2. JAGUALINE LATUE
3. ABIGAEL JERMIAS
4. YULIANA BATLOLONA
5. RINA BOINSERA
6. MARECI K RAHANDEKUT
7. KORNELIA RATMALA
8. YOHANA MASELA
TINGKAT I / SEMESTER II
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa karena dengan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PEMERIKSAAN FISIK PADA ORANG
DEWASA DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT” sesuai dengan waktu tugas pengampu untuk
bahan pertimbangan perbaikan makalah ini
Cover I
Kata pengantar II
BAB.I.Pendahuluan IV
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
BAB.II.Pembahasan V
BAB.III.Penutupan VI
A.Kesimpulan
B.Saran
PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik adalah salah satu Teknik pengumpul data untuk mengetahui keadaan fisik
dan keadaan Kesehatan (Ambarwati, 2009).
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
Kesehatan pasien. Untuk memperoleh hasil yang akurat, diperlukan semua indra sebagai alat
untuk meneliti semua gejala yang diperiksa. Selain itu dibutuhkan peralatan khusus dan
pemeriksa harus mahir menggunakan setiap peralatan tersebut.
Ada empat Teknik dalam pengkajian fisik, yaitu inspeksi ( observasi), palpasi (periksa raba
dengan jari tangan), perkusi (pengetukan dengan jari tangan atau menggunakan peralatan
khusus pada organ tubuh yang di periksa), dan auskultasi (mendengarkan suara yang ada
dirongga tubuh dengan menggunakan peralatan khusus).
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN PENULISAN
PEMBAHASAN
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, diperlukan pengkajian awal yang dimulai dengan
temuan subjektif melalui anamnesis,yaitu tanya jawab dengan pasien. Berdasarkan temuan
subjektif, dilakukan pemeriksaan fisik yang terfokus untuk mendukung gejala subjektif,
Sebagai dasar untuk merumuskan diagnosis yang tepat. Teknik dasar pemeriksaan fisik
meliputi:
Ada dua cara dalam melakukan perkusi, yaitu cara langsung dan cara tidak langsung . Cara
lagnsung dilaukakan dengan mengetuk secara langsung bagian tubuh yang akan diperiksa
dengan menggunakan satu atau dua jari. Sedangkan secara tidak langsung dilakukan dengan
menempatkan jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) di atas permukaan tubuh ,usahakan
agar telapak tangan dan jari – jari lain tidak menempel pada permukaan tubuh ,sementara
ujung jari tengah tangan kanan (dominan) mengetuk persendian distal dari jari tengah tanggan
kiri .secara umum ,hasil perkusi di bagi menjadi lima macam ,bunyi timpani , resonan ,
hipersonar , pekak , dan kemps.cara pemeriksaan perkusi meliputi :
a. Posisi pasien dapat duduk ,tidur , atau berdiri ,bergantung pada bagian mana yang
akan dipreriksa dan pakian pada bagian tubuh yang diperiksa harus di buka.
b. Pastikan pasien dalam keadaan rileks dan pada posisi yang nyaman untuk mengurangi
keteganggan otot yang dapat menganggu hasil perkusi
c. Minta pasien menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot .
d. Kuku jari pemeriksa harus pendek
e. Tangan hangat dan kering
f. Lakukan perkusi secara seksama dan sistematis dan dengan metode langsung ,yaitu
melakukan perkusi atau pengetukan jari tangan langsung dengan menggunakan jari
tangan langsung dengan menggunkqn satu atau dua ujung jari ,atau dengan metode
tidak langsung , yaitu :
- Jari tengah tangan kiri ( tidak dominan ) sebagai fleksimeter diletakan dengan
lembut di atas permukaan tubuh ,upayakan agar telapak tangan dan jarri – jari
lain tidak menempel pada permukaan tubuh .
- Ujung jari tengah tangan kanan ( dominan ) berfungsi sebagaui fleksor untuk
mengetuk persendian distal jari tengah tangan kiri .
- Ketukan harus cepat dan tajam ,dan posisi lengan tetap (tidak
bergerak/bergerak ) dan pergelangan tangan rileks
- Bandingkan bunyi dengan akurat .
Keadaan umum pasien mulai di amati saat pertama kali bertemu dengan pasien, dan di
lanjutkan saat mengukur tanda2 vital (tekanan darah, suhu, pernapasan, denyut nadi), tinggi,
dan berat badan. Amatilah pasien saat datang keruangan . jika pasien berbaring , amat dengan
seksama dari kepala sampai kaki (sefal kaudal). Selin itu, pemeriksaan keadaan umum juga
termasuk pemeriksaan kesadaran.
Tingkat kesadaran
Kesadaran Tanda-tanda
Kompos mentis Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.
Apatis Pasien sadar tetapi sengan berhubungan dengan kehidupan
sekitarnya, sikapnya acu tak-acu.
Samnolen Keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan
dengan rangsangan nyeri, akan tetapi kemudian tertidur lagi.
Delirium Keadaan motorik yang sangat kacau, memberontak, berteriak-teriak
dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu
Sopor/semi, Keadaan kesedaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat
ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.
Koma Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat
dibangunkan dengan rangsangan apapun.
Tanda-tanda vital diukur setelah pasien diatur dalam posisi yang nyaman dan keadaan
umum di ketahui. Hhal-hal yang perlu di ukur adalah berat dan tinggi badan, tekanan darah,
suhu,nadi,dan pernapasan. Dalam mengukur tanda vital, pemeriksaan harus diperhtikan data
sebelumnya, yaitu riwat Kesehatan, keluhan status pertumbuhan/perkembangan, dan keadaan
emosi pasien karena beberapa hal ini sangat memengarui hasil pengukuran tanda vital.
1. pengukuran berat dan tinggi badan. Tenaga Kesehatan harus mencatat berat
dan timggi badan semua pasien. Pengukuran ini dapat membantu Kesehatan
untuk mengetahui status gizi seseorang. Secara umum,selain umur, dilakukan
pula pengukuran tinggi badan dan berat badan unuk membantu menentukan
kebutuhan zat gizi seseorang, baik kabohidrat,lemak,protein,mineral,vitamin
maupun air. Pada ibu hamil, pengukuran berat badan dilakkan pada setiap
kunjunga. Pengukuran berat badan yang dilakukan pada trimester I dan II
bertujuaan untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu sebelum hamil dan
sesudah hamil, yang kenaikan normalnya berkisar antara 9-13,5kg. sedangkan
pengukran berat badan ibu disetiap minggunya, yang secara normal adalah 0,4-
0,5kg setiap minggu.berata badan menjadi hal yang harus diwaspadai pada
setiap ibu hamil. Apabila seorang ibu hamil mengalami berat badan yang
berlebihan, maka iya beresiko memiliki bayi besar. Jika terjadi pda trimester III
ibu resiko mengalami preeklamsia dan diabetes kehamilan.sebaliknya, jika
seseorang ibu hamil mengalami berat badan yang berlebihan, bahaya yang
mungin dihadapi adalah janin tida berkrmbang,kurang gizi,dan anemia yang
menyebabkan kesulitan dalam proses melahirkan. Lain halnya dengan
pengukuran berat badan yang dilakukan disetiap kunjungan ibu hamil,
pengukuran tinggi badan hanya dilakukan 1 kali yaitu pada saat kunjungan
antenatal pertama.pengukuran tinggi badan pada ibu hamil bertujuan untuk
mendeteksi faktor resiko( keadaan rongga panggul). Tinggi badan yang pendek
(145cm) menandakan rongga panggul yang sempit sehinngga dapat
mempersulit kelahiran bayi. Akan tetapi, ada pula ibu pendek yang memiliki
rongga panggul yang normal. Berikut ini prosedur pengkuran berat badan dan
tinggi badan.
a. Persipan alat
Timbangan berat badan dan materan pengukur tinggi badan( jika ada, gunakan
timbangan berat badan yang menjadi satu dengan pengukur tinggi badan).
Status ibu.
Gambar 4.1 Timbangan dan pengukur tinggi badan yang menyatu
B. Prosedur
Pada Wanita hamil, akan terjadi peningkatan volume darah, curah jantung dan frekuensi
jantung. Tekanan turun pada kehamilan trimester I, meningkat sejak pertengahan kehamilan,
dan mencapai titik maksimal pada trimester III. Untuk mengukur tekanan darah secara akurat ,
ada beberapa teknik yang perlu di perhatikan, yaitu posisi lengan sejajar jantung (midsternum),
lengan horizontal dan disanggah, kantong manset pada arteri brakialis, pengempisan tidak
terlalu cepat dan tidak menghentikan pengempisan manset diantara sistol dan diastol.
a) Persiapan alat
Sfigmomanometer yang terdiri dari :
- Manometer air raksa + klem penutup dan pembuka
- Manset udara sesuai dengan ukuran anak
- Slang karet
- Pompa udara dari karet + sekrup pembuka
- Stetoskop
- Buku catatan tanda vital
b) Prosedur kerja
Cara palpasi :
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
Atur posisi pasien
Letakan lengan yang hendak diukur dengan kedudukan horizontal dan sejajar
Lengan baju dibuka
Pasang manset sekitar 2,5 cm diatas fossa antekubitus (jangan terlalu ketat
maupun longgar)
Hubungkan manset udara dengan selang karet
Buka klem pembuka air raksa dengan mengatur pada posisi on
Tentukan denyut nadi arteri radialis
Pompakan udara kedalam manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
Pompakan terus sampai 20 MmHg lebih tinggi dari tekanan saat nadi arteri
radialis tidak teraba
Palpasikan pada daerah denyut nadi arteri dan keluarkan udara dalam manset
secara pelan-pelan dan bersinambung dengan memutar sekrup berlawanan
arah jarum jam pada pompa udara hingga nilai tekanan 0 MmHg
Catat nilai tekanan,saat arteri pertama kali berdenyut
Nilai pertama ini menunjukan sistolik secara palpasi
Tutup pembuka air raksa dengan mengatur pada posisi off
Pisahkan Kembali manset udara dengan slang karet
Buka manset
Cuci tangan
Catat hasil.
Cara auskultasi :
Cuci tangan
Jelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan pada pasien
Atur posisi pasien
Letakan lengan yang hendak diukur tekanan darah dengan kedudukan horizontal dan
sejajar
Lengan baju di buka
Pasang manset sekitar 2,5 cm diatas fossa antekubitus (jangan terlalu ketat maupun
longgar)
Pompakan udara kedalam manset sampai denyut nadi tidak teraba dengan tekanan
rata-rata tekanan normal
Keluarkan udara dalam manset secara perlahan dan bersinambung dengan memutar
sekrup pada pompa udara perlawanan arah jarum jam hingga nilai tekan 0 MmHg
Catat nilai tekan manometer dimana arteri pertama berdenyut kembali.
Catat tinggi mmHg pada manometer :
- Fase Korotkoff I, menunjukan besarnya tekanan sistolik
- Fase Korotkoff IV/V, menunjukan besarnya tekanan diastolic
Tutup pembuka air raksa dengan mengatur pada posisi off
Pisahkan kembali manset udara dengan selang karet
Buka manset
Cuci tanagn
Catat hasil
3. Pengukuran suhu. Menurut Jhonson dan Taylor ( dalam mandriwati, 2008 ), suhu
tubuh adalah keseimbangan antara panas yang di peroleh dan panas yang di
keluarkan oleh tubuh. Dalam keadaan normal, suhu tubuh seseorang
mempunyai kisaran yang relatif sempit, yang tidak lebih dari 1 0C. Mekanisme
pengaturan suhu tubuh seseorang di kontrol oleh hipotalamus. Suhu tubuh yang
normal berkisar antara 35,6 – 37,60C. Peningkatan suhu tubuh dapat di
akibatkan oleh penyakit, infeksi, pemaparan yang lama terhadap panas atau
dingin, pengeluaran kalori yang berlebihan, kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan, dan gangguan hormone. Peningkatan suhu tubuh ini dapat
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan yang di sertai dengan
peningkatan frekuensi detak jantung. Setiap peningkatan suhu tubuh 1 0C, terjadi
peningkatan frekuensi nadi sekitar 20 denyut per menit. Secara fisiologis,
peningkatan suhu akan sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung, bahkan
peningkatannya dapat mencapai dua kali dari frekuensi denyut normal. Apabila
kenaikan suhu tubuh mencapai 40,50C akan mulai terjadi kerusakan sel.
Sedangkan, jika melebihi 420C akan menyebabkan keadaan yang lebih parah,
yaitu disfungsi otak, koma, atau kolaps. Sebaliknya, jika terjadi penurunan suhu
tubuh, akan menyebabkan keletihan dan aktivitas yang tidak terkoordinasi,
kehilangan kesadaran, sampai kematian. Untuk beradaptasi dengan perubahan
suhu, tubuh akan menyimpan atau melepaskan panas, bergantung pada sifat
perubahan suhu tubuh. Jika suhu tubuh meningkat, maka panas akan di
lepaskan. Sebaliknya, jika suhu tubuh menurun, maka tubuh akan melakukan
metabolisme untuk meningkatkan suhu tubuh sampai mencapai nilai normal.
Metabolisme tubuh juga akan meningkat setelah seseorang melakukan aktivitas
seperti makan atau minum. Oleh sebab itu, pengukuran suhu tubuh jangan di
lakukan segera setelah pasien makan atau minum, terutama setelah makan atau
minum minuman yang panas, tunggulah 20-30 menit. Pengukuran suhu dapat di
lakukan pada beberapa tempat, yaitu:
1) Melaui mulut (oral). Untuk mengukur suhu tubuh melalui mulut (oral),
thermometer di letakkan di salah satu kantong bawah lidah / sublingual,
dapat di sebelah kanan atau kiri, karena pada daerah tersebut terdapat satu
cabang arteri karotis, arteri sublingual yang terhubung dengan hipotalamus.
Darah yang berada di pembuluh darah ini mengalir ke hipotalamus sehingga
berespons sangat cepat terhadap perubahan suhu tubuh. Rentang normal
suhu pada daerah oral berkisar antara 35,80-37,30C. pengukuran suhu pada
bagian tubuh ini tidak terlalu mengganggu kenyamanan pasien dan di
pandang masih cukup aman. Akan tetapi, pengukuran suhu tubuh pada
mulut (per oral) tidak di anjurkan pada bayi, ibu bersalin, pasien yang
berisiko kejang (mis., ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia),
infeksi/gangguan pada mulut, tidak ada persetujuan dari pasien, pasien
anak-anak, pasien pasca anastesi, semi sadar atau tidak sadar, kerusakan
atau cedera pada wajah/mulut, muak dan muntah. Keuntungan dari
pengukuran suhu pada mulut adalah hasil di peroleh lebih cepat. Akan
tetapi, cara pengukuran suhu di mulut pada decade belakangan ini termasuk
jarang di lakukan.
2) Ketiak (aksila). Penelitian terbaru menunjukkan bahwa suhu pada aksila
berhubungan erat dengan suhu inti, yaitu suhu yang bersumber dari organ
tubuh yang paling hangan, yaitu suhu otak, abdomen, dan dada. Nilai
normal suhu ketiak/aksila orang dewasa adakah sama dengan suhu per oral
orang dewasa yaitu 35,80-37,30C. pengukuran suhu pada daerah ini dapat di
lakukan untuk semua kondisi dan golongan umur pasien
3) Timpanik (telinga). Pengukuran suhu pada daerah ini di anggap akurat,
karena membran timpani telinga menerima suplai darah yang sama dengan
hipotalamus dan terletak dekat dengan hipotalamus itu sendiri. Suhu tubuh
tertahan pada kanal auditorius terinsulasi sehingga mudah untuk di jangkau.
Pengukuran suhu pada daerah ini hanya dapat di lakukan dengan
menggunakan thermometer timpani khusus yang harganya relative mahal
dan keakuratannya sangat bergantung pada suhu di dalam telinga. Keadaan
yang dapat memengaruhi validitas suhu dalam telinga adalah kelembapan
(mis., adanya verniks kaseosa serta cairan amnion), adanya pasien infeksi,
pasien bayi yang ada dalam inkubatoor, kotoran telinga yang berlebihan,
dan pasies pasca pembedaan dini.
4) Anus (rektal). Daerah ini merupakan daerah yang dapat dipercaya dan
mudah untuk diukur suhunya karena memiliki suplai darah yang baik (arteri
haemoroid), yang terinsulasi dengan baik dan berkaitan erat dengan suhu
inti. Meskipun daerah ini cukup jauh dari inti tubuh, tetapi responnya
terhadap perubahan lebih lambat dari daerah lain. Nulai normal suhu per
rektal adalah berkisar antara 36,10-37,0C. suhu ini lebih tinggi dari suhu
daerah lain karena adanya insulasi pada daerah tersebut, waktu respon
yang lambat, serta adanya aktivitas bakteri asus normal. Adanya fases atau
inflamasi dapat mengoceh keakuratan hasil pengukuran.
Pengukuran suhu pada daerah rektal sangat dianjurkan pada ibu hamil yang
mengalami ketuban pecah dini (KDP). Oleh sebab itu, pemeriksaan suhu
pada bayi lebih baik dilakukan melalui aksila.
a. Termometer air raksa yang terbuat dari kaca. Prinsip kerja dari
termometer ini adalah bawah air raksa yang berada didalam kaca akan
memuai akibat panas. Ada tiga jenis termometer air raksa dari kaca yang
biasa dipakai, yaitu termometer standar (skalanya antara 350-43,50C dengan
gradasi 0,10C dan dapat digunakan secara oral atau aksila) termometer
rekta (ujungnya berwarna biru tua), dan termomer suhu rendah (skalanya
antara 250-400C) sehingga dapat digunakan secara akurat untuk mengukur
kondisi hipotermi. Oleh sebab itu, disarankan untuk merendam termometer
setelah digunakan kedalam larutan klorin selama 10 menit, kemudian
mencelupkan kedakam larutan sabun, menggosoknya dengan tisu,
mencelupkannya kedalam air bersih dan mengeringkannya Kembali dengan
tisu kering yang bersih. Selain itu, sebelum menimpannya ke dalam
tempatnya, termometer harus dikibas-kibaskan untuk menurunkan suhunya.
Penyekaan termometer dengan usap alcohol hanya dapat dilakukan jika
termometer tertutup pembungkus sekali pakai, dan digunakan hanya untuk
satu pasien. Penatalaksanaan pengukuran suhu dengan termometer air
raksa meliputi :
Persiapan alat (mengukur suhu per oral)
- Termometer dalam tempatnya
- Tiga buah botol (botol 1 larutan klorin, botol 2 berisi larutan
sabun, botol 3 berisi air bersih)
- Bengkok
- Tisu
- Vaselin (jika mengukur suhu pada rektal)
- Buku catatan suhu
- Sarung tangan dengan prinsip bersih karena tangan akan
kontak dengan caairan tubuh
- Pegang termometer sedemikian rupa sehingga tidak mudah jatuh dan pastikan air aksa
pada termometer menunjukan skala dibawa 34 derajat C.
1.Persiapan
a.Alat
meteran, timbangan
bb,penlight,stetoskop,tensimeter/spighnomanometer,termometer,arloji/stopwatch,refleks
hammer,otoskop,hanschoon bersih(jika perlu),tisu, buku catatan perawat
Alat dilekatkan ditempat tidur pasien yang akan diperiksa.
b.Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman,hangat, dan cukup penerangan. Misalnya
menutup pintu atau jendela atau skerem untuk menjaga privasi klien
c.Klien(fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks
2.Prosedur pemeriksaan
a.Cuci tangan
b.Jelaskan prosedur
c.Lakukan pemeriksaan dengan berdiri disebelah kanan klien dan pasang hadschoon
bila diperlukan
d.Pemeriksaan umum meliputi: penampilan umum,status mental dan nutrisi
posisi klien :duduk atau berbaring
cara inspeksi:
1.kesadaran,tingkalaku,ekspresi wajah,mood.(normal:kesadaran penuh,ekspresi
sesuai,tidak ada menahan nyeri/sulit bernafas)
2.tanda-tanda stres/kecemasan(normal: rileks,tidak ada tanda-tanda cemas atau takut)
3.Jenis kelamin
4.Usia dan gender
5.Tahapan perkembangan
6.TB,BB(normal:BMI dalam batas normal)
7.Kebersihan personal(normal:bersih dan tidak bau)
8.Cara berpakaian (normal:benar atau tidak tebalik)
9.Postur dan cara berjalan
10.Bentuk dan ukuran tubuh
11.Cara bicara(,relaks,lancar,tidak gugup)
12.Efalwasi dengan membandingankan dengan keadaan normal
13.Dokumentasi hasil pemeriksaan
3.Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
1.)Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2).Mengetahui perubahan oksigenasi,sirkulasi,kerusakan jaringan setempat,dan idrasi
Persiapan
1).Posisi klien: duduk atau berbaring
2).Pencahayaan yang cukup/lampu
3).Sarung tangan(untuk lesi basa dan air)
Prosedur pelaksanaan
1).Pemeriksaan kulit
inspeksi: kebersihan,warna,pikmentasi,lesi/perlukaan,pucat,sianosis,dan ikterik
Normal: kulit tidak ada ikterik atau pucat atau sianosis
Palpasi: kelembapan,suhu permukaan kulit,tekstur,ketebalan,turgor kulit,dan edema.
Normal: lembab,turgor baik atau elastis,tidak ada edema
2).Pemeriksaan kuku
Inspeksi: kebersihan,bentuk,dan warna kuku
Normal: bersih,bentuk normal atau tidak ada tanda-tanda jari tabuh,tidak iterik atau
sianosis
Palpasi:ketebalan kuku dan pengisian kapiler
3).Pemeriksaan kepala, wajah,mata,telinga,hidung,mulut dan leher
Posisi klien : duduk,untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat berhadapan
dengan klien
a)Pemeriksaan kepala
Tujuan
(1) Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
(2) Mengetahui kelainan yang terdapat dikepala lampu
Persiapan alat
(1) Lampu
(2) Sarung taangan (jika diduga terdapat lesi atau luka)
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi:Ukuran lingkar kepala, kesimetrisan,bentuk,adanya lesi atau tidak,kebersihan
rambut dan kulit kepala.warna,jumlah,dan distribusi rambut.
Normal: simetrsi, bersih,tidak ada lesi,tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan gizi.
Palpasi: adanya pembengkakan/penonjolan dan tekstur rambu
Normal: tidak ada penonjolan atau pembengkakan,rambu lebat dan kuat/tidak rapuh.
b).Pemeriksaan wajah
Inspeksi: Warna kulit,pikmentasi,bentuk,dan kesimetrisan
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain
Palpasi: Nyeri tekan dahi,dan edema, pipi,dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema
C) Pemeriksaan mata
Tujuan
(1) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
(2) Mengetahui adanya kelainan pada mata
Persiapan alat
(1) senter kecil
(2) surat kabar atau majala
(3) kartu Snellen
(4) Penutup mata
(5) sarung tangan
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi: bentuk,kesimetrisan,alismata,bulu mata,kelopak mata,bola mata,warna
konjungtiva dan sklera,penggunaan kacamata atau lensa kontak
Normal: simetris mata kika,simestri bola mata kika,warna konjungtiva pingk dan sklera
berwarna putih
4.Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar,saluran telinga,gendang telinga,dan fungsi
pendengaran
Persiapan alat
a) Arloji
b) Garpu tala
c) Speculum telinga
d) Lampu kepala
Prosedur pelaksanaan
Tujuan
Persiapan alat
a) spekkulum hidung
b) senter kecil
c) lampu penerang
d) sarung tangan
Prosedur pelaksanaan
Tujuan
Persiapan alat
a) senter kecil
b) sudip lida
d) kasa
Prosedur pelaksanaan
7. Pemeriksaan leher
Tujuan
Persiapan alat
- Stetoskop
Prosedur pelaksanaan
a. sistem pernapasan
Tujuan
Persiapan alat
1) stetoskop
2) penggaris sentimeter
3) pensil penada
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi: kesimetrisan, bentuk atau postur
dada, Gerakan nafas,irama,kedalaman,dan
upaya pernapasan
Normal: simetris bentuk dan postur normal
tidak ada tanda-tanda distress
Palpasi: simetris,pergerakan dada,massa dan
lesi,nyeri,tractile fremitus
Normal: intergritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan /massa
Pemeriksaan fisik yang dijelaskan berikut merupakan pemeriksaan fisik pada ibu secara
umum. Tujuan pemeriksaan fisik adalah mengetahui kondisi Kesehatan ibu dan adanya
kelainan. Penatalaksaanya meliputi:
1. persiapan alat
a. tempat tidur
b. senter
c. stetoskop
d. jam
e. hammer
f. sarung tangan
g. tisu
h. bengkok
i. handuk
j. tempat cuci tangan
k. larutan klorin 0,5%
i. kapas sublimat
2.prosedur
a. Jelaskan kepada ibu maksud dan tujuan pemeriksaan.
b. susun alat secara ergonimis
c. cuci tangan
d. atur posisi pasien senyaman mungkin ( berbaring pada tempat tidur yang rata).
e. lakukan penilaian secara system matis tentang keadaan umum pasien. Lakukan
inspeksi terhapat keadaan umum pasien,status nutrisi,warna kulit,tekstur kulit,dan
pigmentasi .
f. lakukan pemeriksaan pada kepala dan wajah. Perhatikan kesimetrisan muka
tengkorak, warna dan distribusi rambut serta kulit kepala. Normalnya, wajah simetris
antara kanan dan kiri. Ketidaksimetrisan wajah merupakan suatu petunjuk adanya
kelumpuhan paralisis saraf VII.
Sementara bentuk tengkorak yang normal adalah simetris, dengan bagian frontal
menghadap kedepan dan bagian parietal menghadap ke belakang. Distribusi rambut
sangat berfrayasi pada setiap orang, dan normalnya kulit kepala tidak mengalami
peradangan,tumur,maupun bekas luka/sikatrik. Inspeksi pada mata dilakukan untuk
memeriksa kloasma dan pembekakan palpebra.
g. lakukan pemeriksaan pada mata. Lihat pergerakan bola mata, posisi dan kesejajaran
mata, dan kelainan pada bola mata dengan meminta pasien melihat kedepan sambal
memeriksa sklera mata ( apakah ada icterus ) Tarik kelopak mata kebagain bawah
dengan menggunakan ibbu jari,catat jika ditemukan infeksi nana atau pus,serta
perhatikan warna yang tidak normal,misalnya karena anemia,sklera akan berwarna
sedikit pucat. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil. Lanjutkan dengan
mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya. Bentuk pupil yang normal adalah sama
besar ( isokor) pupil yang mengecil disebut miosis, pupil yang sangat kecil disebut pin
point, sedangkan pupil yang melebar disebut midriasis.
h. lakukan inspeksi pada hidung dari arah depan dengan memeriksa apakah septum
hidung berada di tengah atau tidak, adakah benda asing, secret hidung, polip atau
perdarahan.
i. lakukan pemeriksaan pada mulut dan kerongkongan dengan melakukan inspeksi atau
melihat:
Rongga mulut: adanya stomatitis,
kemampuan menggigit,mengunya dan
menelan
Bibir:
warna,simetris,lesi,kelabapan,pengelupasan,d
an bengkak
Gusi: warna dan edema
Gigi: karang gigi,karies,sisa gigi
Lidah:
warna,kebersihan,kesimetrisan,kelembapan,l
uka,bercak,dan pembengkakan
Kerongkongan ( jika perlu gunakan spatel ):
peradangan,tonsil,lender/sekret
j.lakukan inspeksi pada telinga,mulalilah dari telinga dengan posisi terjauh dari pemeriksa.
Amati kebersian kanalis,adakah radang,cairan ataupun benda asing yang keluar.
Lakukan inspeksi pada pola pernapasan normal. Adakah tanda ketidaknyamanan dalam
bernapas.
Lakukan auskultasi pada dinding toraks dengan menggukana stetoskop. Pasien diminta
untuk bernapas cukup dalam dengan mulut terbuka lalu letakkan stetoskop secara
systematis dari atas ke bawah dengan membandingkan antara dada kiri dan kanan.
Inspeksi payudara,mulai dari ukuran,bentuk,dan kesimetrisan payudara(jika perlu pasien
dianjurkan mengangkat kedua tangannya secara bersamaan), warna kulit
payudara,lesi,vaskularisasi,dan edema. Aerola payudara pada Wanita hamil umumnya
berwarna lebih gelap.normalnya,payudara melingkar dan agak simetris. Amatipula
setiap adanya benjolan atau retraksi akibat lesi,pengeluaran pada puting susu,sampai
pada inspeksi aksila dan klafikula untuk mengetahui addanya pembengkanan atau
tanda kemerahan.
Lakukan palpasi disekeiling putting susu untuk mengetahui adanya rabas. Jika ada,
maka indentifikasi rabas itu baik sumber,jumlah,warna,konsistensis serta inspeksi serta
kaji adanya nyeri tekan. Palpasi daerah klafikula dan aksila terutama pada area kelenjar
limfe. Lakukan palpasi pada setiap payudara dengan teknis bimanual,terutama untuk
payudara yang berukuran besar. Caranya, pertama-tama tekankan telapak tangan atau
3 jari tengah pemeriksa pada kuadrat samping atas. Lakukan palpasi dengan Gerakan
memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju aerola dan memutar searah jarum jam.
Lakukan palpasi mulai dari payudara yang letaknya lebih jauh dari pemeriksa. Jika
perlu,anjurka pasien untuk mengangkat tanganya saat pemeriksaan payudara sesuai
posisi payudara yang diperiksa secara bergantian.
o. periksa punggung pasien , inspeksi adanya kelaIaian pada spina, bagaimana betuk bujur
sangkar Michelis.
p.Inspeksi fulfa secara keseluruhan, apakah ada prolaps uteri, benjolan pada kelenjar Bartholin,
dan rabas (warna,bau,dan jumlah ).
q.Lakuakn pemeriksaan pada anus untutk mememriksa adanya haemoroid, fistulah serta amati
kebersihanya.
r.Rapikan pasien
s.Rapikan alat.
u.cucic tangan.
w.lakukan pendokumentasian.
Persiapan
a.Peralatan
meteran, timbangan bb, penlight, stetoskop, tensi meter / spighnomanometer,
termometer, arloji /stopwac, refleks hamer,otoskop, henskun bersih (jika bersih ), tisue,
buku catatan perawat.
Alat diletakan dekat tempat tidur klien yang akan diperiksa.
b.Lingkungan
pastikan ruangan dalam keadaan hangat,nyaman,dan cukup penerangan. Misalnya
penuyup pintu /jendela atau skrem untuk menjaga privasi klien
c.klien (fisik dan fisiologis)
bantu klien untuk mengenakan periksa jika ada anjurkan klien untuk rileks.
Prosedur pemeriksaan
a.cuci tangan
b.jelaskan prosedur
c.lakukan pemeriksaan dengan berdiri disebelah kanan pasien dan pasang haendchoen
bila diperlukan
Cara inspeksi:
1).kesadaran, tingkah laku , ekspresi wajah , mood.(normal :kesadaran penuh , ekspresi
sesuai , tidak ada menehan nyeri /sulit bernapas.)
2)tanda-tanda stress /kecemasan (normal:)relaks, tidak ada tanda-tanda cemas /takut )
3)jenis kelamin
4)usisa dan gender
5)tahapan perkembangan
6)TB,BB(normal :BMI dalam batas normal )
7)kebersihan personal (normal :bersih dan tidak bau0
8)cara brpakian (normal :benar /tidak terbalik )
9)poturm dancara berjalan
10)bentuk dan ukuran tubuh
11)cara bicara.(relaks, lancar,tidak gugup)
12) efaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
13) dokumentasikan hasilakn pemeriksaan.
Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
1) mengetahui kondisi kuku kulit dan kuku
2) nmengerahui perumbahan oksigenasi,sirkulasi kerusakan jaringan setempat,dan
hidrasi.
- Persiapan
1)posisi klien :duduk /berbaring
2) pencahayaan yang cuckup /lampu
3) sarungtanggan (untuk lesi basah dan berair )
- Prosedsur pelaksanaan
1)pemeriksaan kulit
Inspeksi:kebersihan, warna, pikmentasi, lesi/perlukaan,pucat, sianosis, dan ikteri.
Normal:kulit tidak ada iterik /pucat /sianosis.
Palapsi:kelembapan :sushu permukaan kulir,tekstur ,ketebalan, turgor kulit, dan
edema.
Normal:lembap,turgor baik/elastic , tidak ada edema.
2) pemeriksaan kuku
Inspeksi:kebersihan,bentuk, dan warna kuku.
Normal :bersih,bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tubuh (slubbing
vinger),tidak iterik /sianosis.
Palpasi:ketebalan kuku dan capi lary revile (pengisian kepiler).
Normal :aliran darah kuku akan Kembali ,
< 3 detik.
3) pemeriksaan kepala, wajah , mata , telinga, hidung, mulut dan leher
Posisi klien : duduk, untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perwat
berhadapan dengan klien.
a) pemriksaan kepala
- tujuan
1)mengetahui bentuk dan fungsi kepala.
2) mengetahui kelainan yang terdapat di kepala lampu
- Persiapan alat
1) lampu
2) sarungtanggan jika diduga terdapat lese / luka.
- Prosedur pelaksanaa
Inspeksi :ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak,
kebersihan rambut dan kulit kepala, warna , rambut, jumlsh dan ditribusi lampu.
Normal:simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukan tand – tanda
kekurangan gizi (rambut jagung dan kering)
Palpasi:adanya pembekakan /benjolan, dan tekstur rambut
Normal:ltidak ada benjolan /pembekakan ,rambut lebta dan kuat /tidak rapuh.
b) pemeriksaan wajah
Normal:warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat /ikterik, simestris.
C) pemeriksaan mata
Tujuan
Persiapaan alat
1)senter kecil
3)Snellen
4)penutup mata
5)sarung tangan
Prosedur pelaksanaan
inspeksi:bentuk, kesimetrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimetrisan, bola
mata, warna konjungtiva dan sklera(anemis/iterik),penggunaaan kacamata/lensa kontak, dan
respon terhadapa cahaya
normal:simetris mata kika, warna konjungtiva pink, dan sklera warna putih.
4.pemeriksaan telinga
Tujuan
Persiapan Alat
b)garpu tala
c)speculum telinga
d)lampu kepala
prosedur pelaksanaan
Persiapan alat
a)speculum hidung
b)senter kecil
c)lampu penerang
d)sarung tangan jika perlu
prosedur pelaksanaan.
Inspeksi:hidung ekternal,(bentuk,ukuran, warna, kesimetrisan),rongga, hidung,(lesi,
secret,sumbatan,pendarahan),hidung internal(kemerahan,lesi,tanda-tanda infeksi)
Normal:simetris kika,warna sama dengan warna kulit lain,tidak ada lesi, tidak ada
sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
prosedur pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi struktur luar:warna mukosa mulut dan bibir, tekstur,lesi dan
stomatitis.
Normal:warna mukosa dan bibir pink,lembab, tidakada lesi dan stomatitis.
Inspeksi dan palpasi struktur luar:gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, tidak ada
perdarahan atau radang gusi,kesimetrisan,warna, posisi lidah dan keadaan langit-
langit.
Normal:gigi lengkap,tidak ada tanda-tanda gigi berlubang atau kerusakan gigi, tidak ada
perdarahaan atau radang gusi,lidah simetris,warna pink,langit_langit pink dan utuh.
Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di rahang
atas dan 16 buah di rahang bawah.pda anak-anak gigi sudah muklai tumbuh pada usia
6 bulan.gigi pertama yang tumbuh disebut gigi susu dan diikuti tumbunya gigi
sulung.akhirnya pada usia 6 tahun hingga 14 tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig
anti gigi tetap.
Pda 6 bulan gigi berjumlah 2 buah(dirahang bawah),usia 7 sampai 8 bulan berjumlah 7
buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) usia 9 sampai 10 bulan berjumlah 8 buah
(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah),usia 12 sampai 15 ulan gigi berjumlah 12 buah
(6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah).usia 16 sampai 19 bulan berjumlah 16 buah ( 8
dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan usia 20 sampai 30 bulan berjumlah 20 buah
( 10 dirahang atas dan 10 dirahang bawah).setelah dilakukan pemeriksaan mulut dan
bbibir evaluasi hasil yang di dapat dengan membandingkan dengan keadaan
normal,dan dokumentasikan hasil yang didapatkan tersebut
7 pemeriksaan leher
Tujuan:
a)menetuksn srtuktur integritas leher
b)mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c)memeriksa system limfatik
produr pelaksanaan
Inspeksi leher:warna integritas,bentuk simetris.
Normal:warna sama dengan kulit lain,integritas kulit baik,bentuk simetris, tidak ada
kelenjar-kelenjar gondok
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi:kesimetrisan, bentuk atau postur dada,Gerakan nafas(frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya pernapasan atau penggunaan otot-otot bantu pernafasan),
warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/penonjolan.
Normal: simetris,bentuk dan postur normal,tidak ada tanda-tanda distress,pernafasan,
warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema
Palpasi:simetris, pergerakan dada, massa dan lesi,nyeri,tractile,fremitus.(perwat
berdiri di belakang pasien,instruksikan pasien untuk mengucapkan angka” tujuh-
tujuh” atau “enam-enam” sambal melakukan perabaan dengan kedua telapak
tangan pada punggung pasien.)
Normal:integritas kulit bayi, tidsak ada nyeri tekan/massa tanda-tanda
peradangan,ekspansi simetris, taktil uremitus cendrung sbelah Kanan lebih teraba jelas.
Perkusi:paru, eksrusi diafragma(konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu
sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang dari sisi ke sisi)
Normal:resonan(“dug dug dug”),jika bagian padat lebih dari bagian udara = pekak (“bleg
bleg bleg”),jika bagian udara lebih besar dari bagian padat =hipersonan (“ deng deng
deng”), batas jantung = bunyi rensonan----hilang>>redup.
Auskultasi:suara nafas, trachea,bronchus,paru.(dengarkan dengan menggunakan
stetoskop dilapang paru kika, di RIC 1 dan 2,diatas manubrium dan di atas trachea)
Normal:bunyi nafas vesikuler,bronchovesikuler,brochial,tracheal
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,tracheal.
B system kardiovaskuler
Tujuan
a)mengetahui ketidak normalan denyut jantung
b)mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar
c)mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
d)mendeteksi gangguan kardiovaskuler
persiapaan alat
a)stetoskop
b)senter kecil
prosedur pelaksanaan
Inspeksi:muka bibir, kongjungtiva, vena jugularis, arteri karotis.
Palpasi:denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi:denyutan aorta teraba.
Perkusi:ukuran, bentuk, dan batas jantung(lakukan dari arah samping ketengah
dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup)
Normal:batas jantung:tidak lebih dari 4,7,10 cm kearah kiri dari garis mid sterna,pada
RIC 4,5 dan 8.
Auskultasi:bunyi jantung,arteri karotis.(gunakan bagian diafragma dan bell dari
stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
Normal:terdengar bunyi jantung I/S1(lub) dan bunyi jantung II/S2(Dub) tidak ada bunyi
jantung tambahan (S3 atau S4).
persiapan alat
sarung tangan sekali pakai(jika diperlukan)
prosedur pelaksanaan
Inspeksi payudara:integritas kulit
Palpasi payudara:bentuk, simetris, ukuran, aerola,putting dan penyebaran vena
Inspeksi dan palpasi aksila:nyeri, perbesaran, nodus limfe, konsistensi.
stelah diadakan pemeriksaan dada dan aksila evaluasi hasil yang didapatkan dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
10 pemeriksaan abdomen(perut)
Posisi klien:berbaring
Tujuan
a)mengetahui bentuk dan Gerakan-gerakan perut
b)mendengarkan suara peristaltic usus
c)meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam perut.
Persiapaan
a)posisi klien:berbaring
b)stetoskop
c)penggaris kecil
d)pensil gambar
e)bantal kecil
f)pita pengukur
prosedur pelaksanaan
Inspeksi:kuadran dan simetris, contour,warna kulit, lesi,
scar,ostomy,distensi,tonjolan,pelebaran vena,kelainan umbilicus, dan Gerakan
dinding perut.
Normal:simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat
ostomy,distensi,tonjolan, pelebaran vena,kelainan umbilicus.
Auskultasi:suara paristatik(bising usus) disemua kuadran(bagian diafragma dari
stestoskop)dan suara pembuluh darah dan friction rub:aorta, a.renalis, a.illiaka
(bagian bell)
Normal:suara peristaltic terdengar setiap 5-20 detik, terdengar denyutan arteri renalis,
arteri illiaka dan aorta.
Perkusi semua kuadran:mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum
jam,perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaimana kualitas bunyinya
Perkusi hepar:batas
Perkusi limfa:ukuran dan batas
Perkusi ginjal:nyeri
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan,tidak ada masa dan penumpukan
cairan
Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal,dan dokumentasikan hasil pemeriksaaan
yang didapat tersebut.
11).pemeriksaan ekstremitas atas(bahu,siku,tangan)
Tujuan:
Alat:
1. Meteran
Posisi klien:berdiri.duduk
Tujuan;
Alat:
a. Pemeriksaan rectum
Tujuan:
1) Mengetahui kondisi anus dan rectum
2) Menentukan adanya masa atau bentuk tdak terarur dari dinding rectal
3) Mengetahui integritas spinter anal eksternal
4) Memeriksa kanker rectal dan lain-lain
Alat:
Prosedur pemeriksaan
1. Wanita:
Inspeksi genetalia eksternal:glukosa kulit,integritas kulit,contour
simetris,odema,pengeluaran.
Normal: bersih,mucosa lembab,integritas kulit baik,simetris tidak ada odema dan
tanda- tanda infeksi(pengeluaran pus atau bau).
Inspeksi vagina dan serviks:integritas kulit,masa,pengeluaran.
Palpasi vagina,uterus dan ovarium,letak ukuran,konsistensi dan masa
Pemeriksaaan anus dan rectum:feses,nyeri,masa odema,haemoroid,fistula
ani,pengeluaran dan perdarahan.
Normal:tidak ada nyeri,tidak terdapat odema atau hemoroid atau poli atau tanda-
tanda infeksi dan pendarahan.
Pemberian obat pada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya
oral,parenteral,vagina,rectum,kulit,mata,telinga dan hidung.pemberian dilakukan dengan
menggunakan prinsip 5(lima) TEPAT,yakni nama pasien,tepat nama obat,tepat dosis
obat,tepat cara pemberian,dan tepat waktu pemberian.
Fokus perhatian
Alergi terhadap obat,kemampuan klien untuk menelan obat,adanya muntah dan diare
yang dapat mengganggu absorbs obat,efek samping obat,interaksi obat,kebutuhan
pembelajaran mengenai obat yang diberikan.
Prosedur kerja
1. Cuci taangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Baca obat dengan berprinsip tepat obat,tepat pasien,tepat dosis,tepat waktu,dan
tepat tempat.
4. bantu meminumkannya dengan cara
a) apabila memberikn obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol,maka
tuangkan jumlah yang dibutuhkan kedalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat2
b) kaji kesulitan menelan.bila ada,jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan
campurkan dengan minuman.
c) Kaji denyut nadi,dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
5. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian,avaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pembeian obat.
6. Cuci tangan
Prosedur kerja:
1) Cuci tangan
2) Memperkenalkan diri dan tujuan melakukan Tindakan
3) Menyiapkan lingkungan
4) Memasang sarung tangan
5) Memasukkan obat kedalam spuit ssuai dengan dosis,setelah itu,ltakkan pada
bak injeksi.kemudian bekas obat visl/ampul diletakkan pada bengkok
6) Membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian.apabila
menggunkan baju lengan Panjang buka atau naikkan
7) Mengatur posisi pasien dan memasang perlak dibawah daerah yang akan
disuntik
8) Mendisinfeksikan dengan kapas alcohol paada daerah yang akan disuntikkan
dan biarkan kering
9) Menegangkan daerah yang akan dilakukan suntikkan intrakutan dengan tangan
kiri
10) Menusukkan jarum kedalam kulit dengan lubang jarum menghadaap
keatas(sudut 15-20 derajat) terhadapa permukaan kulit
11) Memasukkan obat secara perlahan hingga teradi gelembung berwarna putih
12) Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan dan tidak boleh dilakukan
masasepada bekas suntikan,kemudian spuit yang telah digunakan diletakkan
pada bengkok
13) Memberi tanda dengan pena secara melingkar pada sekeliling suntikan dengan
diameter sekitar 2 cm dan waktu pemberian
14) Membereskan alat
15) Melepaskan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5%
16) Mencuci tangan
17) Catat reaksi pemberian,jumlah dosis,dan waktu pemberian
Prosedur kerja :
a) Mencuci tangan
b) Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukannya Tindakan
c) Menyiapkan lingkungan
d) Memasang sarung tangan
e) Masukkan obat kedalam spuit sesuai dengan dosis.setelah itu,letakkan
pada bak injeksi kemudian bekas obat vial/ampul diletakkan pada bengkok.
f) Membebaskan daerah yang akan dilakukan dari daerah penyuntikan dari
pakian,apabila menggunakan baju lengan Panjang buka atau naikkan.
g) Mengatur posisi pasien dan memasang perlak dibawah daerah yang akan
disuntik biar perlu.
h) Mendisinfeksikan dengan kapas alcohol pada daerah yang akaan
disuntik,dan biarkan kering
i) Menegakkan aerah yang akan dilakukan suntikan subkutan denhgan tangan
kiri
j) Masukkan jarum kedalam kulit dengan lubang jarum menghadap keatas
sudut 45 derajat terhadap permukaan kulit.
k) Melakukan aspirasi,bla tidak ada darah,semprotkan obat secara perlahan-
lahan hingga habis.
l) Setelah selesai,ambil spuit dengan menariknya tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada
bengkok.
m) Membereskan alat-alat,buang alat suntik dan bekas vial/ampul obat dengan
benar.
n) Melepaskan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5%
o) Mencuci tangan
p) Catat reaksi pemberian,jumlah dosis,dan waktu pemberian
Prosedur kerja:
1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukannya Tindakan
3. Menyiapkan lingkungan
4. Memasang sarung tangan
5. Masukkan obat kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu,letakkan pada bak
injeksi.
6. Membebaskan aerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian apabila
menggunakan baju lengan Panjang,buka atau naikkan.
7. Mengantur posisi pasien dan memasang perlak dibawah daerah yang akan
disuntik
8. Mendisinfeksikan dengan kapas alcohol pada daerah yang akan disuntik,dan
biarkan kering
9. Menegangkan daerah yang akan dilakukan suntikkan subkutan dengan tangan
kiri
10. Menusukkan jarum kedalam kuit dengan lubang jarum menghadap keatas(sudut
45 derajat) terhadap permukaan ulit.
11. Melakukn aspirasi.bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan-lahan
hingga habis
12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarikknya.tekan daerah penyuntikkan
dengan kapas alcohol,kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada
bengkok.
13. Membereskan alat-alat
14. Melepaskan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5%
15. Mencuci tangan
16. Catat reaksi pemberian,jumlah dosis,dan waktu pemberian
Prosedur kerja
1. Cuci taangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Baca obat dengan berprinsip tepat obat,tepat pasien,tepat dosis,tepat waktu,dan
tepat tempat.
4. bantu meminumkannya dengan cara
d) apabila memberikn obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol,maka
tuangkan jumlah yang dibutuhkan kedalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat2
e) kaji kesulitan menelan.bila ada,jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan
campurkan dengan minuman.
f) Kaji denyut nadi,dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
5. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian,avaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pembeian obat.
6. Cuci tangan
Prosedur kerja
1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukan Tindakan
3. Menyiapkan lingkungan
4. Memasang sarung tangan
5. Memeriksa identitas pasien,kemudian mengambil obat dan memasukkan dalam
spuit.
6. Mencari tempat penyuntikan obat pada daerah slang intravena
7. Melakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
8. Melakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spiut hinggahmenembus
bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan kedalam slang
intravena.setelah selesai,menarik spuit dari slang intravena
9. memeriksa kecepatan infus,dan mengobservasi reaksi obat
10. merapikan alat
Prosedur kerja:
1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukan Tindakan
3. Menyiapkan lingkungan
4. Memasang sarung tangan
5. Memeriksa identitas pasien,kemudian mengambil obat dan masukkan kedalam
spuit
6. Mencari tempat penyuntikkan obat pada daerah kantung
7. Melakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
8. Melakukan penyuntikkan dengan mamasukkan jarum spuit hinggah menembus
bagian tengah dan masukkan obat secara perlahan-lahan kedalam kantong/wadah
cairan.setelah selesai,Tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan
kantong cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung keujung yang lain.
9. Memeriksa kecepatan infus
10. Melepaskan sarung tangan didalam larutanklori 0,5%
11. Merapikan alat
12. Mencuci tangan
Prosedur kerja:
1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri dan jelaskan tujuan dilakukan Tindakan
3. Menyiapkan lingkungan
4. Memakai sarung tangan
5. Mengambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis,setelah
itu letakkan pada bak injeksi
6. Memeriksa tempat yang akan dilakukan penyuntikkan (lihat letak penyuntikkan)
7. Mendisinfeksikan dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan secara sirkular dengan diameter sekitar 5 cm
8. Lakukan penyuntikan
9. Menusukkan jarum kedalam kulit dengan posisi tegak lurus (90 derajat) setelah
jarum masuk,melakukan aspirasi spuit.bila tidak ada darah semprotkan obat
secara perlahan-lahan himngga habis
10. Memasukkan obat perlahan-lahan kedalam otot.setelah selesai menarik jarum
keluar,tekan daerah penyuntikkan dengan kapas alcohol.kemudian spuit yang
telah digunakan letakkan pada bengkok
11. Membereskan alat
12. Melepaskan sarung tangan didalam klorin 0,5%
13. Mencuci tangan
14. Mencatat reaksi pemberian jumlah dosis,dan waktu pemberian
A. Kesimpulan:
B. Saran:
Bagi kami mahasiswa kebidanan dapat meningkatkan kualitas pengetahuan dan wawasan
dalam melakukan pemeriksaan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi Adelina. 2019.(Ketrampilan Dasar Kebidanan Buku 2).Jakarta selatan: salemba medika
Teknik Pemberian obat………………………………………...(Pratiwi Adelina. 2019)