Anda di halaman 1dari 62

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK II

1. MARIA EMELIANA TEFTUTUL

2. JAGUALINE LATUE

3. ABIGAEL JERMIAS

4. YULIANA BATLOLONA

5. RINA BOINSERA

6. MARECI K RAHANDEKUT

7. KORNELIA RATMALA

8. YOHANA MASELA

POLTEKKES KEMENKES MALUKU

PRODI KEBIDANAN SAUMLAKI

TINGKAT I / SEMESTER II

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa karena dengan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PEMERIKSAAN FISIK PADA ORANG
DEWASA DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT” sesuai dengan waktu tugas pengampu untuk
bahan pertimbangan perbaikan makalah ini

Saumlaki,31 januari 2023


DAFTAR ISI

Cover I

Kata pengantar II

Daftar Isi III

BAB.I.Pendahuluan IV

A.Konsep dasar pemeriksaan fisik

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan Penulisan

BAB.II.Pembahasan V

A.Prinsip dasar dan Teknik pemeriksaan

B.Pemeriksaan fisik pada ibu

C.Pemeriksaan Head To Toe

D.Teknik pemberian obat

BAB.III.Penutupan VI

A.Kesimpulan

B.Saran

C.Daftar Pustaka VII


BAB I

PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik adalah salah satu Teknik pengumpul data untuk mengetahui keadaan fisik
dan keadaan Kesehatan (Ambarwati, 2009).

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
Kesehatan pasien. Untuk memperoleh hasil yang akurat, diperlukan semua indra sebagai alat
untuk meneliti semua gejala yang diperiksa. Selain itu dibutuhkan peralatan khusus dan
pemeriksa harus mahir menggunakan setiap peralatan tersebut.

Ada empat Teknik dalam pengkajian fisik, yaitu inspeksi ( observasi), palpasi (periksa raba
dengan jari tangan), perkusi (pengetukan dengan jari tangan atau menggunakan peralatan
khusus pada organ tubuh yang di periksa), dan auskultasi (mendengarkan suara yang ada
dirongga tubuh dengan menggunakan peralatan khusus).

B.RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana konsep teori pada pemeriksaan fisik

2.Apa tujuan pemeriksaan fisik

3.Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik

C.TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu mengetahui konsep pemeriksaan


fisik,tujuannya,manfaatnya,indikasi danprosedur pemeriksaan fisik
BAB II

PEMBAHASAN

A.PRINSIP DASAR DAN TEKNIK PEMERIKSAAN

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, diperlukan pengkajian awal yang dimulai dengan
temuan subjektif melalui anamnesis,yaitu tanya jawab dengan pasien. Berdasarkan temuan
subjektif, dilakukan pemeriksaan fisik yang terfokus untuk mendukung gejala subjektif,

Sebagai dasar untuk merumuskan diagnosis yang tepat. Teknik dasar pemeriksaan fisik
meliputi:

1. Inspeksi.Inspeksi adalah suatu Tindakan pemeriksaan dengan menggunakan indra


penglihatan untuk mendeteksi karakteristik normal atau abnormal dari bagian tubuh
atau fungsi tubuh lainnya.inspeksi digunakan untuk mendeteksi
bentuk,warna,posisi,ukuran,tumor dan lain-lain pada tubuh pasien. Cara pemeriksaan
Teknik inspeksi:
a. Posisikan pasien dengan nyaman dan bukalah pakaian yang menutupi organ
tubuh yang akan diperiksa.
b. Jika bagian tubuh yang akan diperiksa tidak jelas dilihat,dapat dibantu dengan
memberikan penyinaran menggunakan senter,misalnya telingga,lubang
hidung,dan mulut.
c. Untuk kenyamanan pasien, upayakan agar pasien sendiri yang membuka
pakaiannya,hanya pada bagian tubuh yang akan diperiksa. Misalnya. jika bagian
tubuh yang akan diperiksa adalah dada, maka buka bagian atas pakaian pasien
saja.
d. Lakukan inspeksi pada area tubuh tertentu untuk mengetahui
ukuran,bentuk,perubahan warna,kesimetrisan,posisi,dan abnormalitasnya.
Misalnya, saat mengobservasi payudara,amati ukurannya apakah
membesar,mengecil, atau tetap.
e. Bandingkan suatu area sisi tubuh dengan bagian tubuh lainnya. Misalnya, jika
kita mengamati pembengkakan pada sisi tubuh sebelah kanan maka amati pula
bagian tubuh sebelah kiri.
f. Lakukan inspeksi secara cermat dan teliti, jangan terburu-buru. Misalnya, saat
memeriksa pembesaran uterus, bandingkan pembesarannya dengan kesesuain
umur kehamilan.

2. Palpasi merupakan Teknik pemeriksaan dengan menggunakan tangan sebagai indra


peraba untuk menentukan ketahanan,kekenyalan, kekerasan, tekstur,dan mobilitas.
Palpasi hendaknya menggunakan permukaan palmar jari karena Teknik ini
membutuhkan kelimbutan dan sensitivitas, sementra telapak tangan dan permukaan
ulnar tangaan lebih sensitive pada getaran. Sedangkan untuk mengkaji
suhu,hendaknya menggunakan bagian belakang tangan dan jari.
Rasa nyeri tekan dan kelainan pada jaringan ataunorgan tubuh dapat dirasakan oleh
pasien saat dilakukan palpasi. Palpasi juga merupakan Tindakan penegasan dari hasil
inspeksi selain untuk menemukan yang tidak terlihat. Cara pemeriksaan Teknik palpasi:
a. Posisi pasien boleh tidur,duduk,atau berdiri,bergantung pada bagian mana yang
hendak diperiksa. Pakaian yang yang menutupi bagian tubuh yg akan diperiksa
harus dibuka.
b. Pastikan pasien dalam keadaan rileks dengan posisi yang nyaman untuk
menghindari ketegangan otot yang dapat menggangu hasil pemeriksaan. Jika
perlu ajak pasien mengobrol untuk mengurangi ketegangannya.
c. Kuku jari pemeriksa harus pendek tangan hangat dan kering.
d. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
e. Lakukan palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan, yaitu dengan tekanan ringan
dan sebentar-sebentar.
f. Palpasi daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan
g. .Lakukan palpasi secara hati-hati, terutama jika dicurigai terdapat fraktur tulang.
h. Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
i. Lakukan palpasi ringan, yaitu memeriksa organ atau jaringan yang dalamnya
kurang dari 1cm
j. Lakukan palpasi agak dalam, yaitu memeriksa organ atau jaringan dengan
kedalaman 1-2,5cm.
k. Lakukan palpasi bimanual dengan kedalaman lebih dari 2,5cm menggunakan
kedua tangan; salah satu tangan direlaksasikan dan diletakan dibagian bawa
organ/jaringan tubuh,sedangkan tangan lain menekan kearah tangan yang
dibawa untuk mendeteksi karakteristik organ atau jaringan
l. Rasakan dengan saksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul,tumor
bergerak/tidak dengan konsistensi padat/bersifat kasar atau lembut, ukurannya,
dan ada tidaknya getaran, serta adanya nyeri tekanan.
m. Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.

3. Perkusi. Perkusi merupakan Teknik pemeriksaan dengan melakukan pengetukan


dengan mengunakan ujung – ujung jari pada bagian tubuh untuk mengetahui
ukuran ,Batasan ,konsistensi organ tubuh ,dan menentukan adanya cairan dalam tubuh
.

Ada dua cara dalam melakukan perkusi, yaitu cara langsung dan cara tidak langsung . Cara
lagnsung dilaukakan dengan mengetuk secara langsung bagian tubuh yang akan diperiksa
dengan menggunakan satu atau dua jari. Sedangkan secara tidak langsung dilakukan dengan
menempatkan jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) di atas permukaan tubuh ,usahakan
agar telapak tangan dan jari – jari lain tidak menempel pada permukaan tubuh ,sementara
ujung jari tengah tangan kanan (dominan) mengetuk persendian distal dari jari tengah tanggan
kiri .secara umum ,hasil perkusi di bagi menjadi lima macam ,bunyi timpani , resonan ,
hipersonar , pekak , dan kemps.cara pemeriksaan perkusi meliputi :

a. Posisi pasien dapat duduk ,tidur , atau berdiri ,bergantung pada bagian mana yang
akan dipreriksa dan pakian pada bagian tubuh yang diperiksa harus di buka.
b. Pastikan pasien dalam keadaan rileks dan pada posisi yang nyaman untuk mengurangi
keteganggan otot yang dapat menganggu hasil perkusi
c. Minta pasien menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot .
d. Kuku jari pemeriksa harus pendek
e. Tangan hangat dan kering
f. Lakukan perkusi secara seksama dan sistematis dan dengan metode langsung ,yaitu
melakukan perkusi atau pengetukan jari tangan langsung dengan menggunakan jari
tangan langsung dengan menggunkqn satu atau dua ujung jari ,atau dengan metode
tidak langsung , yaitu :
- Jari tengah tangan kiri ( tidak dominan ) sebagai fleksimeter diletakan dengan
lembut di atas permukaan tubuh ,upayakan agar telapak tangan dan jarri – jari
lain tidak menempel pada permukaan tubuh .
- Ujung jari tengah tangan kanan ( dominan ) berfungsi sebagaui fleksor untuk
mengetuk persendian distal jari tengah tangan kiri .
- Ketukan harus cepat dan tajam ,dan posisi lengan tetap (tidak
bergerak/bergerak ) dan pergelangan tangan rileks
- Bandingkan bunyi dengan akurat .

g. Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilakn dari Tindakan perkusi .


- Bunyi timpani mempunyai intensistas keras , nada tinggi , waktu agak lama ,
dan kualitas seoerti drum (lambung)
- Bunyi resosnan mempunyai intenssitas amat keras , waktu lebih laama , kualitas
seperi ledakan (mvisema paru 0)
- Bunyi pekak mempunyai intesistas lenmbut sampai menengah, nada tinggi,
waktu lama, kualitas seperti petir ( hati )
- bunyi kemps mempunyai intensistas lembut ,nada tinggi ,waktu pendek ,kualitas
datar( otot )
4. Auskultasi.
Auskultasi merupakan Teknik pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang
dihasilakn oleh tubuh dengan menggunakan alat bantu berupa stetoskop . auskultasi
bertujuan untuk mendetekdsi adanya kelainan dengan cara membandingakan bunyi
yang dihasilakn dengan bunyi yang normal . auskultasi dapat dilakukan di dada untuk
mendengarkan bunyi napas dan jika di lakukan di abdomen untuk mendengarkan suara
bising usus penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi frekwensi (menghitung jumlah
geteran per menit ), durasi (lama bunyi yang terdengar ),intensitas bunyi (kuat / lemah
nya suara ), dan kualitas (warna nada atau fariasi ) pemeriksaan harus mengenal
berbagai tipe bunyi normsl yang trdengar pada organ yang berbeda dan
membandingkan dengan bunyi up normal , sehingga kelainan yang adad pat terdeksi
dengan sempurna .stetskop yang di gunakan berfungsi untuk
menghantarkan ,memilih ,dan mengumpulkan frekwensi suara . stesoskop terdiri dari
beberapa bagian , yaitu bagian kepala ,selang karet atau plastic ,dan telingan .telinga
stetoskop mempunyai sudut binaural dan bagian ujung mengikuti lekuk ringga telingga ,
selang plasti stetosop harus lentur dengan Panjang 30-40 cm ,dan kepala stetoskop
poada waktun digunakan akan menempel pada kulit pasien .ada dua jenis kepala
stetoskop , yaiyu bels stetoskop yang digunanakan untuk bunyi bernada rendah pada
tekanan ringan seperti bunyi jantung dan tekana vascular ( jikan ditekan klebih kuat ,
maka nada frekwensi tinggi terdengsn lebih keras karna kulit menjadi renggang , sama
seperti cara kerja di diafragma ) dan bagian diafragma digunakan untuk bunyi bernada
lebih tunggi seperti bunyi usus dan paru . cara pemeriksaan tekni ini yaitu :
a. Posisi pasien dapat tidur, duduk, atau berdiri bergantung bagian mana yang
akan di periksa dan pakian pada bagian tubuh yang diperiksa harus di buka .
b. Pastika pasien dalam keadaan rileks dengan posisi yang nyaman.
c. Pastikan stetoskop suda terpasang bak dan tidak bocor bagian kepala, slang ,
dan telingga.
d. Pasang lah ujung stetoskop bagian telinga ke lunang telinga pemeriksa sesuai
arah ,ukuran dan lengkunganya.
e. Jika suhu dilingkunga sekitar rendah atau tiinggi , hangatkan dulu kepala
stetoskop dengan mengosoknya pada telapak tangan atau pakian pemeriksa
f. Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan di periksa
dan lakukan pemeriksaan dengan seksama dan sistematis.
g. Gunakan bel stetoskop untuk mendegarkan bunyi bernada rendah seperti pada
bunyi jantung ,dan faskular serta gunakan diafragma untuk bunyi yang bernada
tinggi sperti bunyi usus dan paru.
h. Informasihkan hasil pemeriksaan dan cata pada status.
B. PEMER IKSAAN FISIK PADA IBU

Meliputi keadaan umum dan keadaan fisik

Keadaan umum pasien mulai di amati saat pertama kali bertemu dengan pasien, dan di
lanjutkan saat mengukur tanda2 vital (tekanan darah, suhu, pernapasan, denyut nadi), tinggi,
dan berat badan. Amatilah pasien saat datang keruangan . jika pasien berbaring , amat dengan
seksama dari kepala sampai kaki (sefal kaudal). Selin itu, pemeriksaan keadaan umum juga
termasuk pemeriksaan kesadaran.

Ada beberapa tingkat kesedaran pasien yang harus di amati, yaitu:

Tingkat kesadaran
Kesadaran Tanda-tanda
Kompos mentis Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.
Apatis Pasien sadar tetapi sengan berhubungan dengan kehidupan
sekitarnya, sikapnya acu tak-acu.
Samnolen Keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan
dengan rangsangan nyeri, akan tetapi kemudian tertidur lagi.
Delirium Keadaan motorik yang sangat kacau, memberontak, berteriak-teriak
dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu
Sopor/semi, Keadaan kesedaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat
ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.
Koma Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat
dibangunkan dengan rangsangan apapun.

Tanda-tanda vital diukur setelah pasien diatur dalam posisi yang nyaman dan keadaan
umum di ketahui. Hhal-hal yang perlu di ukur adalah berat dan tinggi badan, tekanan darah,
suhu,nadi,dan pernapasan. Dalam mengukur tanda vital, pemeriksaan harus diperhtikan data
sebelumnya, yaitu riwat Kesehatan, keluhan status pertumbuhan/perkembangan, dan keadaan
emosi pasien karena beberapa hal ini sangat memengarui hasil pengukuran tanda vital.

1. pengukuran berat dan tinggi badan. Tenaga Kesehatan harus mencatat berat
dan timggi badan semua pasien. Pengukuran ini dapat membantu Kesehatan
untuk mengetahui status gizi seseorang. Secara umum,selain umur, dilakukan
pula pengukuran tinggi badan dan berat badan unuk membantu menentukan
kebutuhan zat gizi seseorang, baik kabohidrat,lemak,protein,mineral,vitamin
maupun air. Pada ibu hamil, pengukuran berat badan dilakkan pada setiap
kunjunga. Pengukuran berat badan yang dilakukan pada trimester I dan II
bertujuaan untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu sebelum hamil dan
sesudah hamil, yang kenaikan normalnya berkisar antara 9-13,5kg. sedangkan
pengukran berat badan ibu disetiap minggunya, yang secara normal adalah 0,4-
0,5kg setiap minggu.berata badan menjadi hal yang harus diwaspadai pada
setiap ibu hamil. Apabila seorang ibu hamil mengalami berat badan yang
berlebihan, maka iya beresiko memiliki bayi besar. Jika terjadi pda trimester III
ibu resiko mengalami preeklamsia dan diabetes kehamilan.sebaliknya, jika
seseorang ibu hamil mengalami berat badan yang berlebihan, bahaya yang
mungin dihadapi adalah janin tida berkrmbang,kurang gizi,dan anemia yang
menyebabkan kesulitan dalam proses melahirkan. Lain halnya dengan
pengukuran berat badan yang dilakukan disetiap kunjungan ibu hamil,
pengukuran tinggi badan hanya dilakukan 1 kali yaitu pada saat kunjungan
antenatal pertama.pengukuran tinggi badan pada ibu hamil bertujuan untuk
mendeteksi faktor resiko( keadaan rongga panggul). Tinggi badan yang pendek
(145cm) menandakan rongga panggul yang sempit sehinngga dapat
mempersulit kelahiran bayi. Akan tetapi, ada pula ibu pendek yang memiliki
rongga panggul yang normal. Berikut ini prosedur pengkuran berat badan dan
tinggi badan.

a. Persipan alat
 Timbangan berat badan dan materan pengukur tinggi badan( jika ada, gunakan
timbangan berat badan yang menjadi satu dengan pengukur tinggi badan).
 Status ibu.
Gambar 4.1 Timbangan dan pengukur tinggi badan yang menyatu

B. Prosedur

 Tentukan tempat yang datar untuk meletakan alat


 Atur jarum timbangan pada skala 0

Gambar 4.2 Jarum timbangan pada skala 0

 Beri tahu ibu untuk di timbang


 Minta ibu untuk melepaskan alas kaki, pakaian luar yang tebal, dan barang bawaan
 Tuntun ibu naik keatas timbangan
Gambar 4.3 Ibu naik di atas timbangan

 Baca hasil timbangan


 Tuntun ibu turun dari timbangan, namun jika timbangan menjadi satu dengan pengukur
tinggi badan, tuntun ibu untuk berbalik membelakangi skala timbangan

Gambar 4.4 Posisi ibu saat diukur tinggi badan


 Minta ibu untuk berdiri tegak, merapa pada alat pengukur tinggi badan, dan pandangan
lurus kedepan
 Tarik alat pengukur tinggi badan sampai menempel pada kepala ibu

Gambar 4.5 pengukur tinggi badan

 Baca skala ukuran


 Tuntun ibu turun dan catat hasil pengukuran pada status ibu

2. Pengukuran tekanan darah. Darah mengalir melalui system sirkulasi karena


jantung memompanya kedalam arteri di bawah tekanan tinggi. Tekanan darah
merupakan hasil curah jantung dan tahan pembuluh darah tepi. Tekanan darah
sistol merupakan puncak tekanan di dalam arteri yang diatur oleh isi sekuncup
dan kelentutan pembuluh darah. Tekanan doastolik adalah tekan minimal yang di
keluarkan melawan dinding arteri. Perbedaan antara tekanan sistolik dan
diastolik adalah tekanan nadi. Tekanan darah sangat berfariasi bergantung pada
tingkat eksitasi pasien, tingkat aktifitas, kebiasaan merokok, nyeri, distensi
kandung kemih, atau pola diet. Selama pernapasaan tenang biasanya terjadi
penurunan tekanan darah sistolik sampai 10 MmHg pada waktu inspirasi.
Tekanan darah dapat diukur secara langsung (kateter intra-arterial) dan tidak
langsung (spignomanometer). Spignomanometer terdiri dari kantong karet yang
dapat digembungkan di dalam suatu penutup kain, bola karet untuk memompa
kantong, dan manometer untuk mengukur tekanan di dalam kantong karet.
Pengukuruan tekanan darah secara tidak langsung ini meliputi deteksi timbul dan
hilangnya bunyi Korotkoff, yaitu bunyi bernada rendah yang berasal dari dalam
pembuluh darah yang berkaitan dengan turgulensi yang di hasilkan dengan
menymbat arteri secara parsial menggunakan manset tekanan darah. Ada 5 fase
yang terjadi secara berurutan Ketika tekanan penyumbat turun, yaitu :
a) Fase I, terjadi jika tekanan penyumbat turun sampai tekanan darah sistolik, suara
mengetuknya jelas dan berangsur-angsur intensitasnya meningkat Ketika
tekanan pennyumbat turun.
b) Fase II, terjadi pada tekanan kira-kira 10-15 MmHg do bawah fase I dan terdiri
dari suara mengetuk yang diikuti dengan bising.
c) Fase III, terjadi jika tekanan penyumbat turun cukup banyak sehingga sebagian
besar volume darah dapat mengalir melalui arteri yang tersumbat Sebagian.
Bunyinya serupa dengan fase II, kecuali Ketika hanya terdengar bunyi ketukan.
d) Fase IV, terjadi jika intensitas suara tiba-tiba melemah Ketika tekanan mendekati
tekanan darah diastolic.
e) Fase V, terjadi jika bunyi sama sekali menghilang, pembuluh darah tidak tertekan
lagi oleh manset penyumbat, dan tidak ada lagi aliran turbulensi.

Pada Wanita hamil, akan terjadi peningkatan volume darah, curah jantung dan frekuensi
jantung. Tekanan turun pada kehamilan trimester I, meningkat sejak pertengahan kehamilan,
dan mencapai titik maksimal pada trimester III. Untuk mengukur tekanan darah secara akurat ,
ada beberapa teknik yang perlu di perhatikan, yaitu posisi lengan sejajar jantung (midsternum),
lengan horizontal dan disanggah, kantong manset pada arteri brakialis, pengempisan tidak
terlalu cepat dan tidak menghentikan pengempisan manset diantara sistol dan diastol.

Prosedur pengukuran tekanan darah meliputi :

a) Persiapan alat
 Sfigmomanometer yang terdiri dari :
- Manometer air raksa + klem penutup dan pembuka
- Manset udara sesuai dengan ukuran anak
- Slang karet
- Pompa udara dari karet + sekrup pembuka
- Stetoskop
- Buku catatan tanda vital

Gambar 4.6 Sfigmomanometer Gambar 4.7 Stetoskop

b) Prosedur kerja
Cara palpasi :
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Atur posisi pasien
 Letakan lengan yang hendak diukur dengan kedudukan horizontal dan sejajar
 Lengan baju dibuka
 Pasang manset sekitar 2,5 cm diatas fossa antekubitus (jangan terlalu ketat
maupun longgar)
 Hubungkan manset udara dengan selang karet
 Buka klem pembuka air raksa dengan mengatur pada posisi on
 Tentukan denyut nadi arteri radialis
 Pompakan udara kedalam manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
 Pompakan terus sampai 20 MmHg lebih tinggi dari tekanan saat nadi arteri
radialis tidak teraba
 Palpasikan pada daerah denyut nadi arteri dan keluarkan udara dalam manset
secara pelan-pelan dan bersinambung dengan memutar sekrup berlawanan
arah jarum jam pada pompa udara hingga nilai tekanan 0 MmHg
 Catat nilai tekanan,saat arteri pertama kali berdenyut
 Nilai pertama ini menunjukan sistolik secara palpasi
 Tutup pembuka air raksa dengan mengatur pada posisi off
 Pisahkan Kembali manset udara dengan slang karet
 Buka manset
 Cuci tangan
 Catat hasil.

Cara auskultasi :

 Cuci tangan
 Jelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan pada pasien
 Atur posisi pasien
 Letakan lengan yang hendak diukur tekanan darah dengan kedudukan horizontal dan
sejajar
 Lengan baju di buka
 Pasang manset sekitar 2,5 cm diatas fossa antekubitus (jangan terlalu ketat maupun
longgar)

Gambar 4.8 pemasangan manset


 Hubungkan manset udara dengan selang karet

Gambar 4,9 manset dihubungkan dengan selang karet

 Buka klem pembuka air raksa dengan mengatur pada posisi on

Gambar 4.10 Klem diatur ke posisi on

 Tentukan denyut nadi arteri radialis


Gambar 4.11 Penentuan arteri radialis

 Letakan stetoskop pada arteri tersebut dan dengarkan

Gambar 4.12 Stetoskop dipasang di arteri radialis

 Pompakan udara kedalam manset sampai denyut nadi tidak teraba dengan tekanan
rata-rata tekanan normal
 Keluarkan udara dalam manset secara perlahan dan bersinambung dengan memutar
sekrup pada pompa udara perlawanan arah jarum jam hingga nilai tekan 0 MmHg
 Catat nilai tekan manometer dimana arteri pertama berdenyut kembali.
 Catat tinggi mmHg pada manometer :
- Fase Korotkoff I, menunjukan besarnya tekanan sistolik
- Fase Korotkoff IV/V, menunjukan besarnya tekanan diastolic
 Tutup pembuka air raksa dengan mengatur pada posisi off
 Pisahkan kembali manset udara dengan selang karet
 Buka manset
 Cuci tanagn
 Catat hasil

3. Pengukuran suhu. Menurut Jhonson dan Taylor ( dalam mandriwati, 2008 ), suhu
tubuh adalah keseimbangan antara panas yang di peroleh dan panas yang di
keluarkan oleh tubuh. Dalam keadaan normal, suhu tubuh seseorang
mempunyai kisaran yang relatif sempit, yang tidak lebih dari 1 0C. Mekanisme
pengaturan suhu tubuh seseorang di kontrol oleh hipotalamus. Suhu tubuh yang
normal berkisar antara 35,6 – 37,60C. Peningkatan suhu tubuh dapat di
akibatkan oleh penyakit, infeksi, pemaparan yang lama terhadap panas atau
dingin, pengeluaran kalori yang berlebihan, kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan, dan gangguan hormone. Peningkatan suhu tubuh ini dapat
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan yang di sertai dengan
peningkatan frekuensi detak jantung. Setiap peningkatan suhu tubuh 1 0C, terjadi
peningkatan frekuensi nadi sekitar 20 denyut per menit. Secara fisiologis,
peningkatan suhu akan sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung, bahkan
peningkatannya dapat mencapai dua kali dari frekuensi denyut normal. Apabila
kenaikan suhu tubuh mencapai 40,50C akan mulai terjadi kerusakan sel.
Sedangkan, jika melebihi 420C akan menyebabkan keadaan yang lebih parah,
yaitu disfungsi otak, koma, atau kolaps. Sebaliknya, jika terjadi penurunan suhu
tubuh, akan menyebabkan keletihan dan aktivitas yang tidak terkoordinasi,
kehilangan kesadaran, sampai kematian. Untuk beradaptasi dengan perubahan
suhu, tubuh akan menyimpan atau melepaskan panas, bergantung pada sifat
perubahan suhu tubuh. Jika suhu tubuh meningkat, maka panas akan di
lepaskan. Sebaliknya, jika suhu tubuh menurun, maka tubuh akan melakukan
metabolisme untuk meningkatkan suhu tubuh sampai mencapai nilai normal.
Metabolisme tubuh juga akan meningkat setelah seseorang melakukan aktivitas
seperti makan atau minum. Oleh sebab itu, pengukuran suhu tubuh jangan di
lakukan segera setelah pasien makan atau minum, terutama setelah makan atau
minum minuman yang panas, tunggulah 20-30 menit. Pengukuran suhu dapat di
lakukan pada beberapa tempat, yaitu:
1) Melaui mulut (oral). Untuk mengukur suhu tubuh melalui mulut (oral),
thermometer di letakkan di salah satu kantong bawah lidah / sublingual,
dapat di sebelah kanan atau kiri, karena pada daerah tersebut terdapat satu
cabang arteri karotis, arteri sublingual yang terhubung dengan hipotalamus.
Darah yang berada di pembuluh darah ini mengalir ke hipotalamus sehingga
berespons sangat cepat terhadap perubahan suhu tubuh. Rentang normal
suhu pada daerah oral berkisar antara 35,80-37,30C. pengukuran suhu pada
bagian tubuh ini tidak terlalu mengganggu kenyamanan pasien dan di
pandang masih cukup aman. Akan tetapi, pengukuran suhu tubuh pada
mulut (per oral) tidak di anjurkan pada bayi, ibu bersalin, pasien yang
berisiko kejang (mis., ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia),
infeksi/gangguan pada mulut, tidak ada persetujuan dari pasien, pasien
anak-anak, pasien pasca anastesi, semi sadar atau tidak sadar, kerusakan
atau cedera pada wajah/mulut, muak dan muntah. Keuntungan dari
pengukuran suhu pada mulut adalah hasil di peroleh lebih cepat. Akan
tetapi, cara pengukuran suhu di mulut pada decade belakangan ini termasuk
jarang di lakukan.
2) Ketiak (aksila). Penelitian terbaru menunjukkan bahwa suhu pada aksila
berhubungan erat dengan suhu inti, yaitu suhu yang bersumber dari organ
tubuh yang paling hangan, yaitu suhu otak, abdomen, dan dada. Nilai
normal suhu ketiak/aksila orang dewasa adakah sama dengan suhu per oral
orang dewasa yaitu 35,80-37,30C. pengukuran suhu pada daerah ini dapat di
lakukan untuk semua kondisi dan golongan umur pasien
3) Timpanik (telinga). Pengukuran suhu pada daerah ini di anggap akurat,
karena membran timpani telinga menerima suplai darah yang sama dengan
hipotalamus dan terletak dekat dengan hipotalamus itu sendiri. Suhu tubuh
tertahan pada kanal auditorius terinsulasi sehingga mudah untuk di jangkau.
Pengukuran suhu pada daerah ini hanya dapat di lakukan dengan
menggunakan thermometer timpani khusus yang harganya relative mahal
dan keakuratannya sangat bergantung pada suhu di dalam telinga. Keadaan
yang dapat memengaruhi validitas suhu dalam telinga adalah kelembapan
(mis., adanya verniks kaseosa serta cairan amnion), adanya pasien infeksi,
pasien bayi yang ada dalam inkubatoor, kotoran telinga yang berlebihan,
dan pasies pasca pembedaan dini.
4) Anus (rektal). Daerah ini merupakan daerah yang dapat dipercaya dan
mudah untuk diukur suhunya karena memiliki suplai darah yang baik (arteri
haemoroid), yang terinsulasi dengan baik dan berkaitan erat dengan suhu
inti. Meskipun daerah ini cukup jauh dari inti tubuh, tetapi responnya
terhadap perubahan lebih lambat dari daerah lain. Nulai normal suhu per
rektal adalah berkisar antara 36,10-37,0C. suhu ini lebih tinggi dari suhu
daerah lain karena adanya insulasi pada daerah tersebut, waktu respon
yang lambat, serta adanya aktivitas bakteri asus normal. Adanya fases atau
inflamasi dapat mengoceh keakuratan hasil pengukuran.
Pengukuran suhu pada daerah rektal sangat dianjurkan pada ibu hamil yang
mengalami ketuban pecah dini (KDP). Oleh sebab itu, pemeriksaan suhu
pada bayi lebih baik dilakukan melalui aksila.

Pada ibu hamil, terjadi peningkatan suhu tubuh yang konstan.


Hal ini disebabkan oleh peningkatan metabolism tubuh ibu hamil yang terjadi
akibat proses pembakaran pada dua individu, yaitu ibu dan janin, sehingga
produksi panas juga akan meningkat. Peningkatan suhu ibu hamil masih
termasuk kategori normal jika tidak melebihi 0,50C. untuk mengukur suhu,
alat yang digunakan adalah thermometer. Penggunaannyaa bergantung
pula pada keuangan, kebijakan institusi, keamanan, dan kesesuaian. Ada
beberapa jenis thermometer yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh,
yaitu :

a. Termometer air raksa yang terbuat dari kaca. Prinsip kerja dari
termometer ini adalah bawah air raksa yang berada didalam kaca akan
memuai akibat panas. Ada tiga jenis termometer air raksa dari kaca yang
biasa dipakai, yaitu termometer standar (skalanya antara 350-43,50C dengan
gradasi 0,10C dan dapat digunakan secara oral atau aksila) termometer
rekta (ujungnya berwarna biru tua), dan termomer suhu rendah (skalanya
antara 250-400C) sehingga dapat digunakan secara akurat untuk mengukur
kondisi hipotermi. Oleh sebab itu, disarankan untuk merendam termometer
setelah digunakan kedalam larutan klorin selama 10 menit, kemudian
mencelupkan kedakam larutan sabun, menggosoknya dengan tisu,
mencelupkannya kedalam air bersih dan mengeringkannya Kembali dengan
tisu kering yang bersih. Selain itu, sebelum menimpannya ke dalam
tempatnya, termometer harus dikibas-kibaskan untuk menurunkan suhunya.
Penyekaan termometer dengan usap alcohol hanya dapat dilakukan jika
termometer tertutup pembungkus sekali pakai, dan digunakan hanya untuk
satu pasien. Penatalaksanaan pengukuran suhu dengan termometer air
raksa meliputi :
 Persiapan alat (mengukur suhu per oral)
- Termometer dalam tempatnya
- Tiga buah botol (botol 1 larutan klorin, botol 2 berisi larutan
sabun, botol 3 berisi air bersih)
- Bengkok
- Tisu
- Vaselin (jika mengukur suhu pada rektal)
- Buku catatan suhu
- Sarung tangan dengan prinsip bersih karena tangan akan
kontak dengan caairan tubuh

Gambar 4.13 persiapan alat untuk mengukur suhu dengan


termometer raksa per oral
 Prosedur (mengukur suhu per oral)
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan bersih
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
- Atur posisi pasien
- Pegang termometer dan turunkan air raksa pada termometer
sampai menunjukan skala dibawah 340C
- Letakan termometer dibawa lidah sejajar dengan gusi.
- Anjurkan pasien menutup mulut dan termometer dikatupkan
selama 4 menit.
- Angkat termometer dan baca hasilnya.
- Rendam termometer dalam botol berisikan klorin selama 10
menit.
- Posisikan pasien secara nyaman, beri penjelasan kepada
pasien bahwa prosedur kerja telah selesai.
- Catat hasil pengukuran suhu.
- Setelah 10 menit, masukan termometer kedalam botol yang
berisi larutan air sabun, angkat dan bersihkan dengan tisu
untuk membersihkan kotoran yang melekat, buang tisu
kedalam tempat sampah, dan masukan kedalam botol
berisikan air bersih, angkat dan gosok dengan tidu
kering,turunkan air raksa pada termometer, selanjudnya
simpan termometer pada tempatnya.
 Prosedur(mengukur suhu per aksila)
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan bersih
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
- Atur posisi pasien.
- Bebaskan aksila pasien dari pakaian yang menghalangi
dengan tetap menjaga prifasi pasien dan bersihkan daerah
aksila dari keringat dan kotoran dengan tisu agar keringat
maupun kotoran tidak memengaruhi hasil pengukuran suhu
tubuh.
Gambar 4.14 membersihkan aksila dengan tisu

- Pegang termometer sedemikian rupa sehingga tidak mudah jatuh dan pastikan air aksa
pada termometer menunjukan skala dibawa 34 derajat C.

Gambar 4.15 skala termometer harus < 34 derajat celcius


sebelum digunakan

- Letakan termometer pada daerah aksila dengan


skala termometer menghadap keluar
supaya hasil pengukuran suhu tubuh mudah dibaca, sementara lengan pasien dilipatkan
ke dada

Gambar 4.16 posisi termometer diaksila

- Tunggu selama 9 menit


- Angkat termometer dan baca hasilnya
Gambar 4.17 membaca hasil pengukuran termometer
- Rendam termometer dalam botol berisi klorin selama 10 menit

Gambar 4.18 termometer direndam didalam botol klorin

- Posisikan pasien secara nyaman, beri


penjelasan kepada pasien bahwa prosedur
telah selesai
- Catat hasil pengukuran suhu
- Setelah 10 menit masukan termometer kedalam
botol yang berisi larutan air sabun, angkat dan bersihkan dengan tisu untuk
membersihkan kotoran yang melekat, buang tisu kedalam tempat sampah, dan
masukan kedalam botol berisi air bersih, angkat dan gosok dengan tisi kering, turunkan
air raksa pada termometer, selanjutnya simpan termometer pada temapatnya
 Prosedur (mengukur suhu per rektal )
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan bersih

D.Pemeriksaan fisik HEAD TO TOE

1.Persiapan
a.Alat
meteran, timbangan
bb,penlight,stetoskop,tensimeter/spighnomanometer,termometer,arloji/stopwatch,refleks
hammer,otoskop,hanschoon bersih(jika perlu),tisu, buku catatan perawat
Alat dilekatkan ditempat tidur pasien yang akan diperiksa.
b.Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman,hangat, dan cukup penerangan. Misalnya
menutup pintu atau jendela atau skerem untuk menjaga privasi klien
c.Klien(fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks
2.Prosedur pemeriksaan
a.Cuci tangan
b.Jelaskan prosedur
c.Lakukan pemeriksaan dengan berdiri disebelah kanan klien dan pasang hadschoon
bila diperlukan
d.Pemeriksaan umum meliputi: penampilan umum,status mental dan nutrisi
posisi klien :duduk atau berbaring
cara inspeksi:
1.kesadaran,tingkalaku,ekspresi wajah,mood.(normal:kesadaran penuh,ekspresi
sesuai,tidak ada menahan nyeri/sulit bernafas)
2.tanda-tanda stres/kecemasan(normal: rileks,tidak ada tanda-tanda cemas atau takut)
3.Jenis kelamin
4.Usia dan gender
5.Tahapan perkembangan
6.TB,BB(normal:BMI dalam batas normal)
7.Kebersihan personal(normal:bersih dan tidak bau)
8.Cara berpakaian (normal:benar atau tidak tebalik)
9.Postur dan cara berjalan
10.Bentuk dan ukuran tubuh
11.Cara bicara(,relaks,lancar,tidak gugup)
12.Efalwasi dengan membandingankan dengan keadaan normal
13.Dokumentasi hasil pemeriksaan
3.Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
1.)Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2).Mengetahui perubahan oksigenasi,sirkulasi,kerusakan jaringan setempat,dan idrasi
Persiapan
1).Posisi klien: duduk atau berbaring
2).Pencahayaan yang cukup/lampu
3).Sarung tangan(untuk lesi basa dan air)
Prosedur pelaksanaan
1).Pemeriksaan kulit
inspeksi: kebersihan,warna,pikmentasi,lesi/perlukaan,pucat,sianosis,dan ikterik
Normal: kulit tidak ada ikterik atau pucat atau sianosis
Palpasi: kelembapan,suhu permukaan kulit,tekstur,ketebalan,turgor kulit,dan edema.
Normal: lembab,turgor baik atau elastis,tidak ada edema
2).Pemeriksaan kuku
Inspeksi: kebersihan,bentuk,dan warna kuku
Normal: bersih,bentuk normal atau tidak ada tanda-tanda jari tabuh,tidak iterik atau
sianosis
Palpasi:ketebalan kuku dan pengisian kapiler
3).Pemeriksaan kepala, wajah,mata,telinga,hidung,mulut dan leher
Posisi klien : duduk,untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat berhadapan
dengan klien
a)Pemeriksaan kepala
Tujuan
(1) Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
(2) Mengetahui kelainan yang terdapat dikepala lampu
Persiapan alat
(1) Lampu
(2) Sarung taangan (jika diduga terdapat lesi atau luka)
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi:Ukuran lingkar kepala, kesimetrisan,bentuk,adanya lesi atau tidak,kebersihan
rambut dan kulit kepala.warna,jumlah,dan distribusi rambut.
Normal: simetrsi, bersih,tidak ada lesi,tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan gizi.
Palpasi: adanya pembengkakan/penonjolan dan tekstur rambu
Normal: tidak ada penonjolan atau pembengkakan,rambu lebat dan kuat/tidak rapuh.
b).Pemeriksaan wajah
Inspeksi: Warna kulit,pikmentasi,bentuk,dan kesimetrisan
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain
Palpasi: Nyeri tekan dahi,dan edema, pipi,dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema
C) Pemeriksaan mata
Tujuan
(1) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
(2) Mengetahui adanya kelainan pada mata
Persiapan alat
(1) senter kecil
(2) surat kabar atau majala
(3) kartu Snellen
(4) Penutup mata
(5) sarung tangan

Prosedur pelaksanaan
Inspeksi: bentuk,kesimetrisan,alismata,bulu mata,kelopak mata,bola mata,warna
konjungtiva dan sklera,penggunaan kacamata atau lensa kontak
Normal: simetris mata kika,simestri bola mata kika,warna konjungtiva pingk dan sklera
berwarna putih
4.Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar,saluran telinga,gendang telinga,dan fungsi
pendengaran
Persiapan alat
a) Arloji
b) Garpu tala
c) Speculum telinga
d) Lampu kepala

Prosedur pelaksanaan

 Inspeksi: bentuk dan ukuran


telinga,intergritas,warna,liang teliang, dan alat
bantu dengar
 Normal: bentuk dan posisi simetris kika,tidak
ada tanda-tanda infeksi dan alat bantu dengar
 Palpasi: nyeri tekan airikuler,mastoid,dan
tragus
 Normal: tidak ada nyeri tekan

5. Pemeriksaan hidung dan sinus

Tujuan

a. mengetahui bentuk dan fungsi hidung

b. menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi

Persiapan alat

a) spekkulum hidung

b) senter kecil

c) lampu penerang

d) sarung tangan

Prosedur pelaksanaan

 Inspeksi: hidung eksternal, rongga hidung,dan


hidung internal
 Normal: simetris ,warna sama dengan warna
kulit lain,tidak ada lesi,dan tidak ada
sumbatan
 Palpasi dan perkusi frontalis dan maksilaris.
 Normal: tidak ada bengkak dan nyri tekan

6. Pemeriksaan mulut dan bibir

Tujuan

Mengetahui bentuk kelainan mulut

Persiapan alat
a) senter kecil

b) sudip lida

c) sarung tangan bersih

d) kasa

Prosedur pelaksanaan

 Inspeksi dan palpasi struktur luar: warna


mukosa mulut dan bibir, tekstur,lesi dan
stomatitis.
 Normal: warna mukosa mulut dan bibir
pink,lembab dan tidak ada lesi
 Inspeksi dan palpasi struktur dalam: gigi
lengkap/penggunaan gigi palsu,perdarahan
dan radang gusi,warna posisi lidah dan
keadaan langit-langit
 Normal:gigi lengkap,tidak ada tanda-tanda
gigi berlubang,kerusakan gigi,tidak ada
peradangan gusi,lida simetris,warna pink dan
langit-langit utuh

7. Pemeriksaan leher

Tujuan

a) Menentuka struktur intergriras leher

b) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan

c) Memeriksa system lifatik

Persiapan alat

- Stetoskop

Prosedur pelaksanaan

 Inspeksi leher: warna intergritas, bentuk


simetris.
 Normal: warna sama dengan kulit
lain,intergritas kulit baik, bentuk simetris dan
tidak ada pembesaran kelenjar gondok
 Inspeksi dan auskultasi artesi karotis: lokasi
pursasi
 Normall: arteri karotis terdengar
 Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroit kelenjar
limfe,nyeri konsistensis dan kelenjar parotis
 Auskultasi: bising pembuluh darah

8. Pemeriksaan dada (dada dan punggung)

Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring

Cara atau prosedur:

a. sistem pernapasan

Tujuan

1) Mengetahui tutup, kesimetrisan, ekspansi keadaan kulit,dan dinding dada

2)Mengetahui frekwensi,sifat,irama pernafasan

3) Mengetahui adanya nyeri tekan, masa peradangan, traktilpremitus

Persiapan alat
1) stetoskop
2) penggaris sentimeter
3) pensil penada
Prosedur pelaksanaan
 Inspeksi: kesimetrisan, bentuk atau postur
dada, Gerakan nafas,irama,kedalaman,dan
upaya pernapasan
 Normal: simetris bentuk dan postur normal
tidak ada tanda-tanda distress
 Palpasi: simetris,pergerakan dada,massa dan
lesi,nyeri,tractile fremitus
 Normal: intergritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan /massa

C.PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM

Pemeriksaan fisik yang dijelaskan berikut merupakan pemeriksaan fisik pada ibu secara
umum. Tujuan pemeriksaan fisik adalah mengetahui kondisi Kesehatan ibu dan adanya
kelainan. Penatalaksaanya meliputi:
1. persiapan alat
a. tempat tidur
b. senter
c. stetoskop
d. jam
e. hammer
f. sarung tangan
g. tisu
h. bengkok
i. handuk
j. tempat cuci tangan
k. larutan klorin 0,5%
i. kapas sublimat
2.prosedur
a. Jelaskan kepada ibu maksud dan tujuan pemeriksaan.
b. susun alat secara ergonimis
c. cuci tangan
d. atur posisi pasien senyaman mungkin ( berbaring pada tempat tidur yang rata).
e. lakukan penilaian secara system matis tentang keadaan umum pasien. Lakukan
inspeksi terhapat keadaan umum pasien,status nutrisi,warna kulit,tekstur kulit,dan
pigmentasi .
f. lakukan pemeriksaan pada kepala dan wajah. Perhatikan kesimetrisan muka
tengkorak, warna dan distribusi rambut serta kulit kepala. Normalnya, wajah simetris
antara kanan dan kiri. Ketidaksimetrisan wajah merupakan suatu petunjuk adanya
kelumpuhan paralisis saraf VII.
Sementara bentuk tengkorak yang normal adalah simetris, dengan bagian frontal
menghadap kedepan dan bagian parietal menghadap ke belakang. Distribusi rambut
sangat berfrayasi pada setiap orang, dan normalnya kulit kepala tidak mengalami
peradangan,tumur,maupun bekas luka/sikatrik. Inspeksi pada mata dilakukan untuk
memeriksa kloasma dan pembekakan palpebra.
g. lakukan pemeriksaan pada mata. Lihat pergerakan bola mata, posisi dan kesejajaran
mata, dan kelainan pada bola mata dengan meminta pasien melihat kedepan sambal
memeriksa sklera mata ( apakah ada icterus ) Tarik kelopak mata kebagain bawah
dengan menggunakan ibbu jari,catat jika ditemukan infeksi nana atau pus,serta
perhatikan warna yang tidak normal,misalnya karena anemia,sklera akan berwarna
sedikit pucat. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil. Lanjutkan dengan
mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya. Bentuk pupil yang normal adalah sama
besar ( isokor) pupil yang mengecil disebut miosis, pupil yang sangat kecil disebut pin
point, sedangkan pupil yang melebar disebut midriasis.
h. lakukan inspeksi pada hidung dari arah depan dengan memeriksa apakah septum
hidung berada di tengah atau tidak, adakah benda asing, secret hidung, polip atau
perdarahan.
i. lakukan pemeriksaan pada mulut dan kerongkongan dengan melakukan inspeksi atau
melihat:
 Rongga mulut: adanya stomatitis,
kemampuan menggigit,mengunya dan
menelan
 Bibir:
warna,simetris,lesi,kelabapan,pengelupasan,d
an bengkak
 Gusi: warna dan edema
 Gigi: karang gigi,karies,sisa gigi
 Lidah:
warna,kebersihan,kesimetrisan,kelembapan,l
uka,bercak,dan pembengkakan
 Kerongkongan ( jika perlu gunakan spatel ):
peradangan,tonsil,lender/sekret
j.lakukan inspeksi pada telinga,mulalilah dari telinga dengan posisi terjauh dari pemeriksa.
Amati kebersian kanalis,adakah radang,cairan ataupun benda asing yang keluar.

Jika perlu, petugas dapat menggunakan senter.

k. lakukan pemeriksahan pada leher:

 Inspeksi dilakukan untuk melihat bentuk leher,warna


kulit,kesimetrisan,pergerakan,massa,dan kekakuan leher. Inspeksi dilakukan secara
sistematis mulai dari garis tengah sisi depan leher,dari samping. Dan dari belakang.
Bentuk leher yang Panjang dan ramping umumnya ditemukan pada ektomorf ,penderita
gizi buruk,dan menyedap TBC paru,sedangkan leher yang pendek dan gemuk dijumpai
pada orang endomorf atau obesitas.
Warna kulit leher yang normsl sama dengan warna kulit sekitarnya. Namun dapat
menjadi kuning pada semua jenis ikterus,dan jika mengalami peradangan akan
berwarna merah,bengkak,panas,nyeri jika ditekan.
 Pemeriksaan pada kelenjar tiroid (gondok) dilakukan dengan melakukan inspeksi untuk
melihat besar den bentuk kelenjar tiroid. Lakukan palpasi dengan cara satu tangan dari
samping atau dua tangan dari arah belakang. Lalu jari pemeriksa meraba permukaan
kelenjar dan pasien diminta untuk menelan. Ini menandakan bahwa yang teraba adalah
kelenjar tiroid yang membesar. Hal ini biasanya disebabkan oleh kekurangan garam
yudium.
 Lakukan palpasi pada vena jugularis untuk melihat tekanannya, juga untuk melihat
apakah vena jugularis tersebut mengembang secara nyata
 Lakukan inspeksi dan palpasi pada leher untuk memeriksa adanya pembesaran kelenjar
limfe. Kelenjar limfe pada orang yang sehat atau gemuk biasanya sulit di
palpasi,na,namun pada orang kurus akan lebih muda ditemukan pembesaran kelenjar
limfe dapat disebakan oleh berbagai penyakit,misalnya peradangan akut/kronis
dikepala, orofaring,kulit kepala atau daerah leher. Pembesaran limfe juga akan terjadi
pada beberapa kasus, seperti kasus tuberkolosis,atau sifilis. Pembesaran limfe disebut
adonopati limfe.

1. lakukan pemeriksaan pada dada dengan cara:

 Lakukan inspeksi pada pola pernapasan normal. Adakah tanda ketidaknyamanan dalam
bernapas.
 Lakukan auskultasi pada dinding toraks dengan menggukana stetoskop. Pasien diminta
untuk bernapas cukup dalam dengan mulut terbuka lalu letakkan stetoskop secara
systematis dari atas ke bawah dengan membandingkan antara dada kiri dan kanan.
 Inspeksi payudara,mulai dari ukuran,bentuk,dan kesimetrisan payudara(jika perlu pasien
dianjurkan mengangkat kedua tangannya secara bersamaan), warna kulit
payudara,lesi,vaskularisasi,dan edema. Aerola payudara pada Wanita hamil umumnya
berwarna lebih gelap.normalnya,payudara melingkar dan agak simetris. Amatipula
setiap adanya benjolan atau retraksi akibat lesi,pengeluaran pada puting susu,sampai
pada inspeksi aksila dan klafikula untuk mengetahui addanya pembengkanan atau
tanda kemerahan.
 Lakukan palpasi disekeiling putting susu untuk mengetahui adanya rabas. Jika ada,
maka indentifikasi rabas itu baik sumber,jumlah,warna,konsistensis serta inspeksi serta
kaji adanya nyeri tekan. Palpasi daerah klafikula dan aksila terutama pada area kelenjar
limfe. Lakukan palpasi pada setiap payudara dengan teknis bimanual,terutama untuk
payudara yang berukuran besar. Caranya, pertama-tama tekankan telapak tangan atau
3 jari tengah pemeriksa pada kuadrat samping atas. Lakukan palpasi dengan Gerakan
memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju aerola dan memutar searah jarum jam.
Lakukan palpasi mulai dari payudara yang letaknya lebih jauh dari pemeriksa. Jika
perlu,anjurka pasien untuk mengangkat tanganya saat pemeriksaan payudara sesuai
posisi payudara yang diperiksa secara bergantian.

m. lakukan pemeriksaan abdomen dengan cara berikut ini:

 Inspeksi dilakukan untuk mengamati bentuk abdomen,apakah membusung atau


datar,umbilikus menonjul atau tidak,adakah bendungan vena dikulit abdomen, adakah
benjolan massa,striae,warna kulit abdomen, dan ketebalan lemak.
 Lakukan palpasi. Sebelum melakukan palpasi tanyakan terlebih dahulu kepada pasien
adakah bagian perut yang 1. Jika ada, bagiana di tersebut di palpasi. Palpasi abdomen
umum yang diseluruh dinding abdomen untuk mencari tanda nyeri umum
(peritonitis,pankreatitis). Kemudian di lakukan perabaan umtuk mencari adanya masa,
benjolan atau tumor, kemudian periksa turgor kulit.
 Lakukan palpasi hepar dengan menggunakan jari tangan kanan, di mulai dari kuadrat
kanan bawah, naik mengikuti irama nafas dan gembungan perut sambal merasakan
tepi hepar pada tepi jari telunjuk. Normalnya hepar tidak akan teraba.
 Palpasi limpah dilakukan dengan cara bimanual, yakni jari-jari tangan kiri mengankat
dengan cara mengait dinding perut kiri atas dari arah belakang, sedangkan tangan
kanan berupaya merabah limpah. Jika normal, maka limpah tidak akan teraba.
 Lakukan perkusi didinding abdomen, masa padat atau cair akan menimbul suara
pekaan.
 Lelukan perkusi ginjal di dinding abdomen belakang pada sudut kosto vertebral.
Dengan di Alaskan terlapak tangan kiri, lakukan perkusi dengan sisi pulnar kepalan
tangan kanan.
 Lakukan auskultasi dengan cara meletakan stetoskop pada daerah epigrastium dan
kuadrat 4 abdomen, lalu dengarkan peristaltic usus.

n. lakukan pemeriksaan ekstremitas dengn cara berpotensi :

 Lakukan inspeksi pada ekstramitas untuk memeriksa adanya edema. Lakukan


penekanan pada daerah yang di anggap edema. Jika setelah ditekan terdapat
cekungan, hal tersebut menandakan adanya edema. Kemudian inspeksi adanya
varises.
 Lakukan perkusi :
- Refleks biseps. Pegang lengan pasien yang di semifleksikan sambal
menempatkan ibu jari di atas tendon otot biseps. Ibu jari kemudian di ketuk. Hal
ini dapat mengakibatkan Gerakan fleksi dengan bawah. Apa bila ada transaksi,
berarti refleks otot baik.
- Reflek trisep. Pegang lengan bawah pasien dengan posisi semifleksi. Setelah itu,
ketuk tendor isersi trisep yang berada sedikit di atas olecranon. Jika lengan
bawah mengalami ekstensi dan kontraksi, berarti refleks otot baik.
- Ekstremitas bawah. Tungkai di fleksikan dengan digantung, misalnya pada
tempat tidur. Kemudian ketuk pada tendor otot kuadris seps femoris, dibawah
atau diatas patella. Jika ada kontraksi, berarti reflek otot baik.

o. periksa punggung pasien , inspeksi adanya kelaIaian pada spina, bagaimana betuk bujur
sangkar Michelis.

p.Inspeksi fulfa secara keseluruhan, apakah ada prolaps uteri, benjolan pada kelenjar Bartholin,
dan rabas (warna,bau,dan jumlah ).

q.Lakuakn pemeriksaan pada anus untutk mememriksa adanya haemoroid, fistulah serta amati
kebersihanya.
r.Rapikan pasien

s.Rapikan alat.

t.lepas sanrung tanggan .

u.cucic tangan.

v.jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu .

w.lakukan pendokumentasian.

 Persiapan
a.Peralatan
meteran, timbangan bb, penlight, stetoskop, tensi meter / spighnomanometer,
termometer, arloji /stopwac, refleks hamer,otoskop, henskun bersih (jika bersih ), tisue,
buku catatan perawat.
Alat diletakan dekat tempat tidur klien yang akan diperiksa.
b.Lingkungan
pastikan ruangan dalam keadaan hangat,nyaman,dan cukup penerangan. Misalnya
penuyup pintu /jendela atau skrem untuk menjaga privasi klien
c.klien (fisik dan fisiologis)
bantu klien untuk mengenakan periksa jika ada anjurkan klien untuk rileks.

 Prosedur pemeriksaan

a.cuci tangan

b.jelaskan prosedur

c.lakukan pemeriksaan dengan berdiri disebelah kanan pasien dan pasang haendchoen
bila diperlukan

d.pemeriksaan umum meliputi :penampilan umum, status mental dan nutrisi.

Posisi klien :duduk/berbaring

Cara inspeksi:
1).kesadaran, tingkah laku , ekspresi wajah , mood.(normal :kesadaran penuh , ekspresi
sesuai , tidak ada menehan nyeri /sulit bernapas.)
2)tanda-tanda stress /kecemasan (normal:)relaks, tidak ada tanda-tanda cemas /takut )
3)jenis kelamin
4)usisa dan gender
5)tahapan perkembangan
6)TB,BB(normal :BMI dalam batas normal )
7)kebersihan personal (normal :bersih dan tidak bau0
8)cara brpakian (normal :benar /tidak terbalik )
9)poturm dancara berjalan
10)bentuk dan ukuran tubuh
11)cara bicara.(relaks, lancar,tidak gugup)
12) efaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
13) dokumentasikan hasilakn pemeriksaan.
 Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
1) mengetahui kondisi kuku kulit dan kuku
2) nmengerahui perumbahan oksigenasi,sirkulasi kerusakan jaringan setempat,dan
hidrasi.
- Persiapan
1)posisi klien :duduk /berbaring
2) pencahayaan yang cuckup /lampu
3) sarungtanggan (untuk lesi basah dan berair )
- Prosedsur pelaksanaan
1)pemeriksaan kulit
Inspeksi:kebersihan, warna, pikmentasi, lesi/perlukaan,pucat, sianosis, dan ikteri.
Normal:kulit tidak ada iterik /pucat /sianosis.
Palapsi:kelembapan :sushu permukaan kulir,tekstur ,ketebalan, turgor kulit, dan
edema.
Normal:lembap,turgor baik/elastic , tidak ada edema.
2) pemeriksaan kuku
Inspeksi:kebersihan,bentuk, dan warna kuku.
Normal :bersih,bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tubuh (slubbing
vinger),tidak iterik /sianosis.
Palpasi:ketebalan kuku dan capi lary revile (pengisian kepiler).
Normal :aliran darah kuku akan Kembali ,
< 3 detik.
3) pemeriksaan kepala, wajah , mata , telinga, hidung, mulut dan leher
Posisi klien : duduk, untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perwat
berhadapan dengan klien.

a) pemriksaan kepala

- tujuan
1)mengetahui bentuk dan fungsi kepala.
2) mengetahui kelainan yang terdapat di kepala lampu
- Persiapan alat
1) lampu
2) sarungtanggan jika diduga terdapat lese / luka.
- Prosedur pelaksanaa
Inspeksi :ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak,
kebersihan rambut dan kulit kepala, warna , rambut, jumlsh dan ditribusi lampu.
Normal:simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukan tand – tanda
kekurangan gizi (rambut jagung dan kering)
Palpasi:adanya pembekakan /benjolan, dan tekstur rambut
Normal:ltidak ada benjolan /pembekakan ,rambut lebta dan kuat /tidak rapuh.

b) pemeriksaan wajah

inspeksi:warna kulit, ikmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.

Normal:warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat /ikterik, simestris.

Palpasi:nyeri tekan dahi,dan edema, pipi, dan rahang

Normal:tidak ada nyeri tekanan dan edema.

C) pemeriksaan mata

Tujuan

1)mengetahui bentuk dan fungsi mata


2)mengetahui adanya kelainan pada mata.

Persiapaan alat

1)senter kecil

2) surat kabar atau majalah

3)Snellen

4)penutup mata

5)sarung tangan

Prosedur pelaksanaan

inspeksi:bentuk, kesimetrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimetrisan, bola
mata, warna konjungtiva dan sklera(anemis/iterik),penggunaaan kacamata/lensa kontak, dan
respon terhadapa cahaya

normal:simetris mata kika, warna konjungtiva pink, dan sklera warna putih.

Tes ketajaman penglihatan

Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dari orang lain. Tajam


penglihatan tersebut merupakan derajat presepsi detail dan contour bedah.visus tersebut dibagi
dua yaitu:

4.pemeriksaan telinga

Tujuan

Mengetahui keadaan telinga luar,saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi


pendengaran.

Persiapan Alat

A)arloji berjarum detik

b)garpu tala

c)speculum telinga

d)lampu kepala
prosedur pelaksanaan

 Inspeksi:bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas,posisi telinga,


warna,liang telinga, (cerumen/tanda tanda infeksi), alat bantu dengar.
Normal:bentuk dan posisi simetris kika, intregritas kulit bagus, warna sama dengan kulit
lain, tidak ada tanda-tanda infeksi dan alat bantu dengar.

 Palpasi:nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus


Normal:tidak ada nyeri tekan.

5.pemeriksaan hidung dan vinus


Tujuan
A mengetahui bentuk dan fungsi hidung
B menentukan kesemitrisan struktur dan adanya inflamasi dan infeksi

Persiapan alat
a)speculum hidung
b)senter kecil
c)lampu penerang
d)sarung tangan jika perlu
prosedur pelaksanaan.
Inspeksi:hidung ekternal,(bentuk,ukuran, warna, kesimetrisan),rongga, hidung,(lesi,
secret,sumbatan,pendarahan),hidung internal(kemerahan,lesi,tanda-tanda infeksi)
Normal:simetris kika,warna sama dengan warna kulit lain,tidak ada lesi, tidak ada
sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

 Palpasi dan perkusi frontalis dan,maksilaris(bengkak,nyeri, dan spetum defiasi)


Normal:tidak ada nyeri tekan.

6.pemeriksaan mulut dan bibir


Tujuan
Mengetahui kelainan mulut
Persiapan alat
a)senter kecil
b)sudip lidah
c)sarung tangan bersih
d)kasa

prosedur pelaksanaan
 Inspeksi dan palpasi struktur luar:warna mukosa mulut dan bibir, tekstur,lesi dan
stomatitis.
Normal:warna mukosa dan bibir pink,lembab, tidakada lesi dan stomatitis.

 Inspeksi dan palpasi struktur luar:gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, tidak ada
perdarahan atau radang gusi,kesimetrisan,warna, posisi lidah dan keadaan langit-
langit.
Normal:gigi lengkap,tidak ada tanda-tanda gigi berlubang atau kerusakan gigi, tidak ada
perdarahaan atau radang gusi,lidah simetris,warna pink,langit_langit pink dan utuh.

Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di rahang
atas dan 16 buah di rahang bawah.pda anak-anak gigi sudah muklai tumbuh pada usia
6 bulan.gigi pertama yang tumbuh disebut gigi susu dan diikuti tumbunya gigi
sulung.akhirnya pada usia 6 tahun hingga 14 tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig
anti gigi tetap.
Pda 6 bulan gigi berjumlah 2 buah(dirahang bawah),usia 7 sampai 8 bulan berjumlah 7
buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) usia 9 sampai 10 bulan berjumlah 8 buah
(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah),usia 12 sampai 15 ulan gigi berjumlah 12 buah
(6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah).usia 16 sampai 19 bulan berjumlah 16 buah ( 8
dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan usia 20 sampai 30 bulan berjumlah 20 buah
( 10 dirahang atas dan 10 dirahang bawah).setelah dilakukan pemeriksaan mulut dan
bbibir evaluasi hasil yang di dapat dengan membandingkan dengan keadaan
normal,dan dokumentasikan hasil yang didapatkan tersebut

7 pemeriksaan leher
Tujuan:
a)menetuksn srtuktur integritas leher
b)mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c)memeriksa system limfatik
produr pelaksanaan
 Inspeksi leher:warna integritas,bentuk simetris.
Normal:warna sama dengan kulit lain,integritas kulit baik,bentuk simetris, tidak ada
kelenjar-kelenjar gondok

 Inspeksi dan auskultasi arteri karotis:lokasi fiksasi


Normal:arteri karotis terdengar
Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid(nodus atau fudus atau difus,pembesaran,batas,
presintensi, nyeri, Gerakan/penengketan pada kulit),kelenjar karotis(letak,terlihat atau
teraba)
Normal:tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kel
atau limfe, tidak nyeri.

Auskultasi:bising pembuluh darah.

8 pemeriksaan dada(dada dan punggung)


Posisi klien: berdiri,duduk dan berbaring
Cara atau prosedur:
a)system pernafasan
tujuan: 1)mengetahui bentuk,kesimetrisan,ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada.
2) mengetahui frekuensi,sifat irama pernapasan.
3)mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, praktil premitus.
Persiapan alat
1.stetoskop
2.penggaris centimeter
3.pensil penada

Prosedur pelaksanaan
 Inspeksi:kesimetrisan, bentuk atau postur dada,Gerakan nafas(frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya pernapasan atau penggunaan otot-otot bantu pernafasan),
warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/penonjolan.
Normal: simetris,bentuk dan postur normal,tidak ada tanda-tanda distress,pernafasan,
warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema
 Palpasi:simetris, pergerakan dada, massa dan lesi,nyeri,tractile,fremitus.(perwat
berdiri di belakang pasien,instruksikan pasien untuk mengucapkan angka” tujuh-
tujuh” atau “enam-enam” sambal melakukan perabaan dengan kedua telapak
tangan pada punggung pasien.)
Normal:integritas kulit bayi, tidsak ada nyeri tekan/massa tanda-tanda
peradangan,ekspansi simetris, taktil uremitus cendrung sbelah Kanan lebih teraba jelas.
 Perkusi:paru, eksrusi diafragma(konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu
sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang dari sisi ke sisi)
Normal:resonan(“dug dug dug”),jika bagian padat lebih dari bagian udara = pekak (“bleg
bleg bleg”),jika bagian udara lebih besar dari bagian padat =hipersonan (“ deng deng
deng”), batas jantung = bunyi rensonan----hilang>>redup.
 Auskultasi:suara nafas, trachea,bronchus,paru.(dengarkan dengan menggunakan
stetoskop dilapang paru kika, di RIC 1 dan 2,diatas manubrium dan di atas trachea)
Normal:bunyi nafas vesikuler,bronchovesikuler,brochial,tracheal
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,tracheal.

B system kardiovaskuler
Tujuan
a)mengetahui ketidak normalan denyut jantung
b)mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar
c)mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
d)mendeteksi gangguan kardiovaskuler

persiapaan alat
a)stetoskop
b)senter kecil

prosedur pelaksanaan
 Inspeksi:muka bibir, kongjungtiva, vena jugularis, arteri karotis.
 Palpasi:denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi:denyutan aorta teraba.
 Perkusi:ukuran, bentuk, dan batas jantung(lakukan dari arah samping ketengah
dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup)
Normal:batas jantung:tidak lebih dari 4,7,10 cm kearah kiri dari garis mid sterna,pada
RIC 4,5 dan 8.
 Auskultasi:bunyi jantung,arteri karotis.(gunakan bagian diafragma dan bell dari
stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
Normal:terdengar bunyi jantung I/S1(lub) dan bunyi jantung II/S2(Dub) tidak ada bunyi
jantung tambahan (S3 atau S4).

9 dada dan aksila


Tujuan
a)menegetahui adanya massa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara
b)mendeteksi awal adanya kanker payudara

persiapan alat
sarung tangan sekali pakai(jika diperlukan)
prosedur pelaksanaan
 Inspeksi payudara:integritas kulit
 Palpasi payudara:bentuk, simetris, ukuran, aerola,putting dan penyebaran vena
 Inspeksi dan palpasi aksila:nyeri, perbesaran, nodus limfe, konsistensi.
stelah diadakan pemeriksaan dada dan aksila evaluasi hasil yang didapatkan dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

10 pemeriksaan abdomen(perut)
Posisi klien:berbaring
Tujuan
a)mengetahui bentuk dan Gerakan-gerakan perut
b)mendengarkan suara peristaltic usus
c)meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam perut.

Persiapaan
a)posisi klien:berbaring
b)stetoskop
c)penggaris kecil
d)pensil gambar
e)bantal kecil
f)pita pengukur

prosedur pelaksanaan
 Inspeksi:kuadran dan simetris, contour,warna kulit, lesi,
scar,ostomy,distensi,tonjolan,pelebaran vena,kelainan umbilicus, dan Gerakan
dinding perut.
Normal:simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat
ostomy,distensi,tonjolan, pelebaran vena,kelainan umbilicus.
 Auskultasi:suara paristatik(bising usus) disemua kuadran(bagian diafragma dari
stestoskop)dan suara pembuluh darah dan friction rub:aorta, a.renalis, a.illiaka
(bagian bell)

Normal:suara peristaltic terdengar setiap 5-20 detik, terdengar denyutan arteri renalis,
arteri illiaka dan aorta.

 Perkusi semua kuadran:mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum
jam,perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaimana kualitas bunyinya
 Perkusi hepar:batas
 Perkusi limfa:ukuran dan batas
 Perkusi ginjal:nyeri

Normal:timpani,bila hepar dan limfa membesar= redup dan apabila banyak


cairan=hipertimpani
 Palpasi semua kuadran(hepar,limfa,ginjal kiri dan kanan):masa,karakteristik
organ,adanya asistes,nyeri irregular,lokasi,dan nyeri.dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu

Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan,tidak ada masa dan penumpukan
cairan
 Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal,dan dokumentasikan hasil pemeriksaaan
yang didapat tersebut.
11).pemeriksaan ekstremitas atas(bahu,siku,tangan)

Tujuan:

1. Memperoleh data dasar tentang otot,tulang dan persendiaan


2. Mengetahui adanya mobilitas,kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-
bagian tertentu.

Alat:

1. Meteran

Posisi klien:berdiri.duduk

 Inspeksi struktur muskuloskletal:simetris dan pergerakan,integritas ROM,kekuatan


dan tenus otot.
Normal:simetris kika,integritas kulit baik,ROM aktif,kekuatan otot penuh.
 Palpasi: denyutan a.brachialis dan a.radialis.
Normal:teraba jelas
 Tes reflex:tendon trisep,bisep,dan brachioradialis.
Normal:reflex bisep dan trisep positif.

12).pemeriksaan ekstremitas bawah(panggul,lutut,pergelangan kaki dan telapak kaki)

 Inspeksi struktur muskuloskletal:simetris dan pergerakan,integritas kulit,posisi dan


letak,ROM,kekuatan dan tonus otot
Normal: simetris kika,integritas kulit baik,ROM aktif,kekuatan otot penuh

 Palpasi: a.femoralis,a.plopitea,a.dorsalis pedis:denyutan


Normal:teraba jelas
 Tes reflex:tendon patella dan archilles.
Normal:reflex patella dan archilles positif
13).pemeriksaan genetalia(alat genetal,anus,rectum)

Posisi klien: pria berdiri dan wanita litotomy

Tujuan;

1) Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia


2) Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia,misalnya farises,odema,tumor atau
benjolan,infeksi,luka atau iritasi,pengeluaran cairan atau darah.
3) Melakukan perawatan genetalia
4) Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.

Alat:

1) Lampu yang dapat diatur pencahayaannya


2) Sarung tangan

a. Pemeriksaan rectum
Tujuan:
1) Mengetahui kondisi anus dan rectum
2) Menentukan adanya masa atau bentuk tdak terarur dari dinding rectal
3) Mengetahui integritas spinter anal eksternal
4) Memeriksa kanker rectal dan lain-lain

Alat:

1) Sarung tangan sekali pakai


2) Zat pelumas
3) Penetangan untuk pemeriksaan

Prosedur pemeriksaan

1. Wanita:
 Inspeksi genetalia eksternal:glukosa kulit,integritas kulit,contour
simetris,odema,pengeluaran.
Normal: bersih,mucosa lembab,integritas kulit baik,simetris tidak ada odema dan
tanda- tanda infeksi(pengeluaran pus atau bau).
 Inspeksi vagina dan serviks:integritas kulit,masa,pengeluaran.
 Palpasi vagina,uterus dan ovarium,letak ukuran,konsistensi dan masa
 Pemeriksaaan anus dan rectum:feses,nyeri,masa odema,haemoroid,fistula
ani,pengeluaran dan perdarahan.
Normal:tidak ada nyeri,tidak terdapat odema atau hemoroid atau poli atau tanda-
tanda infeksi dan pendarahan.

E.TEKNIK PEMBERIAN OBAT

Pemberian obat pada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya
oral,parenteral,vagina,rectum,kulit,mata,telinga dan hidung.pemberian dilakukan dengan
menggunakan prinsip 5(lima) TEPAT,yakni nama pasien,tepat nama obat,tepat dosis
obat,tepat cara pemberian,dan tepat waktu pemberian.

Pemberian obat melalui oral


Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan menjegah,mengobati,dan
mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.

Fokus perhatian
Alergi terhadap obat,kemampuan klien untuk menelan obat,adanya muntah dan diare
yang dapat mengganggu absorbs obat,efek samping obat,interaksi obat,kebutuhan
pembelajaran mengenai obat yang diberikan.

Alat dan bahan


1. Daftar buku obat/catatan jadwal pemberian obat
2. Obat dan tempatnya
3. Air minum dalam tempatnya

Prosedur kerja
1. Cuci taangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Baca obat dengan berprinsip tepat obat,tepat pasien,tepat dosis,tepat waktu,dan
tepat tempat.
4. bantu meminumkannya dengan cara
a) apabila memberikn obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol,maka
tuangkan jumlah yang dibutuhkan kedalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat2
b) kaji kesulitan menelan.bila ada,jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan
campurkan dengan minuman.
c) Kaji denyut nadi,dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
5. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian,avaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pembeian obat.
6. Cuci tangan

 PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAKUTAN


Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes reaksi
alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan.pemberian obat melalui jaringan
intakutan ini dilakukan dibawah dermis permukaan kulit atau epidermis.sacara umum
dilakukan paada daerah lengan tangan bagian ventral,cara ini biasanya digunakan untuk
tes tuberculin atau tes alergi terhadap obat tertentu dan untuk pemberian vaksinasi.

Alat dan bahan:


1) Daftar buku obat/catatan,jadwal pemberian obat
2) Obat dalam tempatnya
3) Spuit 1 cc/spuit insulin
4) Kom berisi kapas alcohol
5) Bengkok
6) Perlak
7) Bak instrument berisi sarung tangan bersih satu pasang
8) Baskom berisi larutan klorin 0,5%

Prosedur kerja:
1) Cuci tangan
2) Memperkenalkan diri dan tujuan melakukan Tindakan
3) Menyiapkan lingkungan
4) Memasang sarung tangan
5) Memasukkan obat kedalam spuit ssuai dengan dosis,setelah itu,ltakkan pada
bak injeksi.kemudian bekas obat visl/ampul diletakkan pada bengkok
6) Membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian.apabila
menggunkan baju lengan Panjang buka atau naikkan
7) Mengatur posisi pasien dan memasang perlak dibawah daerah yang akan
disuntik
8) Mendisinfeksikan dengan kapas alcohol paada daerah yang akan disuntikkan
dan biarkan kering
9) Menegangkan daerah yang akan dilakukan suntikkan intrakutan dengan tangan
kiri
10) Menusukkan jarum kedalam kulit dengan lubang jarum menghadaap
keatas(sudut 15-20 derajat) terhadapa permukaan kulit
11) Memasukkan obat secara perlahan hingga teradi gelembung berwarna putih
12) Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan dan tidak boleh dilakukan
masasepada bekas suntikan,kemudian spuit yang telah digunakan diletakkan
pada bengkok
13) Memberi tanda dengan pena secara melingkar pada sekeliling suntikan dengan
diameter sekitar 2 cm dan waktu pemberian
14) Membereskan alat
15) Melepaskan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5%
16) Mencuci tangan
17) Catat reaksi pemberian,jumlah dosis,dan waktu pemberian

 PEMBERIAN OBAT MELALUI JARINGAN SUBKUTAN


Pemberin obat melalui subkutan dibawah kulit dpat dilakukan pada daerah lengan atas
sebelah luar 1/3 bagian dari bahu,paha sebelah luar.umumnya pemberian obat melalui
jaringan subkutan ini dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah.terdapat 2 tipe larutan insulin yang diberikan yaitu jernih
dan keruh.larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat(insuin
regular).larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena adanya penambahan protein
sehingga memperlambat absorbsi obat.

Alat dan bahan:


a) Daftar buku obat/catatan,jadwal pemberian obat
b) Obat dalam tempatnya
c) Spuit 1 cc
d) Kom berisi kapas alcohol
e) Bengkok
f) Bak instrument berisi sarung tangan bersih satu pasang
g) Baskom berisi larutan klorin berisi 0,5%

Prosedur kerja :

a) Mencuci tangan
b) Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukannya Tindakan
c) Menyiapkan lingkungan
d) Memasang sarung tangan
e) Masukkan obat kedalam spuit sesuai dengan dosis.setelah itu,letakkan
pada bak injeksi kemudian bekas obat vial/ampul diletakkan pada bengkok.
f) Membebaskan daerah yang akan dilakukan dari daerah penyuntikan dari
pakian,apabila menggunakan baju lengan Panjang buka atau naikkan.
g) Mengatur posisi pasien dan memasang perlak dibawah daerah yang akan
disuntik biar perlu.
h) Mendisinfeksikan dengan kapas alcohol pada daerah yang akaan
disuntik,dan biarkan kering
i) Menegakkan aerah yang akan dilakukan suntikan subkutan denhgan tangan
kiri
j) Masukkan jarum kedalam kulit dengan lubang jarum menghadap keatas
sudut 45 derajat terhadap permukaan kulit.
k) Melakukan aspirasi,bla tidak ada darah,semprotkan obat secara perlahan-
lahan hingga habis.
l) Setelah selesai,ambil spuit dengan menariknya tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada
bengkok.
m) Membereskan alat-alat,buang alat suntik dan bekas vial/ampul obat dengan
benar.
n) Melepaskan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5%
o) Mencuci tangan
p) Catat reaksi pemberian,jumlah dosis,dan waktu pemberian

 PEMBERIAN OBAT MELALUI PARENTERAL


Teknik pengobatan parenteral yaitu pemberian obat mealalui injeksi atau
suntikan.cairan obat diambil dengan cara menusukkan jarum spuit pada karet penutup
vial.
Syarat obat suntik adalah steril.sediaan obat injeksi dapat dibagi menjadi 3(tiga)
jenis,yaitu larutan,suspense,dan emulsi.bentuk sediaan obat injeksi berupa larutan yang
relatif encer akan lebih cepat diabsorbsi(diserap)dalam tubuh dan menghasilkan efek
terapi yang lebih cepat.Pada umumnya Teknik ini dilakukan guna memperoleh kerja
obat yang cepat,selain itu,bisa disebabkan sifat zat aktif dari obat yang bisa rusak atau
tidak efektif jika diberikan per oral.

Alat dan bahan:


1) Daftar buku obat/catatan daftar pemberian obat
2) Obat dalam tempatnya
3) Spuit 1 cc
4) Kom berisi kapas alkohol
5) Bengkok
6) Bak instrument berisi sarung tangan bersih satu pasang
7) Baskom berisi larutan klorin 0,5%

Prosedur kerja:

1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukannya Tindakan
3. Menyiapkan lingkungan
4. Memasang sarung tangan
5. Masukkan obat kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu,letakkan pada bak
injeksi.
6. Membebaskan aerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian apabila
menggunakan baju lengan Panjang,buka atau naikkan.
7. Mengantur posisi pasien dan memasang perlak dibawah daerah yang akan
disuntik
8. Mendisinfeksikan dengan kapas alcohol pada daerah yang akan disuntik,dan
biarkan kering
9. Menegangkan daerah yang akan dilakukan suntikkan subkutan dengan tangan
kiri
10. Menusukkan jarum kedalam kuit dengan lubang jarum menghadap keatas(sudut
45 derajat) terhadap permukaan ulit.
11. Melakukn aspirasi.bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan-lahan
hingga habis
12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarikknya.tekan daerah penyuntikkan
dengan kapas alcohol,kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada
bengkok.
13. Membereskan alat-alat
14. Melepaskan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5%
15. Mencuci tangan
16. Catat reaksi pemberian,jumlah dosis,dan waktu pemberian

 PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA(SECARA LANGSUNG)


Memberikan obat melalui vena secara langsung diantaranya vena mediana
kubitus/sefalika(daerah lengan),vena safena(tungkai),vena jugularis(leher),;vena
frontalis/temporalis didaerah frontalis dan temporal dari kepala.tujuannya agar reaksi
berlangsung cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.

Alat dan bahan


1. Daftar buku obat/catatan jadwal pemberian obat
2. Obat dan tempatnya
3. Cairan pelarut

Prosedur kerja

1. Cuci taangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Baca obat dengan berprinsip tepat obat,tepat pasien,tepat dosis,tepat waktu,dan
tepat tempat.
4. bantu meminumkannya dengan cara
d) apabila memberikn obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol,maka
tuangkan jumlah yang dibutuhkan kedalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat2
e) kaji kesulitan menelan.bila ada,jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan
campurkan dengan minuman.
f) Kaji denyut nadi,dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
5. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian,avaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pembeian obat.
6. Cuci tangan

 PEMBERIAN OBAT MELALUI SLANG INTRAVENA


Alat dan bahan
a. daftar buku obat /catatan ,jdwal pembentuk obat
b. obat dalam tempatnya
c. spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran
d. satu buah bengkok.
e. kom berisi kapas alcohol.
f. bak instrument berisi sarung tangan bersih sebanyak satu pasang.
g. Baskom berisi larutan klorin 0,5%

Prosedur kerja

1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukan Tindakan
3. Menyiapkan lingkungan
4. Memasang sarung tangan
5. Memeriksa identitas pasien,kemudian mengambil obat dan memasukkan dalam
spuit.
6. Mencari tempat penyuntikan obat pada daerah slang intravena
7. Melakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
8. Melakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spiut hinggahmenembus
bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan kedalam slang
intravena.setelah selesai,menarik spuit dari slang intravena
9. memeriksa kecepatan infus,dan mengobservasi reaksi obat
10. merapikan alat

 PEMBERIAN OBAT MELALUI WADAH INTRAVENA(SECARA TIDAK LANGSUNG)


Memberikan obat intravena melalui wadah merupakanpemberian obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah cairan intravena,tujuannya
untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeunik dalam darah.

Alat dan bahan:


a. daftar buku obat /catatan ,jdwal pembentuk obat
b. obat dalam tempatnya
c. spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran
d. satu buah bengkok.
e. kom berisi kapas alcohol.
f. bak instrument berisi sarung tangan bersih sebanyak satu pasang.
g. Baskom berisi larutan klorin 0,5%

Prosedur kerja:

1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukan Tindakan
3. Menyiapkan lingkungan
4. Memasang sarung tangan
5. Memeriksa identitas pasien,kemudian mengambil obat dan masukkan kedalam
spuit
6. Mencari tempat penyuntikkan obat pada daerah kantung
7. Melakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
8. Melakukan penyuntikkan dengan mamasukkan jarum spuit hinggah menembus
bagian tengah dan masukkan obat secara perlahan-lahan kedalam kantong/wadah
cairan.setelah selesai,Tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan
kantong cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung keujung yang lain.
9. Memeriksa kecepatan infus
10. Melepaskan sarung tangan didalam larutanklori 0,5%
11. Merapikan alat
12. Mencuci tangan

 PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAMUSKULAR


Memberikan obat melalui intramuscular merupakan pemberian obat dengan
memasukkannya kedalam jaringan otot.lokasi penyuntikkan dapat dilakukan di
dorsoghuteal(posisi tengkurap),ventrogluteal(posisi berbaring),vastus lateralis(daerah
paha),atau deltoid(lengan atas)tujuannya agar absorbsi obat dapat lebih cepat.

Alat dan bahan:


1) Daftar buku obat/catatan,jadwal pemberian obat
2) Obat dalam tempatnya
3) Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran
4) Kom berisi kapas alcohol
5) Cairan pelarut
6) Bak instrument berisi sarung tangan bersih satu pasang
7) Bak injeksi
8) Bengkok
9) Baskom yang berisi larutan klorin 0,5%

Prosedur kerja:

1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri dan jelaskan tujuan dilakukan Tindakan
3. Menyiapkan lingkungan
4. Memakai sarung tangan
5. Mengambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis,setelah
itu letakkan pada bak injeksi
6. Memeriksa tempat yang akan dilakukan penyuntikkan (lihat letak penyuntikkan)
7. Mendisinfeksikan dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan secara sirkular dengan diameter sekitar 5 cm
8. Lakukan penyuntikan
9. Menusukkan jarum kedalam kulit dengan posisi tegak lurus (90 derajat) setelah
jarum masuk,melakukan aspirasi spuit.bila tidak ada darah semprotkan obat
secara perlahan-lahan himngga habis
10. Memasukkan obat perlahan-lahan kedalam otot.setelah selesai menarik jarum
keluar,tekan daerah penyuntikkan dengan kapas alcohol.kemudian spuit yang
telah digunakan letakkan pada bengkok
11. Membereskan alat
12. Melepaskan sarung tangan didalam klorin 0,5%
13. Mencuci tangan
14. Mencatat reaksi pemberian jumlah dosis,dan waktu pemberian

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan:

Setelah dilakukan pengkajian melalui anamnesa, pemeriksaan fisik yang harus


ditegakan dan dilakukan rencana sesuai kebutuhan, serta pembahsan kesesuaian serta
kesenjangan antara teori dan kenyataan yang telah diuraikan.

B. Saran:

Bagi kami mahasiswa kebidanan dapat meningkatkan kualitas pengetahuan dan wawasan
dalam melakukan pemeriksaan fisik.
DAFTAR PUSTAKA

Walyani Siwi Elisabeth, Purwoastuti Endang. 2017 .(Ketrampilan Dasar Kebidanan).


Yogyakarta:Pustaka Baru Press.

Pengertian pemeriksaan fisik………………………………(Walyani, Purwoastuti.2017)

Pemeriksaan fisik pada orang dewasa……………………(Walyani, Purwoastuti.2017)

Darma I K,Wiyanthini Nyoman D, Mandriawati G A. 2011.(Ketrampilan Dasar praktik


klinik).Yoyjakarta: PT Pustaka Baru.

Pemeriksaan Head To Toe…………………..(Darma, Wiyanthini, Mandriawati.2011)

Pemeriksaan fisik secara umum…………….(Darma, Wiyanthini, Mandriawati.2011)

Pratiwi Adelina. 2019.(Ketrampilan Dasar Kebidanan Buku 2).Jakarta selatan: salemba medika
Teknik Pemberian obat………………………………………...(Pratiwi Adelina. 2019)

Anda mungkin juga menyukai