Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU DAN BAYI

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

1. RERE DESMI ANANDA (F0G021051)


2. AINIYAH (F0G021062)
3. PUTRI ANGGRAENI (F0G021047)
4. RAHMA NOVITA (F0G021068)

DOSEN PENGAMPUH:
SURIYATI ,S.ST.,M.Keb

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah “TENTANG PEMERIKSAAN FISIK
PADA IBU DAN BAYI” ini. Makalah ini disusun dengan harapan dapat dijadikan sebagai
bahan ilmu pengetahuan untuk Mata Kuliah KDPK kebidanan 2021 bagi penulis dan pembaca.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari keterbatasan selaku
penulis, oleh karena itu demi pengembangan kreatifitas dan penyempurnaan makalah ini, kami
mengharapkan saran dan masukan dari pembaca maupun para ahli, baik dari segi isi, istilah
serta pemaparannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang
telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Amin.

Bengkulu,19 Agustus 2021

2
DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik adalah proses medis yang harus dijalani saat diagnosis penyakit. Hasilnya
dicatat dalam rekam medis yang digunakan untuk menegakkan diagnosis dan merencanakan
perawatan lanjutan. Pemeriksaan fisik akan dilakukan secara sistematis, mulai dari kepala hingga
kaki (head to toe) yang dilakukan dengan empat cara (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi).Ruang lingkup pemeriksaan fisik ini akan terdiri dari pemeriksaan tanda vital (suhu,
denyut nadi, kecepatan pernapasan, dan tekanan darah), pemeriksaan fisik head to toe, dan
pemeriksaan fisik per sistem tubuh (seperti sistem kardiovaskuler, pencernaan, muskuloskeletal,
pernapasan, endokrin, integumen, neurologi, reproduksi, dan perkemihan).

B. Rumusan Masalah

A. Pengertian Pemeriksaan Fisik

B. Hal Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemeriksaan Fisik

C. Jenis & Posisi Pemeriksaan Fisik

D. Pemeriksaan Fisik Pada Ibu

E. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi

3
C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Praktik
Kebidanan (KDPK) serta menambah pengetahuan dan wawasan kita dalam proses pembelajaran.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah proses medis yang harus dijalani saat diagnosis penyakit. Hasilnya
dicatat dalam rekam medis yang digunakan untuk menegakkan diagnosis dan merencanakan
perawatan lanjutan. Pemeriksaan fisik akan dilakukan secara sistematis, mulai dari kepala hingga
kaki (head to toe) yang dilakukan dengan empat cara (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi).Ruang lingkup pemeriksaan fisik ini akan terdiri dari pemeriksaan tanda vital (suhu,
denyut nadi, kecepatan pernapasan, dan tekanan darah), pemeriksaan fisik head to toe, dan
pemeriksaan fisik per sistem tubuh (seperti sistem kardiovaskuler, pencernaan, muskuloskeletal,
pernapasan, endokrin, integumen, neurologi, reproduksi, dan perkemihan).

B. Hal Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemeriksaan Fisik

1. Selalu meminta keadaan atau izin pada klien untuk setiap pemeriksaan fisik

2. Jagalah pripasi klien

3. Pemeriksaan harus seksama dan sistematis.

4
4. Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan,kegunaan,cara dan
bagian yang akan diperiksa)

5. Beri intruksi spesifik yang jelas

6. Berbicaralah yang komunikatif

7. Ajarkan klien bekerja sama untuk pemeriksaan

8. Perhatikan ekspresi atau bahasa konverbal dari klien

C. Jenis-Jenis & Posisi Pemeriksaan Fisik.

1. Inspeksi

Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh tubuh pasien atau
hanya bagian tertentu yang diperlukan. Metode ini berupaya melihat kondisi klien dengan
menggunakan “sense of sign” baik melalui mata telanjang atau alat bantu penerangan (lampu).
Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang dilihatnya dan
di mana lokasinya. Metode inspeksi ini digunakan untuk mengkaji warna kulit, bentuk, posisi,
ukuran dan lainnya dari tubuh pasien.Pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi
untuk melihat pasien secara seksama, setiap sistem dan tidak terburu-buru sejak pertama bertemu
dengan cara memperoleh riwayat pasien dan terutama sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan.
Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk mengetahui lebih lanjut,
lebih jelas dan lebih memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau bau
dari pasien. Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang
diterima oleh semua indera tersebut yang akan membantu dalam membuat keputusan diagnosa
keperawatan dan selanjutnya bisa membuat intervensi keperawatan, kemudian seterusnya sesuai
dengan langkah-langkah proses keperawatan serta bisa membantu penentuan terapi (dokter).

Cara pemeriksaan:
a. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri

5
b. Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri pakaiannya.
Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk pemeriksaan
sedangkan bagian lain ditutupiselimut).
c. Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas. Contoh : mata
kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
d. Catat hasilnya.

2. Palpasi

Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan “sense of touch”. Palpasi adalah
suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh
dengan menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini dapat digunakan untuk
mendeteksi suhu tubuh (temperatur), adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan
ukuran.Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Teknik palpasi dibagi menjadi
dua:

a. Palpasi Ringan:

Caranya: ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara simultan. Tangan diletakkan
pada area yang dipalpasi, jari-jari ditekan kebawah perlahan-lahan sampai ada hasil yang
diharapkan.

b. Palpasi dalam (bimanual)

Caranya: misalnya untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua tangan. Satu tangan untuk
merasakan bagian yang dipalpasi, tangan lainnya untuk menekan ke bawah. Dengan posisi rileks,
jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pada jari-jari pertama.

Cara pemeriksaan :

1) Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri.

6
2) Pastikan pasien dalam keadaan rileks dengan posisi yang nyaman.

3) Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.

4) Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.

5) Lakukan palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan dengan tekananringan.

6) Palpasi daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan.

7) Lakukan palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.

8) Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.

9) Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul, tumor bergerak/tidak dengan
konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/lembut, ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta
rasa nyeri raba / tekan.

10) Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.

3. Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan memukul/mengetuk untuk mendengarkan


bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh.
Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat
bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi,
ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin
banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling resonan.

Cara pemeriksaan :

a. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian yang akandiperiksa.

b. Pastikan pasien dalam keadaan rilex.

7
c. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.

d. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.

e. Lakukan perkusi secara seksama dan sistematis yaitu dengan:

1) Metode langsung yaitu mengetukkan jari tangan langsung ke bagian tubuh yang akan
diperiksa dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.

2) Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut : Jari tengah tangan kiri di letakkan
dengan lembut di atas permukaan tubuh,ujung jari tengah dari tangan kanan, untuk mengetuk
persendian, pukulan harus cepat dengan menggunakan kekuatan pergelangan tangan, dan
lengan tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek, berikan tenaga pukulan yang sama pada
setiap area tubuh yang diperiksa.

f. Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.

1) Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan kualitas seperti
drum (lambung).

2) Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema
(paru normal).

3) Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas ledakan
(empisema paru).

4) Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak lama
kualitas seperti petir (hati).

4. Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal- hal yang
didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.Penilaian pemeriksaan
auskultasi meliputi:

8
a. Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.

b. Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.

c. Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara.

d. Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.

a. Bunyi jantung

Waktu mendengar, pemeriksa harus memusatkan pikiran pada sifat, karakteristik dan intensitas
bunyi jantung.Penilaian dilakukan berurutan dan sendiri-sendiri mulai dari bunyi jantung I, bunyi
jantung II, sistole dan diastole.ang digolongkan dalam bunyi jantung ialah: Bunyi-bunyi jantung
I, II, III, IV, Opening snap, irama derap, dan klik. Bunyi jantung I, II merupakan bunyi jantung
normal. Bunyi jantung III juga normal bila terdengar sampai umur 20 tahunan. Bunyi jantung IV,
opening snap, irama derap dan klik ditemukan sebagai keadaan yang patologik. Pada kasus-kasus
patologik tertentu dapat pula terdengar kelainan bunyi jantung I, II, III. Bunyi jantung dapat
didengar dengan menempatkan telinga langsung di atas dada penderita. Dengan stetoskop,
auskultasi mudah, sopan dan bunyi terdengar lebih keras.Stetoskop untuk orang dewasa tidak
dapat dipakai pada anak.Dianjurkan memakai stetoskop dengan panjang selang sekitar 30 cm
dan diameter bagian dalam selang kira-kira 1/8 inci. Ada 2 macam stetoskop yaitu berbentuk
sungkup dan diafragma. Sungkup lebih baik menangkap bunyi dan bising jantung bernada
rendah, diafragma untuk bunyi bernada tinggi. Dalam proses auskultasi yang lebih penting dari
stetoskop ialah pemeriksa. Ia harus mengetahui fisiologi dan patofisiologi kardiovaskuler
sehingga dapat menentukan di mana mendengar dan bagaimana menginterpretasi bunyi dan
bising jantung.Tempat-tempat di permukaan dada dengan intensitas, bunyi jantung paling kuat
tidak selalu sesuai dengan lokasi anatomik katup-katup. Daerah katup mitral, lokalisasinya pada
sela iga V kiri, katup pulmonal pada sela iga II kiri. Daerah katup aorta di sela iga II kanan dan
katup trikuspid pada peralihan korpus sterni ke processus xiphoideus.

b. Suara Nafas

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :

9
1) Rales: suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.

2) Ronchi: nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri
khas ronchi adalah akan hilang bilaklien batuk. Misalnya pada edema paru.

3) Wheezing: bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut,asma.

4) Pleura Friction Rub; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

Cara pemeriksaan :

1) Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian yang diperiksa dan bagian
tubuh yang diperiksa harus terbuka.

2) Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman.

3) Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala, selang dan
telinga.

4) Pasanglah ujung stetoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah (harus tepat
untuk telinga kanan dan kiri), untuk menghasilkan hasil pemeriksaan yang baik.

5) Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan pemeriksa.

6) Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akandiperiksa.

7) Gunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan
yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada tinggi seperti
bunyi usus dan paru.

c. Bising Usus

10
Untuk mendengarkan bising usus, auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen.
Dengarkan peristaltik ususnya selama satu menit penuh. Bising usus normalnya 5- 30 kali/menit.
Jika kurang dari itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltik ileus, konstipasi,
peritonitis, atau obstruksi. Jika peristaltik usus terdengar lebih dari normal memungkinan klien
sedang mengalami diare.Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada dua prinsip yang harus kita

perhatikan, yaitu:

1) Kontrol infeksi, meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker,
dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada. Karena pada era sekarang penyakit
infeksi juga semakin banyak, maka kita harus bisa membatasi penyebarannya dengan melakukan
kontrol infeksi ini.

2) Kontrol lingkungan yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu
sendiri. Misalnya: menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien, komunikasi
(penjelasan prosedur), privacy dan kenyamanan klien, sistematis dan konsisten (head to toe, dari
eksternal ke internal, dari normal ke abnormal), berada di sisi kanan klien (bila memungkinkan),
efisiensi, dan dokumentasi.Selanjutkan materi akan dibahas adalah prosedur pemeriksaan.
Sebelum melakukan pemeriksaan, kita harus menyiapkan alat-alat yang kita perlukan dan ditata
yang rapi di di dekat kita di tempat yang memudahkan kita bekerja.Setelah alat-alat didekatkan
ke tempat periksa kita mulai melakukan prosedur dengan mencuci tangan, jelaskan prosedur
pemeriksaan, pakai sarung tangan/handschoen bila diperlukan, baru kita mulai melakukan
pemeriksaan dari kepala sampai dengan kaki.Harus diingat bahwa posisi klien pada waktu kita
melakukan pemeriksaan bisa duduk/berbaring.

d. Pemeriksaan diawali dengan memeriksa

1)Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran) penuh, Ekspresi sesuai,
tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas), tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal: relaks, tidak
ada tanda-tanda cemas/takut), jenis kelamin, usia, tahapan perkembangan,TB, BB (Normal: BMI
dalam batas normal), kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau), cara berpakaian
(Normal: Benar/ tidak terbalik), postur dan cara berjalan, bentuk dan ukuran tubuh, cara bicara.

11
(Relaks, lancer, tidak gugup), evaluasi dengan membandingkan dengan keadaannormal.Perlu
menjadi perhatian bahwa pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa seluruh tubuh kllien dari
ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe), atau hanya bagian tubuh klien yang diperlukan
saja
D . Pemeriksaan Fisik Pada Ibu

Pemeriksaan fisik pada ibu yaitu melakukan anamnsesis, pengkajian tanda vital pada Ibu,
pemeriksaan dasar pada kehamilan, persalinan, dan nifas.

Sebelum anda melakukan pemeriksaan fisik, awali terlebih dahulu dengan wawancara/
anamnesa. Setelah data wawancara didapatkan, dilanjutkan dengan pemeriksaan Tinggi badan
dan berat badan, kemudian lakukan pemeriksaan tanda- tanda vital meliputi pengkuran tekanan
darah, nadi, suhu, dan pernafasan. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Setelah
selesai melakukan pemeriksaan fisik, jangan lupa untuk mendokumentasikan pada format
pengkajian wawancara dan pemeriksaan fisik pada ibu.

E. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi

1. Keadaan umum Kesadaran pasien : Komposmentis (CM) Sadar sepenuhnya, apatis atau sadar
tapi acuh terhadap sekitarnya, somnolen atau tampak mengantuk dan ingin kembali tidur, stopor
atau sedikit respon terhadap stimulus yang kuat dan koma artinya tidak bereaksi terhadap
stimulus apapun

2. Aktifitas fisik Inspeksi keadaan ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai
serta lengan aktif dan simetris.

3. Pemeriksaan tanda-tanda vital

a) Frekuensi Nadi Paling baik dihitung dalam keadaan tidur / tenang Meraba arteri radialis
dengan ujung jari II, III, IV tangan kanan, ibu jari berada di bagian dorsal tangan anak Pada bayi
dengan penghitungan heart rate (denyut jantung) Penghitungan 1 menit penuh Usia >28 hari- 1
tahun (bayi) : 30-40 kali/menit Usia >1 tahun -3 tahun : 20-30 kali/menit

12
b) Frekuensi pernapasan Dihitung satu menit penuh melalui inspeksi/palpasi/auskultasi Takipneu
yaitu pernapasan yang cepat Dispneu yaitu kesulitan bernapas Usia >28 hari- 1 tahun (bayi) : 80-
120 kali/menit Usia >1 tahun -12 tahun : 60-110 kali/menit

c) Suhu Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0 C 37 0 C.

4. Pengukuran atropometrik

a. Penimbang berat badan Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya,
tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan. Menurut Mtbs (2008) : BB/TB
< -3 SD berarti sangat kurus BB/TB > -3 SD - < - 2SD berarti sangat kuru BB/TB -2 SD - +2SD
berarti normal

b. Panjang badan Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar
tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju bawah
kita. PB : 48/52cm.

c. Lingkar kepala

Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita mengelilingi bagian
atas alis LK : 32-37 cm. d. Lingkar dada Letakan pita ukur pada tepi terendah scapula dan tarik
pita mengelilingi kearah depan dan garis putih. LD : 32 35 cm.

5. Kulit Inspeksi kulitnya apakah warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus. Palpasi keadaan
kulitnya apakah lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.

6. Kepala Inspeksi apakah ada benjolan di puncak kepala. Palpasi apakah tidak ada massa atau
area lunak di tulang tengkorak. Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura
korona dan sutura segital. Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura
lambdoidalis dan sagitalis.

7. Wajah Inspeksi apakah mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah
wajah dan simetris.

13
8. Mata Inspeksi apakah kelompak mata tanpa petosis atau udem. Skelera tidak ikterik,
cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya,
reflek mengedip ada.

9. Telinga Inspeksi apakah posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur,
pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.

10. Hidung Inspeksi apakah posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui
hidung.

11. Mulut Inspeksi bentuk dan ukuran mulut proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh
berwarna merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda,
palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek
rooting ada.

12. Leher

Inspeksi apakah leher rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek. Palpasi
apakah triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.

13. Dada Inspeksi apakah dada berbentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris. Frekuensi
nafas 40 60 x permenit, pola nafas normal. Palpasi apakah nadi di apeks teraba di ruang interkosa
keempat atau kelima tanpa kardiomegali. Auskultasi apakah suara nafas jernih sama kedua sisi.
Frekuensi jantung 100-160 x permenit teratur tanpa mumur. Perkusi apakah ada atau tidak ada
peningkatan timpani pada lapang paru.

14. Payudara Inspeksi apakah jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.

15. Abdomen Inspeksi abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu
vena berwarna putih kebiruan. Palpasi abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati
teraba 2-3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal
dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2-3 cm,
setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut. Perkusi timpani kecuali redup pada hati,
limfa dan ginjal. Auskultasi bising usus ada.

14
16. Genitalia eksterna Inspeksi (wanita) labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris
ada, meatus uretra ada di depan orivisium vagina. Inspeksi (laki-laki) penis lurus, meatus
urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.

17. Anus Inspeksi apakah posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking)
pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.

18. Tulang belakang Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda. Inspeksi Kolumna
spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat. Palpasi Tulang belakang ada tanpa
pembesaran atau nyeri.

19. Ekstremitas Ekstremitas atas Inspeksi

Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek genggam ada, kuat
bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama karpal dan metacarpal
ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku. Palpasi Humerus radius
dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah muda sama kedua
sisi. Ekstremitas bawah Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar
jari sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan
sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan
sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.

20. Pemeriksaan reflek

a. Berkedip cara : sorotkan cahaya ke mata bayi. normal : dijumpai pada tahun pertama b. Tonic
neck cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi. normal : bayi melakukan
perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi
putaran kepala dan fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali
kepala di tolehkan tampak kira kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6 bulan.

c. Moro cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur. normal : lengan
ekstensi, jari ari mengembang, kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan

15
kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah
eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3-4 bulan.

d. Mengenggam cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau
tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek. normal : jari jari
bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini
menghilangkan pada usia 3-4 bulan.

e. Rooting cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir. normal : bayi memutar
kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia 3-4 bulan tetapi bisa menetap
sampai usia 12 bulan terutama selama tidur

f. Menghisap cara : beri bayi botol dan dot. normal : bayi menghisap dengan kuat dalam
berepons terhadap stimulasi reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama
tidur tanpa stimulasi.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif,memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Pendekatan ini dilakukan mulai dari
kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital,
kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, perut,
ginjal, punggung, genetalia, rektum, ektremitas. Tehnik yang diperlukan dalam pengkajian fisik
ada 4 yaitu : palpasi, inspeksi, auskultsi dan perkusi. Indikasi mutlak dilakukan pada setiap klien,
terutama pada : 1. klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat. 2.
Secara rutin pada klien yang sedang di rawat. 3. Kapan-waktu sesuai kebutuhan klien.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/indahsen31/pemeriksaan-fisik-55363500

https://pdfcoffee.com/makalah-pemeriksaan-fisik-4docx-pdf-free.html

http://windrisetiarahayuu.blogspot.com/2016/09/pemeriksaan-fisik_26.html?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai