Anda di halaman 1dari 48

REFLEKSI KASUS

GASTRO-
ENTERITIS AKUT
DESKRIPSI
KASUS

2
3 IDENTITAS PASIEN

▹ Nama :
▹ Tgl lahir :
▹ Usia :
▹ Alamat :
▹ No. RM : 00xxx
▹ Tgl MRS : 14 Februari 2019
4

Keluhan Utama :

Diare
RIWAYAT PENYAKIT
5 SEKARANG

Pasien datang ke IGD RSUD B


dengan keluhan diare tanpa lendir
dan darah sejak 3 hari yll, ± 8 kali
per hari disertai muntah > 5 kali per
hari, demam+, pusing+, mual+,
batuk-, sesak-. Sebelum diare
pasien mengonsumsi sambal di
rumahnya.
RIWAYAT PENYAKIT
6 DAHULU

▹ Keluhan serupa disangkal.


▹ Riwayat asma -, hipertensi -, DM -, alergi
disangkal, penyakit jantung -, penyakit paru -.
RIWAYAT PENYAKIT
7 KELUARGA

▹ Keluhan serupa dirasakan juga oleh ibu pasien


setelah ibu pasien mengonsumsi sambal yang
sama.
▹ Riwayat penyakit keluarga asma -, hipertensi -, DM
-, penyakit jantung -, penyakit paru -, alergi
disangkal
8 GAYA HIDUP

▹ Merokok +
▹ Alkohol –
▹ Aktivitas fisik harian ringan
REVIEW ANAMNESIS
9 SISTEM

• Umum : demam
• Jantung : tidak ada keluhan
• Abdomen : mual, muntah, diare
• Ginjal & sal. Kemih : tidak ada keluhan
• Reproduksi : tidak ada keluhan
• Musculoskeletal : tidak ada keluhan
• Sistem syaraf : tidak ada keluhan
• Status psikologis : tidak ada keluhan
10 PEMERIKSAAN FISIK

▹ Keadaan umum : compos mentis, cukup


▹ Tanda vital
▸ Tekanan darah : 100/60 mmHg, dalam keadaan
berbaring, lengan kanan, cuff dewasa
▸ Nadi : 95 x/min, kuat,
reguler, simetris
▸ RR : 24 x/min, reguler,
abdominothoracal
▸ Suhu : 38,2 °C, axilla
11 PEMERIKSAAN FISIK

• Mata : conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata


cekung (-/-)
• Telinga : discharge (-)
• Hidung : discharge (-), hiperemis (-), nasal flarring (-)
• Rongga mulut : bibir kering (-), pucat (-), erosi (-)
• Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, lidah kotor (-)
• Leher : lnn. tidak teraba (-), JVP 5+2 cmH2O
• Kulit : spider nevi (-), xerosis (-), ruam -, turgor kulit dbn.
PEMERIKSAAN PARU
12 (10/1)
• Inspeksi :
simetris (+/+), dinding dada
lebih rendah dari dinding SDV (+/+)
Ronkhi (-/-)
perut, ketinggalan gerak (-),
Wheezing (-/-)
retraksi (-)
SDV (+/+)
• Palpasi : Ronkhi (-/-)
Nyeri tekan (-/-), fremitus taktil Wheezing (-/-)
dbn SDV (+/+)
Wheezing (-/-)
• Perkusi : Ronkhi (-/-)
Sonor (+/+)
• Auskultasi :
SDV (+/+), RBK (-/-),
wheezing (-/-), RBB (-/-)
13 PEMERIKSAAN JANTUNG

• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


• Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC 5 LMCS
• Perkusi
o Batas kanan : SIC 4 linea parasternalis dextra
o Batas kiri : SIC 4 linea midclavicularis sinistra
o Batas atas : SIC 2 linea parasternalis sinistra
o Kesan kardiomegali (-)
• Auskultasi : S1-S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
14 PEMERIKSAAN ABDOMEN
• Inspeksi:
dinding perut normal, spider nevi (-),
caput medusa (-)
• Auskultasi:
bising usus (+) meningkat.
• Perkusi:
hipertimpani 13 titik, timpani
• Palpasi:
supel, nyeri tekan (+) right lumbar region,
right iliac region, umbilical region,
hepar/lien tidak teraba, ren tidak teraba.
15 PEMERIKSAAN FISIK

EKSTREMITAS ATAS EKSTREMITAS BAWAH


• Akral hangat (+/+) • Akral hangat (+/+)
• Akral pucat (-/-) • Akral pucat (-/-)
• Edema (-/-) ▹ Edema (-/-)
• WPK < 2 detik • WPK < 2 detik
• Keterbatasan ROM (-/-) ▹ Keterbatasan ROM (-/+)
• Pulsasi kuat (+/+) • Pulsasi kuat (+/+)
PEMERIKSAAN LAB
16 Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 13.3 /µL 13.2 – 17.3
Hematokrit 42.1 % 39.6 – 51.9
Eritrosit 4.58 106/µL 4.50 – 6.50
Leukosit H 16.33 106/µL 3.70 – 10.10
Trombosit 195 103/µL 150 – 450
MCV 82.0 fL 81.0 – 96.0
MCH 28.5 pg 37.0 – 31.2
MCHC 34.7 % 31.8 – 35.4
RDW 13.0 % 11.5 – 14.5
Neutrofil H 76.36 % 39.30 – 73.70
Limfosit 17.428 % 18.00 – 48.30
Monosit 4.963 % 4.400 – 12.700
Eosinofil L 0.152 % 0.600 – 7.300
Basofil 1.097 % 0.0 – 1.7
Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
Urin Rutin
17
Makroskopis Urin
Mikroskopis Urin
lekosit 3 /lpb 0-5
warna kuning kuning
eritrosit H 4 /lpb 0-3
kejernihan jernih
Sel epitel positif /lpk 0-1
pH 6.0 5.0 – 6.0 skuamosa
Berat jenis 1.020 1.015 – 1.025 Sel epitel non positif /lpb 1+
Kimia Urin skuamosa
protein . 1+ negatif kristal negatif
Glukosa urin neg negatif Silinder hyalin negatif /lpk negatif
keton neg negatif silinder . positif /lpk negatif
bilirubin neg negatif bakteri negatif negatif
urobilinogen normal EU/dl <2 candida negatif /lpk negatif
Eritrosit/Hb neg Eri/uL negatif Leukosit 0 /lpb 0-6
bergerombol
Leukosit neg negatif
sperma 0 /lpk negatif
esterase
mocus 44 /lpb 0 - 82
nitrit neg negatif
18
Diagnosis Kerja :

Gastroenteritis
Akut
19 MANAJEMEN

▹ IVFD RL loading 1000 cc, 30 tpm


▹ Inj. Ranitidin 1A/12 jam
▹ Inj. Ondansetron 4mg/8jam
▹ Inj. Ceftriaxone 1g/12jam
▹ PO paracetamol 3x1 tab
▹ PO sukralfat 3x1 tab
▹ PO kaolin-pektin 3x2 tab
PEMBAHASAN

20
21 DEFINISI

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi tinja yang


lembek dengan peningkatan frekuensi (BAB >3 kali per 24 jam)
dan apabila diukur berat feses lebih dari 200 g atau 200 mL per
24 jam.
Gastroenteritis (GEA) : diare + muntah
Dinyatakan akut bila berlangsung kurang dari 14 hari, dinyatakan
persisten bila terjadi antara 14-28 hari dan kronik bila lebih dari 4
minggu.
22 EPIDEMIOLOGI

▹ DA sering ditemukan pada orang dewasa: sebanyak kurang


lebih 99.000.000 kasus terjadi setiap tahunnya.
▹ Data di dunia mengenai DA dilaporkan lebih dari 1,5 juta
episode dengan kematian terutama pada anak di bawah 5
tahun.
▹ Kematian berhubungan dengan kejadian diare pada anak
ataupun lanjut usia, dimana merupakan usia rentan terhadap
dehidrasi sedang-berat.
23 EPIDEMIOLOGI

▹ Diare di negara berkembang seperti Indonesia memiliki


frekuensi kejadian lebih banyak 2-3 kali dibandingkan di
negara maju.
▹ Berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2010, DA
dilaporkan sebagai penyakit yang paling sering menyebabkan
rawat inap di rumah sakit (8.23%) dengan case fatality rate
1,79%.
▹ Berdasarkan data RISKESDAS tshun 2018, prevalensi diare
di Indonesia berdasarkan diagnosis dan gejala tahun 2013 –
2018 sebanyak 8.0%
ETIOLOGI
24
Infeksi Non infeksi
▹ Virus ▹ Irritable bowel syndrome
Rotavirus, Norwalk virus, (IBS)
Adenovirus, Calicivirus, ▹ Malabsorbsi
Astraovirus
Laktosa, lemak, asam empedu
▹ Bakteri ▹ Kolitis iskemik
V.cholera, E.coli, C.jejuni,
▹ Medikasi
Shigella, Salmonella, Yersinia
enterocolica, clostridium Antasida dgn Mg, laksatif,
difficile OAINS, prostaglandin,
makrolid, metoclopramid,
▹ Parasit akarbose, antibiotik
Giardia lambdia, E. histolytica,
▹ Keracunan makanan
Cryptosporodium
25 ▹ Bakteri kontaminan pada makanan
Jenis Makanan Bakteri Kontaminan
ayam Salmonella, Campylobacter, Shigella
Hamburger, daging yang tidak Bacillus cereus
dimasak sampai matang
Seafood (terutama bila mentah) Vibrio cholera, Salmonella, hepatitis A
Mayonais atau krim Staphylococcus aureus, Salmonella
telur Salmonella
Keju, makanan yang tidak dimasak Listeria
Makanan kaleng (ikan, jagung) Clostridium botulinum
Kubis, tomat, cabai, wortel, selada, E.coli, Salmonella, Shigella,
bawang merah Staphylococcus
26 PATOFISIOLOGI

▹ Diare osmotik: meningkatnya tekanan osmotik intralumen usus


halus sehingga menarik cairan plasma ke lumen. Jumlah cairan
yang melebihi kemampuan reasorbsi kolon menyebabkan diare cair.
Disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (seperti
MgSO4, Mg(OH)2, malabsorpsi umum, defek dalam absorpsi
mukosa usus misal pada defisiensi disararidase, malabsorpsi
galaktosa/glukosa.
▹ Diare sekretorik: meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi (tipe ini khas dengan diare dengan volume
yang banyak sekali, walaupun puasa sekalipun). Penyebab: efek
enterotoksin Vibrio cholera dan Escherichia coli, penyakit yang
menghasilkan hormone (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorpsi
garam empedu), dan efek obat laksatif dioctyl sodium sulfosuksinat,
27 ▹ Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di
enterosit: hambatan mekanisme transport aktif Na+ K+ ATPase di
enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
▹ Motilitas dan waktu transit usus abnormal: hipermotilitas dan
iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang
abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain:
diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
▹ Gangguan permeabilitas usus: permeabilitas usus yang abnormal
karena kelainan morfologi membrane epitel spesifik pada usus
halus.
▹ Diare inflamatorik: kerusakan mukosa usus karena proses
inflamasi, sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan dan
eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorpsi air-
elektrolit. Penyebab: Disentri Shigella (infeksi); kolitis uleseratif dan
penyakit Crohn (non-infeksi).
PATOFISIOLOGI DIARE
28 KARENA INFEKSI

Proses terjadinya diare akut karena infeksi melibatkan


▹ faktor penyebab infeksi atau kausal (agent) : kemampuan dari
agen penyebab diare untuk menembus pertahanan tubuh pejamu,
jumlah kuman untuk berinokulasi, kemampuan menempel pada
mukosa saluran cerna, kemampuan berkompetensi dengan flora
normal, kemampuan produksi toksin
▹ faktor pertahanan tubuh pejamu (host) : flora normal saluran
cerna, keasaman lambung, motilitas usus, status imun pejamu.
Mucosal immunity merupakan pertahanan pertama yang penting.
▹ Enterotoksin :
29 ▸ kolera : toksin berikatan dengan reseptor di permukaan
enterosit  meningkatkan cAMP di mukosa saluran
cerna  meningkatkan pelepasan Cl- dan menurunkan
absorpsi Na+ diare
▸ E. coli : toksin (LT atau ST) menyebabkan diare melalui
aktivasi cGMP.
▹ Sitotoksin :
▸ Shigella dysentriae, Vibrio parahaemolyticus,
Clostridium difficile : merusak mukosa saluran cerna
menyebabkan diare berdarah bahkan sindrom hemolitik
uremikum.
▹ Neurotoksin :
▸ Bacillus cereus, Staphylococcus : menyebabkan
muntah karena toksin bekerja di sistem saraf pusat.
30 MANIFESTASI KLINIS

▹ Diare non inflamasi : bersifat watery bisa mencapai lebih


dari 1 liter per hari, tidak disertai nyeri abdomen yang hebat,
tidak disertai darah atau lendir pada feses. Demam dapat ada
atau tidak, gejala mual dan muntah dapat ditemui 
perhatikan kecukupan cairan karena dapat mengakibatkan
shock hipovolemik
▹ Diare inflamasi : bisa sekretori atau disentri. Disebabkan
oleh patogen yang bersifat invasif. Gejala mual, muntah,
disertai dengan demam, nyeri perut hebat, tenesmus, feses
berdarah dan berlendir.
31
32 DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis :
▹ Gejala dan tanda yang sesuai dengan kemungkinan penyebab.
Termasuk waktu timbul dan gejala kekurangan cairan.
▹ Kontak dengan sumber yang berpotensi tercemar patogen
▹ Riwayat perjalanan, berenang, kontak dengan orang yang sakit
serupa, tempat tinggal, pola kehidupan seksual
▹ Riwayat pengobatan dan diketahui penyakit lain seperti HIV
Pemeriksaan fisik  hanya untuk melihat status hidrasi pasien
Tanda dehidrasi pada dewasa : Nadi >90x/menit. Hipotensi postural,
lidah kering, mata cekung, penurunan turgor kulit.
PEMERIKSAAN
33 PENUNJANG

▹ Darah : darah perifer lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit


(Na+, K+, Cl-). Analisis gas darah (bila curiga gangguan
keseimbangan asam basa), pemeriksaan toksin (C. difficile),
antigen (E. histolytica)
▹ Feses : analisis feses (rutin : lekosit feses, pemeriksaan
parasit : amoeba, hifa, kultur).
pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat seperti
diare dengan hipotensi, demam, disentri, usia lanjut,
imunocompromise (HIV, dengan obat kemoterapi)
34 TATA LAKSANA

▹ Rehidrasi cairan
▹ Pengaturan asupan makanan
▹ Pemberian terapi simtomatik
▹ Pemberian terapi definitif
35 DEHIDRASI

▹ Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB)


turgor kurang, suara serak (vox cholerica), pasien belum jatuh
dalam presyok
▹ Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB)
Turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau
syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam
▹ Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB
Tanda dehidrasi sedang + kesadaran menurun (apatis sampai
koma), otot-otot kaku, sianosis
36
37 REHIDRASI CAIRAN

Metode pemberian terapi rehidrasi :


▹ Oral : diare akut tanpa komplikasi, dehidrasi ringan,
dapat minum menggunakan larutan oralit
▹ Enteral : terus menerus muntah, tidak dapat
mentoleransi pemberian cairan per oral, dengan
pipa nasogastrik
▹ Parenteral : diare akut dehidrasi sedang berat atau
komplikasi lain
▹ Menghitung jumlah cairan rehidrasi (kebutuhan cairan (ml)) :
38 ▸ Dehidrasi ringan : 103 % x 30-40cc/kgBB/hari
▸ Dehidrasi sedang : 109 % x 30-40cc/kgBB/hari
▸ Dehidrasi berat : 112 % x 30-
40cc/kgBB/hari
▹ bila jumlah feses dapat dihitung : Pengeluaran (jml feses +
IWL (10%BB))+30-40cc/kgBB/hari
▹ Menggunakan berat jenis plasma : (BJ Plasma –
1.0250)/0.001 x BB (kg) x 4ml

Cairan diberikan dengan cara 50% defisit diberikan 1 jam


pertama. Setelah itu sisa defisit dilanjutkan dalam 3 jam
berikutnya sambil diberikan cairan kebutuhan rumatan.
PENGATURAN ASUPAN
39 MAKANAN

▹ Asupan makanan diberikan secara normal


sebaiknya dalam porsi kecil namun dengan
frekuensi lebih sering. Pilih makanan yang
mengandung mikronutrien dan energi.
▹ Hindari makanan / minuman yang mengandung
susu karena dapat terjadi intoleransi mukosa,
makanan yang pedas, dan mengandung lemak
PEMBERIAN TERAPI
40 SIMPTOMATIK
▹ Antimotilitas  loperamide 4-6 mg/hari (diare ringan atau
sedang; tanpa curiga diare inflamasi. Hindari pada diare
dengan darah dan nyeri perut)
▹ Antisekretori  Bismuth subsalisilat 2 tablet, maks 8 tablet
▹ Antispasmodik  Hyoscien-n-butilbromid 10mg 2-3x/hari,
maks. 100 mg/hari atau papaverin 30-60mg, 3x/hari
▹ Absorbens/pengeras feses  Atapulgit, activated charcoal,
kaolin-pektin 2,5 tablet @ 550mg/20mg tiap diare, maks. 15
tablet/hari
▹ Probiotik
▹ Zinc
PEMBERIAN TERAPI
41 DEFINITIF

▹ Shigellosis
▸ Ciprofloxacin 2x500 mg selama 3 hari atau kotrimoxazol 2x960
mg perhari selama 3 hari atau ceftriaxone 1 gram per hari
selama 5 hari (pada immunocompromise 7-10 hari)
▹ Salmonellosis (non typhoidal)
▸ Ciprofloxacin 2x500 mg selama 3 hari atau kotrimoxazol
2x960mg perhari selama 5-7 hari atau ceftriaxone
▹ Kolera
▸ Tetrasiklin 4x500 mg per hari selama 3 hari atau doksisiklin
3x100 mg sekali pemberian atau ciprofloxacin atau azitromisin
42

▹ Amebiasis
▸ Metronidazole 3x750 mg selama 5-10 hari
▹ Giardiasis
▸ Metronidazole 250-750 mg 3x sehari selama 7-10 hari
▹ Campylobacter
▸ Azitromisin 250-500 mg sehari selama 3-5 hari/ eritromisin
2x500 mg selama 5 hari
▹ E. coli
▸ Kotrimoxazol 2x960mg selama 3 hari/ Ciprofloxacin 2x500 mg
selama 3 hari
43
44 KOMPLIKASI

▹ Bila tidak teratasi dapat menjadi diare kronis


(sekitar 1% pada diare akut pada wisatawan)
▹ Defisiensi laktase
▹ Pertumbuhan bakteri usus berlebihan
▹ Sindroma malabsorbsi
▹ Inflammatory bowel disease
▹ Predisposisi sindroma Reiter atau sindroma
hemolitik uremikum
45 PENCEGAHAN

▹ Menjaga kebersihan air, sanitasi makanan, dan


kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
▹ Mengonsumsi makanan yang dimasak dengan
matang
▹ Vaksinasi (terutama untuk wisatawan), namun
belum tersedia untuk semua patogen yang ada
46 PROGNOSIS

▹ Pada pasien yang tidak mengalami keterlambatan


penanganan, sebagian besar kasus memiliki
prognosis baik.
▹ Kematian dapat terjadi pada pasien usia lanjut atau
pasien dengan imunocompromise dengan status
dehidrasi berat atau dengan penyulit.
TERIMA
KASIH

47
DAFTAR PUSTAKA
48
▹ Harrison, T., Kasper, D., Hauser, S., Jameson, J., Fauci, A., Longo, D. and
Loscalzo, J. (2018). Harrison's principles of internal medicine. 20th ed. New
York [i pozostałe]: McGraw-Hill Education.
▹ Simadibrata, M. K. dan Daldiyono. Diare Akut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi Keenam. 2014. Jakarta. Interna Publishing
▹ Riddle, M.S., DuPont, H.L., Connor, B.A., 2016. ACG Clinical Guideline:
Diagnosis, Treatment and Prevention of Acute Diarrheal Infections in Adults.
The American Journal of Gastroenterology 111, 602–622.
▹ Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan. 2011. buletin
jendela data dan informasi kesehatan : situasi diare di Indonesia. Kemenkes
RI
▹ Liliata, Gracia, et al.. 2014. Diare. Dalam: Tanto, Chris, et al. Kapita Selekta
Kedokteran jilid II ed IV. Jakarta : Media Aeskulapius.
▹ Balitbang Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai