Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk
mengumpilkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi,
mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien serta untuk
mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan
pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami yaitu: Palpasi,
Perkusi, Inspeksi, dan Auskultasi.

Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkrmbang biak.


Terdiri dari testis, ovarium, dan bagian alaat kelamin lainnya.

Reproduksi atau perkembangbiakkan merupakan bagian ilmufaal (fisiologi).


Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun
siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut dapat bertahan hidup,
sebagai contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya
(testis atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropause tidak akan mati.

Berdasarkan kenyataan dilapangan sebagian beranggapan bahwa materi


sistem reproduksi manusia merupakan pelajaran yang tabu. Dimana materi-materi
memuat tentang alat-alat reproduksi manusia baik yang nampak maupun tidak
tampak atau tersembunyi, bahkan kita dapay melihat dengan jelas tentang bentuk
dan ukuran serta fungsinya. Oleh karena itu bagi setiap kaum wanita harus dapat
mengetahui kapan masa pubertas, menstruasi, hamil, dan masa persalinannya serta
masa menopause. Juga untuk kaum laki-laki harus mengetahui masa subur,
ejakulasi, dll.

Pada manusia reproduksi secara seksual. Alat reproduksi pada manusia


berupa alat kelamin pada laki-laki dan alat kelamin pada wanita. Ditinjau dari
fisiologi alat reproduksi wanita sangat kompleks bila dibandingkan dengan
laki-laki. Wanita tidak hanya menghasilkan sel telur, tetapi juga untuk, (1)
menerima dan menampung sperma dari laki-laki pada saat mengadakan hubungan
seksual, (2) memberi keadaan yang cocok pada saat fertilisasi, (3) dan mampu
memberi makanan bagi bayi yang sedang berkembang sebelum dan sesudah
kelahiran.

B. Rumusan masalah
1) Bagaimana pemeriksaan genetalia pada pria?
2) Bagaimana pemeriksaan genetalia pada wanita?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana memahami bagian-bagian dari alat reproduksi pria


dan wanita.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui kajian apa saja yang dapat dipecahkan dalam makalah ini
dari bahasan alat reproduksi pria dan wanita.

D. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah pemeriksaan fisik genetalia, agar lebih


memahami tentang bagaimana cara pemeriksaan pada alat reproduksi manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

SOP (Standar Operasional Prosedur)

SISTEM REPRODUKSI PRIA

Pemeriksaan fisik alat kelamin laki-laki adalah


DEFINISI pemeriksaan yang dilakukan pada daerah genitalia
laki-laki.

1. Untuk mengumpulkan data dasar pemeriksaan fisik


genetalia klien.

2. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan genetalia bagian


luar dan dalam.

3. Untuk mengetahui alat dalam pemeriksaan fisik


genetalia.
TUJUAN
4. Untuk mengetahui cara dan langkah pemeriksaan fisik
genetalia klien.

5. Untuk mengetahui kemungkinan kelainan dalam


pemeriksaan fisik genetalia.

6. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan


dalam pemeriksaan fisik genetalia klien.

1) Sarung tangan steril

2) Sarung tangan bersih


PERSIAPAN ALAT
3) Selimut

4) Kassa steril
5) Lampu yang dapat diatur pencahayaannya

6) 5 bola kapas/kapas cebok

7) Larutan savlon

8) Waskom 1 buah

9) Bengkok

10) Kom steril 1buah

11) Ball poin

12) Buku catatan

Perawat bertanggung jawab membantu


penyenggaraan kesehatan klien dalam melakukan
pemeriksaan. Untuk pemeriksaan lengkap dibutuhkan
pencahayaan yang dapat disesuaikan, watafel, sarung
tangan sekali pakai yang bersih, kapas usap steril, slide
kaca, spatula plastik/kayu, fikasti fditologik, dan piring
atau media kultur.

Pemeriksaan ini mencangkup pengkajian intergritas


genetalia cinxin inguinalis, dan salurannya. Pastikan
PERSIAPAN KLIEN ruangan pemeriksaan bersuhu hangat. Minta klien
berbaring supinasi dengan dad, abdomen, dan kaki bawah
ditutupi duk atau berdiri selama pemeriksaan. Kenakan
sarung tangan yang bersih. Gunakan pendekatan yang
tenang dan lembut untuk mengurangi kegelisahan klien.
Posisi pemeriksaan dapat mrmbuatan klien merasa malu.
Untuk mengurangi kegelisagan, jelaskan tujuan
pemeriksaan sehingga klien dapat mengantisipasinya.
Sentuh genetalia secara perlahan untuk menghindari
ereksi atau rasa tidak nyaman. Anamnesis dilakukan
dengan lengkap sebelum pemeriksaan yang menjamin
pemeriksaan komplit.

1) Mengucapkan bismilahhirrohmannirrohim.

2) Jelaskan prosedur kepada klien tujuan pemeriksaan


dan tindakan yang dilakukan

3) Beri kesempatan pada klien untuk mengosongkan


kandung kemih sebelum pemeriksaan dimulai.

4) Cuci tangan dan kenakan handschoon.

5) Anjurkan pasien membuka celana.

6) Atur klien dalam posisi supinasi.

7) Inspeksi.

8) Pertama-tama inspeksi rambut pubis, perhatikan


penyebaran dan pola pertumbuhan pubis. Catat bila
rambut pubis tumbuh sangat sedikit atau sama sekali
TINDAKAN
tidak ada.

9) Inspeksi kulit, ukuran, dan adanya kelainan lain yang


tampak pada penis.

10) Pada pria yang tidak dikhitan, pegang penis dan buku
kulup penis, amati lubang uretra dan kepala penis
untuk mengetahui adanya ulkus, jaringan perut,
benjolan, peradangan, dan raba (bila pasien malu,
penis dapat dibuka oleh klien sendiri). lubang uretra
normalnya terletak ditengah kepala penis. Pada
beberapa kelainan, lubang uretra ada yang terletak
dibawah batang penis (hipospadia) dan ada yang
terletak diatas penis (epispadia).

11) Inspeksi skrotum dan perhatikan bila ada tanda


kemerahan bengkak, ulkus, ekskoriasi, atau nodular.
Angkat skrotum dan amati area di belakang skrotum.

12) Palpasi.

13) Lakukan palpasi penis untuk mengetahui adanya


nyeri tekan, benjolan, dan kemungkinan adanya
cairan kental yang keluar.

14) Palpasi skrotum dan testis dengan menggunakan


jempol dan tiga jari pertama. Palpasi tiap testis dan
perhatiak ukuran, konsistensi, bentuk, dan
kelicinannya. Testis normalnya teraba elastic, licin,
tidak ada benjolan atau massa, dan berukuran sekitar
2 - 4 cm.

15) Palpasi epididimis yang memanjang dari puncak


testis ke belakang. Normalnya epididimis teraba
lunak.

16) Palpasi saluran sperma dengan jempol dan jari


telunjuk. Saluran sperma biasanya ditemukan pada
puncak bagian lateral skrotum dan teraba lebih keras
dari pada epididimis.

1. Apakah ada consensus antara keluarga dan anggota


tim perawatan kesehatan lain dalam evaluasi?

2. Data tambahan apa yang perlu dikumpulan untuk


mengevaluasi perkembangan?

EVALUASI 3. Apakah terdapat hasil tersembunyi yang perlu


dikembangkan?

4. Jika perilaku dan persepsi keluarga meyatakan


bahwa masalah dimaksud diselesaikan tidak
memuaskan, maka apa alasannya?
5. Apakah diagnosa keperawatan, tujuan dan
pendekatan bersifat akurat?

DOKUMENTASI
SOP (Standar Operasional Prosedur)

SISTEM REPRODUKSI WANITA

Pemeriksaan fisik alat kelamin wanita adalah


pemeriksaan yang dilakukan pada daerah genetalia
DEFINISI
wanita karena sistem reproduksi merupakan bagian yang
penting dikaji pada wanita.

1) Untuk mengetahui struktur anatomi dan fungsi alat


kelamin.

2) Untuk mengetahui apakah klien menggunakan


kontrasepsi.

TUJUAN 3) Melihat apakah ada pendarahan.

4) Mengetahui adanya penyakit kelamin, pembedahan,


dan kehamilan.

5) Mengetahui perkembangan pada anak-anak, remaja,


dewasa, atau lansia

1) Meja pemeriksaan dengan penyangga kaki (meja


Gyn)

2) Bila tidak ada, klien dibaringkan di tempat tidur


dengan posisi supinasi sambil menekuk kaki klien

3) Lampu yang dapat diatur pencahayaannya


PERISAPAN ALAT
4) Selimut

5) Sarung tangan steril 1 pasang ( siapkan cadangan )

6) Larutan cholrin 10% dalam waskom untuk


dekontaminasi handschoon

7) 5 bola kapas/kapas cebok


8) Kassa steril secukupnya

9) Larutan savlon

10) Waskom steril 1 buah

11) Sarung tangan bersih

12) Buku catatan

13) Ballpoin

Perawat harus bertanggung jawab membantu


penyenggaraan kesehatan klien dalam melakukan
pemeriksaan. Untuk pemeriksaan lengkap dibutuhkan
meja pemeriksaan dengan penyangga kaki, speculum
vagina dengan ukuran yang tepat, pencahayaan yang
dapat disesuaikan, watafel, sarung tangan bersih sekali
pakai, kapas usap steril, slide kaca, spatula plastik/kayu,
sikat serviks, fiksati fsitologik, dan piring atau media
kultur.

Pastikan peralatan telah siap sebelum memulai

PERSIAPAN KLIEN pemeriksaan. Meminta klien untuk mengosongkan


kantung kemih terlebih dahulu agar uterus dan ovarium
dapat dipalpasi. Sering juga di butuhkan pengumpulan
specimen urine. Bantu klien mengambil posisi litotomi.
Bantu klien mengangkat kaki ke penyangga untuk
pemeriksaan menggunakan speculum. Setelah kaki
stabilkan di penyangga, minta klien untuk bergeser
sampai bokong berada dipinggir meja dan intruksikan
klien untuk bergerak sampai menyentuh tangan. Lengan
klien berada disamping tubuhnya atau dilipat di dada
untuk mencegah ketegangan otot abdomen.

Wanita yang menderita nyeri atau deformitas tidak


dapat mengambil posisi litotomi. Untuk kondisi seperti
ini, minta klien mengabduksikan satu kaki atau minta
perawat untuk memisahkan paha klien. Dapat juga
dugunakan posisi menyamping dimana klien berada di
sisi kiri dengan paha kanan dan lutut dilipat sampai ke
dada klien.

Berikan duk penutup kepada klien. Ia memegang


satu sudut di atas sternumnya dan sudut lain berada di
tiap lutut dan sudut ke-4 menutupi perineum.
Pemeriksaan yang berjenis kelamiin pria harus di
samping oleh wanita selama pemeriksaan. Pemeriksa
wanita dapat bekerja sendiri namun dapat di damping
jika klien merasa gelisah.

Alat kelamin bagian luar:

1) Mengucapkan bismilahhirrohmannirrohim

2) Jelaskan prosedur kepada klien tujuan pemeriksaan


dan tindakan yang dilakukan

3) Dekatkan alat.

4) Tutup sampiran.

TINDAKAN 5) Beri kesempatan pada klien untuk untuk


mengosongkan kandung kemih sebelum dilakukan
pemeriksaan fisik.

6) Cuci tangan dan kenakan handschoon

7) Anjurkan pasien membuka celana.

8) Atur klien dalam posisi litotomi dan selimuti bagian


yang tidak diperiksa/dikaji.

9) Awali dengan mengamati rambut pubis, perhatikan


distribusi dan sesuaikan dengan usia perkembangan
klien.

10) Amati kulit dan area pubis, perhatikan apakah


adanya lesi, luka leukoplakia, dan eksoria.

11) Buka labia mayora dan amati bagian dalam labia


mayora, labia minora, klitoris, dan uretra. Perhatikan
adanya pembekalan, ulkus dan keluarkan

Alat kelamin bagian dalam

1) Atur posisi klien secara tepat dan pakai sarung tangan


steril.

2) Lumasi jari telunjuk anda dengan air steril, masukkan


ke dalam vagiana, dan identifikasi kelunakan serta
permukaan serviks. Tindakan ini bermanfaat untuk
mempergunakan dan memilih spekulum yang tepat.
Keluarkan jari bila sudah selesai

3) Siapkan spekulum dengan ukuran dan bentuk yang


sesuai dan lumasi dengan air hangat terutama bila akan
mengambil spesimen.

4) Letakan dua jari pada pintu vagina dan tekankan ke


bawah ke arah perianal.

5) Yakinkan bahwa tidak ada rambut pubis pada pintu


vagina dan masukan spekulum dengan sudut 450 dan
hati-hati dengan menggunakan tangan yang satunya
sehingga tidak menjepit rambut pubis atau labia.

6) Bila spekulum sudah berada di vagiana, keluarkan dua


jari anda, dan putar spekulum ke arah posisi horizontal
dan pertahankan penekanan pada posisi bawah/posterior.
7) Buka bilah spekulum, letakan pada serviks, dan kunci
bilah sehingga tetap membuka.

8) Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk


memperjelas penglihatan dan amamati ukuran, laserasi,
erosi, nodular, massa, rabas, dan warna serviks.
Normalnya bentuk serviks melingkar atau oval pada
nulipara, sedangkan pada para pembentuk celah.

9) Bila diperlukan spesimen sitologi, ambil dengan cara


usapan menggunakan aplikator dari kapas

10) Bila sudah selesai, kendurkan sekrup spekulum,


tutup spekulum, dan tarik keluar secara perlahan-lahan.

11) Lakukan palpasi secara bimanual bila diperlukan


dengan cara memakai sarung tangan steril, melumasi jari
telunjuk dan jari tengah, kemudian memasukan jari
tersebut ke lubang vagina dengan penekanan ke arah
posterior, dan meraba dinding vagina untuk mengetahui
adanya nyeri tekan dan nodular.

12) Palpasi serviks dengan dua jari anda dan perhatikan


posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan
nyeri tekan. Normalnya serviks dapat digerakan tanpa
terasa nyeri.

13) Palpasi uterus dengan cara jari-jari tangan yang ada


dalam vagina menghadap ke atas. Tangan yang ada di
luar letakkan di abdomen dan tekankan ke bawah.
Palpasi uterus untuk mengetahui ukuran, bentuk,
konsistensi, dan mobilitasnya.

Palpasi ovarium dengan cara menggeser dua jari yang


ada dalam vagina ke forniks lateral kanan. Tangan yang
ada di abdomen tekankan ke bawah ke arah kuadran
kanan bawah. Palpasi ovarium kanan untuk mengetahui
ukuran, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan (normalnya
tidak teraba). ulangi untuk ovarium sebelahnya.

14. Merapikan Pasien

15. Membereskan alat

16. Mencuci tangan

1. Apakah ada consensus antara keluarga dan anggota


tim perawatan kesehatan lain dalam evaluasi?

2. Data tambahan apa yang perlu dikumpulan untuk


mengevaluasi perkembangan?

3. Apakah terdapat hasil tersembunyi yang perlu


EVALUASI dikembangkan?

4. Jika perilaku dan persepsi keluarga meyatakan bahwa


masalah dimaksud diselesaikan tidak memuaskan, maka
apa alasannya?

5. Apakah diagnosa keperawatan, tujuan dan pendekatan


bersifat akurat?

DOKUMENTASI
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau


hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi
klien.

Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien
yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk dirawat, secara rutin pada
klien yang sedang dirawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi
pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut,
baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.

Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik


untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Memilih intervensi yang tepat untuk
proses keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

3.2 Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus
memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini
harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang
benar.
Daftar Pustaka

Tambunan, Elviana S. dan Kasim, Deswina, 2011. Panduan Pemeriksaan Fisik


Bagi Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Priharjo, Robert, S.KP, M.Sc, RN. 2005. Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: Kedokteran IGC.

Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Syafuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat Edisi 3. Jakarta:


EGC

Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Bates. Jakarta: EGC

Candrawati, Susiana. Pemeriksaan Fisik System Kardiovaskuler. Di akses tanggal


18 september 2010

Daeley, Carol. 2005. The Care of Wound A Guides For Nurses

Kusyanti, Eni, dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:


EGC

Anda mungkin juga menyukai