Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN DASAR

KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK


DOSEN: Dewi Pujiana,S.Kep.,Ns,.M.Bmd

Disusun Oleh : Kelompok 2


PSIK 1B
Dina Sri Rahayu 21119055
Nova Putri Nadia 21119072
Nurisah Fadilah 21119073
Pinkan Fadilla 21119074
Reni Rahmawati 21119078

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
T.A.2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-nya kami dapat
menyusun makalah tentang ‘Konsep dasar pemeriksaan fisik dan head to toe’.
Makalah ini di buat untuk menunjang proses pembelajaran tentang Keperawatan
Dasar. Makalah ini mengenalkan mahasiswa tentang Konsep dasar pemeriksaan
fisik dan head to toe yang diharapkan untuk dapat mempraktikkannya kelak.

Pada penulisan makalah ini kami menggunakan bahasa sederhana dan


mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari dari
materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Demikian kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya


membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan
dalam bidang keperawatan profesional.

Palembang, 28 Oktober 2019

Kelompok 2
Daftar Isi

Kata pengantar .........................................................................................................i


Daftar isi ................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan masalah ........................................................................................1
C. Tujuan makalah ...........................................................................................1
Bab II Pembahasan ................................................................................................. 2
A. Pengertian Pemeriksaan Fisik………………………………………… 2
B. Tehnik Pemeriksaan Fisik…………………………………………………… 2
C. Prinsip-Prinsip dalam Pemeriksaan fisik…………………………………. 3
D. Tujuan Pemeriksaan Fisik…………………………………………… 3
E. Pengukuran tanda vital ………………………………………………………. 4
F. Pemeriksaan Fisik Head To Toe………………………………………. 5
G. Biometika Dasar……………………………………………….……… 12
H. Pemeriksaan Fisik Persistem……………………………………..…… 13
Bab III Penutup .................................................................................................... 14
A. Kesimpulan .............................................................................................. 14
B. Saran ......................................................................................................... 14
Daftar pustaka ...................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik,
ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi
pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda
vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan
pertama kali.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Konsep dasar pemeriksaan fisik
2. Apa itu Konsep teori pemeriksaan fisik head to toe ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi pemeriksaan fisik
2. Mengetahui metode dan langkah pemeriksaan fisik
3. Mengetahui tentang pemeriksaan tanda vital
4. Mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik head to toe
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang
sistematik dengan memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien. Untuk pemeriksaan
fisik perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et al.,
1995).
Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan
adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan
cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi). Pemeriksaan secara sistematis tersebut disebut
teknik head to toe. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis.
Pemeriksaan fisik dan rekam medis akan membantu dalam penegakan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.

B. Tehnik Pemeriksaan Fisik


Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar).
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh,
warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan pembengkakan.
2. Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera
peraba misalnya tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi cirri-ciri
jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran,
kelembaban dan penonjolan. Hal yang di deteksi adalah suhu,
kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa,
edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan
permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu
dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di
bawahnya. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
4. Auskultasi
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
(Dewi Sartika, 2010)

C. Prinsip-Prinsip dalam Pemeriksaan fisik


Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang
harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril,
memasang masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa jika
ada.
b. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan
cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien
maupun bagi pemeriksa itu sendiri.

D. Tujuan Pemeriksaan Fisik


1. Secara umum
a. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
b. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa
keperawatan.
c. Untuk membuat penilaian tentang perubahan status kesehatan
klien.
2. Bagi perawat maupun bagi profesi kesehatan lain
a. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan
diagnose keperawatan.
b. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
c. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

E. Pengukuran tanda vital


1. Pemeriksaan Nadi
Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan
usia. Demikian juga halnya waktu berdiri, sedang makan,
mengeluarkan tenaga atau waktu emosi. Bayi yang baru dilahirkan
(neonatus) dapat memiliki dentur 130-150 denyut per menit. Orang
dewasa memiliki denyut sekitar 50-90 per menit. Frekuensi nadi yang
dianggap abnormal adalah lebih dari 100 dan kurang dari 60.
2. Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan
tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung atau
tekanan istirahat (diastolik). Perbedaan antara tekanan sistolik dan
diastolik disebut tekanan denyut Pemeriksaan tekanan darah biasanya
dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut
terdapat cedera.. tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air
raksa.
3. Pemeriksaan Pernafasan
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses
pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan
ini bertujuan untuk menilai frekwensi, irama, kedalaman, dan tipe atau
pola pernafasan. Pernapasan adalah tanda vital yang paling mudah di
kaji namun paling sering diukur secara sembarangan.
4. Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat,
ketiak, mulut, dan anus. Nilai standar untuk mengetahui batas normal
suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat, yaitu:
1) Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36 °C.
2) Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36,5–37,5 °C.
3) Febris, pireksia, atau panas, bila suhu tubuh diatas 37,5–40 °C.
4) Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40 °C.

F. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien perlu dipersiapkan
sehingga kenyamanan tetap terjaga, misalnya pasien dianjurkan buang air
kecil terlebih dahulu. Jaga privasi pasien dengan hanya membuka bagian
yang akan diperiksa, serta ajak teman ketiga bila pemeriksa dan pasien
berlainan jenis kelamin. Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan. Atur waktu seefisien mungkin sehingga pasien maupun
pemeriksa tidak kecapaian. Atur posisi pasien untuk mempermudah
pemeriksaan.

1. Pemeriksaan Fisik Kepala


Tujuan pengkajian kepala adalah mengetahui bentuk dan fungsi
kepala. Pengkajian diawalai dengan inspeksi kemudian palpasi.
Prosedur Pelaksanaan
 Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya
lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna,
rambut, jumlah dan distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)
 Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan
kuat/tidak rapuh.
2. Pemeriksaan Fisik Mata
Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata bergantung pada
informasi yang diperlukan. Secara umum tujuan pengkajian mata adalah
mengetahui bentuk dan fungsi mata.
Prosedur Pelaksanaan
 Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak
mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera
(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon
terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna
konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.

3. Pemeriksaan Fisik Telinga


Pengkajian telinga secara umum bertujuan untukmengetahui keadaan
teling luar, saluran telinga, gendang telinga / membrane tipani, dan
pendengaran. Alta yang perlu disiapkan dalam pengkajian antara lain
otoskop, garpu tala dan arloji.
Prosedur Pelaksanaan
 Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas,
posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi),
alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus,
warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan
alat bantu dengar.
 Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.

4. Pemeriksaan Fisik Hidung dan Sinus


Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk dan
fungsi tulang hidung. Pengkajian hidung dimulai dari bagian luar, bagian
dalam dan sinus-sinus.Alat yang perlu dipersiapkan antara lain otoskop,
speculum hidung, cermin, dan sumber penerangan.
Prosedur Pelaksanaan
 Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas,
posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi),
alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus,
warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan
alat bantu dengar.
 Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.

5. Pemeriksaan Fisik Mulut dan Faring


Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi pasien duduk.
Pencahayaan harus baik, sehingga semua bagian dalam mulut dapat
diamati dengan jelas. Pengamatan diawali dengan mengamati bibir, gigi,
gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan
platum/ langit-langit mulut, kemudian faring.
Prosedur Pelaksanaan
 Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan
bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada
lesi dan stomatitis
 Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan
gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi
lidah, dan keadaan langit2.
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau
kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah
simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
6. Pemeriksaan Fisik Leher
Leher dikaji setelah pengkajian kepala selesai dikerjakan. Tujuannya
adalah mengetahui bentuk leher, serta organ-organ penting yang
berkaitan. Dalam pengkajian ini, sebaiknya baju pasien dilepaskan,
sehingga leher dapat dikaji dengan mudah.
Prosedur Pelaksanaan
 Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
 Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal: arteri karotis terdengar.
 Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus,
pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada
kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran),
kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri,
tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
 Auskultasi : bising pembuluh darah.

7. Pemeriksaan Fisik Dada


Inspeksi dada dikerjakan baik pada saat dada bergerak atau diam,
terutama sewaktu dilakukan pengamatan pergerakan pernafasan.
Sedangkan untuk mengamati adanya kelainan bentuk tulang belakang
(kifosis, lordosis, skoliosis), akan lebih mudah dilakukan pada saat dada
tidak bergerak.
Prosedur Pelaksanaan
 Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan
otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema,
pembengkakan/ penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-
tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit
lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema
 Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus. (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien
untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam”
sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada
punggung pasien.)
Normal: integr itas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil
vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.
 Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan
satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola
berjenjang sisi ke sisi)
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih
daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian
udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng
deng”), batas jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.
 Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan
dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan
2, di atas manubrium dan di atas trachea)
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,
tracheal.

8. Pemeriksaan Fisik Abdomen


Inspeksi dilakukan pertama kali untuk mengetahui bentuk dan
gerakan – gerakan abdomen. Sementara pasien ekshalasi, lakukan
penekanan sedalam 4 – 5 cm kea rah bawah pada batas tulang rusuk.
Prosedur pelaksanaan
 Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,
ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan
umbilicus, dan gerakan dinding perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak
ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena,
kelainan umbilicus.
 Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran
(bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan
friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar
denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
 Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas
bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan
bagaiman kualitas bunyinya.
 Perkusi hepar: Batas
 Perkusi Limfa: ukuran dan batas
 Perkusi ginjal: nyeri
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan
apabila banyak cairan = hipertimpani
 Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan):
massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi,
dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih
dahulu
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa dan penumpukan cairan

9. Pemeriksaan Fisik Genital


Terdiri atas permeriksaan fisik laki-laki dan perempuan
1) Wanita:
 Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit,
contour simetris, edema, pengeluaran.
Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris
tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
 Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
 Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi
dan, massa
 Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema,
haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/
tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
2) Pria:
 Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan
pengeluaran
Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau
pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah
 Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan
bentuk, turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan
 Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema,
hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/
polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.

10. Pemeriksaan Fisik Payudara dan Ketiak


Dalam melakukan pemeriksaan payudara khususnya pada wanita,
perawat harus mempertimbangkan aspek psikososial, bukan aspek fisik
saja. Hal ini mengingat payudara pada wanita mempunyai arti yang luas,
baik dari segi budaya, social, maupun fungsi seksual. Payudara
berkembang dan tumbuh selama rentang kehidupan yang dipengaruhi
oleh perkembangan / pertumbuhan seseorang, lingkungan, dan
sosiokultural lainnya.
Prosedur Pelaksanaan
 Inspeksi payudara: Integritas kulit
 Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting,
dan penyebaran vena
 Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe,
konsistensi.

G. Biometika Dasar

1. Tinggi

Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi


dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan
diminta untuk berdiri tegak tanpa alas kaki. Anak-anak berusia
dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.

2. Berat atau massa

Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa. Indeks massa
tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa
sehat serta tingkat kegemukan.

3. Nyeri

Pengukuran nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital.


Dalam klinik, nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang
dimulai dari nilai '0' (tidak dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari
ekspresi wajah pasien), hingga '5' (nyeri terburuk yang pernah
dirasakan pasien).

H. Pemeriksaan Fisik Persistem


1. Sistem kardiovaskular
- Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung
- Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP),
edema perifer, dan bukti edema pulmonaris atau edema paru.
- Pemeriksaan jantung
2. Paru-paru
- Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru
3. Dada dan payudara
- Abdomen
- Pemeriksaan abdomen
- Pemeriksaan rektum
4. Sistem reproduksi
5. Sistem otot dan gerak
6. Sistem saraf, termasuk pemeriksaan jiwa
7. Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT)
8. Kulit
- Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut
- Peneriksaan tanda klinis pada kulit
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif untuk menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting
karena sangat bermanfaat dalam proses keperawatan.

B. Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat
harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan
fisik ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan
prosedur yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta :


Salemba Medika.
Oda, Debora 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta :
Salemba Medika
Indriono,Anik. (2013), Pengkajian Pemeriksaan Fisik.
http://stikesmuhammadiyahpringsewu.blogspot.com/2012/09/konsep
pemeriksaan-fisik-dan-proses.html

Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Pemeriksaan fisik

http://www.academia.edu/11154038/PEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO_TOE?
s=t

Anda mungkin juga menyukai