: 1.100 gram O/: Nacl 3% 4,4 cc
Usia: 45 hari tampak sakit sedang Kcl 2,2 cc
HR: 121X/menit Ca glukonas 3,3 cc
RR: 44X/menit Cefosulbac 55mg/12 jam
T:36,7 C Amikasim 8,3 mg/12 jam
SpO2: 99% Nistatin 4X1 cc
Lingkat kepala: 26,5 cm Interlac 1X5 gtt
Panjang badan: 43,5 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down score : 1
Balance cairan: +101 cc
Diuresis: 3,7 cc/kg/jam
GIR: 4,5

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
S/: O2 1L/menit
Hipoaktif Susu 20cc/3 jam
D10% 50 cc
8/10/2019 O/: Nacl 3% 4,4 cc
(Rawatan hari ke 9) tampak sakit sedang Kcl 2,2 cc
Pukul 06.00 HR: 157X/menit Ca glukonas 3,3 cc
BB: 1.200 gram RR: 56X/menit Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 46 hari T:36,7 C Amikasim 8,3 mg/12 jam
SpO2: 91% Nistatin 4X1 cc
Lingkat kepala: 27 cm Interlac 1X5 gtt
Panjang badan: 44 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: -90 cc
Diuresis: 3,8 cc/kg/jam
GIR: 4,1

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
S/: O2 1L/mnt
Hipoaktif Susu 20cc/3 jam
D10% 50 cc
O/: Nacl 3% 4,4 cc
9/10/2019
tampak sakit sedang Kcl 2,2 cc
(Rawatan hari ke 10)
HR: 147X/menit Ca glukonas 3,3 cc
Pukul 06.00
RR: 44X/menit Cefosulbac 55mg/12 jam
BB: 1.300 gram
T:36,5 C Amikasim 8,3 mg/12 jam
Usia: 47 hari
SpO2: 94% Nistatin 4X1 cc
Lingkat kepala: 27 cm Interlac 1X5 gtt
Panjang badan: 44 cm Zamel 1X0,5 cc
Kepala: simetris, UUB datar Albumin 5cc
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-), Pulmo: vesikler (+),
ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: +69 cc
Diuresis: 3,2 cc/kg/jam
GIR: 3,8

Lab:
Protein total 3,5 g/dl
Albumin 2,4 g/dl
globu;in 1,4 g/dl
HB:12,1 g/dl

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum + hipokalemia +
Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
10/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(rawatan hari ke 11) Hipoaktif Susu 20cc/3 jam
Pukul 06.00 D10% 50 cc
BB: 1.300 gram O/: Nacl 3% 4,4 cc
Usia: 48 hari tampak sakit sedang Kcl 2,2 cc
HR: 129X/menit Ca glukonas 3,3 cc
RR: 52X/menit Cefosulbac 55mg/12 jam
T:36,5 C Amikasim 8,3 mg/12 jam
SpO2: 94% Nistatin 4X1 cc
Lingkat kepala: 27,5 cm Interlac 1X5 gtt
Panjang badan: 44,5 cm Zamel 1X0,5 cc
Kepala: simetris, UUB datar Albumin 5cc
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-), Pulmo: vesikler (+),
ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: -12 cc
Diuresis: 5,4 cc/kg/jam
GIR : 4

Laboratorium :
Hb: 11,9

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum + hipokalemia +
Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
11/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(rawatan hari ke 12) Hipoaktif KMC
Pukul 06.00 Susu 25cc/3jam
BB: 1300 gram O/: Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 49 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 129X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 56X/menit Interlac 1X5 gtt
T:36,5 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 94% Albumin 5cc
Lingkat kepala: 27,5 cm
Panjang badan: 44,5 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down score : 1
Balance cairan: -18 cc
Diuresis: 4,4 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
12/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(Rawatan hari ke 13) hipoaktif KMC
Pukul 06.00 Susu 25cc/3jam
BB: 1.300 gram O/: Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 50 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 119X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 46X/menit Interlac 1X5 gtt
T:35,9 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 97%
Lingkat kepala: 27,5 cm
Panjang badan: 44,5 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down score : 1
Balance cairan: +93 cc
Diuresis: 2,8 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
13/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(Rawatan hari ke 14) hipoaktif KMC
Pukul 06.00 Susu 25cc/3jam
BB: 1300 gram O/: Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 51 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 153 X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 45 X/menit Interlac 1X5 gtt
T:36,6 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 98%
Lingkat kepala: 28 cm
Panjang badan: 45 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down score : 1
Balance cairan: +68 cc
Diuresis: 3,2 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
14/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(Rawatan hari ke 15) Hipoaktif KMC
Pukul 06.00 Susu 30cc/3jam
BB: 1.300 gram O/: Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 52 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 141X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 46X/menit Interlac 1X5 gtt
T:34,7 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 96%
Lingkat kepala: 28 cm R/ echocardiografi tgl 21/10/2019
Panjang badan: 45 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: +135 cc
Diuresis: 1,6 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
15/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(Rawatan hari ke 16) Hipoaktif KMC
Pukul 06.00 Susu 30cc/3jam
BB: 1.300 gram O/: Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 53 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 141X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 46X/menit Interlac 1X5 gtt
T:36,6 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 98%
Lingkat kepala: 28 cm
Panjang badan: 45 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: -2 cc
Diuresis: 2,8 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
16/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(Rawatan hari ke 17) Hipoaktif KMC
Pukul 06.00 Susu 30 cc/3jam
BB: 1.400 gram O/: Cefosulbac 55 mg/12 jam
Usia: 54 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 137X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 48X/menit Interlac 1X5 gtt
T:36,4 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 99%
Lingkat kepala: 28 cm
Panjang badan: 45 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: +44 cc
Diuresis: 3,5 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
S/: O2 1L/menit
Tampak lemah, gerakan mulai aktif, menangis kuat saat dirangsang,. KMC
Susu 30cc/3jam
17/10/2019 O/: Cefosulbac 55 mg/12 jam
(Rawatan hari ke 18) tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
Pukul 06.00 HR: 160X/menit Nistatin 4X1 cc
BB: 1400 gram RR: 52X/menit Interlac 1X5 gtt
Usia: 55 hari T:36,2 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 95%
Lingkat kepala: 28 cm R/Speech terapi
Panjang badan: 45 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down score : 1
Balance cairan: +74 cc
Diuresis: 7,1 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
Hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
18/10/2019 S/: O2 1L/menit
(Rawatan hari ke 19) Tampak lemah, hanya menangis lemah, gerakan aktif KMC
Pukul 06.00 Susu 30cc/3jam
BB: 1.400 gram O/: Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 56 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 160X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 44X/menit Interlac 1X5 gtt
T:36,8 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 99%
Lingkat kepala: 28 cm R/Speech terapi
Panjang badan: 45 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: +90 cc
Diuresis: 2,3 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
19/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(Rawatan hari ke 20) Bayi tampak lemah, menangis (+), gerakan aktif. KMC
Pukul 06.00 Susu 30cc/3jam
BB: 1.400 gram O/: Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 57 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 129X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 48X/menit Interlac 1X5 gtt
T:36,0 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 99%
Lingkar kepala: 28 cm R/Speech terapi
Panjang badan: 45 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down score : 1
Balance cairan: +134 cc
Diuresis: 1,1 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
20/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(Rawatan hari ke 21) Bayi tampak lemah, menangis (+), gerakan aktif. KMC
Pukul 06.00 Susu 30cc/3jam
BB: 1450 gram O/: Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 58 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 143 X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 54 X/menit Interlac 1X5 gtt
T:37,5 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 97%
Lingkat kepala: 28 cm R/Speech terapi
Panjang badan: 45 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: +57 cc
Diuresis: 2,8 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Susp.CHD
21/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(Rawatan hari ke 22) Tampak lemah, nangis (+), gerakan aktif. KMC
Pukul: 06.00 Susu 30cc/3jam
BB: 1450 gram O/: Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 59 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 143 X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 54 X/menit Interlac 1X5 gtt
T:37,5 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 97% PRC 1X22 cc
Lingkat kepala: 28,5 cm Speech terapi
Panjang badan: 45,5 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-), Pulmo: vesikler (+),
ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: +64 cc
Diuresis: 4 cc/kg/jam

Lab:
HB: 8,9

Echocardiografi:
PDA (-)
Echo normal

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum + hipokalemia +
Hipokalsemia + Hipoalbumin + Anemia
22/10/2019 S/: O2 1L/Menit
(Rawatan hari ke 23) Tampak lemah, gerakan kurang aktif, menangis kuat saat dirangsang, KMC
Pukul: 06.00 terkadang sianosis saat oksigen dilepas. Susu 30cc/3jam
BB: 1450 gram Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 60 hari O/: Amikasim 8,3 mg/12 jam
tampak sakit sedang Nistatin 4X1 cc
HR: 124 X/menit Interlac 1X5 gtt
RR: 48 X/menit Zamel 1X0,5 cc
T:36,6 C PRC 1X22 cc
SpO2: 98% Speech terapi
Lingkat kepala: 28.5 cm
Panjang badan: 45.5 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (-)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (+), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 2
Balance cairan: +67 cc
Diuresis: 3,1 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Anemia
23/10/2019 S/: O2 1L/mnt
(Rawatan hari ke 24) Tampak lemah, nangis jarang, gerak mulai aktif. KMC
Pukul: 06.00 Susu 30cc/3jam
BB: 1450 gram O/: Cefosulbac 55mg/12 jam
Usia: 61 hari tampak sakit sedang Amikasim 8,3 mg/12 jam
HR: 154 X/menit Nistatin 4X1 cc
RR: 54 X/menit Interlac 1X5 gtt
T:36,2 C Zamel 1X0,5 cc
SpO2: 96% PRC 1X22 cc
Lingkat kepala: 28,5 cm Speech terapi
Panjang badan: 45,5 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-), nasal canule (+)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 1
Balance cairan: +32 cc
Diuresis: 4 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Anemia
24/10/2019 S/: KMC
(Rawatan hari ke 25) Tampak lemah, nangis jarang, gerak mulai aktif. Susu 30 cc/3jam
Pukul: 06.00 Nistatin 4X1 cc
BB: 1450 gram O/: Interlac 1X5 gtt
Usia: 62 hari tampak sakit sedang Zamel 1X0,5 cc
HR: 142 X/menit OMZ 2 mg/hari
RR: 40 X/menit
T:36,6 C
SpO2: 96%
Lingkat kepala: 28,5 cm
Panjang badan: 45,5 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 0
Balance cairan: +12 cc
Diuresis: 3,27 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Anemia
25/10/2019 S/: KMC
(Rawatan hari ke 26) Tampak lemah, nangis jarang, gerak mulai aktif. Susu 30 cc/3jam
Pukul: 06.00 Ronem 50 mg/8jam
BB: 1450 gram O/: Nistatin 4X1 cc
Usia: 63 hari tampak sakit sedang Interlac 1X5 gtt
HR: 140 X/menit Zamel 1X0,5 cc
RR: 42 X/menit OMZ 2 mg/hari
T:36,7 C
SpO2: 98%
Lingkat kepala: 28,5 cm
Panjang badan: 45,5 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 0
Balance cairan: +102 cc
Diuresis: 2,67 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Anemia
26/10/2019 S/: KMC
(Rawatan hari ke 27) Tampak lemah, nangis jarang, gerak mulai aktif. Susu 30 cc/3jam
Pukul: 06.00 Ronem 50 mg/8jam
BB: 1450 gram O/: Nistatin 4X1 cc
Usia: 64 hari tampak sakit sedang Interlac 1X5 gtt
HR: 154 X/menit Zamel 1X0,5 cc
RR: 47 X/menit OMZ 2 mg/hari
T:36,5 C
SpO2: 96%
Lingkat kepala: 28,5 cm
Panjang badan: 45,5 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 0
Balance cairan: +100 cc
Diuresis: 2,9 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Anemia
27/10/2019 S/: KMC
(Rawatan hari ke 28) Tampak lemah, nangis jarang, gerak mulai aktif. Susu 30 cc/3jam
Pukul: 06.00 Ronem 50 mg/8jam
BB: 1450 gram O/: Nistatin 4X1 cc
Usia: 65 hari tampak sakit sedang Interlac 1X5 gtt
HR: 154 X/menit Zamel 1X0,5 cc
RR: 48 X/menit OMZ 2 mg/hari
T:36,7 C Pasien dipulangkan
SpO2: 96%
Lingkat kepala: 28,5 cm
Panjang badan: 45,5 cm
Kepala: simetris, UUB datar
Hidung: nafas cuping hidung (-)
Teling: sekret (-)
Mata: ikterik (-), cekung (-), anemis (-)
Mulut: terpasang OGT, sianosis (-), pucat (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris, retraksi (-), cor: BJ 1&2 reguler, bising jantung (-),
Pulmo: vesikler (+), ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: distensi (-), bising usus (+), tali pusat layu
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik

Down Score : 0
Balance cairan: +94 cc
Diuresis: 2,67 cc/kg/jam

A/:
BBLSR + prematur + Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum +
hipokalemia + Hipokalsemia + Hipoalbumin + Anemia
Analisis Kasus
2 58
Apakah diagnosis pasien sudah tepat?
Anamnesis:
pasien lahir dalam usia gestasi 28 minggu dengan berat
badan 1000 gram.

Teori:
Neonatus lahir dikatakan cukup bulan apabila usia
gestasinya 37-42. Menurut teori, BBLR adalah bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia gestasi.

59
Apakah diagnosis pasien sudah tepat?
Pada pasien ini tidak dilakukan scoring untuk menentukan usia gestasi dengan penilaian
neuromuskular dan maturitas fisik menggunakan ballard score karena pasien ke abdul
muluk untuk perawatan sudah berusia >48 jam dan tidak terdapat data ballard score dari
rujukan. Oleh karena itu usia gestasi pasien menggunakan patokan HPHT ibu yaitu pada
tanggal 6 Februari 2019 dan bayi lahir pada 21 Agustus 2019 sehinggan usia kehamilan 28
minggu. Pasien saat ini sudah berusia 51 hari bila dikonversikan ke minggu menjadi 7
minggu. Sehingga usia kronologis pasien yaitu 28+7 minggu.

60
Apakah diagnosis pasien sudah tepat?
pada pasien ini ditemukan adanya pneumonia, ini sering terjadi akibat transmisi vertikal
ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan, misalnya melalui aspirasi
mekonium, cairan amnion, dari serviks ibu, atau berasal dari kontaminasi dengan sumber
infeksi dari RS. infeksi juga dapat terjadi karena kontaminasi dari komunitasnya.
Gambaran klinis pneumonia pada neonatus dan bayi kecil tidak khas, mencakup
serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah,
tidak, mau minum, takikardi atau bradikardi, retraksi subkosta dan demam. Pada pasien
terdapat riwayat sering tersedak dan pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda nafas
cuping hidung, takipnea dan demam serta pada babygram ditemukan adanya gambaran
infiltrat yang mengarah kepada bronkopneumonia sehingga kami mendiagnosis dengan
pneumonia.

61
Apakah diagnosis pasien sudah tepat?
Masalah lain yaitu Sepsis, sepsis adalah Sindroma respon inflamasi sistemik disertai
infeksi aliran darah pada usia 1 bulan pertama kehidupan (dibuktikan dgn kultur). Pada
pasien ini terdapat riwayat pemberian antibiotik saat pasien masih di rawat di RS Restu
Bunda, pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda nafas cuping hidung, retraksi (+),
instabilitas suhu dengan suhu 35,6 C( <36 C), takipnue laju pernapasan 65x/menit, lalu
pada pemeriksaan penunjang didapatkan hipoglikemia (GDS 19) dan CRP meningkat (24)
sehingga kami mendiagnosis dengan Sepsis Neonatorum.

62
Apakah diagnosis pasien sudah tepat?
Masalah yang lain yaitu ditemukannya hipoalbumin dan elektrolit imbalance.
Hipoalbumin berfungsi sebagai pengatur tekanan onkotik dan menjaga permeabilitas
vaskular agar tidak terjadi extravasasi cairan keluar vaskular. Pada pasien ini terjadi
hipoalbumin. Lalu pada elektrolit imbalance, ditemukan adanya hipokalemia dan
hipokalsemia. Elektrolit berfungsi sebagai pengatur mekanisme sinaps listrik agar
mekanisme eksitasi dan inhibisi stabil sehingga tidak terjadi kejang, perut kembung,
artimia,dll.

63
Faktor-Faktor apa saja yang mungkin dapat mencetuskan
masalah BBLR pada pasien ini?
• Multipara
• Riwayat Abortus dan kuretas
• Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu
• Status ekonomi yang rendah
• Faktor Asupan nutrisi
• Fakotr Mekanik (coitus)
• Tidak ada riwayat imunisasi dan pengecekan laboratorium

64
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
1. Pemberian Antibiotik cefosulbac dan Amikasin

Pada pasien ini diberikan terapi antibiotik cefosulbac 55 mg/12 jam, Sediaan cefosulbac 1
gram/vial dengan dosis 50 mg/kgbb/8 jam IV dan Amikasin 8.3 mg/12 jam, Sediaan Amikasin 250
mg/ml dengan dosis 7.5mg/kgbb/24 jam IV.
Cefosulbac = 50 mg x 1.3 = 65 mg/8 jam IV
Amikasin = 7.5 mg x 1.3 = 9.75 mg/24 jam IV
Menurut kami untuk masalah dosis masih belum tepat sesuai dengan dosis yang seharusnya.
Tetapi menurut kami untuk pemberian Antibiotika ini sudah tepat karena pada BBLR memiliki
resiko tinggi terhadap infeksi disebabkan karena
-Bayi kurang bulan tidak mengalami transfer transplasental igG maternal selama trismester tiga
-Fagositosis terganggu
-Penurunan berbagai faktor komplemen

65
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
2. Pemberian Bolus D10%

Pada pasien ini ditemukan keadaan hipoglikemia yaitu GDS 19


Dilakukan pemberian bolus D10% dengan rumus 2ml/Kgbb/kali
Sehinggan didapatkan 2ml x 1,3 = 2.6 ml bolus IV D10%

66
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
2. Pemberian cairan enteral (Susu 25cc/hari)

Pada pasien ini diberikan trofik feeding menggunakan selang OGT karena bayi memiliki refleks
rooting dan isap yang lemah. Trofik feeding dimulai dengan dosis 0,5-1 cc/kgbb/jam
BB= 1300 gr
Trofik feeding = 1,3 kg x 1 cc/kgbb/jam
= 1,3 cc/jam
= 3,9 cc (3.9 cc/ 3 jam)
= 15.6 - 31.2 cc per hari
Menurut kami pemberian nutrisi secara enteral pada pasien ini sudah tepat karena memberi
keuntungan berupa memberi makan sel-sel usus dan menstimulasi produksi hormon-hormon
usus yang akan mempercepat proliferasi sel-sel usus yang penting untuk adaptasi usus setelah
lahir (Hendarto, 2002).

67
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
3. Nistatin 4 x 1 cc

Pada pasien ini diberikan terapi Nistatin 4 x 1 cc. Menurut kami pemberian ini sudah tepat karena
infeksi jamur sistemik merupakan salah satu penyebab utama sepsis dan kematian pada
neonatus. Neonatus kurang bulan memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi jamur sistemik
dibandingkan dengan neonatus cukup bulan. Terdapat beberapa faktor risiko terjadi infeksi jamur
sistemik pada neonatus diantaranya adalah kolonisasi jamur. Tindakan pencegahan terhadap
infeksi jamur pada neonatus pada prinsipnya sama dengan tindakan pencegahan infeksi lainnya.
Penting dilakukan tindakan untuk memodifikasi faktor risiko dalam hal ini. Pencegahan khusus
dapat dilakukan dengan memberikan antijamur seperti nistatin untuk mencegah kolonisasi.
Pemberian terapi profilaksis antijamur terbukti menurunkan angka kejadian infeksi jamur
sistemik.

68
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
4. Interlac 1 x 5 gtt

Pada pasien ini diberikan terapi Interlac 1 x 5 gtt Menurut kami pemberian ini sudah tepat karena
Bayi kurang bulan (BKB) berisiko mengalami inflamasi intestinal akibat imaturitas fungsi saluran
cerna. Penelitian terdahulu melaporkan probiotik (interlac) dapat menurunkan kejadian penyakit
inflamasi intestinal pada BKB, seperti enterokolitis nekrotikans dan sepsis.

69
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
5. Zamel 1 x 0.5 cc

Pada pasien ini diberikan terapi Zamel 1 x 0.5 cc Menurut kami pemberian ini sudah tepat karena
Bayi kurang bulan (BKB) membutuhkan berbagai vitamin dan mikronutrien untuk membantu
proses tumbuh kembang si bayi.

70
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
6. Albumin 20% 5cc/hari selama 3 hari

0,8 x bb x (3.5- 2.4) = ... gram


0,8 x 1.3 x 1.1 = 1.144 gram
Sediaan Albumin 200 g/liter atau 1g/5 cc
Sehingga menurut kami tatalaksana pemberian albumin pada pasin ini sudah tepat sesuai degan
kebutuhan pasien. Hipoalbumin berfungsi sebagai pengatur tekanan onkotik dan menjaga
permeabilitas vaskular agar tidak terjadi extravasasi cairan keluar vaskular.

71
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
7. Kcl 10% 2,8 cc

1-2 mg/kgbb setara 1-2 cc/kgbb/hari


Pasien dengan berat badan 1400 gram
(1,3 x 1 cc) sd (1,3 x 2cc)
Pasien dapat diberikan Kcl 10% dalam rentang 1,3 cc – 2,6 cc perhari
Sehingga pemberian Kcl 10% 2,8 cc belum tepat.

72
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
8. Ca glukonas 7.4% 3,6 cc

2-4 meq/kgbb/hari setara 1-2 cc/kgbb/hari


Untuk terapi diberikan Ca glukonas 7.4% 5cc/kgbb/hari
1,3 x 5 cc = 6.5 cc/hari
Sehingga pemberian Ca glukonas 7.4% 2,8 cc dinilai masih belum tepat.

73
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
9. Speech Terapi

Menurut kami pemberian Speech Terapi pada pasien ini sudah tepat karena salah satu gangguan
yang dialami anak lahir prematur yaitu refleks isap yang lemah. Sehingga speech terapi yang
dilakukan dimaksudkan untuk membuat refleks hisap pasien menjadi baik dan bayi dapat
menyusui hingga fullfeeding tanpa bantuan dari cairan intravena.

74
Apakah tatalaksana pasien sudah tepat?
10. Kanggoroo Mother care

Menurut kami perlakuan Kanggoroo Mother care pada pasien ini sudah tepat karena Perawatan
Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator dalam perawatan BBLR, dengan
beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi
yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan menjadi
thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan kehangatan (menghindari bayi dari
hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan
dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui
dan ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi.

75
Kesimpulan
◉ Diagnosis Prematuritas Murni (NKB-SMK) + Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) +
Bronkopneumonia + Sepsis Neonatorum + Hipoalbuminemia + Hipokalsemia + Hipokalemia
beserta penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat hingga perawatan hari ke 28 saat BB
1450 gram bayi sudah pulang dalam keadaan sehat.

76
Tinjauan Pustaka
3 77
PREMATURITAS

Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu


hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir

Kategori berdasarkan WHO, yaitu:


◉ Extremely preterm (< 28 minggu)
◉ Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
◉ Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).
Epidemiologi
◉ Tingkat kelahiran prematur di Amerika Serikat sekitar
12,3% dari keseluruhan 4 juta kelahiran setiap tahunnya
◉ Di Indonesia mencapai 11,5%, meskipun angka BBLR
tidak mutlak mewakili angka kejadian kelahiran prematur
Patofisiologi
Secara umum dapat dikemlompokkan :
o Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
o Inflamasi/infeksi
o Perdarahan plasenta
o Peregangan yang berlebihan pada uterus
Faktor resiko

1. Usia ibu 3. Paritas

Persalinan prematur meningkat 4. Riwayat partus prematurus


pada usia <20 tahun dan >35 tahun 5. KPD

2. Penyakit dalam kehamilan 6. HAP


• Preeklampsia/eklampsia 7. Gemeli
• Penyakit kardiovaskular 8. Bakterial vaginosis
• Anemia 9. Isk
• Hipotiroid
Penatalaksanaan Prematuritas

Hal yang paling penting adalah mencegah persalinan preterm dengan


upaya maksimal atau optimal dengan cara :
◉ Melaksanakan pengawasan antenatal yang baik dan teratur
◉ Meningkatkan status gizi ibu
◉ Menganjurkan menikah pada usia matang (tidak terlalu muda)
◉ Mencegah dan mengobati secara tuntas infeksi intrauterin
BBLR

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkandengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi

Kongres ‘European Perinatal Medicine’ ke II di London telah memberikan definisi untuk :


◉ Bayi Kurang Bulan adalah bayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu atau 259
hari
◉ Bayi Cukup Bulan adalah bayi yang masa kehamilannya mulai dari 37 minggu
sampai 42 minggu atau 259 sampai 293 hari
◉ Bayi Lebih Bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih
atau lebih dari 294 hari
B.Berdasarkan usia gestasi BBLR dibedakan:
1.Kurang bulan : usia gestasi kurang dari 37 minggu.
2. Cukup bulan : usia gestasi >37 minggu atau lebih.

C.Berdasarkan berat lahir dan usia gestasi maka BBLR dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. SMK (sesuai masa kehamilan)
2. KMK (kecil masa kehamilan)
3. BMK (besar masa kehamilan).
Epidemiologi

Angka prevalensi dari BBLR adalah sekitar 10 % dari


semua kehamilan.
3-5% dari keadaan ibu yang sehat dan >25% dari keadaan
ibu dengan kehamilan resiko tinggi
Etiologi

1. Faktor Ibu : 2. Faktor Janin: 2. Faktor Plasenta:

◉ Toxemia ◉ Kelainan kromosom (autosomal


◉ Penurunan berat plasenta
trisomi)
◉ Hipertensi dan/atau
◉ Infeksi pada janin (cytomegalic
dan/atau selularitas plasenta
penyakit ginjal
inclusion disease, rubella ◉ Penurunan luas permukaan
◉ Hipoksemia (misalnya: kongenital, sifilis) plasenta
menderita penyakit jantung ◉ Anomali kongenital ◉ Villous plaentitis (disebabkan
atau paru)
◉ Radiasi bakteri, virus, parasit)
◉ Malnutrisi (mikro dan makro)
◉ Kehamilan ganda ◉ Infark plasenta
◉ Menderita penyakit kronis ◉ Hipoplasi pankreas ◉ Tumor ( mola hidatidosa,
◉ Anemia sel sabit ◉ Defisiensi insulin
chorioangioma)
◉ Konsumsi obat- ◉ Defisiensi insulin-like growth factor ◉ Plasenta terpisah
obatan,alkohol, rokok. type 1.
Patofisiologi

Plasenta

Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan luas permukaan villus plasenta.
Aliran darah uterus, transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vaskular
yang diderita ibu. 25-35% dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan
dengan komplikasi penyakit vaskular ibu.

Malnutrisi

pada fase pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai, kebutuhan nutrisi janin dapat
melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah.
Patofisiologi

Infeksi

Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi
gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat mereka dilahirkan

Faktor Genetik

Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi genetik ibu dan janin
Diagnosis

Kriteria diagnostik pada BBLR adalah sabagai berikut :

1. Menentukan usia kehamilan HPHT ukuran uterus dan USG.


2. Penilaian janin :
◉ Klinis
Pengukuran berat dengan tinggi fundus. Taksiran berat janin diukur
dengan rumus Johnson’s yaitu :
(tinggi fundus – 12) x 135 = .... Gr
◉ Kadar hormon ibu
Kadar estriol dan human placental lactogen rendah.
◉ USG
 Diameter biparietal < optimal
 Berkurangnya ukuran lingkaran abdomen menunjukkan bayi kecil masa kehamilan yang
asimetris
 Rasio lingkar kepala dan perut > 1 menunjukkan adanya bayi kecil masa kehamilan yang
asimetris
 Panjang femur yang rendah menunjukkan adanya bayi kecil masa kehamilan yang simetris

3 Penilaian bayi baru lahir :


◉ Ukuran berat badan lahir lebih rendah dari masa kehamilan (sesuai dengan batasan).
◉ Penentuan masa kehamilan berdasarkan HPHT dan atau berdasarkan pemeriksaan fisik dan
neurologis.
◉ Berikutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang
(untuk mengetahui ada tidaknya infeksi, kelainan
kromosom, dan penggunaan obat-obatan oleh ibu) jika
tidak ada riwayat ibu menderita penyakit atau kelainan
yang dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat lahir
rendah.
1. penilaian maturitas neuromuskular
◉ Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan
adanya tahanan saat otot diregangkan

postur bayi
◉ Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan
terhadap peregangan ekstensor memberikan hasil sudut
fleksi pada pergelangan tangan.

Square Window
◉ Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari
tonus otot biseps dengan mengukur sudut
mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan
ekstensikan.

Arm Recoil
◉ Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan
menguji resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi

Popliteal Angle
◉ Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu.

Scarf Sign
◉ Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul
dengan memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-
otot posterior fleksor pinggul

Heel to Ear
2. Maturitas fisik
Komplikasi

◉ Ketidakstabilan suhu
◉ Kesulitan pernapasan
◉ Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
◉ Imaturitas hati
◉ Imaturitas ginjal
◉ Imaturitas imunologis
◉ Kelainan neurologis
◉ Kelainan kardiovaskuler
◉ Kelainan hematologis
◉ Metabolisme
Indikasi rawat:
- Semua bayi berat lahir kurang dari 1.500 gram
- Usia gestasi ≤35 minggu
- Bayi dengan komplikasi

Perawatan:
- Dirawat dalam inkubator, jaga jangan sampai hipotermi, suhu bayi 36,5-37,5oC
- Perawatan Metode Kangguru Intermitten
- Bayi dengan distres pernapasan pengobatan lihat bab distres pernapasan.
- Tentukan usia gestasi
- Bayi BB ≥1.500 gram tanpa asfiksia dan tak ada tanda-tanda distres pernapasan dirawat gabung
- Bila bayi <1.500 gram, pindah rawat bagian IKA dan beri ASI/LLM
- Bayi-bayi KMK (Kecil Masa Kehamilan) diberi minum lebih dini (2 jam setelah lahir)
- Periksa gula darah dengan dekstrostik bila ada tanda-tanda hipoglikemia
- Kebutuhan cairan setiap kgBB/24 jam.
Hari ke 1 : 80cc Hari ke 8 : 160cc

Hari ke 2 : 100cc Hari ke 9 : 165cc

Hari ke 3 : 120cc Hari ke 10 : 170cc

Hari ke 4 : 130cc Hari ke 11 : 175cc

Hari ke 5 : 135cc Hari ke 12 : 180cc

Hari ke 6 : 140cc Hari ke 13 :190cc

Hari ke 7 : 150cc Hari ke 14 : 200cc


Jenis Cairan IVFD :
◉ BB ≥2.000 gram : dekstrose 10% 500 cc + Ca glukonas 10%
◉ BB <2.000 gram : dekstrose 7½% 500 cc + Ca glukonas 10%
Kebutuhan Ca glukonas/hari : 5 cc / kg BB
◉ Mulai hari ke-2 baru ditambahkan NaCl 15 % 6 cc/kolf dan KCl sesuai
kebutuhan.
◉ Hari kedua diberi protein 1 gram/kgBB/hari, dinaikkan perlahan-
lahan 1½ gram, 2 gram, 2½ gram, 3 gram/kgBB/hari.
◉ Pada bayi tanpa distres pernapan (RR <60 x/menit) dapat langsung diberi
minum per oral dengan menghisap sendiri atau dengan nasogastrik drip.
◉ Pemberian minum tiap 2-3 jam pada bayi dengan BB <1.500 gram secara
sonde lambung, kemudian dilanjutkan dengan menghisap langsung ASI dari
ibu, secara bertahap 1 x/hari dilanjutkan 2-3 x/hari dan seterusnya akhirnya
sampai penuh sampai bayi dipulangkan.
Bayi dengan masa gestasi <32 minggu diberikan:
◉ Theophilin per oral dosis awal 6 mg dan dilanjutkan 1,5
mg/kgBB/kali tiap 8 jam sampai masa gestasi 34 minggu atau kafein
sitrat 5 mg /kgBB/hari maksimal 10 mg/kg BB/hari
◉ Theophilin juga diberikan pada bayi dengan masa gestasi 33 -34
minggu bila bayi tersebut apnu yang disertai bradikardia dan
sianosis.
◉ Bila bayi belum bisa makan per oral dapat juga
diberikanaminophylin IV dosis awal 7-8 mg/kgBB dilanjutkan dosis 2
mg/kgBB tiap 8 jam.
GAWAT NAPAS PADA NEONATUS

Definisi
Kumpulan dari 2 atau lebih gejala gangguan ventilasi paru
yang ditandai dengan frekuensi napas > 60 kali/menit;
merintih pada waktu ekspirasi; retraksi interkostal,
subkostal, supra-sternal, epigastrium; pernapasan cuping
hidung dan sianosis.
ETIOLOGI
Manifestasi Klinis dan Diagnosis

- Peningkatan respirasi
- Peningkatan usaha nafas
- Periodic breathing
- Apnea
- Sianosis yang tidak berkurang dengan pemberian oksigen
- Turunnya tekanan darah disertai takikardi, pucat, kegagalan
sirkulasi yang diikuti bradikardi
- Penggunaan otot-otot pernafasan tambahan.
(table) Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes
Analisis gas darah merupakan indikator definitif
dari pertukaran gas untuk menilai gagal nafas
akut

(table) nilai analisis gas darah


Pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan sebagai pemeriksaan awal pada
pasien yang mengalami distress pernafasan antara lain :
Pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan sebagai pemeriksaan awal pada
pasien yang mengalami distress pernafasan antara lain :
Kriteria Diagnosis berdasarkan penyebab distress
pernafasan:

Ditemukan gejala klinis atau gejala klinis ditambah dengan hasil pemeriksaan
penunjang yang positif.

1. Transient Tachypnoe of the Newborn : gejala klinis + foto thorak ( hiperinflasi


paru, peri hillar cuffing, cairan dl fisura interlobularis, diafragma lebih datar,
kardiomegali ringan )
2. Penyakit Membran Hyalin : gejala klinis + foto thorak ( infiltrat retikulogranuler,
air bronchogram, batas jantung paru kabur, kollaps seluruh paru )
3. Bronkopneumonia : gejala klinis + foto thorak (infiltrat tak spesifik )
4. Sindroma Aspirasi Mekoneum : gejala klinis + foto Thorak (diafragma datar, sela
iga lebar, bercak infiltrat kasar )
5. Pneumothorak : gejala klinis + foto thorak ( radiolusen dan kolaps parsial
atau total paru yang terkena, pergeseran mediastinum, pendataran
diafragma ) + transiluminasi positip, terutama pada bayi kecil.
6. Hernia Diafragmatika : gejala klinis + foto thorak ( tampak gambaran usus di
rongga thorak )
7. Farese Syaraf Frenikus : gejala klinis + foto thorak ( elevasi diafragma sisi
farese, pergeseran mediastinum dan atelektassis ) + USG ( gangguan /
berkurang gerakan diaragma sisi farese )
Terapi

Pemberian cairan
■ IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan
kebutuhan bayiMulai hari ke 2 ditambahkan NaCl 3 %
sebanyak 30 cc/kolf
■ Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
■ Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium
bikarbonat ( 4 : 1 ) Bila dapat diperiksa analisa gas darah,
asidosis dan dikoreksi langsung dengan pemberian cairan
Natrium Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
■ Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino 1-3
g/kgBB/hari. Bila sudah bisa minum per oral beri ASI atau
susu formula
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Hemodinamik
Jantung sebagai pompa, berfungsi memompakan darah ke seluruh
tubuh untuk memenuhi tubuh akan kebutuhan metabolisme.
Sebagai pompa darah, kinerja jantung dipengaruhi oleh beban
diastolik (preload), beban sistolik (afterload),kontraktilitas dan laju
jantung.
Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan

◉ SIANOTIK
ditandai oleh adanya sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri,
ex : tetralogi Fallot, transposisi arteri besar, atresia trikuspid

◉ NON SIANOTIK
adalah penyakit jantung bawaan dengan kebocoran sekat jantung yang disertai
pirau kiri ke kanan di antaranya adalah defek septum ventrikel, defek septum
atrium, atau tetap terbukanya pembuluh darah seperti pada duktus arteriosus
persisten.
ex: stenosis aorta, stenosis pulmonal dan koarktasio aorta
Etiologi

◉ Pada sebagian besar kasus, penyebab PJB tidak diketahui. Berbagai


jenis obat, penyakit ibu, pajanan terhadap sinar Rontgen, diduga
merupakan penyebab eksogen penyakit jantung
◉ Penyakit rubela yangdiderita ibu pada awal kehamilan dapat
menyebabkan PJB pada bayi.
◉ Berbagai jenis penyakit genetik dan sindrom tertentu erat berkaitan
dengan kejadian PJB seperti Down Syndrome, Turner, dan lain-lain.
Manifestasi Klinis

a. Gangguan pertumbuhan
b. Sianosis
c. Toleransi latihan
d. Infeksi saluran nafas berulang
e. Bising jantung
Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan

Jika menghadapi neonatus atau anak dengan hipoksia berat, tindakan yang harus
dilakukan adalah :
(1) mempertahankan suhu lingkungan yang netral (inkubator)
(2) kadar hemoglobin dipertahankan dalam jumlah yang cukup, pada neonatus
dipertahankan di atas 15 g/dl,
(3) memberikan cairan parenteral dan mengatasi gangguan asam basa
(4) memberikan oksigen menurunkan resistensi paru sehingga dapat menambah aliran
darah ke paru
(5) pemberian prostaglandin E1 supaya duktus arteriosus tetap terbuka dengan dosis
permulaan 0,1 mg/kg/menit dan bila sudah terjadi perbaikan maka dosis dapat
diturunkan menjadi 0,05 mg/kg/menit.
Obat ini akan bekerja dalam waktu 10-30 menit sejak pemberian dan efek terapi
ditandai dengan kenaikan PaO2 15-20 mmHg dan perbaikan pH
Pada pasien PJB dengan gagal jantung

Penatalaksanaan umum
Digoksin untuk neonatus misalnya
dipakai dosis 30 mg/kg. Dosis pertama diberikan setengah dosis digitalisasi, yang
kedua diberikan 8 jam kemudian sebesar seperempat dosis sedangkan dosis ketiga
diberikan 8 jam berikutnya sebesar seperempat dosis.
Dosis rumat diberikan setelah 8-12 jam pemberian dosis terakhir dengan dosis
seperempat dari dosis digitalisasi. Obat inotropik isoproterenol dengan dosis 0,05-1
mg/kg/159 menit diberikan bila terdapat bradikardia,
sedangkan bila terdapat takikardia diberikan dobutamin 5-10mg/kg/menit atau
dopamin bila laju jantung tidak begitu tinggi dengan dosis 2-5 mg/kg/menit.
KI : pasien dengan perfusi sistemik yang buruk dan jika ada penurunan fungsi ginjal,
karena akan memperbesar kemungkinan intoksikasi digitalis.
Apa yang Harus Dilakukan bila Menghadapi Pasien atau Dicurigai Menderita PJB?

◉ Menempatkan pasien khususnya neonatus padalingkungan yang hangat, dapat dilakukandengan


membedong atau menempatkannyapada inkubator.
◉ Memberikan oksigenasi
◉ Memberikan cairan yang cukup dan mengatasigangguan elektrolit serta asam basa.
◉ Mengatasi kegawatan dengan menggunakanobat-obatan jika terdapat tanda tanda sepertigagal
jantung, serangan sianotik, renjatankardiogenik.
◉ Menegakkan diagnosis/jenis kelainan yangdiderita. Jika tidak memiliki fasilitas, pasiendapat
dirujuk ke tempat yang fasilitasnyalengkap terutama tersedia alat ekokardiografi.Tata laksana
PJB dan edukasi yang disampaikanke orangtua pasien, tergantung dari jenis kelainan yang ada.
◉ Pemantauan yang cermat untuk mengetahuiadanya komplikasi, sehingga dapat dilakukan
tindakan sebelum terjadinya komplikasi.
Bronkopneumonia

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru;


peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini
menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di
alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal
Etiologi
Epidemiologi

Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka


kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia.
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di
masyarakat (PK) atau di dalam rumah sakit/pusat
perawatan (pneumonia nosokomial/PN).
Klasifikasi

1. Berdasarkan lokasi lesi paru


Pneumonia lobaris, Pneumonia intestinalis, Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi
Community aquaire pneumonia (CAP), Hospital best penumonia
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
Pneumonia bakteri, virus, jamur, mikoplasma
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
pneumonia atipikal dan tipikal
5. Berdasarkan lama penyakit
pneumonia akut dan persisten
◉ Klasifikasi berdasarkan Lingkungan dan Pejamu
Secara patologis terdapat 4 stadium pneumonia :

◉ Stadium I Hiperemia (4-12 jam pertama atau st. Kongesti)


◉ Stadium II Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
◉ Stadium III Hepatisasi kelabu (3-8 hari berikutnya)
◉ Stadium IV Resolusi (7-11 haro berikutnya)
Patofisiologi

◉ Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui


saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin,
eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut
stadium hepatisasi merah.

◉ Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN
di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium
hepatisasi kelabu. Berikutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, dimana sel
akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.
Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang
tidak terkena akan tetap normal.
Manifestasi klinis

◉ Manifestasi klinis biasanya berat yaitu sesak, sianosis, tetapi dapat juga
gejalanya tidak terlihat jelas seperti pada neonatus.
◉ Gejala nonspesifik meliputi :
demam, menggigil, sefalgia, resah dan gelisah. Beberapa pasien
mungkin mengalami gangguan gastrointestinal seperti muntah,
kembung, diare, atau sakit perut.
◉ Setelah gejala awal seperti demam dan batuk pilek, gejala napas cuping
hidung, takipnu, dispnu, dan timbul apnu. Otot bantu napas interkostal
dan abdominal mungkin digunakan. Batuk umumnya dijumpai pada
anak besar, tapi pada neonatus bisa tanpa batuk.
Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil
◉ Pneumonia ini sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang
berhubungan dengan proses persalinan, misalnya melalui aspirasi
mekonium, cairan amnion, dari serviks ibu, atau berasal dari
kontaminasi dengan sumber infeksi dari RS. infeksi juga dapat terjadi
karena kontaminasi dari komunitasnya.
◉ Gambaran klinis pneumonia pada neonatus dan bayi kecil tidak khas :
mencakup serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping hidung,
takipnea, letargi, muntah, tidak, mau minum, takikardi atau bradikardi,
retraksi subkosta dan demam. Pada bayi BBLR sering terjadi hipotermi.
Keadaan ini sering sulit dibedakan dengan keadaan sepsis dan
meningitis.
Pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar
◉ Gejala klinis : demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia, dan
kadang-kadang keluhan gastrointestinal (muntah dan diare).
◉ Secara klinis gejala respiratori seperti takipnea, retraksi subkosta (chest
indrwaing), napas cuping hidung, ronki, dan sianosis.
◉ Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveoler.
◉ Bila terjadi efusi pleura atau empiema, gerakan ekskursi dada tertinggal
di daerah efusi. Gerakan dada juga terganggu bila terdapat nyeri dada
akibat iritasi pleura.
Pneumonia atipik
◉ Mikroorganisme penyebab adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia spp, Legionnela pneumofilia, dan Ureaplasma urealyticum.
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae merupakan
penyebab potensial infeksi respiratori dan pneumonia pada anak,
terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
Pemeriksaan penunjang

◉ Darah Perifer Lengkap


Pada pneumoia virus dan juga mikoplasma :
umumnya leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi pada
pneumonia bakteri didapatkan leukositosis ( 15.000 – 40.000/mm3 ).
Dengan perdominan PMN. Leukopenia ( < 5000/mm3 ) menunjukkan prognosis yang
buruk.
Pada infeksi Chlamydia kadang – kadang ditemukan eosinofilia. Pada efusi pleura
didapatkan sel PMN pada cairan eksudat berkisar 300-100.000/mm3, protein > 2,5
g/dl, dan glukosa relatigf lebih rendah daripada glukosa darah. Kadang – kadang
terdapat anemia ringan dan LED yang meningkat.
◉ C- Reaktif Protein ( CRP )
Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus atau infeksi
superfisialis daripada profunda.
◉ Uji Serologis
bakteri atipik seperti Mycoplasma dan chlamydia tampak peningkatan
anibodi IgM dan IgG.
◉ Pemeriksaan mikrobiologis
Diagnosis dikatakan definitif apabila kuman ditemukan dari darah,
cairan pleura, atau aspirasi paru. Kultur darah jarang positif pada infeksi
Mycoplasma dan Chlamydia.
◉ Pemeriksaan rontgen Thoraks
Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari:
-Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler,
peribronchial cuffing dan hiperaerasi.
-Infiltrat alveoler, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
Konsolidasi dapat mengenai satu lobus (pneumonia lobaris), atau terlihat sebagai
lei tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, batas tidak terlalu tegas,
menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia.
-Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak – bercak infiltrat yang meluas hingga ke daerah perifer paru, disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial.
-Gambaran radiologis pneumonia meliputi infiltrat ringan pada satu paru hingga
konsolidasi luas pada kedua paru.
Berikut adalah klasifikasi pneumonia berdasarkan WHO :
Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun
◉ Pneumonia sangat berat
◉ Tidak dapat minum/makan
◉ Kejang
◉ Letargis
◉ Malnutrisi
◉ Pneumonia berat
◉ Bila ada sesak nafas, ada retraksi
◉ Harus dirawat dan diberikan antibiotik
◉ Pneumonia
◉ Bila tidak ada sesak nafas . Ada nafas cepat dengan laju nafas
■ > 50 x / menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun
■ > 40 x / menit untuk anak usia >1-5 tahun
◉ Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral
◉ Bukan pneumonia
◉ Bila tidak ada nafas cepat dan sesak nafas
◉ Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan pengobatan simptomatis
seperti penurun panas.
Bayi berusia dibawah 2 bulan
◉ Pneumonia sangat berat
◉ Tidak mau menetek/minum
◉ Kejang
◉ Letargis
◉ Demam atau hipotermi
◉ Bradipnea atau pernapasan ireguler
◉ Pneumonia harus dirawat dan diberikan antibiotik
◉ Bila ada nafas cepat ( > 60 x / menit ) atau sesak nafas
◉ Retraksi
◉ Harus dirawat dan diberikan antibiotik
◉ Bukan pneumonia
◉ Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
◉ Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis
◉ Pneumonia Rawat Jalan
antibiotik lini pertama secara oral misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol.
Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol
adalah 4mg/kgBB TMP-20 mg/kgBB sulfametoksazol.
Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru dapat digunakan sebagai terapi
alternatif beta laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan pertimbangan
adanya aktivitas ganda terhadap S.pneumonia dan bakteri atipik.
Dosis eritromisin 30-50 mg/kgBB/hari, diberikan setiap 6 jam selama 10-14 hari.
Klaritromisin diberikan 2 kali sehari dengan dosis 15 mg/kgBB. Azitromisin 1 kali
sehari 10mg/kgBB 3-5 hari (hari pertama) dilanjutkan dengan dosis 5mg/kgBB
untuk hari berikutnya.
◉ Pneumonia Rawat Inap
antibiotik yang diberikan adalah beta laktam, ampisilin atau amoksisislin
dikombinasikan degan kloramfenikol. Antibiotik yang diberikan berupa : Penisilin
G intrvena ( 25.000 U/kgBB setiap 4 jam ) dan kloramfenikol ( 15 mg/kgBB setiap 6
jam ), dan seftriaxon intravena ( 50 mg/kgBB setiap 12 jam ). Keduanya diberikan
selama 10 hari.
Pencegahan

Pencegahan primer :
◉ Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT (Dipteri,
Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
◉ Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada bayi neonatal
sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita. Di samping itu,
zat-zat gizi yang dikonsumsi bayi dan anak-anak juga perlu mendapat perhatian.
◉ Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi di
luar ruangan.
◉ Mengurangi kepadatan hunian rumah.
Pencegahan Sekunder Pencegahan Tersier

◉ Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit,


◉ Melakukan perawatan yang ekstra pada
diberikan antibiotik parenteral dan
penambahan oksigen. balita di rumah, beri antibiotik selama 5
hari, anjurkan ibu untuk tetap kontrol
◉ Pneumonia: diberikan antibiotik bila keadaan anak memburuk.
kotrimoksasol oral, ampisilin, atau
amoksisilin. ◉ Bila anak bertambah parah, maka segera
◉ Bukan pneumonia: perawatan di rumah saja.
bawa ke sarana kesehatan terdekat agar
penyakit tidak bertambah berat dan
Tidak diberikan terapi antibiotik. Bila demam
tinggi diberikan paracetamol. Bersihkan tidak menimbulkan kematian.
hidung pada anak yang mengalami pilek
dengan menggunakan lintingan kapas yang
diolesi air garam. Jika anak mengalami nyeri
tenggorokan, beri penisilin dan dipantau
selama 10 hari ke depan.
Anemia

◉ Semua bayi akan mengalami penurunan kadar hemoglobin (Hb) setelah lahir,
karena BBL mengalami transisi dari kondisi relatif hipoksia dalam kandungan
menjadi hiperoksia pada saat lahir.
◉ Pada bayi cukup bulan, kadar Hb paling rendah terjadi pada usia 6-12 minggu, yaitu
Hb 9,5 – 11,0 g/dL. Anemia pada bayi cukup bulan merupakan hal yang normal dan
tidak memberikan dampak klinis yang buruk.
◉ Pada bayi prematur, anemia yang terjadi lebih berat dan timbul lebih dini. Kadar
Hb yang lebih rendah disebabkan pembentukan sel darah merah (SDM) pada bayi
premature terjadi kadar O2 yang lebih rendah dibandingkan bayi cukup bulan.
Anemia pada bayi premature (ABP) dianggap non fisiologis karena disertai gejala
klinis.
Epidemiologi

◉ Angka kejadian ABP berbanding terbalik dengan masa gestasi dan berat
lahir. Makin imatur bayi, kemungkinan terjadinya ABP makin besar. ABP
bukan merupakan masalah pada bayi dengan masa gestasi lebih dari 32
minggu, sedangkan pada bayi dengan masa gestasi kurang dari 32
minggu sampai 50% di antaranya akan memberikan gejala klinis.
1. Produksi sel darah merah yang tidak adekuat
◉ Mekanisme pertama terjadinya anemia adalah produksi SDM yang tidak adekuat untuk pertumbuhan
bayi kurang bulan.
◉ Lokasi pembentukan EPO dan SDM berubah selama masa kehamilan. Pada minggu-minggu pertama
embryogenesis, eritrosit janin diproduksi di yolk sac, yang selanjutnya diambil alih oleh hati.
◉ Pada akhir trimester pertama, hati menjadi tempat utama pembentukan SDM. Setelah itu sumsum tulang
mulai berperan dalam produksi SDM. Kurang lebih pada minggu ke-32 kehamilan, sumsum tulang dan
hati bersama-sama menghasilkan SDM.
◉ Pada minggu ke-40, sumsum tulang merupakan satu-satunya tempat produksi SDM. Kelahiran premature
tidak mempercepat proses di atas.3
◉ EPO diproduksi sebagai respons terhadap anemia dan hipoksia. Hati membutuhkan kadar anemia dan
hipoksia yang lebih berat dibandingkan ginjal untuk stimulasi produksi EPO.
◉ Produksi EPO tidak terjadi sampai kadar hemoglobin mencapai 6-7 g/dL, sehingga pembentukan SDM
pada bayi sangat premature (hati merupakan organ utama pembentukan EPO) akan terhenti meskipun
terdapat gejala anemia. Resolusi spontan baru akan terjadi pada masa gestasi 40 minggu, bersamaan
dengan bergesernya sintesis EPO dari hati yang relative kurang sensitive terhadap hipoksia ke ginjal.
◉ EPO (Endogen dan Eksogen), membutuhkan yang besar dalam pemberiannya dan dieliminasi lebih cepat
sehingga waktu untuk stimulasi sumsum tulang sangat singkat. Erythroid progenitors pada bayi premature
akan bereaksi terhadap EPO (endogen dan eksogen), namun reaksinya dapat berkurang bila cadangan
besi tidak cukup. Meskipun bayi dapat menghasilkan peningkatan konsentrasi EPO dan retikulosit,
namun pertumbuhan bayi yang cepat akan menghalangi peningkatan kadar Hb.
2. Usia sel darah merah yang lebih pendek
◉ Usia sel darah merah pada BBL setengah sampai dua per tiga sel
darah merah dewasa. Sel darah merah bayi yang sangat premature
hanya dapat bertahan 30 sampai dengan 50 hari.
3. Kehilangan darah
◉ pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium
◉ transfusi janin ke plasenta

4. Defisiensi asam folat, vitamin B12 dan E


◉ Bayi kurang bulan lahir dengan kadar vitamin E yang lebih rendah
dibandingkan bayi cukup bulan.
◉ Bila tambahan vitamin E tidak diberikan, defisiensi ini akan
bertahan selama 2 hingga 3 bulan.
◉ Bila terjadi defisiensi vitamin E, SDM akan mudah pecah karena
kerusakan membrane dan peroksidase lemak.
Diagnosis

◉ Pucat
◉ Gangguan pertumbuhan
◉ Depresi pernapasan (apnu dan takipnu)
◉ Aktifitas yang menurun.
◉ Asidosis metabolic
◉ Takikardia
◉ Murmur atau bising jantung.
Pemeriksaan laboratorium

◉ Jumlah sel darah putih dan trombosit normal.


◉ Kadar Hb < 10 g/dL, namun dapat turun sampai 6-7 g/dL. Kadar Hb paling rendah
biasanya terjadi pada bayi-bayi kecil.
◉ Bentuk SDM adalah normositik, normokrom.
◉ Jumlah retikulosit sedikit jika anemia disebabkan kadar EPO yang rendah.
Meskipun demikian peningkatan jumlah retikulosit bukan merupakan pertanda
kesembuhan dari ABP.
◉ Tidak didapatkan sel abnormal pada sediaan apus darah tepi.
◉ Dalam melakukan evaluasi anemia, kemungkinan proses hemolisis harus
dipertimbangkan, seperti inkompatibilitas ABO dan Rh. Oleh karena itu, uji Coombs
direct perlu dilakukan. Bila didapatkan hasil positif harus dipastikan proses
hemolisis tidak terus berlangsung.
Penatalaksanaan

Penanganan kasus ABP meliputi aspek pencegahan, transfuse darah


dan pemberian recombinant human erythropoietin (rHuEPO).

1. Pencegahan
◉ Pengurangan pengambilan darah

2. Tranfusi darah
Pedoman pemberian transfuse darah di Fakultas Kedokteran Universitas South Carolina adalah sebagai
berikut:
1. Pada syok karena perdarahan akut.
2. Pada penyakit jantung bawaan biru, Hb dipertahankan pada kadar yang lebih tinggi (saturasi penuh
pada kadar 11-12 g/dL)
3. Bila kadar hematokrit < 35-40%, transfuse darah diberikan pada keadaan sebagai berikut:
◉ Penyakit paru yang berat (memerlukan FiO2 > 35% melalui head box atau continous positive airway
pressure (CPAP) atau ventilasi mekanik dengan mean airway pressure (MAP) > 6 H2O)
◉ Anemia yang terjadi dapat menimbulkan gagal jantung.

4. Bila kadar hematokrit < 25-30%, transfuse darah diberikan pada keadaan sebagai berikut:
◉ Bayi memerlukan CPAP < 6 atau head box dan kanula nasal dengan FiO2 < 35%
◉ Bayi mengalami apnu dan bradikardi yang bermakna (> 9 episode dalam 12 jam, atau 2 episode dalam
24 jam tetapi memerlukan ventilasi balon-sungkup) meskipun telah mendapat methylxanthines pada
dosis yang tepat.
◉ Pasien mengalami takikardia atau takipnu yang menetap selama 24 jam tanpa penyebab yang jelas.
◉ Kenaikan berat badan yang tidak sesuai meskipun telah diberikan kalori yang cukup.
◉ Bayi yang direncanakan menjalani operasi (hendaknya dikonsultasikan dengan tim bedah).
5. Kehilangan darah karena pemeriksaan laboratorium bukan merupakan indikasi
transfuse.
6. Transfusi darah berdasarkan kadar hematokrit (Ht) hanya dilakukan bila Ht < 21%
dengan retikulosit <100.000/ul.
7. Mengurangi paparan terhadap banyaknya donor.13 Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menyimpan SDM dengan bahan pengawet citrate-phospahte-dextrose-adenine
[CPDA-1] dan bahan tambahan (seperti Adsol). Dengan cara di atas darah dapat
disimpan selama 35-42 hari, sehingga mencukupi selama perawatan di rumah sakit
dan hanya berasal dari 1 orang donor. Darah tersebut diberikan dalam kemasan
khusus. Kekhawatiran tingginya kadar potassium pada darah yang disimpan tidak
terbukti, selama transfuse diberikan dalam volume kecil.
◉ Protokol pemberian rHuEPO
1. Saat mulai / lama pengobatan:
◉ Berat lahir < 750 gram: mulai hari ke-14 selama 6 minggu
◉ Berat lahir 751 – 1250 gram: mulai hari ke-7 selama 4 minggu
2. Dosis :
◉ 250 – 400 unit/kgBB/dosis tiga kali seminggu (Senin/Rabu/Jumat) antara jam 10 – 11 pagi. Dapat
diberikan secara IV (pada bayi yang sedang diberikan total parenteral nutrition (TPN)) atau
subkutan (bayi asupan oral penuh)
3. Persiapan:
◉ Subkutan: tanpa pengenceran (2000 unit/ml)
◉ IV: Encerkan 2 ml (2000 unit/ml) dengan 8 ml normal salin untuk mendapatkan konsentrasi akhir
400 unit/ml. Jangan dikocok. Obat akan diencerkan di farmasi dan harus diberikan segera
selama 4 jam. Pemberian IV dapat bersamaan dengan TPN.
4. Preparat besi dan vitamin E merupakan suplemen selama terapi Epogen
◉ Jika pemberian minum per oral > 20 ml/kgBB/hari: preparat besi dekstran IV 1 mg/kgBB/hari
diberikan bersamaan dengan TPN (konsentrasi asam amino harus ≥ 2%)
◉ Jika pemberian minum per oral > 20 ml/kgBB/hari: sulfas ferosus per oral 3 mg/kgBB/hari +
vitamin E5 IU/hari.
◉ Jika pemberian minum per oral penuh: sulfas ferosus 6 mg/kgBB/hari + vitamin E 10 UI/hari.
TERIMA KASIH

152

Anda mungkin juga menyukai