Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

PEMERIKSAAN FISIK KEPALA,LEHER,PAYUDARA DAN KETIAK

OLEH :

NAMA : ANA LIZETIA AFONSO VICTOR

NIM : 1914320055

PRODI : D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

TINGKAT : 1/B

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN BALI

(ITEKES BALI)

2019/2020
KATA PENGANTAR

Saya mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan
bimbingan-Nya pada akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku Pedoman
Keterampilan Klinis Pemeriksaan Payudara bagi mahasiswa, dengan disusunnya buku ini kami
berharap mahasiswa kedokteran lebih mudah dalam mempelajari dan memahami teknik
pemeriksaan payudara yang benar.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini. saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, sehingga saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan dalam penyusunan
makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
dalam  memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.

            Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

            Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.

b. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik ?

2. Apa saja teknik atau metode yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik?

3. Apa saja yang termasuk tanda-tanda vital dan bagaimana pemeriksaannya?

4.Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan kepala dan leher?

c.Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan pemeriksaan fisik.

2. Untuk mengetahui apa saja teknik atau metode dalam pemeriksaan fisik.

3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk tanda-tanda vital dan bagaimana cara
pemeriksaan payudara dan ketiak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Metode dan teknik pemeriksaan fisik

1.Inspeksi
             Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau
kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu
inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan
alat khusus seperti optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain (Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997). Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
            Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/ pembengkakan. setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil
normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

2. Palpasi
          Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan
tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997).
         Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba; tangan dan jari-jari,
untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran,
kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
          Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau
massa, edema, krepitasi dan sensasi.

3. Perkusi
           Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur
di bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
          Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan (Dewi Sartika,
2010).
4.  Auskultasi
         Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam
organ dan jaringan tubuh (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,6666 1997).
          Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal
yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010).

3. Pemeriksaan Kepala
     Pemeriksaan kepala bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta untuk
mengetahui luka dan kelainan pada kepala. Tindakan yang apat dilakukan dalam pemeriksaan
kepala yaitu dengan cara:
a. Inspeksi: Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong
ke kanan atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
b. Palpasi: Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan
kepala sesuai kebutuhan.

4.. Pemeriksaan Leher
    Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan struktur integritas leher, untuk mengetahui
bentuk leher dan organ yang berkaitan,dan untuk memeriksa sistem limfatik. Pemeriksaanya
dapat dilakukan dengan cara.
a.  Inspeksi: melihat dan mengamati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, ada
atau tidaknya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan ada atau tidaknya massa, kesimeterisan
leher dari depan, belakang dan samping kanan dan kiri.
b.  Palpasi: letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan
rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.).
5. Pemeriksaan payudara

Pemeriksaan payudara merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk


skrining keganasan payudara. Pemeriksaan ini tidak dapat digantikan dengan pemeriksaan
penunjang yang lain, seperti USG payudara atau mamografi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
oleh penderita sendiri secara rutin atau oleh dokter.

Pemeriksaan payudara dianjurkan dikerjakan secara rutin untuk wanita usia 20-40 tahun,
terutama pada wanita dengan risiko tinggi. Diagnosis dini dari kelainan pada payudara dapat
menghindarkan wanita dari operasi yang besar dan meningkatkan kemungkinan untuk sembuh.

 Batas-batas payudara :

a. Superior : clavicula

b. Inferior : inframammary crease(bra line)

c. Medial : sternum

d. Lateral : axilla

 Payudara dibagi menjadi 4 kuadran yaitu : Superolateral


 Superomedial
 Inferolateral
 Inferomedial
 Anamnesis

5.1. Pemeriksaan Fisik

Sangat penting pada saat pemeriksaan supaya penderita dalam keadaan senyaman
mungkin, kita jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan, tangan pemeriksa dan kamar dalam
keadaan hangat dengan kamar periksa mempunyai penerangan yang cukup. Bila dokter pria, saat
melakukan pemeriksaan sebaiknya ditemani paramedis wanita.
a. Inspeksi :

Penderita diminta untuk membuka pakaian sampai pinggang dan posisi pasien duduk
menghadap ke dokter. Pemeriksaan ini dilakukan dengan 4 posisi yaitu tangan disamping, tangan
di atas kepala, tangan dipinggang dan posisi membungkuk.

1) Perhatikan apakah kedua payudara simetris. Bandingkan bentuk atau kontur dari kedua

payudara, ukuran dan isi dari kedua payudara. Letak papilla mammae juga dibandingkan dari
kedua payudara. Letaknya biasanya di SIC 4 atau 5 pada linea mid klavikularis untuk penderita
pria atau wanita muda. Karena faktor usia atau bila sudah terdapat banyak lemak atau kelenjar
susu maka posisi puting menjadi sangat bervariasi.

2) Dilihat adakah nodul pada kulit yang berbentuk seperti papula yang dapat merupakan
nodul satelit pada keganasan. Bila ada, dilihat bagaimana bentuknya, berapa jumlahnya, dimana
letaknya, warnanya.

3) Adakah perubahan warna? Perubahan warna kemerahan menunjukan adanya


peningkatan aliran darah sekunder yang disebabkan oleh inflamasi. Dapat juga disebabkan
karena pertumbuhan keganasan pada kulit atau infiltrasi tumor pada kulit.

4) Adakah luka/borok. Erosi pada aerola atau papilla mammae (puting payudara)
biasanya akan tertutup oleh krusta sehingga bila krusta diangkat baru akan terlihat kulit yang
mengalami erosi. Erosi pada aerola karena kelainan kulit biasanya melibatkan kedua sisi
sedangkan pada keganasan atau Paget’s disease biasanya hanya satu sisi.

5) Adakah bengkak pada kulit? Bengkak yang disebabkan karena infeksi dan sumbatan
saluran limfe secara mekanis akan memberikan bentuk yang berbeda. Sumbatan karena mekanis
atau limfedema akan memberikan gambaran peau d’orange atau orange peelatau pig skin.
Biasanya karena adanya infiltrasi keganasan pada limfonodi atau jalur limfenya.

6) Adakah kulit yang tertarik (dimpling). Inspeksi juga dilakukan dalam posisipenderita
duduk dengan lengan diangkat diatas kepala. Pada saat lengan diangkat ke atas kepala, kita
berusaha mencari adanya fiksasi kulit atau puting pada kelenjar payudara atau adanya distorsi
bentuk payudara karena adanya massa dan fiksasi.
Dimpling ini terjadi karena kanker yang telah menginfiltrasi ligamentum suspensorium
cowper akan menyebabkan adanya tarikan pada permukaan kulit payudara dan merupakan
petunjuk kearah keganasan, walaupun dapat juga disebabkan oleh bekas trauma, sikatriks pasca
operasi atau bekas infeksi sebelumnya.

7) Pemeriksaan puting payudara: Adanya nipple discharge atau keluarnya cairan dari
papilla mammae yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada saat palpasi. Retraksi dari
papilla mammae mungkin merupakan pertumbuhan tumor ganas yang telah menginfiltrasi duktus
laktiferus yang menjadi retraksi dan fibrosis. Tapi juga perlu diingat bahwa retraksi dapat terjadi
secara kongenital (inverted nipple), dan biasanya bilateral.

Axilla juga diinspeksi untuk melihat ada tidaknya pembengkakan akibat pembesaran
limfonodi karena tumor atau karena infeksi, ditandai dengan adanya perubahan warna
kemerahan.

5.2.Manuver Kontraksi Muskulus Pektoralis

Digunakan untuk mengetahui hubungan nodul dengan dinding dada dan m. pektoralis.
Dilakukan dengan cara penderita duduk dengan tangan diletakkan di pinggang dan tangan
adduksi menekan pinggang, sehingga mpektoralis akan berkontraksi. Bila pada payudara
terdapat benjolan atau ada area yang terfiksasi maka ini akan tampak lebih jelas.

Manuver ini juga dapat untuk membedakan apakah benjolan pada payudara tersebut
terfiksasi atau dapat bergerak (mobile). Massa yang terfiksasi pada m pektoralis akan lebih sulit
untuk digerakkan pada saat muskulus pektoralis dikontraksikan.

b. Palpasi

Setelah dilakukan inspeksi pada seluruh payudara, axilla dan supraclavicula, kemudian
kita lakukan palpasi.Perlu diingat hasil palpasi dari payudara normal sangat bervariasi. Ini
memerlukan waktu dan pengalaman dari pemeriksa. Kelenjar susu yang berlobulasi dapat
disalahpersepsikan sebagai massa. Lemak subcutan juga menyebabkan perbedaan hasil dari
palpasi payudara.
Juga perlu diingat menjelang menstruasi dan saat hamil payudara menjadi membengkak,
berlobus dan lebih sensitif. Setelah menstruasi, payudara akan mengecil dan lebih lembek. Pada
saat kehamilan, payudara menjadi besar dan keras dengan lobulasi yang jelas sehingga
menyulitkan palpasi tumor.

Bila penderita mengeluh terdapat benjolan pada salah satu payudara, tetap lakukan
seluruh prosedur pemeriksaan pada kedua payudara dengan memulai palpasi pada sisi yang sehat
terlebih dahulu agar tidak terlewat bila ada kelainan yang lain.

 Prosedur Pemeriksaan payudara : Pemeriksaan Penderita Berbaring

Penderita pada posisi berbaring terlentang dengan bagian belakang dada diganjal
menggunakan bantal. Kedua tangan penderita diletakan di atas kepala untuk memudahkan
pemeriksaan axilla. Pemeriksaan payudara menggunakan satu tangan dan tangan satunya sebagai
penahan.

Teknik pemeriksaan palpasi payudara bisa menggunakan cara palpasi dengan arah radier
yaitu seperti jeruji dari tengah kearah perifer pada seluruh lapang payudara, atau menggunakan
arah linier yaitu dari lateral atas ke bawah selanjutnya naik lagi, dari lateral ke medial seperti
gambar dibawah.

Untuk menentukan massa pada payudara mobile atau terfiksasi, dinilai dengan
menggunakan satu tangan. Satu tangan menekan massa perlahan-lahan, bila massa dapat
digerakkan atau berkapsul maka massa akan menggelincir menjauh dan menghilang, bila tekanan
dihilangkan maka massa akan kembali.

6. Pemeriksaan Axilla

Daerah axilla dan supraclavicula diperiksa bergantian dengan penderita pada posisi
duduk ataupun berbaring.

Pada pemeriksaan axilla sangat penting untuk melemaskan fasia axillaris. Untuk dapat
melakukan ini, maka lengan penderita harus ditahan/ disangga dengan tangan pemeriksa sama
sisi (tangan kiri pasien disangga dengan tangan kiri pemeriksa sedangkan kanan pasien disangga
dengan tangan kanan pemeriksa).
Palpasi dilakukandari bagian lateral atas thorax sampai dengan apex dari axilla. Semakin
hati-hati dan cermat pemeriksa, maka semakin banyak informasi yang didapat. Untuk
pemeriksaan payudara pada penderita dengan obesitas hasilnya kurang dapat dipercaya.

Pemeriksaan limfonodi supraclavicularis sangat tepat bila dilakukan dengan pemeriksa


berdiri di belakang penderita. Berapa banyak benjolan, tepi benjolan, keterlibatan dengan
jaringan sekitar dan konsistensinya harus dicatat. Pemeriksaan ini dapat mengarahkan diagnosis
pembesaran kelenjar ini disebabkan oleh keganasan atau infeksi.

6.1. Hasil Pemeriksaan Payudara

Bila dari pemeriksaan palpasi payudara didapatkan nodul, maka hal-hal yang perlu
dilaporkan adalah:

1. Letak lesi yang dilaporkan sesuai dengan kuadran payudara.

2. Jumlah nodul : apakah nodul tunggal atau multiple, bagaimana hubungan antar nodul
(soliter atau menyatu).

3. Sensitivitas : apakah nodul nyeri bila ditekan.

4. Konsistensi nodul : keras seperti batu, kenyal, lunak atau kistik.

5. Fiksasi pada dinding dada, apakah melekat pada dinding dada atau dapat digerakkan
dari dinding dada.

6. Fiksasi pada kulit, apakah nodul menginfiltrasi atau bahkan menembus kulit.

7. Adakah perubahan warna kulit.

8. Adakah perubahan suhu kulit di atas nodul dibandingkan suhu kulit di daerah
sekitarnya.

9. Apakah disertai adanya nodul pada limfonodi axilla dan supraclavicularis. Nodul pada

kelenjar axila dan supraclavicularis juga harus dilaporkan secara rinci sesuai dengan nodul pada
payudara
Pada pemeriksaan ketiak dilakukan teknik inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan
dengan melihat dan mengamati apakah ada perubahan kulit pada ketiak. Palpasi dilakukan
dengan meraba apakah ada massa atau benjolan pada ketiak.

7. Sikap dan etika dalam melakukan pemeriksaan

Sikap dan Etika Saat melakukan pemeriksaan fisik kepala dan leher Sebagai petugas
kesehatan yang baik, sikap dan etika sangat penting untuk dijaga ketika melakukan pemeriksaan
fisik kepala dan leher. Berikut ini adalah sikap yang baik:

1. Biasakan menerapkan salam dan salam kepada pasien yang akan melakukan
pemeriksaan fisik. Tiga hal di atas akan menyebabkan pasien merasa percaya diri dengan
pemeriksa karena pemeriksa tidak tampak acuh tak acuh. Selain itu, pasien juga menjadi rileks
dan tidak tegang

2. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan umum pemeriksaan dan apa yang akan
dilakukan sebelum mengambil tindakan sehingga pasien tidak terkejut. Usahakan untuk tidak
memberitahukan tujuan spesifik tindakan kepada pasien sehingga pasien tidak berbohong dan
menebusnya ketika selesai.

3. Jelaskan kepada keluarga pasien tujuan dari tindakan tersebut.

4. Menjaga privasi pasien dengan cara yang baik untuk menutup pintu atau sampiran di
ruangan tempat pemeriksaan.
BAB III

PENUTUP

 3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien.
            Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di
rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan
harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
            Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk
menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan,
maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

3.2.Saran

            Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami
ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Jakarta. EGC
Yunia Hastami,2019 . FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS
MARET SURAKARTA.
Windrisetiarahayuu, 09/2016 /pemeriksaan-fisik_

Anda mungkin juga menyukai