Anda di halaman 1dari 60

REFARAT

GANGGUAN BUATAN (F68.1)


LAPORAN KASUS
GANGGUAN WAHAM (F22.0)

Rhiski Arini Ruslan


111 2016 2055

Pembimbing Residen Pembimbing Supervisor


dr. Yuliana Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ
REFERAT
GANGGUAN
BUATAN
(F68.1)
Definisi
Gangguan buatan (factitious disorder) adalah gangguan
terkait yang harus dipertimbangkan dan dikecualikan sebelum
membuat diagnosis gangguan konversi. gangguan buatan
melibatkan produksi sadar atau disengaja gejala somatik atau
kejiwaan (misalnya, delusi), meskipun motivasi yang mendasari
mungkin tidak sadar. Gangguan buatan muncul dari keinginan
untuk mencapai status sosial orang sakit. Yang penting, tujuan
muncul sakit tidak menerima keuntungan sekunder, seperti
dalam berpura-pura sakit; bukan, orang dengan penyakit
buatan bertujuan untuk mencapai peran sakit.
Etiologi
Faktor Psikososial
Faktor Biologis
Epidemiologi
Prevalensi gangguan buatan pada populasi umum tidak
diketahui walaupun sejumlah klinisi yakin bahwa gangguan
ini lebih banyak daripada yang diketahui. Gangguan ini lebih
sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dan
sindrom yang parah yang lebih sering terjadi pada
perempuan. Satu studi melaporkan bahwa terdapat 9 persen
gangguan buatan di antara semua pasien yang datang ke
rumah sakit, studi lain menemukan demam pada 3 persen
pasien. Menurut revisi teks edisi keempat Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR), gangguan
buatan di diagnosis pada kira-kira 1 persen pasien yang
ditemui di konsultasi psikiatri di rumah sakit umum.
Gambaran Klinis
Kriteria kecurigaan gangguan buatan: 3
Respon yang tidak konsisten terhadap pengobatan
Gejala konsisten (sehubungan dengan sindrom
menyajikan)
Memburuknya gejala sebelum pembuangan
Penghilangan gejala segera setelah masuk
Hubungan intens dengan pasien dan staf
Penampilan gejala serupa dengan pasien lain
Kebohongan (pseudologia fantastica)
Diklaim latar belakang gangguan fisik atau emosional non-
diverifikasi
Diagnosis
Kriteria diagnostik PPDGJ-III:
F68.1 Kesengajaan atau Berpura-pura Membuat Gejala atau
Disabilitas, baik Fisik maupun Psikologis (Gangguan Buatan)
Dengan tidak adanya gangguan fisik atau mental, penyakit atau cacat
yang pasti, individu berpura-pura mempunyai gejala sakit secara
berulang-ulang dan konsisten.
Untuk gejala fisik mungkin dapat meluas sampai membuat sendiri
irisan atau luka untuk menciptakan perdarahan, atau menyuntik diri
dengan bahan beracun.
Peniruan nyeri dan penekanan adanya perdarahan dapat begitu
meyakinkan dan menetap sehingga menyebabkan diulanginya
pemeriksaan dan operasi di beberapa klinik dan rumah sakit,
meskipun hasilnya berulang-ulang negatif.
Motivasi untuk perilaku ini hampir selalu kabur dan dianggap faktor
internal, dan kondisi ini terbaik diinterpretasikan sebagai suatu gangguan
perilaku sakit dan peran sakit (disorder of behavior and the sick role).
Individu dengan pola perilaku demikian biasanya menunjukkan sejumlah
tanda dari kelainan yang berat lainnya dari kepribadian dan hubungan
dengan lingkungan.
Perlu dibedakan dengan Malingering, didefinisikan sebagai kesengajaan
atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik fisik maupun
psikologis, yang dimotivasikan oleh stress eksternal atau intensif (kode
276.5 dari ICD-10). Motif yang berkaitan dengan stress eksternal tersebut
dapat berupa penghindaran diri dari tuntutan hukuman kriminal, untuk
memperoleh obat terlarang, menghindari wajib militer atau tugas militer
yang berbahaya, dan upaya untuk memperoleh keuntungan karena sakit
atau mendapatkan perbaikan taraf hidup.
Penatalaksanaan
Pasien sebaiknya dikonfrontasi secara tidak langsung namun tegas
terhadap hasil yang ada. Hindari konsultasi ke spesialis medis lain karena
rujukan semacam ini biasanya hanya akan menyuburkan gangguan
berpura-pura. Individu dengan gangguan ini biasanya hampir tidak
pernah menerima rujukan psikiatrik. Namun, bila konsultasi psikiatrik
dirasa perlu, hal tersebut dapat diajukan sebagai augmentasi untuk
mengatasi gejala yang dikeluhkan. Anda dapat mengatakan kepada
pasien dengan mempertahankan kejujuran tanpa bersikap
konfrontasional, Nyeri Anda telah menyebabkan stress, dan hal ini akan
membuat nyeri bertambah parah. Konsultasi dengan psikiater dapat
membantu mengatasi nyeri dengan mengurangi stress Anda.
Farmakoterapi pada gangguan buatan memiliki kegunaan yang
terbatas. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) dapat berguna
untuk mengurangi perilaku impulsive bila perilaku tersebut merupakan
komponen utama perilaku berpura-pura.1
Diagnosis Banding
1. Gangguan Somatoform
Gangguan buatan dibedakan dengan gangguan somatisasi (sindrom Briquet) karena
adanya gejala buatan yang dilakukan secara sengaja, perjalanan rawat inap berulang di
rumah sakit yang ekstrem, dan keinginan untuk menjalani sejumlah besar prosedur
yang merusak pada pasien dengan gangguan buatan. Pasien dengan gangguan konversi
biasanya tidak memahami istilah medis dan rutinitas rumah sakit, dan gejalanya
memiliki hubungan waktu langsung atau rujukan simbolik dengan konflik emosi spesifik.
2. Gangguan Kepribadian
Oleh karena mencari perhatian dan kadang-kadang bakat untuk sesuatu yang
dramatis, pasien dengan gangguan buatan sering digolongkan memiliki gangguan
kepribadian histrionik. Meskipun demikian, tidak semua pasien gangguan buatan
memiliki bakat dramatik, banyak yang menarik diri dan lemah lembut. Pertimbangan
mengenai gaya hidup seseorang yang kacau, riwayat penggunaan hubungan
interpersonal, krisis identitas, penyalahgunaan zat, tindakan merusak diri, dan taktik
manipulatif, dapat mengarahkan diagnosis gangguan kepribadian ambang. Orang
dengan gangguan buatan biasanya tidak memiliki cara berpakaian, pikiran, atau
komunikasi yang eksentrik seperti pada pasien gangguan kepribadian skizotipal.
3. Skizofrenia
Diagnosis skizofrenia sering didasari pada gaya hidup bizar tetapi pasien dengan gangguan
buatan biasanya tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia kecuali mereka memiliki waham
yang tertanam bahwa mereka sakit dan bertindak atas keyakinan ini dengan mencari perawatan
di rumah sakit. Praktik seperti ini tampaknya menjadi pengecualian, sedikit pasien dengan
gangguan buatan menunjukkan bukti adanya gangguan berat atau waham bizar.
4. Malingering
Gangguan buatan harus dibedakan dengan malingering. Malingering memiliki tujuan
lingkungan yang jelas dan dapat dikenali pada saat menimbulkan tanda dan gejala, seperti
perawatan di rumah sakit untuk mendapatkan kompensasi keuangan, menghindari polisi,
menghindari kerja, atau hanya untuk mendapatkan tempat tidur gratis untuk malam itu. Lebih
jauh lagi, pasien ini biasanya dapat berhenti membuat gejala dan tanda ketika gejala dan tanda
tersebut tidak lagi dianggap menguntungkan atau ketika risikonya menjadi terlalu besar.
5. Penyalahgunaan Zat
Walaupun pasien dengan gangguan buatan dapat memiliki riwayat penyalahgunaan zat yang
menyulitkan, mereka sebaiknya tidak hanya dianggap sebagai penyalahguna zat tetapi memiliki
diagnosis tersebut bersamaan.
Prognosis
Gangguan buatan akan menetap selama
keuntungan yang diharapkan melampaui ketidak
nyamanan atau penderitaan dalam mencari
konfirmasi medis untuk penyakit yang
dipalsukannya. Pada situasi terstruktur, seperti
militer atau penjara, mengabaikan keluhan akan
menghilangkan kemunculannya, terutama bila
harapan bahwa individu tetap menunjukkan kinerja
yang produktif disampaikan secara jelas.
LAPORAN KASUS
GANGGUAN WAHAM
(F22.0)
Identitas Pasien
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. PK
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/ Tgl Lahir : Medan/ 7 Mei 1986
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Protestan
Suku Bangsa : Batak
Pekerjaan/ Sekolah : TNI AD/ SMA (Pendidikan terakhir)
Diagnosa sementara : Gangguan Waham Menetap
Masuk ke UGD RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada
tanggal 8 Februari 2017, diantar oleh istrinya.
Laporan Psikiatrik
Diperoleh dari catatan medis, alloanamnesis dari:
Nama : Ny. LP
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Protestan
Pendidikan Terakhir : S1 Keperawatan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Rajawali No. 35 B,
Makassar
Hubungan dengan pasien : Istri Pasien
Laporan Psikiatrik

Keluhan Utama : Mengamuk


Riwayat Gangguan Sekarang
Keluhan & Gejala
Pasien laki-laki masuk ke Poli Jiwa RSKD untuk pertama kalinya
diantar oleh istrinya dengan keluhan mengamuk yang dialami sejak
1 minggu yang lalu. Saat mengamuk pasien juga melempar barang,
mengancam, dan memukul istrinya dengan tangan. Pasien juga
sering mondar-mandir dan terkadang bicara sendiri. Tidak ada
halusinasi maupun ilusi yang ditemukan pada pasien. Selalu
menuduh istrinya selingkuh dengan orang lain, tetapi tidak jelas
orang yang dituduhkan. Mandi jarang, makan baik, namun tidur
terganggu.
Lanjutan keluhan & gejala

Awal perubahan perilaku dialami sejak 2 tahun yang lalu


akibat pasien yang sering bertengkar dengan istrinya karena
menuduh istrinya berselingkuh dengan orang lain. Pasien
sebelumnya sudah 3 kali dirawat inap di RS Pelamonia, terakhir
masuk pada bulan Oktober 2016 dirawat selama 1 bulan.
Riwayat mengkonsumsi obat 3 macam salah satunya Haloperidol.
Pasien meminum obat tidak teratur. Hubungan dengan tetangga
dan rekan kerja sebelum sakit baik. Sebelumnya pasien dikenal
sebagai pribadi yang ramah dan mudah bergaul. Pekerjaan
pasien sebagai tentara masih tetap dijalani.
Lanjutan keluhan & gejala

Pasien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara


(). Pasien telah menikah dan memiliki 2
anak (). Pasien menikah karena suka sama suka.
Saat ini pasien tinggal bersama istri dan anaknya.
Riwayat penyakit keluarga tidak ada.
Riwayat penyakit infeksi, trauma, dan kejang
tidak ada. Riwayat merokok ada (sehari biasanya 2
bungkus), mengkonsumsi alkohol, dan NAPZA tidak
ada.
Laporan Psikiatrik
Hendaya dan disfungsi :
Hendaya sosial (+)
Hendaya waktu senggang (+)

Faktor stresor psikosial :


Stresor tidak jelas

Hubungan gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya:
Infeksi : (-)
Trauma : (-)
Kejang : (-)
Merokok : (+) sehari bisa sampai 2 bungkus
Alkohol : (-)
NAPZA : (-)
Laporan Psikiatrik
Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik sebelumnya, seperti
infeksi, trauma kapitis dan kejang.
Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol dan NAPZA, namun merokok
biasanya sampai 2 bungkus per hari.
Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Awal perubahan perilaku 2 tahun yang lalu. Sudah 3 kali dirawat di
RS Pelamonia. Terakhir masuk ke RS Pelamonia dengan keluhan yang
sama pada bulan Oktober 2016 dan dirawat inap selama 1 bulan. Selalu
merasa istrinya telah berselingkuh dengan orang lain.
Laporan Psikiatrik

Riwayat Kehidupan Pribadi


Riwayat Masa Kanak Awal ( sejak lahir hingga usia 1-3
tahun)
Pasien dirawat oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan
dan perkembangan pasien pada masa anak-anak awal seperti
berjalan dan berbicara sesuai dengan perkembangan anak
seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol. Waktu
kecil pasien mudah bergaul dan ramah.
Laporan Psikiatrik

Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11 tahun)


Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua
adiknya cukup mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Pada
usia 6 tahun pasien masuk SD selama sekolah pasien termasuk
anak yang mudah bergaul.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( usia 12-18 tahun)
Usia remaja pasien mudah bergaul dan memiliki banyak
teman. Pasien bersekolah sampai tingkat SMA karena alasan
mendaftar masuk tentara.
Laporan Psikiatrik
Riwayat Masa Dewasa
Riwayat Pekerjaan: TNI AD
Riwayat Pernikahan: Pasien sudah menikah dan memiliki
2 orang anak.
Riwayat Agama: Pasien memeluk agama protestan.

Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien anak kedua dari 4 bersaudara (). Pasien
telah menikah dan memiliki 2 anak ().Pasien menikah
karena suka sama suka. Saat ini pasien tinggal bersama istri
dan anaknya. Riwayat penyakit keluarga tidak ada.
Laporan Psikiatrik

Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya
sekarang.

Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien merasa bahwa dirinya sakit dan badannya
sering terasa panas sehingga memicu dirinya
untuk gelisah dan mengamuk.
Status Mental
Deskripsi Umum
Penampilan
Tampak seorang laki-laki memakai baju kaos oblong berwarna putih dan
memakai celana jeans pendek, perawakan bagus. Wajah tampak sesuai
umur (30 tahun) dan perawatan diri baik.
Kesadaran
Kuantitaif : GCS 15 (E4 M6 V5)
Kualitatif : Kelelahan
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Psikomotor menurun, kontak mata dengan pemeriksa cukup
Pembicaraan
Spontan dan lancar
Sikap terhadap pemeriksa
Koperatif
Status Mental
Keadaan Afektif (mood), perasaan, dan empati, perhatian :
Mood : Rasa bersalah
Afek : Terbatas
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
Fungsi Intelektual (kognitif) :
Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : SMA
kecerdasan sesuai dengan tingkat pendidikan.
Daya konsentrasi : Baik
Orientasi (waktu, tempat dan orang) : Baik
Daya ingat :
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik
Status Mental

Pikiran abstrak : Baik


Bakat kreatif : Tidak ada
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

Gangguan Persepsi
Halusinasi : Tidak ditemukan
Ilusi : Tidak ditemukan
Depersonalisasi : Tidak ditemukan
Derealisasi : Tidak ditemukan
Status Mental
Proses Berpikir
Arus pikiran
Produktivitas : Pikiran mengalir dan berbicara spontan
Kontiniuitas : Relevan dan koheren
Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Gangguan isi pikiran : Waham curiga terhadap istrinya telah
berselingkuh dengan orang lain.

Pengendalian Impuls: Baik


Status Mental

Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian Realitas : Baik

Tilikan (Insight) : Derajat 3


Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut

Pemeriksaan Fisik:
Status Internus :
T= 130/ 90 mmHg,
N = 92x/ menit,
S = 36,7 C,
P = 20x/ menit
Status Neurologi : Dalam batas normal
Ikhtisar Penemuan Bermakna
Pasien datang ke Poli Jiwa RSKD bersama dengan istrinya.
Berdasarkan Alloanamnesis, istrinya mengatakan pasien dengan
keluhan mengamuk yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Saat
mengamuk pasien juga melempar barang, mengancam, dan memukul
istrinya dengan tangan. Pasien juga sering mondar-mandir dan
terkadang bicara sendiri. Selalu menuduh istrinya selingkuh dengan
orang lain, tetapi tidak jelas orang yang dituduhkan. Pasien susah
tidur.
Awal perubahan perilaku dialami sejak 2 tahun yang lalu akibat
pasien yang sering bertengkar dengan istrinya karena menuduh istrinya
berselingkuh dengan orang lain. Pasien sebelumnya sudah 3 kali
dirawat inap di RS Pelamonia, terakhir masuk pada bulan Oktober 2016
dirawat selama 1 bulan. Riwayat mengkonsumsi obat 3 macam salah
satunya Haloperidol. Pasien meminum obat tidak teratur.
Evaluasi Multiaksial
Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis
didapat gejala mengamuk, halusinasi dan waham.
Sehingga menyulitkan keluarga Keadaan ini
menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya
dan keluarga serta terdapat hendaya (dissability)
pada fungsi psikososial, pekerjaan dan
penggunaan waktu senggang sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan
jiwa.
Lanjutan aksis I
Pada pasien ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai
realitas berupa halusinasi visual dan auditorik. Halusinasi visual dan
auditorik berupa melihat setan dan suara-suara orang yang sedang
bercakap-cakap sehingga digolongkan ke dalam gangguan jiwa
psikotik. Pasien disangka menderita gangguan jiwa. Ada hendaya
berat gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya waham
curiga yang menetap kepada istrinya selama lebih dari 3 bulan,
sehingga berdasarkan PPDGJ III pasien didiagnosis sebagai gangguan
waham menetap.
Waham yang dialami pasien menonjol, dan memenuhi kriteria
diagnosis gangguan waham menetap, sehingga berdasarkan pedoman
penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III) diagnosis diarahkan
pada Gangguan waham (F22.0).
Evaluasi Multiaksial
Aksis II
Pasien mengarah ke gangguan kepribadian paranoid
Aksis III
Tidak ada diagnosa
Aksis IV
Stresor tidak jelas
Aksis V
GAF scale 70-61 (gejala ringan disability)
Daftar Problem
Organobiologis
Tidak ditemukan kelainan fisik bermaksa namun
neurotransmitter terganggu sehingga membutuhkan
psikofarmako.
Psikologi
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga butuh
psikoterapi.
Sosiologi
Didapatkan hendaya pekerjaan dan penggunaan waktu
senggang sehingga membutuhkan sosioterapi.
Rencana Terapi
Farmakoterapi
Risperidone 2 mg/ 2x1 tab
Clozapine 25 mg/ O-O-I tab
Trihexyphenidil 2 mg/ 2x1 tab

Psikoterapi
Ventilasi
Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar
memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.
Rencana Terapi

Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada pasien,


keluarga pasien dan orang-orang disekitarnya.
Sehingga dapat menerima dan menciptakan
suasana lingkungan yang mendukung.
Prognosis

Dubia ad bonam
Faktor pendukung
Premorbid yang baik
Keluarga mendukung pengobatan
Faktor penghambat
Pasien meminum obat tidak teratur
Follow Up
Memantau keadaan umum pasien serta
perkembangan penyakitnya, selain itu menilai
efektivitas dan kemungkinan efek samping obat
yang di berikan.
Pembahasan dan Tinjauan Pustaka
Definisi

Gangguan waham merupakan keyakinan yang


salah, didasarkan pada kesimpulan yang salah
tentang realitas eksterna, tidak konsisten dengan
latar belakang intelegensi dan budaya pasien,
tidak dapat dikoreksi dengan penalaran.
Epidemiologi

Insiden tahunan gangguan waham adalah 1- 3


kasus per 100.000 orang. Berdasarkan DSM-IV-TR,
gangguan waham menyebabkan hanya 1-2 % dari
semua pasien untuk MRS. Gangguan waham lebih
cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan
laki-laki dan banyak terjadi pada pasien menikah
dan bekerja, tetapi mungkin juga disebabkan oleh
imigrasi dan status sosioekonomi yang rendah.
Etiologi

Faktor Biologis
Faktor Psikodinamika
Gambaran Klinis
Status mental
Deskripsi umum
Mood, perasaan dan afek
Gangguan persepsi
Pikiran
Orientasi
Daya ingat
Pertimbangan dan tilikan
Kejujuran
Diagnosis
Pedoman diagnostik gangguan waham (F22.0):

Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala


yang paling mencolok, harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya
dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya
setempat.
Suatu episode depresif yang lengkap/ full brown (F32.-) mungkin
terjadi seara intermiten, dengan syarat bahwa waham-waham
tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif itu.
Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
Tidak boleh ada halusinasi audiotorik atau hanya kadang-kadang saja
ada dan bersifat sementara.
Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia
Penatalaksanaan

1) Perawatan di rumah sakit


2) Psikoterapi
- Ventilasi
- Terapi Kognitif
- Terapi Paparan

3) Farmakoterapi
Diberikan anti-psikosa : haloperidol, pimozide,
lithium, carbamazepine, valproate, risperidon,
clazail
Lanjutan

Penggolongan
Obat anti-psikosa tipikal
Phenothiazine : chlorpromazine (largactil); perphenazine (trilafon),
trifluoperazine (stelazine), fluphenazine (anatensol); thiordazine (melleril)
Butyrophenone : haloperidol (haldol)
Diphenyl-butyl-piperidine : pimozide (orap)
Obat anti-psikosa atipikal
Benzamide : supiride (dogmatil)
Dibenzodiazepine : clozapine (clozaril), olanzapine (zyprexa), quetiapine
(seroquel), zotepine (ludopin)
Benzisoxazole : risperidon (risperdal), aripiprazole (abilify)
Lanjutan...

Efek samping
Sedasi dan inibisi psikomotor
Gangguan otonomik
Gangguan ekstrapiramidal
Gangguan endokrin
Sindrom Neuroleptik Maligna (SNM)
Prognosis

Gangguan waham dianggap merupakan diagnosis


yang cukup stabil. Kurang dari 25% kasus gangguan
waham didiagnosa skizofrenia dan <10% pasien
mengalami gangguan mood. Sekitar 50% pasien
sembuh dengan pengobatan, 20% mengalami
pengurangan gejala dan 30% lainnya tidak ada
perbaikan.
Lampiran Wawancara
(Autoanamnesis)
DM : Perkenalkan pak, saya Rhiski. Dokter muda yang bertugas hari ini.
Bolehkah saya mengajukan beberapa pertanyaan seputar keluhan yang bapak
rasakan?
P : Iya, boleh.
DM : Maaf pak, siapa namanya?
P : Pa***s
DM : Tanggal berapa bapak lahir?
P : Tanggal 7 mei tahun 89
DM : Bapak tinggal dimana sekarang?
P : di Asrama Tentara di Jalan Rajawali
DM : Apa pekerjaan bapak sekarang?
P : TNI Angkatan Darat
DM : Apa pendidikan terakhirnya, pak ?
P : SMA
DM : Mengapa bapak tidak lanjut bersekolah ?
P : Karena saya mendaftar untuk tes masuk tentara
DM : Kalau boleh tau, kenapa bapak dibawa kesini?
P : Saya kalau malam dok, badan saya terasa panas jadi susah tidur. Jadi
saya mondar-mandir dalam rumah tapi bukan maksud saya mau ganggu tidur
istri dan anak saya. Saya melempar barang juga supaya saya tidak pukul
istriku.
DM : Sejak kapan bapak mengamuk?
P : Saya tidak terlalu ingat kapan mulai persisnya, tapi sudah agak lama
dok.
DM : Bapak sudah berapa kali masuk ke RSKD ?
P : Baru pertama kali saya kesini. Tapi sebelumnya saya sudah pernah
dirawat di RS Pelamonia.
DM : Oh, jadi bapak pernah dirawat di RS Pelamonia yah. Bapak sudah
berapa kali masuk dan dirawat disana?
P : Sudah 3 kali saya dirawat disana.
DM : Kapan bapak pertama kali dirawat di RS Pelamonia karena keluhannya
bapak yang sama seperti sekarang ?
P : Saya sudah tidak ingat, dok. Tapi yang saya ingat terakhir saya dirawat
disana waktu Bulan Oktober 2016.
DM : Berapa lama bapak dirawat di RS Pelamonia waktu terakhir dirawat
disana?
P : Hhmm, ada sebulan lebihlah.
DM : Apakah bapak pernah bicara sendiri ?
P : Saya tidak pernah bicara sendiri.
DM : Apakah bapak pernah mendengar suara bisikan namun tidak ada
orangnya ?
P : Tidak pernah.
DM : Kalau melihat sesuatu seperti bayangan atau lainnya namun tidak ada
orangnya, pernah pak ?
P : Tidak pernah juga, dok.
DM : Apakah orang tua bapak masih hidup ?
P : Iya masih ada, mereka tinggal di Medan.
DM : Apa bapak memiliki masalah, baik di lingkungan rekan kerja, tetangga,
maupun keluarga ?
P : Begini dok, saya merasa istri saya selingkuh sama orang lain.
DM : Bapak dengar darimana bahwa istri bapak telah berselingkuh ? Atau
bapak pernah lihat ataupun mendapatkan bukti bahwa istri bapak telah
berselingkuh ?
P : Saya tidak dengar dari siapa-siapa, maupun melihatnya. Tapi biasa
kalau lagi cerita-cerita sama teman kerja, ada teman bilang dia melihat istri
temannya yang lain lagi jalan sama laki-laki lain. Jadi saya juga merasa istriku
juga mungkin telah berselingkuh sama orang lain.
DM : Mengapa bapak yakin sekali bahwa istrinya telah berselingkuh padahal
bapak tidak pernah melihat langsung ?
P : Saya yakin saja dok, apalagi kalau saya hubungi dia kadang diangkat
atau dibalas dan seperti ada yang dia tutup-tutupi dok.
DM : Bagaimana tidurnya bapak kalau malam ?
P : Saya susah tidur karena badan saya selalu terasa panas, dok.
DM : Bagaimana makannya, pak ?
P : Iya, baik dok. Makan 3 kali sehari.
DM : Kalau mandinya pak bagaimana ?
P : Saya mandi saat mau apel pagi saja. Kalau hari libur saya tidak
mandi.
DM : Apa yang biasa bapak lakukan jika memiliki waktu luang ?
P : Saya di asrama saja.
DM : Bapak lahir dimana ?
P : Di Medan.
DM : Bapak pernah berobat kemana saat sakit seperti ini ?
P : Sebelumnya saya biasa ke RS Pelamonia. Tapi istri saya coba bawa saya
berobat kesini.
DM : Saat kecil, bapak orangnya bagaimana ?
P : Yah biasa saja, bergaul dan bermain dengan teman-teman.
DM : Bapak anak ke- berapa dari berapa bersaudara ?
P : Anak ke-2 dari 4 bersaudara ().
DM : Bapak sudah memiliki anak ?
P : Sudah, 2 orang (), perempuan semua anak saya.
DM : Siapa nama istrinya, pak ?
P : Lita.
DM : Sebelum bapak menikah, bapak pacaran dengan istrinya ?
P : Iya pacaran sekitar 3 tahun baru saya menikah. Saya sama istri saya
dulu itu pacaran jarak jauh, karena istri saya dulu kerja sebagai perawat di
Rumah Sakit di Tangerang. Tapi semenjak menikah istri saya berhenti bekerja
karena mengikuti saya kesini.
DM : Sekarang bapak tinggal bersama siapa ?
P : Saya tinggal di asrama bersama istri dan anak saya.
DM : Apa yang bapak inginkan/ rencanakan ke depannya ?
P : Saya ingin sehat dok tidak gelisah lagi seperti sekarang. Supaya hidup
saya juga tenang.
DM : Kalau bapak sembuh, apa yang bapak ingin lakukan pada hidupnya ?
P : Yah seperti biasa rutinitas saya sebagai tentara dan hidup bahagia
dengan keluarga saya.
DM : Apa yang bapak rasakan sekarang? Dan kenapa ?
P : Saya merasa bersalah sama istri saya. Karena, tidak sengaja menampar
istri saya saat lagi emosi.
DM : Pak, 3x3 hasilnya berapa ?
P : 9
DM : Apa bapak tahu sekarang ini pagi, siang, atau malam ?
P : Masih pagi.
DM : Bapak tahu sekarang berada dimana ?
P : di Rumah Sakit Dadi.
DM : Apa bapak ingat umur berapa masuk sekolah ?
P : Sekitar umur 6 tahun.
DM : Coba bapak mengulang angka yang saya sebut 9, 7, 1, 5 !
P : 9, 7, 1, 5.
DM : Apa bapak bisa menceritakan rumah bapak di asrama bagaimana ?
P : Yah seperti asrama tentara biasanya, samping kiri-kanannya rumah
asrama juga. Dari batu dan semen beratap seng.
DM : Hobi bapak kalau boleh tahu apa ?
P : Saya suka memancing.
DM : Pak, menurut bapak, apakah bapak sehat atau sakit sekarang ?
P : Sakit, dok. Saya mau minum obat supaya menjadi tenang. Tapi biasa
kalau saya habis minum obat, mukaku langsung kaku, itulah yang membuat
saya akhir-akhir ini tidak minum obat lagi, dok.
DM : Oh, mukanya bapak kaku karena efek samping dari obatnya, pak. Nanti
diresepkan juga obat yang menghilangkan rasa kaku di wajah bapak.
P : Oh, iya terima kasih, dok. Apa ada yang mau ditanyakan lagi dok ?
DM : Iya, sudah tidak ada pak. Terima kasih sudah meluangkan waktunya,
pak. Semoga cepat sembuh, pak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, BJ., Sadock, VA. 2007. Delusional Dusorder and
Shared Psychotic Disorder. In Kaplan & Sadocks Synopsis
of Psychiatry: Behavioral Sciences/ Clinical Pcychiatry.
10th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
2. Tomb, David A. 2006. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta:
EGC.
3. Camellia, Vita. 2010. Jurnal Waham Secara Klinik.
Departemen Psikiatri FK USU Medan.
4. Maslim, Rusdi. 2014. Pengunaan Klinis Obat Psikotropika.
Jakarta : PT. Nuh Jaya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai