Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya, yang
dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang. Lampu sorot tambahan
diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan
sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan
terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedis perempuan, sedangkan
pada pemeriksaan pasien laki-laki, dapat didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau
perempuan. Beri penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan:
Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus selalu
menggunakan sarung tangan, jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah
memeriksa.
Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan genitalia
(pada keadaan tertentu, kadang-kadang pasien harus membuka seluruh pakainnya secara
bertahap).
o Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dalam posisi
litotomi.
- Pemeriksa duduk dengan nyaman sambil melakukan inspeksi dan palpasi mons
pubis, labia, dan perineum.
- Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia, perhatikan
adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa, atau duh tubuh.
1. Untuk semua pasien dengan gejala ulkus genital, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
serologi untuk sifilis dari bahan darah vena (RPR=rapid plasma reagin, syphilis rapid
test).
2. Untuk pemeriksaan Treponema pallidum pada ulkus yang dicurigai karena sifilis :
a. Ulkus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan salin
fisiologis (NaCl 0,9%).
b. Ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk sampai keluar cairan serum
c. Serum dioleskan ke atas kaca obyek untuk pemeriksaan Burry atau mikroskop
lapangan gelap bila ada.
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan Bimanual
2. Serviks uteri :
Permukaan (sikatriks, ulkus, tumor)
Mobilitas
Pemeriksaan Anoskopi
Indikasi
Bila terdapat keluhan atau gejala pada anus dan rektum, pasien dianjurkan untuk
diperiksa dengan anoskopi bila tersedia alat tersebut. Pemeriksaan ini sekaligus dapat melihat
keadaan mukosa rektum atau pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium bila
tersedia fasilitas.
Kontra indikasi
Anus imperforata merupakan kontra indikasi absolut untuk tindakan anoskopi, namun
bila pasien mengeluh mengenai nyeri hebat pada rektum, may preclude awake anoscopic
examination in anxious patients in pain.
Posisi pasien pasien berbaring dalam posisi sim atau miring dengan lutut ditekuk serta
pinggul ditekuk 45%. Posisi di sebelah kiri pemeriksa.
1. Letak litotomi
Letak ini paling sering dilakukan, diperlukan meja ginekologi dan penyangga bagi kedua
tangkai. Penderita berbaring diatas meja ginekologi, sambil lipat lututnya diletakkan pada
penyangga dan tungkainya dalam fleksi santai, sehingga penderita dalam posisi
mengangkang. Dengan penerangan lampus sorot, vulva, anus dan sekitarnya dapat terlihat
jelas dan pemeriksaan baik bimanual maupun dengan speculum dapat dilakukan.Pemeriksaan
inspekulo dilakukan dengan pemeriksaan duduk, sedang pemeriksaan bimanual sebaiknya
dengan berdiri.
2. Letak miring
Pasien diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri, sambil paha dan lututnya
ditekuk dan kedua tungkai sejajar.Posisi ini hanya baik untuk pemeriksaan inspekulo.
3. Letak Simm
Letak ini hampir sama dengan letak miring. Hanya tungkai kiri hampir lurus, tungkai kanan
ditekuk kea rah perut, dan lututnya diletakkan pada alas, sehingga panggul membuat sudut
miring dengan alas, lengan kiri di belakang badan dan bahu sejajar alas. Dengan demikian
penderita berbaring setengah tengkurap.Dengan posisi ini pemeriksaan inspekulo lebih mudah
dilakukan.
Setelah dilakukan inspeksi alat genital, pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan dengan
speculum, terutama apabila dilakukan dengan sitologi vagina. Namun ada juga yang memulai
dengan pemeriksaan bimanual terlebih dahulu. Untuk wanita yang belum pernah melahirkan
di pilih speculum yang lebih kecil, atau pada anak kecil apabila memang diperlukan
menggunakan speculum paling kecil sesuai dengan kecilnya introitus vagina.
1. Bed Ginekologi
2. Sarung tangan
4. Cunam kapas/kurentang
6. Kapas lisol
.
. Gambar 12. Kiri : Prosedur pemeriksaan sitologi vagina, kanan : pembuatan apusan
.
Prosedur Pemeriksaan Pap Smear, menurut Soepardiman (2002), Manuaba (2005), Rasjidi
(2008), Sarwono (2011):
1. Persiapan alat, alat yang akan digunakan, meliputi spekulum Bivalve (cocor bebek), cytobrush,
spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.
servikalis), karena kandungan musin yang banyak mencegah pengeringan sel. Ini
penting, terutama bila sampel sel berada dalam satu kaca benda.
8. Sel yang diperoleh dipindahkan ke kaca benda dengan memutar cytobrush (bukan
dengan menggesek lurus) sehingga mengisi sebagian kaca benda yang telah diberi
nomor atau nama masing- masing pasien (dianjurkan kaca benda frosted end atau yang
mudah ditulis dengan pencil).
9. Selanjutnya untuk pengambilan bahan ektoserviks dengan spatula Ayre (ujung yang
pendek) dimasukkan ke dalam endoserviks sedalam mungkin, dimulai dari arah jam 12
dan diputar 360̊ searah jarum jam.
10. Bila pada pemeriksaan/inspekulo ditemukan kelainan cerviks bermakna, dilakukan
pengambilan sampel khusus (diagnostic pap smear).
11. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda
dengan membentuk sudut 45̊ satu kali usapan.
12. Masukkan segera (dalam hitungan detik) apusan pada kaca benda ke dalam botol berisi
cairan fiksasi etil alkohol, di beberapa negara fiksasi dilakukan dengan semprotan (spray
fiksatif, bukan hair spray).
13. Bila sediaan apus akan dikirim dengan pos ke laboratorium sitologi, sediaan direndam di
dalam cairan fiksasi paling sedikit 30 menit, keluarkan dan keringkan di udara terbuka.
Sediaan apus jangan direndam dalam cairan fiksasi lebih dari 1 minggu karena akan terjadi
distorsi sel.
14. Kemudian sediaan yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam wadah transport dan
dikirim ke ahli patologi anatomi. Untuk diproses dan diperiksa.
15. Untuk pemeriksaan hormonal, pada wanita pascamenopase beberapa tetes sekret dari
puncak vagina dapat ditambahkan.
16. Kemudian dibuat sediaan apusan di kaca benda bersih yang kedua, untuk mendeteksi
kelainan endometrium.
17. Bila mukosa atrofi, spatula sebaiknya dibasahi dahulu dengan larutan garam fisiologis
(NaCl 0,9 %). Bila sediaan apus mulai mengering dapat dilakukan rehidrasi dengan
meneteskan air selama beberapa saat sebelum dilakukan fiksasi.
18. Lalu dimasukkan ke dalam botol khusus (cuvette) berisi etil alkohol 95%.
19. Setelah kira-kira satu jam, kaca objek dikeluarkan dan dikeringkan, dilakukan pulasan
menurut Papanicolou.
Kelas II : Terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya
keganasan.
Kelas III : Gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai
sedang.
menit. Tindakan pengusapan asam asetat dapat dilakukan beberapa kali selama pemeriksaan.
Untuk melakukan pemeriksaan IVA dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
Tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada dalam posisi litotomi
Spekulum vagina
Sarung tangan
Pemeriksa duduk di depan vulva, dengan sumber cahaya terang berupa lampu sorot
dibelakang pemeriksa.
Setelah serviks terlihat jelas, dengan sumber cahaya terang dari belakang pemeriksa, serviks
dipulas dengan asam asetat 3-5%. Ditunggu selama 1-2 menit. Dilihat perubahan pada
Pada lesi prakanker akan terlihat warna bercak putih yang disebut acetowhite pada daerah
Jika tidak terlihat bercak putih pada daerah transformasi disebut IVA negatif. Kategori