Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemeriksaan fisik melalui dengan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi . Pengkajian fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang berupa
kepastian tentang penyakit apa yang diderita pada pasien. Pengkajian fisik pada
prinsipnya dikembangkan berdasarkan model yang lebih difokuskan pada respon
yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami. Pengkajian fisik harus
mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum ,kita sebagai petugas kesehatan
dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya.
Tujuan
1. Dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dasar kebidanan
tentang pemeriksaan fisik.
2. Menjelaskan prinsip umum pengkajian
Bab II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan
fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala
dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan secara sistematis
tersebut disebut teknik Head to Toe. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin
diperlukan seperti test neurologi. Dalam Pemeriksaan fisikdaerah abdomen
pemeriksaan dilakukan dengan sistematis inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang
mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau
pemeriksaan suhu, denyut dantekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
B. Anamnesa
Salah satu keterampilan yang paling penting saat berhadapan dengan pasien
adalah kemampuan anamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik, sehingga bisa
menyingkirkan different diagnosis (dd) yang kemudian menegakkan diagnosis.
Ketidakmampuan dalam mencari informasi ketika meng-anamnesa pasien
membuat kita tidak bisa menentukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk
menyingkirkan different diagnosis. Kesalahan mendiagnosis juga berarti
kesalahan melakukan terapi yang tepat. Perlu diingat lagi bahwa keterampilan
anamnesa sudah memenuhi 70% dalam penegakan diagnosis. Untuk itu buat kita
yang bekerja di perifer dengan keterbatasan alat pemeriksaan penunjang, ada
baiknya mempelajari lagi bagaimana menganamnesa pasien yang baik dan
bagaimana melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menyingkirkan
different diagnosis.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika melakukan anamnesa kepada pasien
adalah sebagai berikut:
1. Inspeksi
2. Palpasi
• Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan
jarijari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan
data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi,
ukuran.
3. Perkusi
• Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan
tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri
kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
• Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat
untuk menghasilkan suara.
4. Auskultasi
• Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai
ke kaki.
Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata,
telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen,
ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
2. ROS (Review of System atau sistem tubuh)
4. DOENGOES (1993)
• Keadaa Umum :
• Mata → inspeksi
Gerakan bola mata, simetris atau tidak , kelainan bentuk atau penglihatan, sekret,
keadaan sclera, konjungtiva, atau pupil.
Pembesaran kelenjar gondok dan limfe, nyeri tekan, kaku pada leher.
• Payudara :
• Pernafasan
• Jantung :
tekanan darah tinggi, masalah – masalah jantung, nyeri dada, palpitasi, dispnea,
ortopnea, edema
• Gastointestinal:
Kembung, mual, muntah, nyeri tekan, kolik, obstipasi (sembelit di rektum dapt
menyebabkan sulit BAB), konstipasi (sembelit di kolon), regurgitasi, salah cerna,
perdarahan rektal sehingga feses berwarna hitam/melena, diare, sendawa
berlebihan, pengeluaran gas berlebihan
• Genetalia
Genetalia pria : hernia, sakit pada penis, nyeri testicular atau teraba massa pada
testis. Genetalia wanita : menstruasi, haid, benjolan, sakit, nyeri tekan, PMS,
Leukhorea, gejala klimakterium, HPHT .
• Perkemihan
frekuensi berkemih, poli uria, nokturia, rasa sakit seperti terbakar saat berkemih,
inkontinensia, prostatitis.
• Vaskular perifer
keram pada tungkai, varises vena, pembekuan pada vena.
• Muskuloskeletal
• Neurologis
• Hematologis
• Endokrin
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan
fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala
dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin
diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang
mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau
pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
Tanda vital :
1. Suhu
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol
karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.
Pemeriksaan suhu tubah dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu ketiak, mulut,
dan anus.
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi
empat yaitu :
2. Tekanan darah
Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang
menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau
tekanan istirahat.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada
lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik
disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan
tensimeter air raksa.
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan
rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh
kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton,
memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien
tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah
tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah
rendah disebut hipotensi.
3. Denyut
Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi
yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150 denyut per menit.
Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit.
4. Kecepatan pernapasan
Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan
napas per menit.
Biometrika dasar :
a. Tinggi
Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur
dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri
tegak tanpa alas kaki. Anak-anak berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya
dengan cara dibaringkan. b. Berat atau massa
Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.
Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan
mssa sehat serta tingkat kegemukan.
c. Nyeri
Pengukuran nyeri bersifat subjektif namun penting sebagai tanda vital. Dalam
klinik, nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai '0'
(tidak dirasakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien),
hingga '5' (nyeri terburuk yang pernah dirasakan pasien).
1. Tampilan umum
2. Sistem organ
a. Tujuan dalam pemeriksaan fisik ini yaitu untuk menilai kondisi kesehatan ibu
dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin informasi dari hasil
pemerksaan fisik
dan anamnesa untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis, dan
mengembangkan rencana asuhan yang paling sesuai dengan kondisi ibu.
3. Memantau DJJ
Gunakan dopler untuk mendengarkan DJJ dan menghitung DJJ per menit.
Lakukan penilaian DJJ pada lebih dari 1 kontraksi. Gunakan jarum detik (jam)
nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Dengar DJJ min 60 detik,
dengarkan sampai sedikitnya 30 kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin
dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit.
Kegawatan janin ditunjukan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180
kali per menit. Bila demikian baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk
relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya,
kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan
maka siapkan ibu untuk segera di rujuk.
c. Periksa Dalam
Sebelum melakukan periksaan dalam cuci tangan dengan sabun dan air bersih,
kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih
dan mencuci area genitalia dengan sabun dan air.
Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
Tentramkan hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama
pemeriksaan dilakukan.
Langkah – langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam :
1. Tutupi badan ibu dg selimut
2. Minta ibu berbaring telentang dg lutut ditekuk
3. Gunakan handscoon
4. Gunakan kasa yang di celupkan ke larutan anti septik
5. Periksa genetalian ekterna
6. Nilai cairan vagina
7. Pisahkan labia mayora dg jari manis dan ibu jari
8. Nilai vagina
9. Nilai pembukaan dan penipisan servik
10. Pastikan tali pusat tidak teraba
11. Nilai penurunan bagian terbawah janin
12. Jika bagian terbawah adlh kepala pastikan penunjuknya.
13. Jika pemeriksaan sudah lengkap keluarkan kedua jari pemeriksa
14. Cuci tangan
15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yg nyaman
16. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kira-kira 6 minggu.
Ada 2 kejadian penting dalam masa nifas, yaitu :
- Involusi
- Laktasi
Periode Nifas
1. Immediate Puerperium
Adalah keadaan yang terjadi pada permulaan persalinan sampai 24 jam sesudah
persalinan
2. Early Puerperium
Adalah keadaan yang terjadi pada permulaan persalinan (waktu 1 hari sampai
dengan 7 hari setelah persalinan)
3. Late Puerperium
Adalah waktu seminggu sampai dengan 6 minggu setelah persalinan.
Lochea
Adalah cairan pertama yang keluar dari vagina pada hari pertama nifas :
- Pada hari ke-1 dan 2 masa nifas berupa darah (lochea rubra)
- Pada 3-4 hari darah yang keluar encer (lochea serosa)
-Pada hari ke-10 menjadi cairan putih atau kekuningan (lochea alba).
Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi, dimana petugas
harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta
dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Tujuannya adalah :
- Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi
- Melaksanakan screening yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi,
KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi yang sehat.
- Memberikan perawatan Keluarga Berencana
3) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan lembut dan sempurna
• Tekanan Darah
• Nadi
• Suhu
• Pernafasan
5) Melakukan pemeriksaan payudara :
kebersihan
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir ada beberapa
hal yang perlu di perhatikan, antara lain :
- Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga
bayi tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan pakaian hanya pada
daerah yang di periksa.
- Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan
prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru,
jantung dan abdomen.
- Lakukan prosedur yang menggangu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada
tahap akhir bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau
lainnya.
Peralatan dan Perlengkapan :
- Kapas alkohol dalam tempatnya.
- Bak instrumen
- Handscoon
- Tissue dalam tempatnya
- Senter
- Termometer
- Stetoskop
- Tongs patel
- Selimut bayi
- Bengkok
- Timbangan bayi
- Pita ukur/metlin
- Timer
- Pengukur panjang badan
- Buku catatan
Prosedur Pelaksanaan:
1. Penilaian Apgar score
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan
bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit. Caranya:
a. Lakukan penilaian apgar Score
dengan cara menjumlahkan hasil
penilaian tanda, seperti laju jantung,
kemampuan bernafas, kekuatan tonus
otot, kemampuan refleks dan warna kulit.
2. Pengukuran Antropometri
a. Lakukan Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol
sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus
bayi. Berat badan normal adalah 2500-3500 gram apabila BB kurang dari 2500
gram disebut bayi Premature dan apabila BB bayi lebih dari 3500 gram maka
bayi disebut Macrosomia.
b. Lakukan Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit
dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak
lentur. Panjang badan normal adalah 45-50 cm c. Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm. d. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran
dilakukan melalui kedua puting susu). Lingkar dada normal adalah 30 -33 cm.
Apabila diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami
Hidrocephalus. Dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari dada
maka bayi mengalami Microcephalus.
e. Mengukur Lingkar Lengan atas (LILA)
Normalnya 11-15 cm. Untuk LILA pada BBL belum mencerminkan keadaan
tumbuh kembang bayi.
Wajah
- Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal
ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.
- Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom
piere robin.
- Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi
N.fasialis.
Mata
- Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
- Lakukan inspeksi daerah mata. Periksa jumlah, posisi atau letak mata
- Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
- Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
- Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil
harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina.
- Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau
retina
- Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus
dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.
- Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami
sindrom down.
Hidung
- Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana
bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring.
- Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini
kemungkinan adanya sifilis congenital.
- Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan.
Mulut
- Lakukan Inspeksi apakah ada kista yang ada pada mukosa mulut.
- Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris.
Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang
kecil menunjukkanmikrognatia.
- Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang
berasal dari dasar mulut)
- Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara
palatum keras dan lunak.
- Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya
terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi.
- Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema
otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk
(tanda foote).
Telinga
- Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
- Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
- Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagia atas.
- Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set
ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
- Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal.
- Bunyikan bel atau suara. Apabila terjadi refleks terkejut maka
pendengarannya baik, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka
kemungkinan terjadi gangguan pendengaran.
Leher
- Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa
kesimetrisannya.Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
- Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad
fleksus brkhialis
-
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa
adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
- Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher
menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
- Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada
bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa
kemungkinan adanya fraktur.
Abdomen
- Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan.
- Lakukan pemeriksaan pada tali pusat bertujuan untuk menilai ada
tidaknya kelainan pada tali pusat seperti, ada tidaknya vena dan arteri, tali
simpul pada tali pusat dan lain-lain.
- Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
- Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali
atau tumor lainnya
- Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten.
- Lakukan Auskultasi adanya bising Usus.
- Lakukan perabaan hati, umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta
kanan. Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
- Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi terlentang dan tungkai
bayidi lipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas
-
bawah ginjal dapat di raba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan
tepi perut bagian ginjal dapat di raba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran
pada ginjal dapat di sebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau
trombosis vena renalis.
Ekstermitas Atas
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua
lengan ke bawah
- Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan
adanya kerusakan neurologis atau fraktur
- Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
- Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
- Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut
sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
Ekstermitas Bawah
- Periksaan kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki
dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
- Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan
dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis. - Periksa
adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki.
Spinal
- Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil
berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis
atau kolumna vertebra
Genetalia
- Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa
posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis
- Periksa adanya hipospadia dan epispadia
- Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
- Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
- Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
- Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)
Kulit
- Perhatikan kondisi kulit bayi.
- Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
- Periksa adanya pembekakan
Perhatinan adanya vernik kaseosa ( zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi
bayi cukup bulan).
- Perhatikan adanya lanugo(rambut halus yang terdapat pada punggung
bayi) jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan daripada bayi
cukup bulan.
Refleks-Refleks
Pemeriksaan
Cara Pengukuran Kondisi Normal Kondisi Patologis
Refleks
Berkedip Sorotkan cahaya ke mata Dijumpai pada tahun Jika tidak di jumpai
bayi. pertama menunjukkan kebutaan.
Tanda babinski Gores telapak kaki Jari kaki mengembang Bila pengembangan jari
sepanjang tepi luar, di dan ibu jari kaki kaki dorsofleksi setelah
ulai dari tumit dorsofleksi, di jumpai umur 2 tahun adanya
sampai umur 2 tahun. tanda lesi
ekstrapiramidal.
Moro’s Ubah posisi dengan Lengan Ekstensi, jari-jari Refleks yang menetap
tibatiba atau pukul mengembang kepala lebih 4 bulan adanya
meja/tempat tidur. terlempar ke belakang, kerusakan otak, respon
tungkai sedikit ekstensi, tidak simetris adanya
lengan kembali ke tengah hemiparesis, fraktur
dengan tangan klavikula, atau cidera
menggenggam tulang fleksus brachialis. Tidak
belakang dan ekstermitas ada respons ekstermitas
bawah ekstens. Lebih bawah adanya dislokasi
kuat selama 2 bulan pinggul atau cidera
menghilang pada umur medulla spinalis.
34 bulan.
Mengenggam Letakkan jari di telapak Jari-jari bayi melengkung Fleksi yang tidak simetris
(palmar grap’s) tangan bayi dari sisi ulnar, di sekitar jari yang di menunjukkan adanya
jika refleks lemah atau letakkan di telapak paralysis, refleks
tidak ada berikan bayi tangan bayi dari sisi ulnar, menggenggam yang
botol atau dot, karena refleks ini menghilang menetap menunjukkan
mengjisap akan dari umur 3-4 bulan. gangguan serebral
-
mengeluarkan refleks.
Rooting Gores sudut mulut bayi Bayi memutar kea rah Tidak adanya reflek
garis tengah bibir. pipi yang di gores, refleks menunjukkan adanya
ini menghilang pada umur gangguan neurology
3-4 bulan. Tetapi bias berat
menetap sampai umur 12
bulan khususnya selama
tidur.
Kaget (startle) Bertepuk tangan dengan Bayi mengekstensi dan Tidak adanya refleks
keras. memfleksi lengan dalam menunjkkan adanya
berespon terhadap suara gangguan pendengaran
yang keras tangan tetap
rapat, refleks ini akan
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala
dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin
diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang
mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri
diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeriksaan_fisik
www.pemeriksaan+fisik+pada+kala+1.com
www.pemeriksaan=pada=ibu=hamil.com
http://harnita-novia.blogspot.com/2011/02/pemeriksaan-fisik-pada-ibu-hamil.html
http://nofitasari310.wordpress.com/2013/08/01/pemeriksaan-fisik-6-jam-post-
partumpada-ibu-nifas/ http://wulanwoe.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-fisik-
pada-bayi-baru-lahir.html