Anda di halaman 1dari 8

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)PEMERIKSAAN FISIK GENETALIA PRIA

A.Definisi
Pemeriksaan genitalia pria adalah prosedur yang dilakukan dalam proses diagnosis keluhan-keluhan
yang berkaitan dengan urogenitalia, sebagai bagian dari pemeriksaan rutin. Pemeriksaan ini
dilakukan misalnya untuk skrining kanker testis, pemeriksaan perkembangan genitalia pada anak dan
remaja, dan diagnosis infeksi menular seksual seperti gonorrhea.

Pemeriksaan fisik genitalia dapat membantu menegakkan diagnosis terkait kelainan-kelainan pada
genitalia dan traktus urinarius. Pemeriksaan ini bisa dilakukan pada pasien dengan masalah saat
berkemih, massa urogenital, infertilitas, atau disfungsi seksual.

B.Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan pemeriksaan fisik genetalia pria
2. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan genetalia bagian luar dan dalam.
3. Untuk mengetahui alat dalam pemeriksaan fisik genetalia pria.
4. Untuk mengetahui cara dan langkah dalam pemeriksaan fisik genetalia pria
5. Untuk mengetahui kemungkinan kelainan dalam pemeriksaan fisik genetalia.
6. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaanfisik
genetalia pria.

C. Alat dan bahan


1. Handscone/ sarung tangan
2. Lampu yang dapat di atur pencahayaan nya
3. Meja
4. Bengkok
5. Kapas dan antiseptic
6. Air hangat

Tahap Pra Interaksi


1. Cek catatan klien terutama yang berhubungan dengan pergerakkan dan posisi
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat

Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan pada klien.
INSPEKSI
A. Pertama-tama inspeksi rambut pubis, perhatikan penyebaran dan pola pertumbuhan
rambut pubis. Catat bila rambut pubis tumbuh sedikit atau tidak sama sekali.
B. Inspeksi ukuran, dan adanya kelainan lain yang tampak pada penis.
C.Pada pria yang tidak dikhitan, pegang penis dan buka kulup penis,amati lubang uretra dan
kepala penis untuk mengetahui adanya ulkus, jaringan parut, benjolan, peradangan, dan
rabas ( bila pasienmalu,penis dapat dibuka oleh pasien sendiri ). Lubang uretranormalnya
terletak di tengah kepala penis. Pada beberapa kelainanlubang uretra ada yang terletak di
bawah batang penis (hipospadia )dan ada yang terletak di atas batang penis ( epispadia ).
E.Inspeksi dan perhatikan bila ada tanda kemerahan, bengkak,ulkus, ekskoriasi (goresan),
atau nodular. Angkat skrotum dan amatiarea di belakang skrotum

PALPASI
A. Lakukan palpasi penis untuk mengetahui adanya nyeri tekan, benjolan,dan kemungkinan
adanya cairan kental yang keluar.
B. Palpasi skrotum dan testis dengan menggunakan jempol dan tiga jari pertama. Palpasi
tiap testis dan perhatikan ukuran, konstitensi, bentuk,dan kelicinannya. Testis normalnya
teraba elastis,licin, tidak ada benjolan atau massa, dan berukuran sekitar 2-4 cm.
C. Palpasi epidemis yang memanjang dari puncak testis ke belakang. Normalnya epididimis
teraba lunak.
D. Palpasi saluran sperma dengan jempol dan jari telunjuk. Saluransperma biasanya
ditemukan pada puncak bagian lateral skrotum danteraba lebih keras daripada epidedimis

TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi hasil yang dicapai (subjectif dan Objectiv)
2. Beri reinforcement positif pada klien
3. Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu dan tempat)
4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik
5. Cuci tangan
6. Dokumentasi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)PEMERIKSAAN FISIK
GENETALIA WANITA

A.Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan pemeriksaan fisik genetalia wanita
2. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan genetalia bagian luar dan dalam.
3. Untuk mengetahui alat dalam pemeriksaan fisik genetalia wanita.
4. Untuk mengetahui cara dan langkah dalam pemeriksaan fisik genetalia wanita.
5. Untuk mengetahui kemungkinan kelainan dalam pemeriksaan fisik genetalia.
6. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik
genetalia wanita

B.Indikasi
Pemeriksaan atas organ reproduksi terbilang masih awam bagi sebagian wanita di
Indonesia. Pasalnya, selama ini pemeriksaan tersebut dianggap hanya dilakukan oleh wanita
yang tak subur. Padahal, pemeriksaan ini lebih dari sekadar untuk mengecek subur atau
tidaknya seorang wanita, melainkan untuk mengetahui sehat atau tidaknya kondisi
reproduksinya.
Dengan menjalani pemeriksaan ini, tak hanya kondisi kesuburan yang bisa diketahui,
melainkan juga adanya kemungkinan timbulnya penyakit seperti kista, kanker, dan lainnya.
Pemeriksaan ini di antaranya direkomendasikan untuk kondisi seperti tak kunjung hamil
walau sudah berusaha selama 1 tahun atau lebih, serta siklus menstruasi yang tak teratur.

C.Alat dan Bahan


1. Lampu yang dapat diatur pencahayaanya
2. Handscone atau sarung tangan
3. Meja pemeriksaan dengan sanggurdi
4. Baskom berisi air hangat untuk merendam spekulum.
5. Spekulum vagina
6. Spatula plastic: seperti cotton bud, bentk tulang, dan sikat (brush)
7. Bengkok
8. Vaselin / gel
9. Kapas dan antiseptic (iodine)
D.instruksi kerja
Tahap Pra Interaksi
1. Cek catatan klien terutama yang berhubungan dengan pergerakkan dan posisi
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat

Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan pada klien

Tahap kerja
1. Anjurkan pasien membuka celana.
2. Meminta klien untuk menaruh kedua tumit pada dudukan. Jika Tidakada
dudukan, membantu klien menaruh kedua kakinya di tepi luarujung meja. Tutupi
bagian klien yang tidak diamati dengan selimutatau kain.
3. Mencuci Tangan dengan air sabun sampai bersih dan dikeringkandengan kain
bersih dan kering, atau dianginkan.
4. Memakai Sepasang sarung tangan periksa yang baru atau telah di-DTT.
5. Menyentuh Paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah genitalklien.
6. Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian usapkan pada daerah
vulva dan perineum.
7. Mulai Amati kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi, eritema,fisura,
leukoplakia, dan ekskorasi. Kemudian amati rambut pubis, perhatikan distribusi
dan jumlahnya, dan bandingkan sesuai usia perkembangan pasien
8. Mulai Amati kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi, eritema,fisura,
leukoplakia, dan ekskorasi. Kemudian amati rambut pubis, perhatikan distribusi
dan jumlahnya, dan bandingkan sesuai usia perkembangan pasien
9. Dengan Memisahkan labia mayora dengan dua jari, amati bagiandalam labia
mayora, labia minora, klitoris, dan meatus uretra.Perhatikan setiap ada
pembengkakan, ulkus, rabas atau nodular.
10. Meminta klien untuk mengejan ketika menahan labia dalam posisiterbuka.
Periksa Apakah terdapat benjolan pada dinding anterior atau posterior vagina.
11. Memeriksa Kelenjar Skene Untuk melihat adanya keputihan dannyeri. Dengan
Telapak tangan menghadap ke atas, masukkan jaritelunjuk ke dalam vagina lalu
dengan lembut mendorong ke atasmengenai uretra dan menekan kelenjar pada
kedua sisi kemudianlangsung ke uretra.
12. Memeriksa Kelenjar Bartholin Untuk melihat apakah ada cairan dannyeri.
Masukkan Jari telunjuk ke dalam vagina di sisi bawah mulutvagina dan meraba
dasar masing-masing labia majora. Denganmenggunakan jari dan ibu jari,
mempalpasi setiap sisi untuk mencariapakah ada benjolan atau nyeri.
Bagian dalam
1. Atur posisi pasien secara tepat dan pakai sarung tangan steril.
2. Lumasi jari telunjuk dengan air steril, masukkan ke dalam vagina,dan identifikasi
kelunakan serta permukaan serviks. Tindakan ini bermanfaat untuk
mempergunakan dan memilih speculum yangtepat. Keluarkan jari bila sudah
selesai.
3. Siapkan speculum dengan ukuran dan bentuk yang sesuai danlumasi dengan air
hangat terutama bila akan mengambil specimen.
4. Letakkan dua jari pada pintu vagina dan tekankan ke bawah kearah perianal.
5. Yakinkan bahwa tidak ada rambut pubis pada pintu vagina danmasukkan
speculum dengan sudut 45° dan hati-hati denganmenggunakan tangan yang
satunya sehingga tidak menjepit rambut pubis atau labia.
6. Bila spekulum sudah berada di vagina, keluarkan dua jari, dan putar speculum
kearah posisi horizontal dan pertahankan penekanan pada sisi bawah / posterior.
7. Buka bilah speculum, letakkan pada serviks dan kunci bilahsehingga tetap
membuka.
8. Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk memperjelas penglihatan dan amati
ukuran, laserisasi, erosi, nodular, massa,rabas, dan warna serviks. Normalnya
bentuk serviks melingkar atauoval pada nulipara, sedangkan pada para
membentuk celah.
9. Bila diperlukan specimen sitologi, ambil dengan cara usapanmenggunakan
aplikator dari kapas.
10. Bila sudah selesai, kendurkan sekrup speculum, tutup speculum,dan tarik keluar
secara perlahan-lahan.
11. Lakukan palpasi secara bimanual bila diperlukan dengan caramemakai sarung
tangan steril, melumasi jari telunjuk dan jaritengah, kemudian memasukkan jari
tersebut ke lubang vaginadengan penekanan ke arah posterior, dan meraba
dinding vaginauntuk mengetahui adanya nyeri tekan dan nodular.
12. Palpasi serviks dengan dua jari anda dan perhatikan posisi, ukuran,konsistensi,
regularitas, mobilitas, dan nyeri tekan. Normalnyaserviks dapat digerakkan tanpa
terasa nyeri.
13. Palpasi uterus dengan cara jari-jari tangan yang ada dalam vaginamenghadap ke
atas. Tangan yang ada diluar letakkan di abdomendan tekankan ke bawah.
Palpasi uterus untuk mengetahui ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitasnya.
14. Palpasi ovarium dengan cara menggeser dua jari yang ada dalamvagina ke
formiks lateral kanan. Tangan yang ada di abdomentekankan ke bawah ke arah
kuadran kanan bawah. Palpasi ovariumkanan untuk mengetahui ukuran,
mobilitas, bentuk, konsistensi,dan nyeri tekan ( normalnya tidak teraba) ulangi
untuk ovarium sebelahnya.
Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil yang dicapai (subjectif dan Objectiv)
2. Beri reinforcement positif pada klien
3. Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu dan tempat)
4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik
5. Cuci tangan
6. Dokumentasi
Standar operasional prosedur VULVA HYGIENE

Definisi
VULVA HYGIENE adalah Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga kebersihan nya

Tujuan
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun anus
2. Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum
3. Untuk kebersihan perineum dan vulva
4. Memberikan rasa nyaman

Indikasi
1. Pasien dengan penurunan kesadarn
2. Pasien postpartum
3. Pasien dengan luka episiotomi
4. Pasien dengan masalah genetalia

Alat dan bahan


1. Kom steril berisi kapas dengan desinfektan tingkat tinggi
2. Sarung tangan
3. Pinset anatomis
4. Korentang
5. Perlak dan alasnya
6. Bengkok
7. Pispot
8. Baskom berisi air bersih
9. Pembalut
10. Celana dalam
11. Tempat sampah plastic 2 buah
12. Selimut mandi

Tahap Pra-interaksi
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien dan perawatan
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien, dan periksa gelang
identitas pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap kerja
1. Memasang sampiran/menjaga privacy
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Memasang alas dan perlak dibawah pantat
5. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan dengan pemasangan pispot,
sambil memperhatikan lochea. Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas plastic
yang berbeda
6. Anjurkan pasien BAK/BAB
7. Perawat memakai sarung tangan kiri
8. Mengguyur vulva dengan air matang
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien
11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian mengambil kapas basah. Membuka vulva
dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia mayora kanan, labia minora
kiri, labia minora kanan, vestibulum, perineum. Arah dari atas ke bawah dengan
kapas basah (1 kapas, 1 kali usap)
13. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan, perhatikan apakah lepas/longgar,
bengkak/iritasi. Membersihkan luka jahitan dengan kapas basah
14. Menutup luka dengan kassa yang telah diolesi salep/betadine
15. Memasang celana dalam dan pembalut
16. Mengambil alas, perlak dan bengkok
17. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan memakaikan selimut pasien

Tahap terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai