PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
BLOK REPRODUCTIVE SYSTEM
DEPARTEMEN ILMU KEBIDANAN & KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UHKBPN
Disusun Oleh :
Prof. Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG(K)
Dr. dr.Hotma Partogi Pasaribu, SpOG, Dr. dr. Leo Simanjuntak, SpOG,
dr. Harry Simanjuntak, SpOG
I. Pendahuluan
Seorang dokter harus selalu terjaga kemampuan klinik ataupun keterampilannya. Oleh karena
itu seorang dokter harus selalu belajar dan berusaha menambah keilmuan yang lebih baru.
Dengan meningkatkan kemampuan klinik dan keterampilan, akan terhindar dari
ketertinggalan keilmuan dan kesalahan (malpraktek) serta sekaligus dapat melindungi pasien
dari kesalahan tindakan.
Sikap penderita wanita yang datang pada dokter agak berbeda dengan sikap penderita pria,
lebih-lebih apabila ia datang untuk keluhan ginekologik. Cenderung menunjukkan gejala-
gejala kecemasan, kegelisahan, rasa takut dan rasa malu. Waktu dilakukan pemeriksaan,
dokter hendaknya didampingi oleh seorang petugas wanita, misalnya bidan. Gadis remaja atau
anak kecil perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekat.
II. Pemeriksaan
Sebelum pemeriksaan seorang dokter selayaknya mengetahui dan melakukan berbagai hal
berikut ini :
Dokter harus sensitif kepada keluhan penderita/pasien
Dokter harus respek terhadap privasi penderita
Bicara sopan dan tidak keras
Yakinkan bahwa pemeriksaan ini penting dan mempunyai akurasi tinggi
Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dokter
Melakukan pemeriksaan secara perlahan dan tegas (gentle)
Perhatikan bahasa tubuh pasien (kesakitan atau ketakutan)
Beri alasan/penjelasan langkah-langkah yang dilakukan dokter
Lakukan pemeriksaan di tempat yang bersih, baik dan tersedia air/tissu
Penderita dipersilahkan mengosongkan kencing dan bersihkan area genitalia
Penderita dipersilahkan menanggalkan baju yang diperlukan secukupnya
Bantu untuk naik ke meja ginekologi serta usahakan senyaman mungkin
Cuci tangan dan keringkan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaaan.
2. Letak penderita
Untuk pemeriksaan ginekologi dikenal tiga jenis letak
a. Letak Litotomi
Letak ini paling popular, terutama di Indonesia. Untuk itu, diperlukan meja ginekologik
dengan penyangga bagi kedua tungkai.
Penderita berbaring di atasnya sambil lipat lututnya diletakkan pada penyangga dan
tungkainya dalam fleksi santai, sehingga penderita berbaring dalam posisi mengangkang.
Dengan demikian, dengan penerangan yang memadai (sebaiknya dengan lampu sorot),
Pemeriksaan berdiri atau duduk di depan vulva. Pemeriksaan inspekulo dilakukan sambil
duduk, sedang pemeriksaan bimanual sebaiknya sambil berdiri.
Pemeriksaan bimanual dapat dilakukan juga tanpa meja ginekologik. Penderita berbaring
terlentang di tempat tidur biasa, sambil kedua tungkai ditekuk dilipat lutut dan agak
mengangkang. Pemeriksaan berdiri di sebelah kanan penderita, sambil kedua jari tangan
dimasukkan ke dalam vagina, dan tangan kiri diletakkan di perut. Dengan cara demikian,
inspeksi vulva, anus dan sekitarnya tidak seberapa mudah.
Gambar 1. Litotomi
b. Letak Miring
Penderita diletakkan di pingggir tempat tidur miring ke sebelah kiri sambil paha dan
lututnya ditekuk dan kedua tungkai sejajar. Posisi demikian hanya baik untuk
pemeriksaan in spekulo.
c. Letak Sims
Letak ini hampir sama dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir lurus, tungkai
kanan ditekuk ke arah perut, dan lututnya diletakkan pada alas (tempat tidur), sehingga
panggul (garis bitrokhanter) membuat sudut miring dengan alas; lengan kiri di belakang
badan dan bahu sejajar dengan alas. Dengan demikian, penderita berbaring setengah
tengkurap.
Dalam keadaan tertentu, posisi Sims mempunyai keunggulan, yaitu dengan penggunaan
spekulum Sims atau spekulum cocor-bebek; pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan lebih
mudah dan lebih teliti, terutama pemeriksaan dinding vagina depan untuk mencari fistula
vesikovaginalis yang kecil.
3. Pemeriksaan Umum
a. Inspeksi
Perhatikan penampilan penderita secara umum dan catat kelainan pada seluruh organ
tubuh, adalah kelainan infeksi, atau suatu benjolan abnormal yang terdapat di kepala,
leher, subklavia dan payudara/dada serta abdomen atas dan bawah, lipat paha, serta
tungkai atas dan bawah. Apabila ditemukan suatu pembesaran abnormal (edema) atau
tumor, perhatikan apakah ada hubunganya dengan organ lain khususnya dengan organ
genitalia.
c. Perkusi
Pemeriksaan perkusi terutama di daerah toraks dan abdomen. Bila ditemukan
massa/tumor, tentukan asalnya, apakah organ pencernaan atau ginekologi. Periksan
secara cermat. Bila masih meragukan apakah pembesaran rongga abdomen akibat tumor
padat/kista ovarium atau asites, lakukan beberapa tes asites di antaranya :
- Fluid Wave test
- Shiffting Dullness test
- Puddle sign
- Timpani pada abdomen atas (posisi supina udara mengisi usus
Mengapung dalam asites)
- Bulging Flanks pada posisi supinasi (dengan berat asites menekan dinding samping
abdomen).
d. Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi organ rongga dada dan abdomen.
Terutama dicari apakah ada peradangan, iritasi kulit, dan tumor; apakah orifisium urethra
eksternum merah dan ada nanah, apa ada karunkula, atau polip. Nanah tampak lebih jelas,
apabila dinding belakang urethra diurut dari dalam ke luar dengan jari. Apakah ada benda
menonjol dari introitus vagina (prolapsus uteri, mioma yang sedang dilahirkan, polipus
servisis yang panjang); adakah sistokel dan rektokel; apakah glandula Bartholini
membengkak dan meradang; apakah himen masih utuh (hanya dilakukan pada kondisi
tertentu); apakah introitus vagina sempit atau lebar; dan apakah ada parut di perineum;
adakah kondilomata akuminata atau kondilomata lata? Pada pendarahan per vaginam dan
fluor albus perlu pula diperhatikan banyaknya, warnanya, kental atau encernya dan baunya.
Dalam menghadapi prolapsus uteri, penderita disuruh batuk atau meneran sambil meniup
punggung tangannya (maneuver valsalva), sehingga tampak lebih jelas. Sekalian untuk
pemeriksaan apakah ada stress inkotinensia.
Untuk wanita yang masih virgo, tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam.
Spekulum Sims dipasang lebih dahulu kedalam vagina bagian belakang. Mula-mula ujung
spekulum dimasukkan agak miring ke dalam introitus vagina, didorong ke dalam sedikit, dan
diletakkan melintang dalam vagina; lalu spekulum ditekan kebelakang dan didorong lebih
dalam lagi, sehingga ujung spekulum menyentuh puncak vagina di fornik posterior. Pada
proses yang mudah berdarah di porsio pemasangan spekulum ini harus dilakukan sangat hati-
hati, sehingga ujung spekulum tidak menyentuh/menekan porsio yang mudah berdarah itu.
Ujung spekulum harus diarahkan lebih ke belakang lagi dan langsung diletakkan di fornik
posterior pada dinding belakang vagina. Setelah spekulum pertama dipasang dan ditekan ke
belakang, maka pemasangan spekulum Sims kedua (depan), yang harus lebih kecil daripada
yang pertama, menjadi sangat mudah; ujungnya ditempatkan di fornik anterior dan ditekan
sedikit ke depan. Biasanya porsio langsung tampak dengan jelas.
Apabila porsio menghadap terlampau ke belakang atau terlampau ke depan, maka posisi
kedua spekulum perlu disesuaikan, yaitu ujung spekulum belakang digerakkan lebih ke
Pemasangan spekulum cocor bebek dilakukan sebagai berikut : Dalam keadaan tertutup
spekulum dimasukkan ujungnya ke dalam introitus vagina sedikit miring, kemudian diputar
kembali menjadi melintang dalam vagina dan didorong masuk lebih dalam ke arah forniks
posterior sampai di puncak vagina. Lalu spekulum dibuka pada tangkainya. Dengan
demikian, dinding vagina depan dipisah dari yang belakang dan porsio tampak jelas dan
dibersihkan dari lendir atau getah vagina. Waktu spekulum dibuka daun depan tidak
menyentuh porsio karena agak lebih pendek dari daun belakang.
Juga spekulum cocor-bebek perlu disesuaikan porsinya apabila porsio belum tampak jelas;
dan pemasangan harus dilakukan dengan hati-hati apabila ada proses mudah berdarah di
porsio. Spekulum silindris sekarang jarang digunakan.
Dengan menggunakan spekulum diperiksa dinding vagina (rugae vaginales, karsioma, fluor
albus) dan porsio vaginalis servisis uteri (bulat, terbelah melintang, mudah berdarah, erosio,
peradangan, polip, tumor, atau ulkus, terutama pada karsinoma).
Untuk pemeriksaan dengan spekulum, mutlak diperlukan lampu penerang yang cukup,
sebaiknya lampu sorot yang ditempatkan di belakang pemeriksa agak ke samping, diarahkan
ke porsio.
Selain itu dengan spekulum dapat pula dilakukan pemeriksaan pelengkap, seperti usap vagina
dan usap serviks untuk pemeriksaan sitologi, getah kanalis servikalis untuk pemeriksaan
gonorea, dan getah dari forniks posterior untuk pemeriksaan trikomonoasis dan kandidiasis.
III. Tujuan
1. Umum
Setelah selesai skill lab, mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi.
2. Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi, meliputi pemeriksaan
abdomen bawah dan lipat paha, pemeriksaan genitalia eksterna, pemeriksaan dengan
spekulum, pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rektovaginal.
V. Lembar Pengamatan