Anda di halaman 1dari 30

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOFASKULER

Dosen Pengampu:

Ns.Yusnita, S.kep,M.kes

Disusun Oleh:

SITI BAROKAH (2021206203003)

1. MIFTAHUL JANNAH (2021206203004)


2. IZZULHAQ FATHURRAHMAN (2021206203018)
3. HADID RAMADHAN (2021206203023)
4. DESY NURHALIZAH (2021206203024)
5. ATHA AULIA ULILLAH (2021206203029)
6. KUSUMA AYU SETIANINGRUM ( 2021206203030)
7. M.NAUVAL ALWALIYU (2021206203031)

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan
rahmat-Nya. Sehingga Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULER ”, disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan dewasa sistem
kardiovaskuler,respiratori dan hematologi , jurusan Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Dalam penulisan makalah ini tentunya Mahasiswa
berterimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yang telah membimbing,
memotifasi dan mendampingi kami dalam pembelajaran.Penulis menyadari bahwa
sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran semua pihak untuk
menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata Mahasiswa mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
 
Kata pengantar…………………………………………………………………………      

Daftar isi………………………………………………………………………………….     

BAB Pendahuluan……………………………………………………………………..     

1. Latar Belakang………………………………………………………….
2. Tujuan Pembelajaran……………………………………………………
3. Rumusan masalah……………………………………………………….

BAB II Pembahasan………………………………………………………………….

1. Konsep teori pemeriksaan


fisik……………………………………………………………………..
2. Tujuan oemeriksaan
fisik………………………………………………………………………
3. Manfaat pemeriksaan
fisik………………………………………………………………………
BAB III Penutup dan
saran…………………………………………………………………………………………

Daftar pustaka……………………………………………………………………………  

 
BAB I

PENDAHULUAN 

1.1  Latar belakang

            Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari


seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala
dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin
diperlukan seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang
mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut.

Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda
vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama
kali.
TUJUAN

Tujuan Umum

Dapat mengetahui dan mengidentifikasi definisi, tekhnik, serta penilaian hasil


pemeriksaan fisik pada bagian kardiovaskuler dan abdomen.

Tujuan Khusus

Mengetahui dan memahami definisi dan tujuan serta tekhnik pemeriksaan fisik

Mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik bagian kardiovaskuler dan abdomen

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah

1.Apa itu konsep teory pemeriksaan fisik,

2.Tujuan pemeriksaan fisik

3.Manfaat pemeriksaan fisik

4.Apa itu insfeksi

5.Apa itu palpasi

6.Apa itu perkusi

7.Bagaimana pemeriksaan ginjal

8.Bagaimana pemeriksaan aorta


BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Teori pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon 
terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah
dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika,
2010)

Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:

1. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,


pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu
pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di
bentuk.

Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu
system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto
optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain.

(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan
(mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010) Fokus inspeksi pada setiap
bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan
penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlU dibandingkan hasil normal dan
abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

2. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan


meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)

Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan
jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur,
keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)

Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,


pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

3. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk


menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas,
lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh


tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan
konsistensi jaringan.

Dewi Sartika, 2010)

4. Auskultasi

Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh


bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997)
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan
bising usus.(Dewi Sartika, 2010)

Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan,


yaitu sebagai berikut:

-Kontrol infeksi

Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan
membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.

-Kontrol lingkungan

Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan
untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu
sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien

1. Komunikasi (penjelasan prosedur)

2. Privacy dan kenyamanan klien

3. Sistematis dan konsisten ( head to toe, dr eksternal ke internal, dr normal ke


abN)

4. Berada di sisi kanan klien

5. Efisiensi

6. Dokumentasi

Tujuan Pemeriksaan Fisik

Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:

1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.

2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh


dalam riwayat keperawatan.

3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.


Manfaat Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun
bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:

1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose


keperawatan.

2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.

3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat

4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

Denyut dan tekanan darah arterial

Denyut jantung ( Nadi ) adalah suara yang dihasilkan dari denyutan jantung
dan aliran darah yang melewatinya. Untuk memeriksanya digunakan
stetoskop. Bunyi jantung dibagi menjadi bunyi jantung normal dan patologis
yang mengindikasikan suatu penyakit. Bunyi jantung dikenali sebagai lub
dan dub secara bergantian. Bunyi murmur dihasilkan oleh turbulensi aliran
darah di jantung. Stenosis merupakan penyebab dari turbulensi tersebut.
Insufisiensi katup menyebabkan aliran darah berbalik dan bertabrakan
dengan aliran yang berlawanan arah. Pada keadaan ini, murmur akan
terdengar menjadi bagian dari tiap siklus jantung.

Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat


dipalpasi

(diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu.

Siklus jantung terdiri dari periode relaksasi yang dinamakan diastole dan
diikuti oleh periode kontraksi yang dinamakan systole. Kekuatan darah
masuk ke dalam aorta selama sistolik tidak hanya menggerakkan darah
dalam pembuluh ke depan tetapi juga menyusun suatu gelombang tekanan
sepanjang arteri. Gelombang tekanan mendorong dinding arteri seperti
berjalan dan pendorongnya teraba sebagai nadi.
Urutan normal bagian-bagian jantung yang berdenyut yaitu kontraksi atrium
(sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi vertikel (sistolik vertikel) dan selama
diastolik keempat ruangan relaksasi. Nadi berasal dari sistem konduksi
adalah nodus siontriate (nodus SA), lintasan internojal atrium, nodus
atrioventrikuler (nodus AV), berkas HIS, cabang-cabangnya dan sistem
purkinye, ke otot ventrikel. Denyut nadi seseorang akan terus meningkat bila
suhu tubuh meningkat kecuali bila pekerja yang bersangkutan telah
beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi. Denyut nadi maksimum
untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut per menit dan keadaan ini
biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa menit saja.

Meningkatnya denyut nadi dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti:

1. Temperatur atau suhusekeliling yang tinggi

2. Tingginya pembebanan otot atatis

3. Semakin sedikitnya otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja

Jenis nadi dibedakan menjadi 4 yaitu:

1. Nadi istirahat, rata-rata denyut nadi sebelum bekerja

2. Nadi sedang kerja, rata-rata denyut nadi selama kerja

3. Nadi kerja, selisih antara nadi selama kerja dengan denyut nadi sebelum
kerja
4. Nadi pemulihan, total angka denyutan dari akhir kerja sampai masa pulih
tercapai

Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah :

1. Usia Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya teratur. Pada
orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler.
Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat
dipercaya
2. Jenis kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum sub maksimum pada
wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50%
maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita
138 denyut permenit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai
154 denyut permenit dan pada wanita 164 denyut per menit.

3.Ukuran Tubuh

Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh eseorang
yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan Rumus:

BB(Kg) IMT =TB(m)X TB(m)Keterangan:


IMT= IndekMasa Tubuh
BB= Berat Badan
TB=TinggiBadan.

4.Kehamilan Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan


dan mencapai maksimal sampai masa aterm yang frekuensinya berkisar 20% diatas
keadaan sebesar hamil.

5.Keadaan Kesehatan

Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau  frekuensi jantung
secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit maka frekuensi
jantungnya cenderung meningkat.

6.Riwayat Kesehatan

Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan


mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah)
akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga Cardiac output
meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi.

7.Rokok dan kafein

Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang
merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut per
menit dibanding dengan arang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada
kafein secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada variable metabolic
kardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal.

8.Intensitasdan lama kerja

Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang
merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut per
menit dibanding dengan arang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada
kafein secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada variable metabolic
kardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal.

9.Sikap kerja

Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri
mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja
duduk.

10.Faktor fisik dan kondisi psikis.

Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak pendengaran. Selama itu dapat
meningkatkan denyut nadi, dan mempengaruhi parameter fisiologis yang lain yang
dapat menuru Denyut dan tekanan vena jugularis

Jugularis Vein Pressure ( Tekanan Vena Jugularis) Tekanan vena jugularis atau
Jugular venous pressure (JVP) dalam bahasa Inggris, adalah tekanan sistem vena
yang diamati secara tidak langsung (indirek).

Secara langsung (direk), tekanan sistem vena diukur dengan memasukkan kateter
yang dihubungkan dengan sphygmomanometer melalui vena subclavia dextra yang
diteruskan hingga ke vena centralis (vena cava superior).

Karena cara tersebut invasif, digunakanlah vena jugularis (externa dexter) sebagai
pengganti sphygmomanometer dengan titik nol (zero point) di tengah atrium
kanan. Titik ini kira-kira berada pada perpotongan antara garis tegak lurus dari
angulus Ludovici ke bidang yang dibentuk kedua linea midaxillaris.
Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak. Ia baru
terlihat pada posisi berbaring di sepanjang permukaan musculus
sternocleidomastoideus.

JVP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena (seperti gagal jantung
kanan). Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena jugularis, yaitu JVP
tampak hingga setinggi leher; jauh lebih tinggi daripada normal.

Pemeriksaan JVP menunjukkan keadaan ‘input’ jantung. Vena jugular interna


berhubungan langsung dengan vena cava superior dan atrium kanan.

Tekanan normal pada atrium kanan equivalent dengan tekanan kolom darah
setinggi 10-12 cm. Jadi bila pasien berdiri atau duduk tegak, vena jugularis interna
akan kolaps dan bila pasien berbaring, vena terisi penuh. Bila pasien berbaring
sekitar 45°, maka pulsasi vena jugularis akan tampak tepat di atas clavicula; maka
posisi ini digunakan untuk pemeriksaan denyut vena jugularis (JVP) Kepala pasien
diletakkan pada bantal, dengan leher fleksi dan pandangan lurus ke depan. Jangan
menegangkan muskulus sternomastoid, karena vena jugularis interna tepat berada
di bawahnya.Pemeriksaan JVP. Pasien berbaringsupinasi 45°,Pulsasi Jugularis
terlihat tepat di atas clavicula Penyebab Peningkatan JVP

-Payah jantung kongestifatau payah Jantung

-Tricuspid reflux

-Pericardial tamponade

-Pulmonary embolism

-Overload Cairan iatrogenic

-Obstruksi Vena Cava superior Penyebab Dan ciri-ciri peningkatan JVP Sering

-Payah Jantung kongestif

-Tricuspid regurgitation

-Bentuk Gelombang normal

-Gelombang ‘V’ Yang besar Agak jarang


-Pericardial tamponade

-Massive Pulmonary embolism

-Peningkatan tekanan vena, pola gelombang sulit ditentukan karena pasien menjadi
hipotensi bila duduk Jarang

-Superior Caval obstruction

-Constrictive pericarditis

-Tricuspid stenosis

Pemeriksaan JVP JVP diukur pada seseorang dengan posisi setengah duduk 45°
dalam keadaan rileks. Pengukuran dilakukan berdasarkan tingkat pengisian vena
jugularis dari titik nol atau dari sudut sternum. Pada orang sehat, JVP maksimum
3-4 cm di atas sudut sternum. Nilai normal dari JVP adalah <4 mm H2O.

Iktus cordis dan bunyi jantung

Iktus kordis biasanya teraba dengan mudah pada anak dan pada orang dewasa
muda, ketika diameter anteroposterior dada bertambah lebar, iktus kordis semakin
sulit ditemukan. Dengan alasan yang sama, splitting bunyi jantung kedua mungkin
lebih sulit didengar pada manula karena komponen pulmonalisnya menjadi kurang
terdengar. Bunyi jantung ketiga yang fisiolofik, umumnya terdengar pada anak dan
orang dewasa muda, dapat bertahan sampai usia 40 tahun, khususnya pada wanita.
Namun, setelah lebih – kurang usia 40 thaun, bunyi S3 sangat kuat mengarah
kegagalan ventrikel atau kelebihan muatan volume ventrikel akibat kelainan katub
jantung seperti regurgitasi mitral. Sebaliknya bunyi jantung keempat jarang
terdengar pada dewasa muda kecuali jika mereka merupakan atlit yang sudah
terkondisi dengan baik. Bunyi S4 dapat didengar pada manula yang tampak sehat
kendati sering pula terdapat pada penurunan kelenturan ventrikel karena penyakit
jantung.

Denyut Apeks Jantung (Iktus Kordis)


Dalam keadaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus
terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea
midclavicularis sinistra

Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV

Sifat iktus :

Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya local.
Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas.

Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita
adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya gelombang
yang asalnya dari systole.

Tempat iktus kordis sangat tergantung pada :

Sikap badan

Pada sikap tiduran dengan menghadap ke kiri iktus akan terdapat dekat linea
axillaris anterior. Pada sikap tiduran dengan menghadap ke kanan iktus terdapat
dekat tepi sternum kiri. Pada sikap berdiri, iktus akan lebih rendah dan lebih
kedalam dari pada sikap tiduran.

Letak diafragma

Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke bawah dan pindah ke medial
± 1 – 1,5 cm. Pada wanita hamil trimester III, dimana diafragma terdesak ke atas,
maka iktus akan lebih tinggi letaknya, bisa pada ruang interkostae III atau
bahkanII, serta agak di luar linea midklavikularis.

Denyut karotis

Denyut nadi perifer ada beberapa, antara lain :

-Denyut nadi arteri radialis kanan, diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Dari
pemeriksaan ini didapatkan denyut dan irama jantung.

-Denyut nadi arteri brachialis, pemeriksaan dengan menggunakan ibu jari tangan
kana, di depan siku, agak medial tendon biseps sedangkan jari-jari lainnya
memegang siku
-Denyut nadi arteri carotis, pemeriksaan dari sebelah kanan ujung ibu jari
diletakkan di sebelah laring, tekan secara lembut ke belakang kearah otot
precervical sampai denyut arteri carotis terasa. Atau dengan cara menyusur leher
dengan jari-jari.

-Denyut nadi arteri femoralis, digunakan untuk menilai kerja jantung seperti arteri
carotis. Pemeriksaannya pasien membuka pakaian, berbaring ditempat yang datar,
letakkan ibu jari atau jari-jari pemeriksa langsung diatas superior pubic ramus dan
pertengahan dan diantara pubic tubical dan anterior superior iliac spine.

-Denyut nadi arteri popliteal, berada di dalam fossa popliteal tetapi denyutnya
dapat dirasakan di permukaan posterior ujung distal femur.

-Denyut nadi arteri dorsalis pedis dan tibia posterior, palpasi arteri-arteri ini
digunakan untuk memeriksa adanya penyakit vaskuler perifer, selain itu juga
digunakan untuk monitor frekuensi denyut dan irama nadi pada saat anasthesia dan
recovery.

Frekuensi nadi abnormal lebih dari 100x per menit disebut takikardia (pulpus
frekuensi). Misalnya pada penderita demam, infeksi streptokokus, difteri, dan
macam-macam penyakit jantung. Apabila frekuensi nadi kurang dari 60x per menit
disebut bradikardi. Misalnya pada penderita mikusudema, penyakit kuning, demam
enteritis, tifoid, dsb.

aritmi Irama nadi normal jika teratur. Jika tidak teratur misalnya terjadi sinus yang
meningkat pada inspirasi dan menurun pada ekspirasi.Irama Nadi Abnormal
Misalnya :

-Pulsus bigemini = tiap 2 denyut jantung dipisahkan sesamanya oleh waktu yang
lama, karena satu siantara tiap denyut menghilang.

-Pulsus trigemini = tiap 3 denyut jantung dipisahkan oleh masa antara denyut nadi
yang lama.

-Pulsus ekstra sistolik = interval yang memanjang dapat ditemukan juga jika
terdapat satu denyut tambahan yang timbul lebih dini daripada denyut-denyutan
lain yang menyusul. Macam/cirri denyutan sebagai berikut:
Tiap denyut nadi dilukiskan sebagai suatu gelombang yang terdiri dari bagian yang
naik, puncak, Dan turun.

-Pulsus anarkot, yakni denyut nadi yang lemah, mempunyai gelombang dengan
puncak tumpul dan rendah, misalnya pasien stenosis aorta.

-Pulsus seler, yakni denyut nadi yang seolah-olah meloncat tinggi, meningkat
tinggi, dan menurun cepat sekali, misalnya pasa insulfisiensi aorta.

-Pulpus paradoks, yakni denyut nadi yang semakin lemah selama inspirasi bahkan
menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk timbul kembali pada
ekspirasi. Misalnya pada perikarditis konstraktiva, efusi perikard.

-Pulpus alternans, yakni nadi yang kuat dan lemah berganti-ganti, misalnya pada
kerusakan otot jantung

Auskultasi

Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen. Dengarkan peristaltik


ususnya selama satu menit penuh. Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika
kurang dari itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltik ileus,
konstipasi, peritonitis, atau obstruksi. Jika peristaltik usus terdengar lebih dari
normal kemungkinan klien sedang mengalami diare.

Perkusi

Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika perkusi terdengar timpani
berarti perkusi dilakukan di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar pekak,
berarti perkusi mengenai organ padat.

Palpasi

Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan
telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai
kuadran. Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal,
limpa dengan metode bimanual/2 tangan

Cara kerja palpasi pada HEPAR


Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian
hipokondria kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12. Tekan saat pasien inhalasi
kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali.

Cara kerja palpasi pada LIMPA:

Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar. Anjurkan pasien miring
kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien mengambil
nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa. Pada orang
dewasa normal tidak teraba

Cara kerja palpasi pada RENALIS:

Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi
Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan. Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan
setinggi Lumbal 1-2.di bawah kosta kiri. Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien
inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri.

Pemeriksaan hati

Inspeksi

Pemeriksaan hati dimulai dari sisi kanan pasien. Pasien berbaring terlentang.
Perhatikan bentuk perut Normal : simetris

Abnormal :

 Membesar dan melebar à ascites

 Membesar dan tegang à berisi udara ( ilius )

 Membesar dan tegang daerah suprapubik à retensi urine

 Membesar asimetris à tumor, pembesaran organ dalam perut

Perhatikan umbilicus, adan Dan lihatlah kulit pasien untuk tanda-tanda penyakit
hati, seperti :
1) Palmar eritema

Kemerahan pada telapak tangan, terutama pada pangkal ibu jari dan jari kelingking
disebut eritema palmaris. Hal ini sering dikaitkan dengan gagal hati kronis, dan
karenanya juga disebut telapak hati. Meskipun bukan merupakan tanda khas.

2) Xanthomatosis

Hal ini ditandai dengan akumulasi lipid berbentuk kecil, berwarna kuning,
benjolan datar yang disebut xanthomas, di bawah kulit. Benjolan tersebut diamati
terutama pada jari-jari, siku, lutut dan sendi lainnya, serta pada tangan dan kaki.
Hal ini dapat terjadi dalam kasus metabolisme lipid yang berubah karena
kerusakan hati.

3) Caput medusa

Portal hipertensi menyebabkan pelebaran pembuluh darah paraumbilikalis yang


hadir di dekat pusar. Akibatnya, pembuluh darah, yang dinyatakan nyaris tak
terlihat melalui permukaan kulit, menjadi sangat menonjol dan terlihat membesar
dan membengkak. Mereka muncul seperti struktur tubular biru memancar dari
pusar, dalam pola yang menyerupai ular Medusa.

4) Spider Nevi

Spider angioma, pembuluh darah laba-laba atau spider nevus ditandai dengan
pelebaran pembuluh darah dekat permukaan kulit. Tampaknya seperti lesi dengan
titik merah pusat, dan memancar ekstensi merah yang menyerupai jaring laba-laba.
Hal ini sering diamati pada leher, wajah, lengan dan bagian atas badan. Kehadiran
lebih dari lima spider nevi dianggap menjadi tanda gagal hati.

5) Ascites

Hal ini mengacu pada penumpukan cairan dalam rongga peritoneal, dan
merupakan hasil dari tekanan darah rendah albumin dan meningkat pada pembuluh
darah dari hati (hipertensi portal). Tahap awal penumpukan cairan mungkin
asimtomatik, tetapi sebagai akumulasi bertambah satu mungkin mengalami
kembung dan sakit perut. Penumpukan yang berlebihan menyebabkan distensi
perut dan sesak napas.
1.Palpasi `

1) Posisi pasien tidur terlentang.

2) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.

3) Pemeriksa meletakkan tangan kiri dibawah torak/ dada kanan posterior pasien
pada iga kesebelas dan keduabelas dan kemudian ditekanan kearah atas.

4) Telapak tangan kanan diletakkan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke atas /


superior pasien dan diekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis
klavikular di bawah batas bawah hati.

5) Kemudian ditekan dengan lembut ke dalam dan ke atas.

6) Pemeriksa meminta pasien untuk menarik napas. Hati akan bergerak ke bawah
karena gerakan ke bawah diafragma dan mencoba meraba tepi hati saat abdomen
mengempis untuk merasakan tekstur hati, yaitu lembut / perusahaan / keras /
nodular.

Yang dihasilkan dari pemeriksaan palpasi yaitu:Rasa sakit –> nyeri tekan karena
peregangan organ-organ, peregangan peritonium, dan

Defans muskuler.

Normal : tidak teraba / teraba kenyal, ujung tajam.

Abnormal :

 Teraba nyata ( membesar ), lunak dan ujung tumpul à hepatomegali

 Teraba nyata ( membesar ), keras tidak merata, ujung ireguler à hepatoma

PERKUSI

Hati apabila dilakukan perkusi akan menimbulkan suara yang pekak. Hal ini
dikarenakan karena konsitensi hepar yg keras.

Untuk batas kanan hati, Perkusi dilakukan pada linea midclavicula dextra. Untuk
batas atas kanan atas hati dilakukan perkusi dari ½ os. Clavicula ke caudal
sehingga akan memunculkan suara sonor (pada paru) hingga didapatkan suara
pekak (oleh hepar).
Sedangkan batas bawah hati, perkusi dilakukan pada SIAS ke cranial sehingga
akan didapatkan suara timpani (pada abdomen) hingga di dapatkan suara pekak
(oleh hepar). Lalu kita ukur, ukuran dari hati pasien dari batas kanan atas hati
sampai batas kanan bawah hepar tadi. Normalnya liver span (jarak redup oleh
karena adanya hati) berkisar 6-12 cm.

Dapat dikatakan terjadi hepatomegali (perbesaran hepar) bila batas atas didapatkan
naik 1 ICS (pada ICS V) dan batas bawah turun >2cm di bawah arcus costae atau
jarak redup >12cm.

Untuk batas kiri atas hati bisa ditarik garis langsung dari batas kanan atas hati tadi
ke medial. Untuk batas kiri bawah hati, dapat dilakukan perkusi dari umbilicus ke
cranial, akan didapatkan suara timpani pada abdomen dan pekak oleh karena
adanya hati. Batas normal liver span pada lobus kiri hepar yaitu sekitar 4-8cm.
Dapat dikatakan terjadi hepatomegali bila didapatkan batas kiri bawah hepar >2cm
dibawah processus xiphoideus atau liver span >8cm.

Sedangkan untuk batas kiri hati dilakukan pada linea midsternalis.

AUSKULTASI

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan hati, seperti inspeksi, palpasi perkusi


selanjutnya adalah auskultasi. Mendengarkan jika adanya bruit hati atau vena
berdengung.

 Abdominal Venous Hum

Abdomen dengan hati-hati diperiksa untuk kehadiran vena superfisial melebar atau
caput medusa (varises memancar dari umbilikus). Jika ada, ini ringan teraba untuk
kehadiran sensasi. Jika sensasi hadir, hum vena hadir. Hum ini dapat didengarkan
dengan menggunakan tekanan ringan dengan bel atau diafragma stetoskop. Jika
terdeteksi, hum dapat dilenyapkan dengan meningkatkan tekanan stetoskop atau
dengan menekan vena dengan tangan bebas. Dengung vena perut, seperti dengung
vena leher rahim, adalah menderu terus menerus, yang dapat diterjemahkan ke
perut atau dapat menyebar ke dada Yang sangat penting bahwa untuk
mendengarkan dengung vena perut tidak harus bingung dengan suara pernapasan
dan bising usus. Masalah suara pernapasan dapat diselesaikan dengan meminta
pasien menahan nafas. Bising usus bisa sangat membingungkan, tetapi biasanya
dapat dibedakan dengan dentingnya, berubah, dan kualitas berselang.

 Hepatic Arterial Bruit

Perut diperiksa dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan ukuran hati, lokasi,
dan konfigurasi. Hati kemudian auskultasi menggunakan tekanan cukup kuat
dengan baik bel atau diafragma stetoskop. Sebuah bruit arteri mungkin terbatas
sistol atau menjadi sistolik dengan ekstensi ke diastole atau kontinu. Ada banyak
penyebab bruit arteri perut, dan sulit, jika bukan tidak mungkin, untuk memastikan
bruit datang dari hati.

Namun, jika hati besar dan stetoskop ditempatkan langsung di atasnya dan bruit
tidak terdengar di lokasi yang jauh dari hati, kemungkinan sangat mendukung bruit
yang berasal dari aliran darah arteri atau dalam hati. Sebuah friction rub hati
terdengar dekat dengan telinga dan sangat mirip dengan suara yang dihasilkan oleh
menggosok paksa jempol dan telunjuk bersama-sama dekat dengan telinga.

Jika rub sedang diproduksi oleh gerakan hati, rub biasanya akan terbatas pada perut
dan tidak akan menyebar ke dada. Demikian juga rub gesekan yang disebabkan
oleh pergerakan pleura tidak akan terdengar di hati.

Pemeriksaan limpa

INSPEKSI

Posisi pasien rileks sehingga otot perut santai. Oleh karena itu , pasien harus:

 berbaring datar

 Hepatic Friction Rub

Pasien diperiksa untuk ukuran, lokasi, dan konfigurasi hati. Tekanan ringan tangan
saat memeriksa digunakan untuk merasakan sensasi atas hati yang berhubungan
dengan pernapasan. Jika terasa, friction rub akan didengar, tapi rub lebih sering
didengar dan tidak terasa

 kedua lengan di sisi tubuh

Yang perlu diperhatikan pada pasien saat inspeksi adalah :


 Massa cairan, bekas luka , dan lesi ( trauma )

 Atrofi / hipertrofi

 Perubahan warna

 Pembengkakan (tumor)

 Massal otot / simetri

 Buncit perut

 Splenomegali – massa menggembung dapat dilihat muncul dari di bawah batas


kosta kiri memperluas diagonal ke arah kanan bawah Quadrant ( RLQ ).

PALPASI

Biarkan pasien berbaring dengan nyaman dan menekuk lutut untuk relaksasi otot-
otot perut. Manuver ini membuat palpasi limpa jauh lebih mudah. Dan mendukung
belakang sisi kiri perut dengan tangan kiri pemeriksa menyangga punggung kanan
penderita pada coste 11 dan 12 dan kemudian meraba sisi kiri perut ( terutama
pada pertengahan garis klavikularis ) dari bawah tingkat umbilikus dengan tangan
kanan pemeriksa. Periksa dengan meraba ujung limpa pada saat pasien inspirasi
yang mendalam.

Kemudian meraba sisi kiri perut dan menggerakkan tangan dengan lembut ke arah
batas kosta kiri untuk mencapai lokasi limpa.

Normal : Sulit di raba, teraba bila ada pembesaran

PERKUSI

Perkusi ada tiga metode, metode tersebut adalah :

-Perkusi pada Traube’s Space Batas Left Anterior Garis aksila, rib ke-6, batas
kosta daerah ini terdapat resonan pada saat perkusi,suara redup (dullness)
menunjukkan kemungkinan pembesaran limpa

-Perkusi dengan metode Castell perkusi di ICS kiri terendah di anterior garis aksila
( biasanya ICS 8 atau 9 ). suara redup (dullness) saat inspirasi penuh menunjukkan
kemungkinan limpa pembesaran ( tanda Castell yang positif )
-Perkusi dengan metode Nixon ( opsional ) menempatkan pasien dalam side
lying / dekitus lateral dextra.mulai perkusi tengah sepanjang batas kosta kiri
melanjutkan garis tegak lurus terhadap batas kosta kiri jika batas atas keredupan
meluas > 8 cm di atas batas kosta Kiri, ini menunjukkan kemungkinan spleno

AUSKULTASI

systolic murmur over spleen – splenomegali masif (melebar, arteri limpa berliku-
liku), Tepi atas dari limpa tidak teraba,RUB limpa pada auskultasi (saat napas
pasien inspirasi dan ekspirasi).

Pemeriksaan ginjal

1.Palpasi Ginjal (Renal)

1.Atus Posisi pasien dengan tidur terlentang

2.Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur tambahannya dengan melakukan


palpasi Ginjal Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien.

3.Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, ujung cari
menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke depan).

4. Tangan kanan diletakkan dengan lembut pada kuadran kanan atas di lateral otot
rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan
kanan dalam- dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar
kedua tangan (tentukan ukuran, nyeri tekan).

5.Pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas, lepaskan tangan kanan, dan
rasakan Bagaimana Ginjal Kembali Waktu ekspirasi.

6.Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di sebelah kiri penderita, Tangan
kanan untuk Menyangga Dan Mengangkat Dari belakan.

7.Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran kiri atas di lateral otot
rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri
dalam- dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan
(normalnya jarang teraba).
Perkusi Ginjal (Renal)

Untuk pemeriksaan Perkusi ginjal prosedur tambahannya dengan memperlsilahkan


penderita untuk duduk menghadap ke salah satu sisi, dan pemeriksa berdiri di
belakang penderita.

1. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra


torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan
(ginjal kanan).

2.Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis
12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal
kiri).

3.Penderita diminta untuk memberiksan respons terhadap pemeriksaan bila ada


rasa sakit.

1,pemeriksaan kandung kemih

TEHNIK TEMUAN
Inspeksi Normalnya kandungan kemih terletak
1. Perhatikan bagian abdomen bagian dibwah simpisis pubis. tetapi setelah
bawah, kandungan kemih adalah organ membesar organ ini dapat dilihat
berongga yang mampuh memebesar distensi pada area supra pubis
untuk mengumpulkan dan
mengeluarkan urin yang dibuat ginjal

Bila kandungan kemih penuh maka akan


2. Didaerah supra pubis apakah adanya terdengar bunyi dullness/redup
distensi
Pada kondisi normal urin dapat
3. Pasien dalam posisi terlentang, dikeluarkan secara lengkap dan
perkusi dilakukan mengetukan pada kandungan kemih tidak teraba. Bila ada
daerah kandung kemih daerah supra obstruksi dibawah ada produksi urin
pubis normal maka urin tidak dapat
dikeluarkan pada kandung kemih sehi
kemih.

Hal ini mengakibatkan distensi


4. Lakukan palpasi kandungan kemih kandungan kemih yang bisa dipalapasi
pada daerah supra pubis didaerah supra pubis ngga akan
terkumpul pada kandung

Pemeriksaan aorta

Lakukan penekanan dengan cukup kuat pada abdomen bagian atas, yaitu edikit di
sebelah kiri garis tengah, dan kenali pulsasi aorta. Pada orang yang berusia lebih
dari 50 tahun, coba nilai aorta dengan menekan abdomen bagian atas secara dalam
menggunakan satu stangan disetiap sisiaorta, pada kelompok usia ini, aorta yang
normal memiliki lebar tidak lebih dari 3,0 cm (rata – rata 2,5 cm). pengukuran ini
tidak mengikutsertakan ketebalan dinding abdomen. Kemudahan dalam meraba
pulsasi aorta sangat bervariasi menurut ketebalan dinding abdomen dan diameter
anteropostrior abdomen.

Aneurisma aorta merupakan pelebaran patologik aorta yang biasanya disebabkan


oleh arteriosklerosis,. Namun, aorta abdominalis yang hanya berkelok mungkin
sulit dibedakan dengan aneurisma aorta berdasarkan pemeriksaan klinis. Meskipun
biasanya aneurisma tidak disertai rasa nyeri, namun keluhan nyeri dapat menyertai
komplikasi yang paling menakutkan dan sering terjadi roptur aorta.

Pembesaran aorta yang jelas memerlukan pemeriksaan dengan USG

Pemeriksaan khusus

Asites

Abdomen yang buncit dengan bagian pinggang yang membenjol menunjukkan


kemungkinan adanya cairan asites. Melakukan perkusi kearah luar mengikuti
beberapa arah yang dimulai dari daerah sentral bunyi timpani. Buat peta yang
memperlihatkan batas antara bunyi timpani dan redup.

Ada dua teknik lainnya yang membantu memastikan keberadaan asites kendati
kedua tanda yang ditemukan dapat menyesatkan.

1.Tes untuk pekat pindah (shifting dullnes). Setelah membuat peta yang
memperlihatkan batas antara bunyi timpani dan redup, minta pasien untuk
memutar tubuhnya ke salah satu sisi. Lakukan perkusi dan tandai batas tersebut
sekali lagi. Pada pasien yang tidak mengalami asites, biasanya batas antara bunyi
timpani dan redup relatif tidak berubah.

2.Tes untuk gelombang cairan. Minta pasien atau asisten untuk menekan dengan
kuat kearah bawah pada garis tengah abdomen dengan menggunakan permukaan
ulnar kedua tangan mereka. Tekanan ini memebantu menghentikan transmisi
gelombang melalui jaringan lemak. Sementara itu, anda menggunakan ujung jari
– jari tangan untuk mengetuk dengan cepat pada salah satu pinggang pasien, raba
sisi pinggang yang lain untuk merasakan impuls yang ditransmisikan melalui
cairan asites. Sayangnya, tanda ini ering negatif sebelum terdapat cairan asites
dengan nyata, dan sering kali positif pada orang – orang yang tidak memiliki
asites.

2. Apendisitis

Cara memeriksa kemungkinan terjadinya apendisitis :

1Minta pasien utnuk menunjukkan tempat rasa nyeri dimulai dan nyeri tersebut
sekarang Minta pasien untuk batuk. Tentukan apakah timbul rasa nyeri, dan jika
demikian, dimana nyeri itu terasa

2.Cari dengan cermat daerah dengan nyeri tekan setempat

3.Lakukan palpasi untuk meraba rigiditas otot

4.Lakukan pemeriksaan rektal, dan pada wanita pemeriksaan dalam. Manuver ini
mungkin tidak membantu Anda untuk membedakan dengan jelas antara apendiks
yang normal dan yang mengalami inflamasi, tetapi dapat menolong mengenali
inflamasi apendiks yang secara abnormal berada didalam rongga pelvis. Kedua
pemeriksaan tersebut dapat pula dapat menunjukkan penyebab nyeri abdomen
yang lain.

Ada beberapa teknik tambahan yang kadang – kadang membantu :

1.Lakukan pemeriksaan pada daerah nyeri tekan untuk menemukan gejala nyeri
lepas. (Jika tanda yang lain secara khas tampak positif, Anda dapat menghindari
rasa nyeri yang tidak perlu pasien dengan mengabaikan tes ini).
2,Lakukan pemeriksaan untuk tanda Rovsing dan nyeri lepas yang beralih.
Lakuakan penekanan yang merata dan dalam pada abdomen kuadran kiri bawah.
Kemudian, lepaskan tekanan oleh jari – jari tangan Anda itu dengan cepat.

3,Cari tanda psoas. Tempatkan tangan Anda tepat disebelah atas lutu kanan pasien
dan minta pasien untuk mengangkat pahanya dengan melawan tangan Anda.

Cara lain. minta pasien utntuk berbaring pada sisi kiri tubuhnya. Kemudian,
ekstensinya tungkai kana pasien pada sendi pahanya. Fleksi tungkai pada sendi
paha membuat otot psoas mengendur, estensi akan meregangkan otot tersebut.

4.Cari tanda obturator. Fleksikan paha kanan pasien pada sendi paha dengan lutut
diketu, dan kemudian lakukan rotasi tungkai terese paha. Manuver ini akan
meregangkan muskulus obtrator interna.

5.Tes untuk hiperestesia kutaneus. Pada serangkaian titik di dinding abdomen,


angkat lipatan kulitnay dengan hati – hati menggunakan ibu jari dan telunjuk Anda
tanpa Dalam keadaan normal, manuver ini tidak boleh menimbulakan rasa nyeri.

Kolesistitis Akut

Jika rasa nyri dan nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas menunjukkan
kemungkinan kolesistitis akut, cari tanda Murphy. Kaitkan ibu jari kiri atau jari –
jari tangan kanan Anda dibawah margo kostalis pada titik tempat tepi lateral
muskulus rektus bersilangan dengan margo kostalis. Sebagai alternatif lain, jika
hati membesar, kaitkan ibu jari atau jari – jari tangan Anda dibawah tepi hati pada
titik yang sebanding disebelah but kesebelah dalam pada sendi bawahny. Minta
pasien untuk menarik napas yang dalam. Amati pernafasan pasien dan perhatikan
derajat nyeri tekanan.

Hernia

Hernia ventralis adalah hernia pada dinding abdomen yang bukan merupakan
hernia inguinalis. Jika Anda mencurigainya tetapi tidak melihat adanya hernia
umbilikalis atau hernia insisional, suruhlah pasien untuk mengangkat kepala
maupun bahunya dari atas meja periksa.
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan Pemeriksaan fisik kardiovaskuler dan abdomen adalah sebuah proses


dari seorang ahli medis yang memeriksa tubuh manusia untuk menemukan tanda
klinis penyakit pada bagian dari tubuh yang berada di antara thorax atau dada dan
pelvis yang dilakukan pada individu pada periode usia manusia. Dalam
pemeriksaan fisik ini i posisi untuk berbagai bagian pemeriksaan tidak harus
mengikuti posisi seperti pemeriksaan orang dewasa yang di anjurkan. Beberapa
bagian dapat dilakukan pada pasien baik terlentang atau duduk. Posisi terlentang
pada pemeriksaan meja penting memeriksa abdomen, pinggul, genital, dada
rektum serta mulut dan telinga. Tidak ada urutannya khusus kecuali pada
pemeriksaan oral dan telinga, abduksi pinggul, dan pemeriksaan rektal (jika
diperlukan) harus dilakukan terakhir,. Carilah kesempatan dan dengarkan pada
jantung dan paru-paru serta lakukan palpasi abdomen. Gunakan pesanan
pemeriksaan yang sama seperti pada pemeriksaan orang dewasa, kecuali pada
pemeriksaan area yang paling menyebabkan sakit.

Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan


dan ketrampilan maka penyusun mengharapkan kritikan dan saran demi
pengembangan penulisan selanjutnya. Dan untuk senantiasa mencari tahu lebih
dalam dan memperbaharui pengetahuan mengenai ilmu kebidanan khususnya
mengenai pemeriksaan fisik karena ilmu pengetahuan akan terus berkembang dari
waktu ke waktu.
DAFTAR PUTAKA

Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan
Kenneth Walker, Dallas Hall, and Willis Hurst.1990.Clinical Methods: The
History Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition.
Boston:Butterworths.Lynn S. Bickley and Peter G. Szilagyi.2012. Bates’ Guide to
Physical Examination and History Taking. 11th edition. Publisher: Lippincott
Williams & Wilkins.Bickley S. Lynn.BATES Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan
Riwayat Kesehatan. Edisi 8. 2009.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai