REFERAT
“ Malingering Dan Factitious ”
DISUSUN OLEH :
GUNTUR ALVINO
N 111 20 049
PEMBIMBING KLINIK
dr. Dewi Suriany A, Sp.KJ
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tadulako
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
Malingering adalah gejala fisik atau psikologis palsu yang sengaja dibuat oleh
pasien untuk mencapai mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi pasien itu
sendiri. Malingering bukanlah sebuah diagnosis untuk kesehatan ataupun psikiatris.
Oleh karena itu, pendekatan epidemiologi secara tradisional irrelevan. 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. MALINGERING
1.3 Diagnosis
DSM-IV-TR mencakup pernyataan berikut mengenai malingering
yaitu pembentukan di sengaja gejala psikologis atau fisik palsu secara
berlebih-lebihan yang didorong dengan keuntungan internal seperti
menghindari kewajiban militer, menghindari pekerjaan, mendapatkan
kompensasi keuangan, menghindari tuduhan kriminal, atau mendapatkan
obat.
Malingering harus sangat dicurigai jika kombinasi berikut ini diamati : 3
A. Konteks medikolegal pada tampilan ( contoh orang tersebut dirujuk
oleh pengacara ke klinisi untuk diperiksa)
B. Ketimpangan yang nyata antara seseorang mengaku stres atau
ketidak mampuan dengan temuan objektif
C. Tidak adanya kerja sama selama evaluasi diagnostik dan di dalam
mematuhi regimen terapi yang diresepkan
D. Adanya gangguan kepribadaian antisosial
1.7 Pengobatan
Untuk kondisi ini tidak ada indikasi pengobatan yang khas. Yang biasa
psikiater lakukan adalah konsultasi. Orang-orang malinger hamper tidak
pernah menerima hasil dari psikiatris dan berhasil dengan konsultasi yang
minimal. Sebaiknya kita menghindari konsultasi pasien ke spesialis yang
lain sebab dengan konsultasi itu hanya dapat menetapkan dan tidak
menghilangkan malingering. Bagaimanapun, jika tidak ada penyebab
pasti yang serius tentang kehadiran penyakit psikiatris asli, disarankan
konsultasi psikiatris. 1,8
Hal yang penting dalam menangani pasien malingering adalah:
A. Menghindari sikap konfrontasi dengan pasien, dengan alasan pasien
malingering
B. Memandang gejala medis sebagai sebagai suatu masalah medis yang
sah.
Secara garis besar urutan evaluasi dan pengelolaan yang dapat kita
lakukan sebagai berikut 1:
A. Mulai dengan anggapan bahwa keluhan adalah benar, dan singkirkan
berbagai penyakit medik dan psikiatrik.
B. Harus waspada bila ada pasien yang menampilkan diri dengan
masalah medikolegal dan pasien tidak pernah patuh dalam makan
obat.
C. Laksanakan pemeriksaan laboratorium dan diagnostik lainnya sesuai
dengan keluhan.
D. Bila diduga adanya pura-pura, pastikan bahwa segala sesuatu telah
diperiksa tanpa terlupa sebelum berhadapan dengan pasien.
E. Usahakan untuk menegakkan diagnosis pastinya.
F. Setelah semua data terkumpul, beritahu pasien bahwa intervensi
medik sebenarnya tidak ada. Banyak pasien akan meninggalkan
terapi saat itu. Beritahukan bahwa gejalanya adalah suatu gaya
menghadapi masalah yang ada dalam hidup pasien dan tawarkan
bantuan untuk mengatasinya.
1.8 Prognosis
Adanya gangguan mental, riwayat, respon terhadap psikoterapi dan
obat – obatan harus diperhatikan. Adanya kondisi medis akut atau kronik,
masalah bedah, dan efeknya terhadap fungsi keseluruhan pasien harus
dipertimbangkan. Karena individu yang berpura – pura sakit biasanya
tidak mengikuti rekomendasi pengobatan, status mereka tetap tidak
terpengaruh. Malingering tetap bertahan sampai individu yang berpura –
pura sakit mendapatkan apa yang mereka inginkan dan gejala akan
mereda setelah mendapatkannya.
2. FACTITIOUS
2.2 Epidemiologi
Prevalensi gangguan buatan pada populasi umum tidak diketahui
walaupun sejumlah klinisi yakin bahwa gangguan ini lebih banyak
daripada yang diketahui. Gangguan ini tampak lebih sering terdapat di
rumah sakit dan pekerja perawatan kesehatan daripada populasi umum.
Selain itu, gangguan ini lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laik-laki dan sindrom yang lebih parah sering terjadi pada
perempuan. Menurut revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR), gangguan buatan di diagnosis
pada kira-kira 1 persen pasien yang ditemui di konsultasi psikiatri di
rumah sakit umum. Di Amerika Serikat, gangguan buatan oleh perwalian
(didiskusikan terpisah) ada sebanyak kurang dari 1.000 dari hampir 3 juta
kasus penganiayaan anak yang dilaporkan tiap tahun. (1,7)
2.3 Etiologi
A. Faktor Psikososial
Dasar psikodinamika dari gangguan buatan tidak diketahui
secara pasti, pasien dapat bersikeras bahwa gejala mereka bersifat
fisik sehingga terapi yang berorientasi psikologis tidak berguna.
Suatu laporan kasus menyatakan banyak pasien menderita
penyiksaan atau penelantaran pada masa anak-anak yang
menyebabkan seringnya mendapat perawatan dirumah sakit selama
masa perkembangan awal. Pada keadaan ini, mendapatkan
perawatan di rumah sakit mungkin telah dianggap sebagai suatu
pelarian dari situasi rumah yang traumatik. Kondisi itu memberikan
ruang nyaman bagi pasien dan beranggapan bahwa sejumlah tenaga
medis yang memberi perawatan (seperti dokter, perawat, dan
karyawan rumah sakit) adalah orang-orang yang dapat mengasihi
merawat mereka dengan penuh kasih sayang. (1,9)
Pasien yang mencari prosedur yang menyakitkan seperti
operasi pembedahan dan pemeriksaan yang invasive, mungkin
memiliki kepribadian masokhistik. Pasien dapat menghidupkan
peran pasien dan menceritakan tentang riwayat dan gejala penyakit
yang menyiksa berulang-ulang kali sehingga bisa mendapatkan
perawatan di rumah sakit sesering mungkin. Kemungkinan pasien
memiliki kerabat yang menderita gangguan atau penyakit yang sama
yang kemudian ditiru oleh pasien. Adanya kerja sama antara pasien
dengan yang ditiru sangat jarang terjadi. Walaupun pasien bertindak
sendiri, teman dan kerabat turut mendukung dan membuat-buat
penyakit dalam beberapa hal.(1,9)
B. Faktor Biologis
Sejumlah peneliti mengungkapkan bahwa disfungsi otak dapat
menjadi faktor gangguan buatan. Dikatakan bahwa pemrosesan
informasi yang terganggu berperan dalam fantastika pseudologia
pasien Munchausen dan perilaku menyimpang. Pasien ini tidak
memperlihatkan pola genetik pemeriksaan elektroensefalografik
(EEG) dan memperlihatkan tidak adanya kelainan yang spesifik. (1,9)
2.4 Diagnosis
Kriteria diagnosis Gangguan buatan berdasarkan DSM-IV-TR adalah: (9)
A. Pembentukan atau pembuatan tanda dan gejala fisik atau psikologis
yang disengaja
B. Motivasi perilaku ini adalah untuk mengambil peran sakit
C. Tidak ada dorongan eksternal untuk perilaku ini (seperti
keuntungan ekonomik, menghindari tanggung jawab hukum, atau
meningkatkan kesejahteraan fisik, seperti pada Malingering)
Tentukan kode berdasarkan jenis: (9)
A. Dengan tanda dan gejala psikologis yang dominan: Jika tanda dan
gejala psikologis mendominasi tampilan klinisnya
B. Dengan tanda dan gejala fisik yang dominan: Jika tanda dan gejala
fisik mendominasi tampilan klinisnya.
C. Dengan kombinasi tanda dan gejala yang psikologis serta fisik: Jika
kedua tanda gejala psikologis serta ada tetapi tidak mendominasi
tampilan klinis.
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ –
III) di Indonesia, gangguan ini termasuk dalam Gangguan Kepribadian
dan Perilaku Masa Dewasa Lainnya (F68), yaitu Kesengajaan atau
Berpura-pura Membuat Gejala atau Disabilitas, baik Fisik maupun
Psikologis (Gangguan Buatan) (F68.1).
Kriteria diagnosisnya adalah: (3)
A. Dengan tidak adanya gangguan fisik atau mental, penyakit atau
cacat yang pasti, individu berpura-pura mempunyai gejala sakit
secara berulang-ulang dan konsisten.
B. Untuk gejala fisik mungkin dapat meluas sampai membuat sendiri
irisan atau luka untuk menciptakan perdarahan atau menyuntik diri
dengan bahan beracun.
C. Peniruan nyeri dan penekanan adanya perdarahan dapat begitu
meyakinkan dan menetap sehingga menyebabkan diulanginya
pemeriksaan dan operasi di beberapa klinik dan rumah sakit,
meskipun hasilnya berulang-ulang negative.
D. Motivasi untuk perilaku ini hampir selalu kabur dan dianggap
faktor internal dan kondisi terbaik diinterpretasikan sebagai suatu
gangguan perilaku sakit dan peran sakit (disorder of illness
behavior and the sick role).
E. Individu dengan pola perilaku demikian biasanya menunjukkan
sejumlah tanda dari kelainan yang berat lainnya dari kepribadian
dan hubungan dengan lingkungan
F. Perlu dibedakan dengan “Malingering”, didefinisikan sebagai
kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik
fisik maupun psikologis, yang dimotivasikan oleh stress eksternal
atau insentif (kode Z76.5 dari ICD-10). Motif yang berkaitan
dengan stress eksternal tersebut dapat berupa penghindaran diri dari
tuntutan hukuman kriminal, untuk memperoleh obat terlarang.
Menghindari wajib militer atau tugas militer yang berbahaya, dan
upaya untuk memperoleh keuntungan karena sakit atau
mendapatkan perbaikan taraf hidup. (3)
A. Malingering
Malingering memiliki tujuan yang jelas. Misalnya meminta
perawatan dengan menunjukkan gejala dengan tujuan mendapatkan
kompensasi keuangan, menghindari polisi, atau hanya untuk
mendapatkan tempat tidur gratis. Pasien akan berhenti
menimbulkan gejala tidak dianggap tidak menguntungkan lagi atau
dianggap telah berlalu.(1,11)
B. Gangguan Somatoform
Gangguan buatan dibedakan dengan gangguan somatisasi
(Sindrom Briquet) karena adanya gejala buatan yang dilakukan
secara sengaja, riwayat rawat inap berulang di rumah sakit yang
ekstrim, dan keinginan untuk menjalani prosedur yang merusak
pada pasien dengan gangguan buatan. Gejala dari gangguan
kesehatan yang dirasakan pasien, berada dibawah kontrol sadar
seorang pasien, sama seperti gangguan buatan. Sedangkan yang
membedakan, pada gangguan somatoform produksi gejala tidak
diketahui atau tidak ada kelainan medis yang dapat dibuktikan. (1,11,7)
C. Gangguan Kepribadian
Karena mencari perhatian dan dramatisasi, pasien dengan
gangguan buatan digolongkan dalam gangguan kepribadian
histrionik. Tetapi pada gangguan buatan tidak semua pasien
memiliki bakat dramatik, banyak yang menarik diri dan terlihat
lemah. Orang dengan Gangguan buatan juga tidak memiliki
kebiasaan berpenampilan, pikiran dan komunikasi yang eksentrik.
(1,4)
2.6 Terapi
A. Psikoterapi
Tidak ada terapi psikiatrik spesifik dalam tatalaksana gangguan
buatan. Pasien menyangkal gangguan buatan pada mereka dan
akhirnya memilih lari dan menolak pengobatan secara psikiatri oleh
karena itu sasaran pengobatan bukan penyembuhan, tetapi
pengelolaan untuk mencegah pasien kesakitan dan menjalani
prosedur yang menyiksa. Dengan demikian terapi yang paling baik
difokuskan pada pengelolaan bukan pada penyembuhan. Mungkin
satu-satunya faktor yang penting dalam keberhasilan penatalaksaan
adalah pengenalan awal dokter akan gangguan ini. Dengan cara ini,
dokter dapat mencegah pasien menjalani banyak rasa sakit dan
prosedur diagnostik yang berpotensi bahaya. Hubungan yang baik
antara psikiater dan petugas medis atau bedah sangat disarankan.
Reaksi personal dokter dan petugas yang memiliki makna besar di
dalam terapi dan membangun hubungan kerja sama dengan pasien,
yang mencetuskan rasa tidak memberikan hasil, membingungkan,
pengkhianatan, permusuhan bahkan tidak berharga.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi pada Gangguan buatan meiliki kegunaan yang
terbatas. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) dapat
berguna untuk mengurangi perilaku impulsif bila perilaku tersebut
merupakan komponen utama perilaku berpura-pura. SSRI termasuk
kedalam golongan obat Anti Depressan. Obat golongan ini
diantaranya Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, dan
Citalopram.(1,8)
Mulai dengan dosis rendah untuk penyesuaian efek samping,
Sertraline 50 mg/hari, dinaikkan secara bertahap, sampai tercapai
dosis efektif (100-150 mg/h). Meskipun respon terhadap
pengobatan SSRI sudah dapat terlihat 1 sampai 2 minggu, untuk
mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2
sampai 3 bulan serta bertahan untuk jangka waktu yang panjang (1
– 2 tahun), Sertraline dapat diberikan sesuai dosis pemeliharaan
yaitu sekitar 100 mg/h, sambil dilakukan terapi perlikau dan
psikoterapi lainnya. (1,8)
2.7 Prognosis
Prognosis pada sebagian besar kasus adalah buruk. Gangguan ini
mengurangi kemampuan pasien dan sering menimbulkan trauma berat
dan reaksi yang tidak sesuai yang berkaitan.sejumlah kecil pasien
kadang-kadang menghabiskan waktu di penjara. Sejumlah kecil
meninggal karena penggunaan obat, instrumentasi atau operasi yang
tidak dibutuhkan. Gambaran yang mungkin memiliki prognosis yang
baik adalah (1) berfungsi pada tingkat ambang, tidak selalu psikotik, (2)
atribut gangguan kepribadian antisosial dengan gejala minimal.(1,11)
BAB III
KESIMPULAN