Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERWATAN DASAR II
PEMERIKSAAN FISIK

Disusun oleh :
1. Ariana Ekasari
2. Ari Sunyoto
3. Dwi Ariantika
4. Nur Rahmah
5. Nur Kholidah
6. Partinah
7. Runi Purwati
8. Siti Samsiyah
9. Sugiyati

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS REGULER B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah keperawatan dasar sebagai tugas kelompok. Dalam Penyusunan tugas
makalah ini kami banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada teman-teman dan dosen yang telah
memberikan pengarahan kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua Amin. Besar harapan
kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca semua.

Cilacap, 10 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Rumusan Masalah .......................................................................... 1
Tujuan Penulisan ........................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
Definisi Pmeriksaan Fisik .............................................................. 3
Metode Pemeriksaan fisik .............................................................. 3
Definisi Tanda Vital dan Cara Memeriksanya …………………. ….. 4
D.Pemeriksaan Head to Toe .......................................................... 16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................... 17
Saran .............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… ……. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik dan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan
system yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan fisik dan tanda vital yang
dilaksanakan oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat digunakan
untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya
merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi merupakan tindakan
pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh. Pelaksanaan
pemeriksaan fisik dan tanda vital pada pasien tentu berbeda dengan pasien
yang lainnya. Tingkat kegawatan dan penanganan pasien juga berbeda beda,
mulai dari yang keadaan kritisi hingga dalam keadaan pasien yang sakit
ringan. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
B. Rumusah Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik?
2. Apa saja teknik atau metode yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik?
3. Apa yang dimaksud dengan tanda vital dan bagaimana pemeriksaannya ?
4.  Apa yang dimaksud dengan head to toe?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan pemeriksaan fisik 
2. Untuk mengetahui apa saja teknik atau metode dalam pemeriksaan fisik.
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk tanda-tanda vital dan
bagaimana cara pemeriksaan tanda-tanda vital.
4. Untuk mengetahui apa itu pemeriksaan head to toe dan bagaimana
pemeriksaan head to toe.

1
BAB II
TUINJAUAN TEORI

A. Definisi Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik berasal dari kata “Physical Examination” yang artinya
memeriksa tubuh. Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan
atau tanpa alat untuk tujuan mendapatkan informasi atau data yang
menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya.
Adapun definisi Pemeriksaan Fisik menrut para ahli diantaranya adalah :
1.  Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung
kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang
klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan
pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan
penetuan respon  terhadap terapi tersebut. ( Potter dan Perry, 2005 ).
2.    Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat
bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010 ).
3.   Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya
kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara
melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan
(auskultasi). ( Raylene M Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009 ).

B. Metode dalam Pemeriksaan Fisik


1. Inspeksi
  Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu
pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di
bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada
suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperti

2
optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain (Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997). Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat
bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar).
(Dewi Sartika, 2010). Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran
tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/ pembengkakan.
setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu
dengan bagian tubuh lainnya.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan (Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).  Palpasi adalah teknik pemeriksaan
yang menggunakan indera peraba; tangan dan jari-jari, untuk
mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan,
bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,
pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh
unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam penentuan
densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya (Laura A.Talbot dan
Mary Meyers, 1997). Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk
bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian
tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan
untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan (Dewi
Sartika, 2010).
4.  Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan
alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah :
bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010)
C. Definsi Tanda Vital dan Cara Memeriksanya

3
Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam
memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi
respons terhadap intervensi yang diberikan. Penggunaan tanda – tanda
vital memberikan data dasar untuk mengetahui respons terhadap stress
fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan keperawatan.
Suhu Tubuh
1. Fisiologi Pengeluaran
Suhu Tubuh Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas
yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar. Panas yang dihasilkan - Panas yang hilang = Suhu tubuh Mekanisme
kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan dalam) tetap
konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang ekstrem.
Namun, suhu permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit luar. Karena
perubahan tersebut, suhu normal pada manusia berkisar dari 36 sampai
38oC (98,8 sampai 100,4oF). Pada rerntang ini, jaringan dan sel tubuh
akan berfungsi secara optimal. Nilai suhu tubuh juga ditentukan oleh
lokasi pengukuran (oral, rektal, esofagus, arteri pulmonal, atau kandung
kemih). Suhu oral rata-rata bagi dewasa muda yang sehat adalah 37oC
(98,6oF).. Tidak ada satu nilai suhu tubuh tunggal yang normal bagi
semua orang. Pengukuran suhu tubuh bertujuan memperoleh nilai suhu
jaringan dalam tubuh. Lokasi yang mewakili suhu merupakan indikator
yang lebih terpecaya dibandingkan lokasi yang mewakili suhu permukaan
Regulasi.
Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara
panas yang hilang dan dihasilkan, atau lebih sering diebut sebagai
termoregulasi. Mekanisme tubuh harus mempertahankan hubungan antara
produksi panas dan kehilangan panas agar suhu tubuh tetap konstan dan
normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme neurologis dan
kardiovaskuler. Kontrol Neural dan Vaskuler. Suhu tubuh diatur oleh
hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus
adalah seperti termostat. Suhu yang ‘nyaman’ merupakan ‘set-point’

4
untuk operasi sistem pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan
mengaktifkan pemanas, sedangkan peningkatan suhu akan mematikan
sistem pemanas tersebut. Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada
suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengatur kehilangan panas, sedangkan
hipotalamus posterior mengatur produksi panas. Jika sel saraf di
hipotalamus anterior menjadi panas diluar batas titik pengaturan (sel
point), maka implus dikirimkan untuk menurunkan suhu tubuh.
Mekanisme kehilangan panas adalah keringat, vasodilatasi(pelebaran)
pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Tubuh akan
mendistribusikan darah ke pembuluh darah permukaan untuk
menghilangkan panas. Jika hipotalamus posterior mendeteksi penurunan
suhu tubuh dibawah titik pengaturan, tubuh akan memulai mekanisme
konversi panas. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah
mengurangi aliran darah kekulit dan ekstremitas. Produksi panas
distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan otot yang menggigil. Saat
vasokonstriksi tidak efektif, maka akan timbul gerakan menggigit.
Penyaakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang belakang
(yang meneruskan pesan hipotalamus) akan mengubah kontrol suhu
dengan berat.
2. Gangguan Suhu Tubuh
Demam Pireksia atau demam, terjadi karena ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk megimbangi produksi panas yang berlebihan
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Demam tidak berbahaya jika
dibawah 39oC dan pengukuran tunggal tidak menggambarkan demam.
Selain adanya tanda klinis, penentuan demam juga didasarkan pada
pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan
dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut.
Hipertemia atau Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurasi
produksi pana sdisebut hipertermia, yang terjadi karena adanya beban
yang berlebihan pada mekanisme pengaturan suhu tubuh. Penyakit atau

5
trauma pada hipotalamus dapat mengganggu mekanisme kehilangan
panas. Hipertemia malignan merupakan kondisi herediter dimana terjadi
produksi panas yang tidak terkontrol, biasanya terjadi saat individu
tersebut mendapat obat anestesi tertentu.
Heartstroke yaitu Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang
lama terhadap matahari atau lingkungan panas akan membebani
mekanisme kehilngan panas pada tubuh. Kondisi ini disebut hearstroke,
yaitu suatu kegawatan berbahaya dengan mortalitas tinggi. Mereka yang
beresiko adalah anak-anak, lansia, penderita kardiovaskuler, hipotiroid,
diabetes, atau alkoholisme.
Kehabisan Panas (heat exhaustion) terjadi pada diaforesis brlebihan yang
mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit. Hal ini disebabkan pajanan
panas lingkungan. Klien menunjukkan gejala defisit volume cairan.
Hipotermia yaitu Panas yang hilang saat pajanan lama terhadap
lingkungan dingin akan melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan
panas, sehingga terjadi hipotermia. Hipotermia dikelompokkan oleh
pengukuran suhu inti. Hipotermia yang disengaja dapat dilihat selama
prosedur operasi untuk menurunkan kebutuhan metabolisme dan oksigen.
Forstbite yaitu terjadi saat tubuh terpajan ke suhu di bawah normal. Kristal
es akan membentuk didalam sel, dan terjadi kerusakan permanen pada
sirkulasi dan jaringan. Daerah tubuh yang rentan adalah daun telinga,
ujung hidung, jari tangan dan kaki dan menjadi mengkilat saat disentuh.
Tempat Pengukuran Suhu Tubuh
Unit perawatan intensif mengukur suhu inti melalui arteri
pulmonal, sofagus, dan kandung kemih. Tindakan ini membutuhkan
penempatan alat ke dalam rongga tubuh atau organ dan menyajikan hasil
pembacaan kontinu pada monitor elektronik. Pengukuran suhu intermiten
dapat dilakukan di mulut, rektum, membran timpani, arteri temporalis, dan
aksila. Pengukuran ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan
lembaran termometer ke kulit. Suhu pral, rektal, aksila, dan kulit
bergantung pada sirkulasi darah ke lokasi pengukuran. Panas pada darah

6
akan disampaikan ke termometer. Suhu timpani bergantung pada radiasi
panas tubuh ke sensor inframerah. Karena memiliki suplai darah arteri
yang sama dengan hipotalamus, maka suhu timpani dikategorian sebagai
suhu inti. Pengukuran arteri temporalis mendeteksi suhu aliran darah.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, tiap lokasi harus diukur
dengan benar. Hasil pengukuran suhu akan bervariasi sesuai lokasi
pengukuran, tetapi biasanya berkisar antara 36oC dan 38oC. Suhu raktal
lebih tinggi 0,5oC dari suhu oral, sedangkan suhu aksila lebih rendah
0,5oC dari suhu oral. Tiap lokasi pengukuran memiliki kelebihan dan
kekurangan.
DENYUT NADI
Denyut nadi adalah aliran darah yang terasa naik turun saat dipalpasi
pada bebagai titik tubuh. Darah mengalir dalam sirkuit yang kontinu. Denyut
adalah indikator status sirkulasi darah.
1. Fisiologis dan Regulasi
Impuls listrik dari nodus sinoatrial (SA) berjalan melalui otot
jantung untuk menstimulasi kontraksi jantung. Sekitar 60-70 ml darah
masuk ke aorta dalam setiap kontraksi ventrikel (stroke volume). Dengan
setiap injeksi, dinding aorta berdistensi, menghasilkan gelombang denyut
yang bergerak 15 kali lebih cepat melalui aorta dan 100 kali lebih cepat
melalui arteri kecil dibandingkan dengan volume injeksi darah. Saat
gelombang denyut mencapai arteri perifer, anda dapat merasakannya
dengan palpasi arteri secara lembut menekan tulang atau otot di
bawahnya.
Denyut merupakan aliran darah naik turun yang terasa saat
dipalpasi pada arteri perifer. Jumlah sensai denyut dalam 1 menit disebut
frekuensi denyut (pulse rate). Denyut nadi normal adalah 60 – 100
kali/menit.
2. Lokasi Denyut/Tempat pengukuran denyut nadi
Lokasi Lokasi Kriteria Pengkajian Temporalis Di atas tulang temporalis, di
atas dan lateral mata. Mudah dicapai untuk mengukur denyut anak Karotis

7
Sepanjang pinggir medial otot sternokleidomastoideus di leher. Mudah
dicapai untuk syok fisiologis atau serangan jantung saat tempat lain tidak
dapat dipalpasi Brakialis Lekukan antara otot biseps dan triseps pada fossa
antecubital. Digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke lengan bawah.
Digunakan untuk auskultasi tekanan darah Radialis Sisi radial atau ibu jari
dari pergelangan tangan Umum digunakan untuk mengkaji denyut perifer
dan mengkaji status sirkulasi ke tangan Ulnaris Sisi ulnar pada pergelangan
Digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke tangan; juga untuk melakukan
uji allen Femoralis Di bawah ligamen inguinal, antara simfisis pubis dan
spina iliaka superior anterior. Digunakan untuk mengkaji karakter denyut
saat syok fisiologis atau serangan jantung saat denyut lain tidak teraba;
digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke kaki Popliteal Di belakang lutut
dalam fossa antecubital. Digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke kaki
bagian bawah Tibia posterior Bagian dalam dari tumit, di bawah malleolus
medial. Digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke telapak kaki Dorsalis
pedis Sepanjang bagian atas telapak kaki, antara perpanjangan tendon ibu jari
dan telunjuk kaki. Digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke telapak kaki
Denyut nadi dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan
ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada
tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh
darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu
:
a. Pada aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial
arteri), dan kurang umum ulnar arteri kemerah-merahan pada sisi
yang lebih mendalam dan sulit untuk meraba.
b. Leher (pembuluh nadi kepala),
c. Bagian dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial)
d. Kunci paha,
e. Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri)
f. Tengah dorsum dari kaki (dorsalis pedis).
g. Di belakang lutut (popliteal arteri)

8
h. Diatas Perut (Abdominal aorta)
i. Dada (aorta).
Hal ini dapat dirasakan dengan satu tangan atau jari tetapi mungkin
untuk auscultate jantung dengan menggunakan stetoskop. Namun yang
paling sering dilakukan yaitu pada : Arteri radialis, Arteri Brankialis,
Arteri Karotis, Temporalis, Nadi Ulnaris, Nadi Femoralis, Nadi
Popliteal, Nadi Tibia Posterior, Nadi Dorsalis Pedis. Cara Mengukur
Denyut Nadi Dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan jari tengah,
atau 3 jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis jika kita kesulitan
menggunakan 2 jari. Temukan titik nadi ( daerah yang denyutannya
paling keras ), yaitu nadi karotis di cekungan bagian pinggir leher kira-
kira 2 cm di kiri/kanan garis tengah leher ( kira-kira 2 cm disamping
jakun pada laki-laki ), nadi radialis di pergelangan tangan di sisi ibu jari.
Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah
jumlah denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini
merupakan denyut nadi dalam 1 menit. Secara umum denyut nadi
maksimum orang sehat saat berolah raga adalah 80% x (220-usia) untuk
kebutuhan fitness. Lebih akurat, Sally Edward memberikan rumusan
perhitungan denyut nadi maksimum 210-(0,5xumur)-(0,05xberat
badan(dalam pound))+4 untuk pria, sedangkan untuk wanita adalah 210-
(0,5xumur)-(0,05xberat badan(dalam pound)). Catatan: 1 kg = 2,2
pound.
Dalam olahraga, diberikan 3 (tiga) tingkatan kebutuhan: Untuk sehat:
50-70% denyut nadi maksimum, Untuk kebugaran (fitness): 70-80%
denyut nadi maksimum, Untuk atlit (performance): 80-100% denyut nadi
maksimum. Bila semakin bugar, denyut nadi Anda sewaktu istirahat
akan makin menurun, kuat dan lebih teratur. Namun denyut nadi bisa
lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolah raga,
atau demam. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali
permenit untuk setiap satu derajat celcius penderita demam.

9
Ciri Denyut Nadi yaitu Frekuensi : Beberapa perawat mengukur nilai
dasar pada posisi duduk, berdiri, dan berbaring. Perubahan posisi dapat
merubah volume darah dan aktivitas simpatis. Frekuensi denyut jantung
meningkat sesaat jika terjadi perubahan posisi berbaring ke posisi duduk.
Ini adalah tabel kisaran normal denyut jantung menurut usia Usia
Frekuensi denyut jantung (x/menit) Balita 120 – 160 Anak 90 – 140
Prasekolah 80 – 110 Sekolah 75 – 100 Remaja 60 – 90 Dewasa 60 –
100. Kedua Irama : Setiap denyut diantara interval yang teratur. Interval
yang tergagnggu oleh denyut yang lambat atau cepat atau denyut yang
hilang mengindikasikan ritme abnormal atau disritmia. Disritmia
mengancam kemampuan jantung untuk menghasilkan curah jantung
yang cukup, terutama jika disritmia tersebut sering terjadi. Disritmia
dapat dikenali dengan palpasi gangguan dalam gelombang denyut yang
berurutan atau dengan mengauskultasi gangguan antara suara jantung.
Periksa keteraturan terjadinya disritmia dan auskutasi denyut apical.
Disritmia biasanya digambarkan sebagai denyut yang tidak teratur secara
teratur (regulary irregular) atau tidak teratur secara teratur (irregulary
irregular). Ketiga kekuatan : Kekuatan menggambarkan volume darah
yang dipompakan ke dinding arteri setiap kontraksi dan kondisi sistem
arteri. Normalnya, kekuatan denyut akan sama pada tiap detak jantung.
Denyut dapat dikategorikan sebagai kuat, lemah, tipis, atau bounding.
Pengkajian kekuatan denyut disertakan pada sistem vascular d. Ekualitas
: Nadi radialis pada kedua sisi dibandingkan. Denyut nadi pada salah
satu ekstremitas terkadang tidak memiliki kekuatan yang sama pada
berbagai penyakit (contoh: pembentukan thrombus, pembuluh darah
aberan, sindrom iga serviks, atau diseksio aorta).
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi Faktor Meningkatkan
Frekuensi Denyut Menurunkan Frekuensi Denyut Olahraga Olahraga
jangka pendek Olahraga jangka panjang akan membuat jantung
beradaptasi sehingga denyut istirahat lebih lambat dan kembali ke
tingkat istirahat lebih cepat setelah olahraga Suhu Demam dan panas

10
Hipotermia Emosi Nyeri akut dan kegelisahan meningkatkan stimulasi
simpatis dan meningkatkan frekuensi jantung. Efek nyeri kronis pada
denyut jantung bervariasi. Nyeri berat yang tidak dihilangkan
meningkatkan stimulasi parasimpatis sehingga mempengaruhi denyut
jantung: relaksasi Obat-obatan Obat kronotropik positif seperti epinefrin.
Obat kronotropik negative seperti digitalis, beta-adrenergik dan calcium
channel blockers. Hemoragi Kehilangan darah meningkatkan stimulasi
simpatis. Perubahan postural Berdiri atau duduk. Berbaring Kondisi
paru-paru Penyakit dengan oksigenasi buruk seperti asma, penyakit paru
obstruktif kronis (PPDK).
Pemeriksaan Pernapasan
Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara mahkluk hidup
(organisme) dengan ligkungannya. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari
udara di lingkungan sekitar. Pengertian menghitung pernafasan adalah
menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu
menit. Pemeriksaan pernapasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama kedalaman dan tipe
atau pola pernapasan. Respirasi normal untuk orang dewasa di kisaran sisa
12-20 kali per menit
1. Kontrol Fisiologis
Udara masuk kedalam rongga hidung, udara tersaring, dihangatkan
dan dilembabkan. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh
bulu-bulu hidung yang terdapat dalam lubang hidung sedangkan partikel
halus akan terjerat dalam lapisan mukus sehingga udara yg sampai paring
bebas debu dan bersuhu mendekati suhu tubuh serta dengan kelembaban
100 %. udara yang telah mencapai trakea dan bila masih mengandung
partikel debu akan ditangkap oleh secret-sekret selanjtnya akan
diteruskan kedalam paru-paru dan melalui pembuluh alveoli O2 dan CO2
tertukar dan terjadilah proses pernapasan.
2. Mekanika Pernapasan

11
Walaupun bernafas merupakan proses pasif
3. Pola Pernapasan
Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang
mengambil napas per menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika
seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah
napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningka
Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan
mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan.
Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam
akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/
inspirasi/inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/
ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume
udara akan mengecil.
4. Teknik pemeriksaan pernapasan :
• Lihat • Dengar • Rasakan Pada penderita sadar jangan sampai penderita
mengetahui bahwa frekwensi pernapasannya sedang dihitung.
5. Frekuensi napas normal :
a. Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit
b. Anak-anak 15 – 30 x/menit
c. Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit
d. Dewasa 16 – 20 x/menit.
6. Pola Pernapasan
Deskripsi Dispnea Susah bernapas yang menunjukan adanya
retraksi Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat yang abnormal, irama
teratur Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal. Hiperpnea
Pernapasan cepat dan dangkal. Apnea Tidak ada pernapasan. Cheyne
stokes Periode pernapasan cepat dalam yang bergantian dengan periode
apnea,umumnya pada bayi selama tidur nyenyak, depresi dan kerusakan
otak. Kusmaul Napas dalam yang abnormal bisa cepat, normal, atau
lambat khususnya pada asidosis metabolik Biot Napas tidak teratur
menunjukan adanya kerusakan otak.

12
7. Sistem Respirasi Manusia
Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun
secara harfiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan
(breathing) artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena
itu, bernapas diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan
luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke
lingkungan. Sementara, respirasi (respiration) berarti suatu proses
pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel
sehingga diperoleh energi. Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat
menunjang sekali untuk melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja,
mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh
karena itu, kegiatan pernapasan dan respirasi sebenarnya saling
berhubungan.
TEKANAN DARAH
Tekanan darah merupakan kekuatan yang dihasilkan dinding arteri dengan
memompa dari jantung. Darah mengalir karena adanya perubahan tekanan,
dimana terjadi perpindahan dari area bertekanan tinggi kearah bertekanan rendah.
Tekanan darah sistemik atau arterial merupakan indicator yang paling baik untuk
kesehatan kardiovaskular. Kekuatan kontraksi jantung mendorong darah kedalam
aorta. Puncak tekanan maksimum saat ejeksi terjadi disebu tekanan sistolik. Saat
ventrikel menghasilkan tekanan minimal atau tekanan diastolik. Tekanan diastolic
adalah tekanan minimal yang dihasilkan terhaap dinding arteri pada tiap waktu.
1. Fisiologi Tekanan darah
Arteri Tekanan darah menggambarkan hubungan antara curah
jantung, resistensi perifer, volume darah, kekentalan darah, dan
elastitisitas arteri. Pengetahuan ini akan membantu pengkajian perubahan
tekanan darah.
Mekanisme Tekanan Darah
Naik turunnya darah di dalam arteri tubu bisa terjadi melalui beberapa cara
yaitu:

13
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan
pada setiap detiknya. Akibatnya tekan darah meningkat. Sebaliknya,
jika aktivitas memompa jantung berkurang maka tekanan darah akan
menurun.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
meraka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa
untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Sebaliknya, jika arteri mengalami
pelebaran maka tekanan darah akan menurun. Dengan cara yang
sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi,
yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
c. Sebagaimana diketahui 91% komposisi cairan dalam pembuluh
darah adalah air. Maka bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh meningkat, sehinga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan
darah akan menurun.
Tempat Pengukuran Tekanan Darah
Tempat Pengukuran Tekanan Darah adalah tempat dimana pengukuran
tekanan darah pada manusia : Arteri brakial : arteri yang terletak di siku
bagian dalam. Arteri popliteal : arteri yang terletak di belakang lutut. Arteri
radial : arteri yang terletak pada pergelangan tangan yang sejajar dengan ibu
jari.
Standar Operasional Prosedur Pengukuran Tanda Vital
1. Persiapan Alat

14
Alat yang digunakan meliputi : Stetoskop, Tensimeter/
Sphygmomanometer, Alkohol swab, Sarung tangan/ Handscoen, Jam
tangan, Thermometer (raksa, digital/ elektrik), Thermometer tympani/
aural, Thermometer rectal, Tissue, Kassa, Jelly/Lubrikan, Bullpen,
Bengkok, Lembar dokumentasi
2. Persiapan Perawat
Persiapan perawat meliputi : Memperkenalkan diri, Menjelaskan maksud
dan rujuan pemeriksaan, Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
3. Persiapan Lingkungan
Persiapan lingkungan meliputi : Ciptakan lingkungan yang nyaman,
Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
4. Pengukuran Suhu
Pengukuran pada Temperatur Axila : Cuci Tangan, Minta klien untuk
duduk atau berbaring, pastikan klien merasa nyaman, Gulung lengan baju
klien atau buka baju atas sampai axil terlihat, Keringkan daerah axial
dengan kassa, Pastikan Thermometer siap (jika menggunakan thermometer
raksa suhu awal), dan ukur suhu klien, setelah 3-5 menit termometer
diangkat dan dibaca hasilnya, catat hasilnya, kemudian bersihkan
termometer dengan desinfektan dan bilas dengan air bersih.
5. Terminasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan,
melakukan kontrak selanjutnya, mengakhiri kegiatan dengan memberi
salam.
6. Dokumentasi
Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, berikan waktu
pelaksanaan dan tanda tangan perawat jaga.

15
D. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh
pasien baik secara lokal atau  (head to toe) guna memperoleh informasi/data dari
keadaan pasien secara komprhensif  untuk menegakkan suatu diagnosa
keperawatan maupun kedokteran.
 Tujuan dari pemeriksaan head to toe adalah untuk mencari masalah keperawatan,
untuk menegakkan/merumuskan diagnose keperawatan /kedokteran, dan untuk
membantu proses rencana keperawatan dan pengobatan.
Adapun prosedur tindakan dari pemeriksaan fisik secara head to toe yaitu setiap
Tahap-tahap pemeriksaan fisik harus dilakukan secara urut dan menyeluruh dan
dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:
1.      Kulit, rambut dan kuku.
2.      Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut.
3.      Leher : posisi dan gerakan trachea, JVP
4.      Dada : jantung dan paru.
5.      Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam.
6.      Genetalia.
7.      Kekuatan otot /musculosekletal.
8.      Neurologi.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah
dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Pemeriksaan fisik
Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke
tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di
rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat
penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan
sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan system yang ada
di dalam tubuh. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit
atau kelelahan. Perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem
tubuh. Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh tenaga medis seperti
dokter, bidan, dan perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien.
Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah.

B. SARAN
Berdasarkan pembahasan masalah ini makalah kami dapat
mengemukakan beberapa saran yang mungkin dapat menjadi masukan yang
bersifat positif antara lain : Diharapkan agar mahasiswa mahasiwi dapat
menguasai dan menerapkan prosedur pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital
ini terus megembangkan dalam tindakan nyata pada kehidupan masyarakat.
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebaai acuan tambahan
pembelajaran bagi ilmu keperawatan. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan
referensi tambahan di perpustakaan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Potter, PA & Perry, AG. 2009. Fundamental of Nursing. Jakarta: Salemba Medika
Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku
Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. EGC: Jakarta
Tambunan, S. Tambunan & Deswani Kasim. 2011. Panduan Pemeriksaan Fisik
Bagi Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Dewi Santika. 2010 Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Bates. Jakarta. EGC
Simamora, R. H. (2019). Development of Guidelines for Applying appropriate
Patient Identification to Achieve Patient Safety Goal. INC2019 12th
International Nursing Conference. 2019.10 455 - 455 (1 pages) UCI(KEPA) :
I410-ECN-0101-2019-512-001224337

18
1

Anda mungkin juga menyukai