Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN FISIK GENITALIA PEREMPUAN

Nama : Melyta Rahmi Sari


NIM :712016086

Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya, yang
dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang. Lampu sorot tambahan
diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan
sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan
terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedis perempuan, sedangkan
pada pemeriksaan pasien laki-laki, dapat didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau
perempuan. Beri penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan:

 Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus selalu
menggunakan sarung tangan, jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah
memeriksa.
 Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan genitalia
(pada keadaan tertentu, kadang-kadang pasien harus membuka seluruh pakainnya secara
bertahap).
o Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dalam posisi
litotomi.
- Pemeriksa duduk dengan nyaman sambil melakukan inspeksi dan palpasi mons
pubis, labia, dan perineum.
- Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia, perhatikan
adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa, atau duh tubuh.

Gambar 1. Posisi litotomi


 Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan sekitarnya.
 Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran kelenjar getah
bening setempat (regional)
 Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan bahan
pemeriksaan.
 Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak berkemih
selama 1 jam (3 jam lebih baik), sebelum pemeriksaan.

Pasien dengan gejala ulkus genitalis

1. Untuk semua pasien dengan gejala ulkus genital, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
serologi untuk sifilis dari bahan darah vena (RPR=rapid plasma reagin, syphilis rapid
test).
2. Untuk pemeriksaan Treponema pallidum pada ulkus yang dicurigai karena sifilis :
a. Ulkus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan salin
fisiologis (NaCl 0,9%).
b. Ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk sampai keluar cairan serum
c. Serum dioleskan ke atas kaca obyek untuk pemeriksaan Burry atau mikroskop
lapangan gelap bila ada.

Pemeriksaan Lain

Pemeriksaan Bimanual

1. Gunakan sarung tangan dan dapat digunakan pelumas


2. Masukkan jari tengah dan telunjuk tangan kanan ke dalam vagina, ibu jari harus dalam
posisi abduksi, sedangkan jari manis dan kelingking ditekuk ke arah telapak tangan
3. Untuk palpasi uterus; letakkan tangan kiri di antara umbilikus dan tulang simfisis pubis,
tekan ke arah tangan yang berada di dalam pelvik
4. Dengan telapak jari tangan, raba fundus uteri sambil mendorong serviks ke anterior dengan
jari-jari yang berada di pelvik. Perhatikan ukuran, posisi, konsistensi, mobilitas uterus, dan
kemungkinan rasa nyeri saat menggoyangkan serviks
5. Dengan perlahan, geser jari-jari yang berada di vagina menuju forniks lateral sambil tangan
yang berada di atas perut menekan ke arah inferior.
Gambar 2. Pemeriksaan bimanual

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pelvis bimanual :


1. Vagina : 


 Kelainan pada daerah introitus vagina (kista Bartolini, abses Bartolini)

 Kekuatan dinding vagina
 – Sistokel atau rektokel, dan kista Gardner

 Permukaan dan kondisi rugae (ulkus, tumor dan fistula)


 Kelainan kongenital

 Penonjolan forniks atau kavum Douglasi 


2. Serviks uteri :
 Permukaan (sikatriks, ulkus, tumor)

 Ukuran dan bentuk serviks uteri 


 Konsistensi (kenyal, lunak, tanda Hegar) 


 Kanalis servikalis terbuka atau tertutup


 Mobilitas
 Nyeri pada pergerakan
3. Uterus
 Bentuk uterus
 Ukuran atau dimensi uterus
 Posisi uterus (anteversi, retroversi, antefleksi, retrofleksi, sinistro/ dekstroposisi)
 Konsistensi (padat, lunak)
 Permukaan uterus (bernodul, rata)

 Mobilitas 


 Tumor (bentuk, ukuran, konsistensi)


 Kelainan kongenital

Pemeriksaan Anoskopi
Indikasi

Bila terdapat keluhan atau gejala pada anus dan rektum, pasien dianjurkan untuk
diperiksa dengan anoskopi bila tersedia alat tersebut. Pemeriksaan ini sekaligus dapat melihat
keadaan mukosa rektum atau pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium bila
tersedia fasilitas.

Kontra indikasi

Anus imperforata merupakan kontra indikasi absolut untuk tindakan anoskopi, namun
bila pasien mengeluh mengenai nyeri hebat pada rektum, may preclude awake anoscopic
examination in anxious patients in pain.

Posisi pasien pasien berbaring dalam posisi sim atau miring dengan lutut ditekuk serta
pinggul ditekuk 45%. Posisi di sebelah kiri pemeriksa.

Gambar 3. Posisi lateral decubitus atau posisi sim

Pemeriksaan Ginekologi Dengan Spekulum


Untuk melakukan pemeriksaan fisik, pasien perlu disiapkan terlebih dahulu :

 Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan rectum 


 Posisikan pasien litotomi 


 Pakailah sarung tangan sebelum melakukan pemeriksaan 


 Sebelum melakukan pemeriksaan, informasikan apa yang akan pemeriksa 
 lakukan. 



Untuk pemeriksaan ginekologi dikenal 3 letak penderita :

1. Letak litotomi


Letak ini paling sering dilakukan, diperlukan meja ginekologi dan penyangga bagi kedua

tangkai.
 Penderita berbaring diatas meja ginekologi, sambil lipat lututnya diletakkan pada

penyangga dan tungkainya dalam fleksi santai, sehingga penderita dalam posisi

mengangkang.
 Dengan penerangan lampus sorot, vulva, anus dan sekitarnya dapat terlihat

jelas dan pemeriksaan baik bimanual maupun dengan speculum dapat dilakukan.Pemeriksaan
inspekulo dilakukan dengan pemeriksaan duduk, sedang pemeriksaan bimanual sebaiknya

dengan berdiri. 


2. Letak miring


Pasien diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri, sambil paha dan lututnya

ditekuk dan kedua tungkai sejajar.Posisi ini hanya baik untuk pemeriksaan inspekulo. 


3. Letak Simm


Letak ini hampir sama dengan letak miring. Hanya tungkai kiri hampir lurus, tungkai kanan
ditekuk kea rah perut, dan lututnya diletakkan pada alas, sehingga panggul membuat sudut
miring dengan alas, lengan kiri di belakang badan dan bahu sejajar alas. Dengan demikian
penderita berbaring setengah tengkurap.Dengan posisi ini pemeriksaan inspekulo lebih mudah
dilakukan.

Pemeriksaan dengan Spekulum


Setelah dilakukan inspeksi alat genital, pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan dengan
speculum, terutama apabila dilakukan dengan sitologi vagina. Namun ada juga yang memulai

dengan pemeriksaan bimanual terlebih dahulu.
 Untuk wanita yang belum pernah melahirkan

di pilih speculum yang lebih kecil, atau pada anak kecil apabila memang diperlukan
menggunakan speculum paling kecil sesuai dengan kecilnya introitus vagina.

Cara Pemasangan spekulum


1. Spekulum SIMM
Dipasang terlebih dahulu kedalam vagina bagian belakang (posterior). Mula- mula ujung
spekulum dimasukkan agak miring ke dalam introitus vagina, didorong ke dalam sedikit, dan
diletakkan melintang dalam vagina : lalu spekulum ditekan ke belakang dan di dorong lebiih
ke dalam lagi, sehingga ujung speculum menyentuk puncak vagina di fornik posterior. Setelah
spekulum pertama di pasang maka spekulum kedua yang lebih kecil menjadi sangat mudah,
ujung diletakkan di fornik anterior dan ditekan sedikit ke depan. Biasanya portio langsung
tampak dengan jelas. Apabila portio menghadap terlampau ke depan atau ke belakang, maka
posisi spekulum disesuaikan, sehingga letak portio tepat ditengah spekulum
2. Spekulum Cocor bebek
Dalam keadaan tertutup, speculum dimasukkan ujungnya kedalam introitus vagina sedikit
miring, kemudian diputar kembali menjadi melintang dalam vagina dan di dorong masuk lebih
dalam kea rah fornik posterior sampai di puncak vagina, lalu speculum di buka melalui
mekanik pada tangkainya. Dengan demikan dinding vagian depan dipisah dari yang belakang,
dan portio tampak jelas. Apabila portio belum tampak jelas, posisi speculum dapat disesuaikan.
Waktu speculum dibuka daun depan tidak menyentuh portio karena agak lebih pendek dari
daun belakang.
Dengan menggunakan speculum, periksa dinding vagina (rugrae, carcinoma, flour albus), dan
portio (bulat, terbelah melintang, mudah berdarah, erosion, peradangan, polip, tumor atau
ulkus, juga diperhatikan warna, dan OUE membuka/menutup)
Selain di pasang speculum dapat dilakukan usap vagina dan usap serviks untuk pemeriksaan
sitology, getah kanalis servikalis untuk pemeriksaan GO, dan getah dari fornik posterior untuk
pemriksaan trikomoniasis dan kandidiasis. Dapat juga digunakan untuk pelepasan AKDR.
Pemeriksaan ginekologi memerlukan alat dan bahan sebagai berikut :

1. Bed Ginekologi 


2. Sarung tangan 


3. Spekulum cocor bebek 


4. Cunam kapas/kurentang 


5. Kateter nelaton dan kateter logam 


6. Kapas lisol 


7. Kaca benda untuk pemeriksaan sitology vagina 


8. Spatel ayre dan etil alcohol untuk sitology vagina 



9. Kapaslidi 


10. Cunam portio


11. Sonde uterus
12. Cunam biopsy
13. Mikro kuret
14. Lampu sorot
. Pemeriksaan Sitologi Vagina 


.
. Gambar 12. Kiri : Prosedur pemeriksaan sitologi vagina, kanan : pembuatan apusan
.

Untuk deteksi tumor ganas (Pap Smear):


Prosedur Pemeriksaan Pap Smear, menurut Soepardiman (2002), Manuaba (2005), Rasjidi
(2008), Sarwono (2011):
1. Persiapan alat, alat yang akan digunakan, meliputi spekulum Bivalve (cocor bebek), cytobrush,

spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%. 


2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.


3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks
uterus, dan kanalis servikalis.
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
5. Terlebih dahulu dilakukan tindakan pengambilan sampel endoserviks (dari kanalis


 servikalis), karena kandungan musin yang banyak mencegah pengeringan sel. Ini


 penting, terutama bila sampel sel berada dalam satu kaca benda.

6. Sangat dianjurkan mengambil bahan endoserviks dengan cytobrush, pengambilan


 dengan lidi kapas (cotton bud).

7. Setelah diyakinkan cytobrush mencakup keseluruhan kanalis servikalis dilakukan


 pemutaran sehingga sel melekat pada sikat tersebut.

8. Sel yang diperoleh dipindahkan ke kaca benda dengan memutar cytobrush (bukan


 dengan menggesek lurus) sehingga mengisi sebagian kaca benda yang telah diberi

nomor atau nama masing- masing pasien (dianjurkan kaca benda frosted end atau yang
mudah ditulis dengan pencil).
9. Selanjutnya untuk pengambilan bahan ektoserviks dengan spatula Ayre (ujung yang
pendek) dimasukkan ke dalam endoserviks sedalam mungkin, dimulai dari arah jam 12
dan diputar 360̊ searah jarum jam.
10. Bila pada pemeriksaan/inspekulo ditemukan kelainan cerviks bermakna, dilakukan
pengambilan sampel khusus (diagnostic pap smear).
11. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda
dengan membentuk sudut 45̊ satu kali usapan.
12. Masukkan segera (dalam hitungan detik) apusan pada kaca benda ke dalam botol berisi
cairan fiksasi etil alkohol, di beberapa negara fiksasi dilakukan dengan semprotan (spray
fiksatif, bukan hair spray).
13. Bila sediaan apus akan dikirim dengan pos ke laboratorium sitologi, sediaan direndam di
dalam cairan fiksasi paling sedikit 30 menit, keluarkan dan keringkan di udara terbuka.
Sediaan apus jangan direndam dalam cairan fiksasi lebih dari 1 minggu karena akan terjadi
distorsi sel.
14. Kemudian sediaan yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam wadah transport dan
dikirim ke ahli patologi anatomi. Untuk diproses dan diperiksa.
15. Untuk pemeriksaan hormonal, pada wanita pascamenopase beberapa tetes sekret dari
puncak vagina dapat ditambahkan.
16. Kemudian dibuat sediaan apusan di kaca benda bersih yang kedua, untuk mendeteksi
kelainan endometrium.
17. Bila mukosa atrofi, spatula sebaiknya dibasahi dahulu dengan larutan garam fisiologis
(NaCl 0,9 %). Bila sediaan apus mulai mengering dapat dilakukan rehidrasi dengan
meneteskan air selama beberapa saat sebelum dilakukan fiksasi.
18. Lalu dimasukkan ke dalam botol khusus (cuvette) berisi etil alkohol 95%.
19. Setelah kira-kira satu jam, kaca objek dikeluarkan dan dikeringkan, dilakukan pulasan


 menurut Papanicolou. 


Interpretasi Hasil Pap Smear


Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear, sistem
Papanicolaou.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu:

Kelas I : Tidak ada sel abnormal.


Kelas II : Terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya

keganasan.


Kelas III : Gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai

sedang.


Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai displasia berat.


Kelas V : Keganasan.

Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat (IVA TEST)


Inspeksi visual dengan asam asetat adalah pemeriksaan serviks secara langsung dengan
mata telanjang, tanpa menggunakan alat pembesar setelah serviks diusap dengan asam asetat
3-5%. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya lesi prakanker atau
kanker melalui perubahan warna epitel serviks menjadi putih, yang disebut acetowhite.
Adanya metaplasia skuamosa atipik pada serviks akibat stimulus onkogen dalam
perkembangan sel yang mengalami metaplasia akan menampakkan daerah peralihan yang
atipik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan nisbah inti sitoplasma. Peningkatan ini
berakibat berkurangnya kemampuan sinar untuk menembus epitel. Epitel akan tampak putih
yang segera terlihat setelah serviks diusap dengan asam asetat 3-5%.
Efek asam asetat akan menyebabkan dehidrasi sel akibat peningkatan osmolaritas
cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik ini akan menarik cairan
intraseluler sehingga membran sel akan kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Epitel
kolumnar akan menjadi plumper (gemuk) setelah pemberian asam asetat, sehingga sel-sel
mudah terlihat. Sel yang mengalami displasia paling terpengaruh terhadap pemberian asam
asetat karena memiliki inti yang besar dan kromatin dengan kandungan protein tinggi.
Akibatnya bila permukaan sel mendapat sinar, maka sinar tidak akan diteruskan ke dalam
stroma namun akan dipantulkan keluar permukaan sel.
Asam asetat juga mempunyai efek koagulasi protein dalam sitoplasma dan inti sehingga
tampak opaque dan putih. Epitel abnormal memiliki inti dengan kepadatan yang tinggi,
sehingga menghambat cahaya untuk menembus epitel. Hal ini menyebabkan sel akan terlihat
berwarna putih (acetowhite) oleh karena warna kemerahan pada pembuluh darah di bawah
epitel tidak terlihat. Inilah yang membedakan hasil ulasan pada epitel serviks yang normal.
Pada keadaan normal, epitel tidak berwarna dan tembus cahaya. Warna kemerahan yang
terlihat merupakan warna pembuluh darah di bawah epitel.
Derajat putihnya epitel pada reaksi acetowhite menunjukkan daerah dengan
peningkatan densitas inti yang mencerminkan bertambahnya jumlah, ukuran dan konsentrasi
DNA sel yang abnormal. Semakin tinggi konsentrasi protein, epitel akan semakin putih.
Kondisi ini akan berhubungan langsung dengan derajat displasia. Efek asam asetat akan
mencapai puncak sekitar 1-2 menit sesudah aplikasi dan akan menghilang dalam waktu 5

menit. Tindakan pengusapan asam asetat dapat dilakukan beberapa kali selama pemeriksaan.


Untuk melakukan pemeriksaan IVA dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:

 Ruang tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi 


 Tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada dalam posisi litotomi 


 Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks 


 Spekulum vagina 


 Asam asetat 3-5% 



 Swab (lidi kapas) 


 Sarung tangan 


Prosedur pemeriksaan IVA : 


 Pasien berada di atas tempat tidur pemeriksaan dalam posisi litotomi. 


 Pemeriksa duduk di depan vulva, dengan sumber cahaya terang berupa lampu sorot

dibelakang pemeriksa. 


 Visualisasi serviks dengan spekulum cocor bebek kering tanpa pelumas. 


 Setelah serviks terlihat jelas, dengan sumber cahaya terang dari belakang pemeriksa, serviks

dipulas dengan asam asetat 3-5%. Ditunggu selama 1-2 menit. Dilihat perubahan 
 pada

serviks dengan mata telanjang. 


 Pada lesi prakanker akan terlihat warna bercak putih yang disebut acetowhite pada daerah


 transformasi (IVA positif).

Jika tidak terlihat bercak putih pada daerah transformasi disebut IVA negatif. 
 Kategori

yang dipergunakan untuk interpretasi hasil pemeriksaan IVA yaitu : 


IVA negatif :
 Serviks normal,

permukaan epitel licin, tidak ada reaksi


acetowhite.

Inflamasi :
 Serviks dengan peradangan

(servisitis), kelainan jinak lainnya (polip)


IVA positif :
 Terlihat bercak putih

(reaksi acetowhite). Semakin putih, tebal


dan ukuran yang besar dengan tepi tumpul,
semakin berat derajat kelainan.

Kanker serviks:
 Gambaran

pertumbuhan massa seperti kembang kol,


kemungkinan ditemukan jaringan
nekrotik, rapuh, mudah berdarah dengan
gambaran putih yang keras.

Anda mungkin juga menyukai