Anda di halaman 1dari 10

1.

Pemeriksaan Genitalia Pria


A. Penis
a. Inspeksi
 Kulit.

 Prepusium (kulup). Jika ada, tarik prepusium atau minta pasien menariknya.
Langkah ini penting untuk mendeteksi chancre dan karsinoma. Smegma, bahan
putih seperti keju, secara normal dapat menumpuk di bawah kulit prepusium.

 Glans. Carilah ada tidaknya ulkus, jaringan parut,nodul, atau tanda peradangan

 Periksalah kulit di sekitar pangkal penis untuk ekskoriasi atau peradangan. Carilah
ada tidaknya telur kutu di pangkal rambut pubis.

 Perhatikan lokasi meatus uretra.

 Tekan dengan lembut glans di antara telunjuk di atas dan jempol di bawah.
Tindakan ini akan membuka meatus uretra dan saat diinspeksi ada tidaknya duh.
Normalnya tidak terlihat duh

 Jika pasien melaporkan pengeluaran duh yang pemeriksa tidak dapat lihat, minta ia
agar memeras batang penis dari pangkal menuju glans. Atau pemeriksa dapat
melakukannya sendiri. Perasat ini dapat mengeluarkan sebagian cairan dari meatus
uretra untuk pemeriksaan selanjutnya. Siapkan kaca objek dan medium biakan.
(Bickley, 2013)

b. Palpasi

Palpasi semua kelainan penis, dengan mencatat ada tidaknya nyeri atau
indurasi. Palpasi batang penis antara jempol dan telunjuk dan jari tengah, dengan
mencatat ada tidaknya indurasi. Palpasi batang penis dapat diabaikan pada pasien
pria muda asimtomatis.

Jika pemeriksa menarik prepusium, kembalikanlah sebelum pemeriksa


melanjutkan pemeriksaan ke skrotum.
B. Skrotum dan Isinya

a. Inspeksi

 Kulit. Angkat skrotum sehingga pemeriksa dapat melihat permukaan posteriornya.

 Kontur skrotum. Perhatikan ada tidaknya pembengkakan, benjolan, atau vena.

 Mungkin terdapat papul atau nodul berbentuk kubah yang berwarna putih atau
kuning yang dibentuk oleh sumbatan folikel dan terisi debris keratin epitel folikel
yang terkelupas. Kista epidermoid semacam ini sering ditemukan, umumnya
multiple, dan jinak.

b. Palpasi

Palpasi masing-masing testis dan epididymis antara jempol dan telunjuk dan
jari tengah. Temukan epididymis di permukaan superior posterior masing-masing
testis. Epididimis teraba nodular dan seperti tambang serta jangan dikacaukan
dengan benjolan abnormal.

Perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan, raba ada tidaknya
nodus. Tekanan pada testis normalnya menimbulkan nyeri visceral dalam.

Palpasi masing-masing korda spermatikus, termasuk vas deferens, antara


jempol dan jari-jari lain pemeriksa, dari epididimis ke cincin inguinal superfisial.

Perhatikan setiap nodul atau pembengkakan. Pembengkakan di skrotum selain


testis dapat dievaluasi dengan transiluminasi. Setelah ruangan digelapkan, sorotkan
berkas senter kuat dari belakang skrotum melalui massa. Perhatikan transmisi
cahaya yang berwarna merah.

C. Hernia

a. Inspeksi
Dengan duduk nyaman di depan pasien, dengan pasien berdiri didampingi
seorang asisten, inspeksi daerah inguinal dan genitalia untuk bagian-bagian yang
menonjol dan asimetris. Sembari melakukan observasi, minta pasien untuk
mengejan (perasat Valsalva) untuk meningkatkan tekanan intraabdomen, untuk
memudahkan deteksi setiap hernia.

b. Palpasi

Palpasi untuk mencari hernia inguinalis, dengan menggunakan teknik di


bawah. Terus berhadapan dengan pasien, yang sebaiknya tetap berdiri.

 Untuk memeriksa hernia inguinalis kanan, letakkan ujung telunjuk kanan


pemeriksa dekat dengan batas inferior kantung skrotum, lalu gerakkan jari
pemeriksa ke atas sepanjang kanalis inguinalis, menginvaginasi skrotum.

 Ikuti korda spermatika ke atas ligamentum inguinale. Temukan lubang


berbentuk celah segitiga cincin inguinal eksterna tepat di atas dan lateral dari
tuberculum pubis. Palpasi cincin inguinal eksterna dan dasarnya. Minta pasien
untuk mengejan. Carilah adanya tonjolan atau massa yang menekan sisi atau
bantalan telunjuk di atas ligament inguinal dekat tuberculum pubis.

 Cincin eksternal mungkin cukup besar bagi pemeriksa untuk mempalpasi secara
oblik di sepanjang kanalis inguinalis ke arah cincin inguinal interna. Minta
pasien untuk mengejan. Periksa adanya tonjolan yang meluncur di kanalis
inguinalis dan membentur ujung jari.

 Untuk memeriksa hernia ingunalis kiri, lakukan teknik yang sama dengan
telunjuk kiri.

Palpasi untuk mencari hernia femoralis dengan meletakkan jari-jari pemeriksa


di paha anterior di daerah kanalis femoralis. Minta pasien untuk mengejan atau
batuk. Perhatikan adanya pembengkakan atau nyeri.

2. Pemeriksaan Genitalia Wanita


A. Pendekatan terhadap Pemeriksaan Panggul ( Pemeriksaan Dalam)

B. Pemeriksaan Luar

a. Nilai kematangan seksual pasien remaja

Pemeriksa dapat memeriksa rambut pubis selama pemeriksaan


abdomen atau panggul. Perhatikan karakteristik dan distribusinya, dan nilai
berdasarkan tahapan Tanner.

b. Periksa genitalia eksterna

Duduklah dengan nyaman dan beritahu pasien bahwa pemeriksa akan


menyentuh daerah genitalianya. Inspeksi mons pubis, labia, dan perineum.
Pisahkan labia dan inspeksi :

 Labia minora

 Klitoris

 Meatus uretra

 Lubang vagina, atau introitus

Perhatikan adanya peradangan, ulserasi, duh, pembengkakan, atau


nodul. Jika ada lesi, palpasilah.
Jika terdapat riwayat atau dijumpai pembengkakan labia, periksalah
kelenjar Bartolin. Masukkan telunjuk pemeriksa ke dalam vagina dekat ujung
posterior introitus. Letakkan jempol pemeriksa di bagian luar posterior labium
mayus. Palpasi masing-masing sisi secara bergantian, di posisi sekitar jam 4
dan jam 8, antara jempol dan telunjuk anda untuk memeriksa ada tidaknya
pembengkakan atau nyeri tekan. Perhatikan ada tidaknya duh yang keluar dari
lubang ductus kelenjar ini. Jika ada, lakukan pembiakan.

C. Pemeriksaan Dalam

a. Memasukkan spekulum

Pilih speculum yang ukuran dan bentuknya sesuai, serta lembabkan


dengan air hangat, jangan air panas. (Pelumas atau gel dapat memengaruhi
pemeriksaan sitologis serta biakan bakteri atau virus). Beritahu pasien bahwa
pemeriksa akan memasukkan speculum dan melakukan tekanan ke arah
bawah. Pemeriksa dapat memperlebar introitus vagina dengan memberi
pelumas ke satu jari dengan air dan memberikan tekanan ke arah bawah di atas
bawah vagina. Periksa lokasi serviks untuk membantu mengarahkan speculum
dengan lebih tepat. Memperbesar introitus sangat memudahkan pemasangan
spekulum dan meningkatkan kenyamanan pasien. Dengan tangan yang lain
(biasanya tangan kiri), masukkan spekulum tertutup melewati jari-jari
pemeriksa dengan gerakan agak melengkung ke bawah. Berhati-hatilah agar
tidak menarik rambut pubis atau menjepit labium dengan spekulum.
Memisahkan labium mayor dengan tangan pemeriksa yang lain dapat
membantu menghindari hal ini.

Dua metode membantu Anda menghindari pemberian tekanan


berlebihan pada uretra yang sensitif. (1) Ketika memasukkan spekulum,
peganglah dengan posisi miring (lihat foto), lalu (2) selipkan spekulum ke arah
dalam di sepanjang dinding posterior vagina, dengan memberikan tekanan ke
arah bawah agar introitus vagina tetap lemas.

Setelah spekulum masuk ke dalam vagina, keluarkan jari pemeriksa


dari introitus. Pemeriksa mungkin ingin memindahkan spekulum ke tangan
kanan untuk mempermudah manuver spekulum dan pengambilan specimen
selanjutnya. Putar spekulum menjadi posisi horizontal dengan
mempertahankan tekanan ke bagian posterior, dan dorong hingga seluruhnya
masuk. Hati-hati agar pemeriksa tidak membuka spekulum terlalu dini.

b. Inspeksi serviks

Bukalah spekulum dengan hati-hati. Putar dan sesuaikan spekulum


sampai alat ini memegang serviks dan membuat serviks terpampang lengkap.
Posisikan cahaya sehingga pemeriksa dapat dengan jelas melihat serviks. Jika
uterus retroversi, serviks mengarah lebih anterior daripada yang digambarkan.
Jika pemeriksa mengalami kesulitan menemukan serviks, tarik sedikit
spekulum dan posisikan kembali ke arah yang berbeda. Jika ada duh yang
menghalangi pengamatan pemeriksa, bersihkan secara lembut dengan lidi
kapas besar.

Perhatikan warna serviks, posisinya, karakteristik permukaannya, dan


setiap ulserasi, nodul, massa, perdarahan, atau duh. Inspeksi ostium serviks
untuk duh. Pertahankan posisi terbuka spekulum dengan mengencangkan
sekrupnya.

c. Opsi untuk mengambil specimen ( Pap Smear)

Banyak dokter menggunakan suatu alat plastic dengan ujung seperti


sapu untuk mengumpulkan spesimen yang mengandung balk set epitel
kolumnar maupun skuamosa. Putar ujung sapu di os serviks searah jarum jam
penuh lalu letakkan sampel langsung ke dalam pengawet sehingga
laboratorium dapat membuat apusan (sitologi berbasis cairan).

Selain itu, oleskan masing-masing sisi sapu ke kaca objek. Segera


letakkan kaca objek ke dalam larutan atau semprot dengan larutan fiksatif.

Letakkan ujung Panjang pengerok di os serviks. Tekan, putar, dan


kerok dalam satu lingkaran penuh, pastikan zona transformasi dan taut
skuamokolumnar tercakup. Apuskan specimen ke kaca objek. Letakkan kaca
objek tersebut di tempat yang mudah dijangkau. Perhatikan bahwa tindakan
pertama berupa kerokan serviks mengurangi pengaburan oleh darah yang
kadang timbul setelah pemakaian sikat endoserviks.

Ambil sikat endoserviks dan letakkan di dalam os serviks. Putar


dengan jempol dan telunjuk pemeriksa, searah dan berlawanan arah dengan
jarum jam. Keluarkan sikat dan ambil kaca objek yang pemeriksa letakkan
tadi. Usap kaca objek dengan sikat, dengan menggunakan gerakan mengecat
tembut untuk menghindari kerusakan set. Masukkan langsung kaca objek ke
dalam larutan eter-alkohol. Perhatikan bahwa untuk wanita hamil, aplikator
berujung kapas, yang dilembabkan oleh satin, dianjurkan untuk menggantikan
sikat endoserviks.

d. Inspeksi vagina

Tarik spekulum secara perlahan sembari mengamati vagina. Sewaktu


spekulum terlepas dari serviks, kendurkan sekrup dan pertahankan posisi
spekulum terbuka dengan jempol pemeriksa. Selama penarikan, inspeksi
mukosa vagina dengan memerhatikan warna dan ada tidaknya peradangan,
duh, ulkus, atau massa.

Periksalah ada tidaknya penonjolan di dinding vagina. Pemeriksa


mungkin ingin mengeluarkan bilah atas atau bawah spekulum (atau
menggunakan spekulum bilah tunggal) dan meminta pasien untuk mengejan
untuk menilai lokasi relaksasi dinding vagina atau derajat prolaps uterus.

Tutup spekulum saat ia muncul dari introitus, untuk menghindari


peregangan dan penjepitan mukosa.

e. Melakukan pemeriksaan bimanual

Lumasi telunjuk dan jari tengah salah satu tangan pemeriksa yang telah
memakai sarung tangan, dan dari posisi berdiri, masukkan kedua jari tersebut
ke dalam vagina sembari memberikan tekanan terutama kea rah posterior.
Jempol pemeriksa harus dalam posisi abduksi, jari manis dan kelingking fleksi
ke telapak tangan. Menekan ke arah dalam pada perineum dengan jari-jari
fleksi jarang menyebabkan rasa tidak nyaman dan memungkinkan pemeriksa
memposisikan jari peraba dengan tepat. Perhatikan adanya nodularitas atau
nyeri tekan di dinding vagina, termasuk bagian uretra dan kandung kemih di
anterior.

Palpasi serviks, dengan memerhatikan posisi, bentuk, konsistensi,


regularitas, mobilitas, dan nyeri tekan. Dalam keadaan normal serviks sedikit
banyak dapat digerakkan tanpa menyebabkan nyeri. Rabalah forniks-forniks di
sekitar serviks.

Palpasi uterus. Letakkan tangan pemeriksa yang lain di abdomen


sekitar pertengahan antara umbilicus dan simfisis pubis. Sementara pemeriksa
mengangkat serviks dan uterus dengan tangan pemeriksa yang berada di dalam
panggul, tekan tangan di abdomen ke arah dalam dan bawah, mencoba
memegang uterus di antara kedua tangan pemeriksa. Perhatikan bentuk,
ukuran, konsistensi, dan mobilitas, serta identifikasi adanya nyeri tekan atau
massa.

Kini geser jari-jari yang ada di dalam panggul ke forniks anterior dan
palpasi korpus uterus di antara tangan pemeriksa. Dalam posisi ini, jari-jari
panggul pemeriksa dapat meraba permukaan anterior uterus, dan tangan
abdomen pemeriksa dapat meraba sebagian dari permukaan posterior.

Jika pemeriksa tidak dapat meraba uterus dengan salah satu dari
perasat-perasat tersebut, uterus mungkin miring ke posterior (retrodisplaced).
Selipkan jari-jari panggul pemeriksa ke dalam forniks posterior dan rabalah
uterus yang menyentuh ujung-ujung jari pemeriksa. Dinding abdomen pada
pasien obesitas atau yang kurang melemas juga dapat menghambat pemeriksa
meraba uterus meskipun organ ini terletak di anterior.

Palpasi masing-masing ovarium. Letakkan tangan abdomen pemeriksa


di kuadran kanan bawah dan tangan panggul pemeriksa di forniks lateral
kanan. Tekan tangan abdomen pemeriksa ke dalam dan bawah, mencoba
mendorong struktur-struktur adneksa ke arah tangan panggul pemeriksa.
Dengan menggerakkan sedikit tangan pemeriksa, selipkan struktur-struktur
adneksa antara jari tangan pemeriksa, jika mungkin, dan perhatikan ukuran,
bentuk, konsistensi, mobilitas, dan nyeri tekan. Ulangi prosedur yang sama
untuk sisi kiri. Ovarium normal sedikit banyak terasa nyeri pada penekanan.
Ovarium biasanya teraba pada Wanita langsing yang lemas tetapi sulit atau
mustahil diraba pada wanita yang kegemukan atau tegang.

f. Memeriksa otot dasar panggul untuk kekuatan dan nyeri

Tarik sedikit jari-jari periksa pemeriksa sehingga terlepas dari serviks,


lalu lebarkan hingga menekan dinding vagina. Minta pasien untuk menjepit
jari-jari pemeriksa selama dan sekuatnya. Penekanan pada jari-jari pemeriksa
yang menyebabkannya bergerak ke atas dan ke dalam dan bertahan 3 detik
atau lebih, menandakan kekuatan penuh. Periksalah kekuatan, nyeri selama
kontraksi, relaksasi yang sesuai setelah kontrasi, dan daya tahan di keempat
kuadran vagina. Perhatikan pengerahan abdomen yang berlebihan atau
kontraksi otot-otot aduktor atau gluteus.

Pada pasien dengan nyeri panggul atau nyeri tekan dinding vagina,
palpasilah otot-otot dasar panggul dalam rotasi searah jarum jam untuk
menemukan titik pemicu. Lakukan pemeriksaan rektovagina jika
diindikasikan. Pemeriksaan rektovagina memiliki 3 tujuan utama : meraba
uterus retrofleksi, ligamentum uterosakrum, cul-de-sac dan adneksa ; untuk
melakukan penapisan terhadap kanker kolorektum pada wanita berusia 50
tahun atau lebih.

Setelah mengeluarkan jari-jari pemeriksa dari pemeriksaan bimanual,


ganti sarung tangan pemeriksa dan lumasi jari-jari pemeriksa sesuai keperluan.
Secara perlahan masukkan kembali telunjuk pemeriksa ke dalam vagina dan
jari tengah pemeriksa ke dalam rectum. Minta pasien untuk mengejan selagi
pemeriksa melakukannya untuk melemaskan sfingter anus mereka. Hal ini
mungkin merangsang keinginan untuk BAB, tetapi tidak akan terjadi. Berikan
tekanan terhadap dinding anterior dan lateral dengan jari-jari periksa, dan
tekanan ke bawah dengan tangan pada abdomen.

Periksa kubah rektum untuk mencari ada tidaknya massa. Jika


direncanakan tes Hemoccult, Anda perlu mengganti sarung tangan untuk
menghindari pencemaran bahan feses oleh darah yang ditimbulkan oleh
apusan Pap. Setelah pemeriksaan, bersihkan genitalia eksterna dan rektum,
atau tawari pasien kertas pembersih sehingga ia dapat melakukannya sendiri.

g. Hernia

Hernia lipat paha terjadi pada wanita serta pria, tetapi penyakit ini jauh lebih
jarang. Teknik pemeriksaan pada dasarnya sama dengan teknik pada pria.
Wanita juga perlu berdiri ketika diperiksa. Namun, untuk meraba hernia
inguinalis indirek, palpasi labia mayora dan ke arah atas tepat lateral dari
tuberkulum pubis.

DAFTAR PUSTAKA
Bickley, L. S. (2013). Guide to Physical Examination and History Taking. New york: Wolters
Kluwer Health.

Anda mungkin juga menyukai