OLEH
Alvin Hadisaputra
Rina Ovie Denada
Pembimbing :
dr. Leonardo Sp.F
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................4
1.2 Batasan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan penulisan...................................................................................5
1.4 Manfaat penulisan................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Luka Tembak..........................................................................6
2.2 Mekanisme Kerja Senjata Api..............................................................6
2.3 Mekanisme Luka Tembak....................................................................8
2.4 Klasifikasi Luka Tembak....................................................................10
2.5 Identifikasi luka tembak masuk..........................................................13
2.6 Deskripsi Luka Tembak......................................................................15
2.7 Peran Dokter dalam Identifikasi Kasus Luka Tembak.......................17
2.8 Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak...........................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penggunaan senjata api dalam tindak kriminal dapat digunakan untuk
melukai korban dan dapat berujung pada kematian.1,2,3 Di berbagai penjuru dunia
terjadi peningkatan kasus akibat luka tembak. 2,6 Di Amerika Serikat luka tembak
merupakan
penyebab
kematian
tertinggi
dalam
kasus
pembunuhan. 3,4,6
Memahami topik kasus luka tembak masuk serta peran dokter pada
pemeriksaan kasus luka tembak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
atau persentuhan anak peluru dengan tubuh akibat tembakan senjata api.
Tembakan anak peluru yang mengenai tubuh akan menimbulkan gambaran luka
tembak yang tidak hanya terjadi sebagai akibat penetrasi anak peluru pada
sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang terjadi saat tembakan di lepaskan.1,5,6
2.2
prinsipnya sama yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk
melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengan kecepatan
tinggi.5,6,14
Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara
memanfaatkan udara atau dengan merubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan
yang volumenya tetap. Sedang pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh
dari pembakaran mesiu sehingga dalam waktu sekejap berubah menjadi gas
dengan volume yang besar didalam ruangan yang volumenya tetap. Dari satu
gram mesiu dapat dihasilkan gas CO2, CO, Hidrogen sulfanida, dan metana antara
200-900 mililiter dengan suhu yang sangat panas.5,6,14
Fungsi picu itu sendiri pada senjata angin sebetulnya untuk melepaskan
udara yang tekanannya telah dibuat tinggi guna melontarkan proyektil, sedang
pada senjata api untuk membuatnya, pin atau pemukul penggalak melakukan
tugasnya sehingga menimbulkan percikan api pada penggalak (primer) guna
membakar mesiu. Selanjutnya, anak peluru atau proyektil yang telah memiliki
gaya kinetic itu, sesudah meninggalkan laras jalannya amat dipengaruhi oleh
banyak hal; seperti misalnya berat massa, bentuk dan diameternya, gravitasi serta
tahanan (resistensi) udara yang dilaluinya. Akibat dari gravitasi itu maka arah
anak peluru atau proyektil akan membentuk kurva. Semakin jauh moncong,
pengaruh gravitasi semakin dominan sehinggga bentuk kurvanya semakin tampak
nyata.5,6,14
6
Oleh karena itu selalu kaji adanya exit wound (luka tembak keluar).15 Jika luka
tembak masuk dan hubungannya dengan luka tembak keluar telah ditentukan,
langkah selanjutnya adalah menentukan arah tembakan. Arah tembakan adalah
jaras jalannya peluru memasuki tubuh melalui luka tembak masuk menuju luka
tembak keluar. Semua aspek ini dapat berguna bagi penyidik dalam menyidik
kasus kekerasan oleh senjata api
2.3
Api
Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga, soot)
Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar
Mesiu yang tidak terbakar
Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya
Anak pelurunya sendiri
2.4.1
mengenai sasaran yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut
akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau
komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut. Luka yang terjadi
saat anak peluru bersentuhan dengan tubuh korban dinamakan Luka
Tembak Masuk (LTM).
Tipikal luka tembak masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan
dengan abrasi tepi yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh
peluru. Abrasi tepi tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang
disebabkan oleh peluru ketika menekan masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi
dapat bersifat konsentris ataupun eksentris. Ketika ujung peluru
melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan
abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin
dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk secara tegak lurus
terhadap kulit.
11
2.5
12
13
Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh
peristiwa pembunuhan. Terjadi pada jarak tembakan mulai jarak dari
kontak longgar hingga jarak kurang dari 60 cm, mempunyai ciri-ciri yang
khas yang disebabkan karena efek dari asap, nyala api dan klim tattoo.
Efek dari nyala api terjadi pada tembakan kurang dari 15 cm, sedangkan
noda akibat asap sering masih terlihat pada tembakan sampai 30 cm. tatto
yang disebabkan mesiu yang tidak terbakar dapat terlihat sekitar luka
tembak masuk pada tembakan kurang dari 60 cm. Kadang-kadang
ditemukan juga serpihan metal akibat gesekan peluru dengan laras pada
luka tembak masuk jarak dekat. Pada tepi luka terdapat contusio ring
(gelang kontusi) selebar 1-1.5 cm.4,5,6
luka tembak jarak jauh, kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang
menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit dan jelaga atau
bubuk mesiu telah tersingkir/dibersihkan. Hal tersebut terjadi bila tidak
ada pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap arah
penyelidikan.4-7
2.6
dan axis Y
2. Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk
b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar
d. Lipatan kulit, utuh atau tidak
e. Tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
4. Perubahan
a. Oleh tenaga medis
b. Oleh bagian pemakaman
5. Track / Jalur tembus peluru
a. Penetrasi organ
b. Arah
- Depan ke belakang (belakang ke depan)
- Kanan ke kiri (kiri ke kanan)
- Atas ke bawah
c. Kerusakan sekunder
- Perdarahan
- Daerah sekitar luka
d. Kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. Titik penyembuhan
b. Tipe misil
c. Tanda identifikasi
d. Susunan
7. Luka keluar
a. Lokasi
b. Karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu
.
2.7
Peran Dokter dalam Identifikasi Luka Tembak
Peran dokter dalam temuan kasus luka tembak selain tatalaksana medis
juga sesuai pasal 133 ayat 1 dan pasal 179 ayat 1 KUHAP yaitu untuk
memberikan keterangan ahli kepada penyidik untuk membantu proses penegakan
hukum.
Bunyi pasal 133 KUHAP 4,12:
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
16
2.8
Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60
sentimeter, dan seterusnya.
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut:
Berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak
jarak jauh, ini mengandung arti:
- Korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan
atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau
sebagian terbakar.
- Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi
antara korban dengan moncong senjata ada penghalang; seperti
bantal dan lain sebagainya.
Pemeriksaan Khusus yang Dilakukan pada Luka Tembak
Adanya pengotoran oleh darah pada beberapa keadaan dapat mempersulit
epitel yang normal dan yang mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya
sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel. Pada sel epidermis tepi luka juga
akan mengalami distorsi yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu. Epitel
luka juga tampak mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, serta vakuolisasi
sel-sel basal. Panas yang dihasilkan dari pembakaran mesiu akan memperlihatkan
jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE dan akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilik staining). Pada luka akan tampak perdarahan
yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan), dan adanya
butir-butir mesiu. Sel-sel pada dermis akan mengalami beberapa perubahan yakni
intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik.5,6,7,13
Pada pemeriksaan mikroskopis akan terlihat butir-butir mesiu yang
tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam kecoklatan.
Pada luka tembak tempel hard contact, permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat mesiu atau hanya sedikit sekali butir-butir mesiu, butir-butir mesiu
akan tampak banyak pada lapisan bawah, khususnya disepanjang tepi saluran
luka. Sedangkan pada luka tembak tempel soft contact butir-butir mesiu akan
terdapat pada permukaan kulit dan jaringan dibawah kulit. Pemeriksaaan
mikroskopis pada luka tembak jarak dekat akan ditemukan adanya butir-butir
mesiu terutama terdapat pada permukaan kulit dan hanya sedikit yang ditemukan
pada lapisan-lapisan kulit.6,7,13
2. Pemeriksaan Radiologi Luka Tembak
Salah satu pemeriksaan yang penting dalam kasus luka tembak adalah
pemeriksaan foto Rontgen. Foto Rontgen biasanya dilakukan sebelum otopsi
dengan dua bidang pemeriksaan yakni anteroposterior dan lateral. Foto rontgen
tidak hanya digunakan untuk dokumentasi objektif dan permanen namun juga
berfungsi untuk menentukan lokasi dan karakteristik dari peluru dan fragmen
metal termasuk bagian peluru yang terpisah.11,13
3. Pemeriksaan Kimiawi Luka Tembak
Hasil pemeriksaan kimiawi pada luka tembak tergantung dari jenis mesiu
yang gunakan. Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit,
19
nitrat, sulfis, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat sedangkan pada smokeless
gun powder hanya dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat.
Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah
timah, barium, antimon, dan merkuri. Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras
senjata dan dari peluru yang dapat ditemukan berupa timah, antimon, nikel,
tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan terhadap unsur-unsur tersebut
dapat dilakukan terhadap pakaian, di dalam atau di sekitar luka. Pada pelaku
penembakan,
unsur-unsur
tersebut
dapat
dideteksi
pada
tangan
yang
Luka
Kelim
Kelim
Kelim
Kelim
Luka
Jejak
tembak
kontak
dekat
sedang
jauh
terbuka
+
+
+
+
lecet
+
+
+
+
lemak
+
+
+
+
tattoo
+
+
+
-
jelaga
+
+
+
-
bakar
+
+
-
laras
+
-
20
Untuk dapat membuat Visum et Repertum yang baik mengenai kasus luka
tembak maka dokter harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka
tersebut memang luka tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata
yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu
ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan
kematian.1,5,6,7 Interpretasi yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli
patologi tidak hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang
pelaksanaan hukum selama investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir
jenis kematian.4-7
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua.
Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997
2. World Health Organization. Small arms and global health. Geneva. 2011
3. Centers for Disease Control and Prevention. Firearm Death Data 2012 in
WISQARS. (http://wisqars.cdc.gov:8843/nvdrs/nvdrsController.jsp diakses 23
Oktober 2015)
4. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI. Peraturan PerundangUndangan Bidang Kedokteran. Jakarta. 1994
5. Shepperd R. Firearm and Explosive Injuries in Simpsons Forensic Medicine.
Twelfth Edition. 2004.
6. Knight B. Saukko P. Gunshot and Explosion Deaths in Knights Forensic
Pathology. Third edition. Edward Arnold (Publishers). London. 2004. Page
245-277.
7. Denton JS. Segovia A. Filkins JA. Practical Pathology of Gunshot Wounds.
Arch Pathol Lab Med vol 130. September 2006.
8. Hueske E. Firearms and tool mark the forensic laboratory handbooks, practice
and resource. 2006
9. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.
10. Algozi
AM.
Luka
Tembak.
2011.
(www.fk.uws.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Luka%20tembak.pdf
diakses tanggal 24 Oktober 2015)
11. Susiyanthi A, Alit IBP. Peran radiologi forensik dalam mengidentifikasi luka
tembak. Universitas Udayana. 2013.
12. Afandi D. Visum et Repertum : Tata Laksana dan Teknik Pembuatan. UR
Press. Pekanbaru. 2011
13. Tsokos M. Forensic Pathology Reviews. Volume 5. Berlin. Humana
Press:139-149
14. Arnold JL, Halpern P, Tsai MC, Smithline H: Mass casualty terrorist
bombings: acomparison of outcomes by bombing type. Ann Emerg Med 2004
15. Stefanopoulos PK. Hadjigeorgiou GF. Filippakis K. Gyftokostas D. Gunshot
wounds: A review of ballistics related to penetrating trauma. J Acute Disease
2014
16. Frost R. Denton JS. Forensic Pathology of Firearm Wounds. Medscape.
(http://emedicine.medscape.com/article/1975428-overview#a1
diakses
tanggal 26 Oktober 2015)
17. New
Jersey
State
Police.
Trace
Evidence
Analysis.
(http://www.njsp.org/division/investigations/trace-evidence.shtml diakses 26
Oktober 2015)
22