Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas (IBD)

“ BIOOPTIK ”

Disusun Oleh (Kelompok 1) :

1. Aa Estu Wijaya 202101001


2. Aida Rizki Kurniawan 202101004
3. Ari Prayudi 202101007
4. Febby Yuniar 202101021
5. Irene Natalia 202101023
6. Izaqi Yutara 202101025
7. Khiarotun Arunia Fillah 202101027
8. Legia Purnama Sari 202101028
9. Linda Puspita Sari 202101029
10. Mita Anggraini Dewi 202101033
11. Muhammad Ressi Alvian Yusup 202101035
12. Putri Nur Padillah 202101044
13. Rahmawati Aufani 202101045

Program Studi D3 Keperawatan


Akademi Keperawatan Pasar Rebo
Jl. Tanah Merdeka No.16, RT.1/RW.5, Susukan, Ciracas, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13750
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat, serta karunia-Nya-lah,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul "BIOOPTIK" dengan
tepat waktu.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada Ibu Ns. Ira Sukyati, Sp.Kep.Mat. Selaku Dosen dari Mata Ajar Ilmu
Biomedik Dasar (IBD) yang telah memberikan tugas ini. Selain itu, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Adapun, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Biomedik
Dasar (IBD), makalah ini disusun dengan tujuan agar berguna dalam menambah
wawasan dalam Keperawatan. Bagi para pembaca dan juga bagi para penulis.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Jakarta, 15 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... iii

A. Latar Belakang .........................................................................................


B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

A. …..
B. …..
C. …..

BAB III PENUTUP ............................................................................................

A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biooptik merupakan susunan atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan
makhluk hidup atau zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup,
sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan
cahaya atau sinar.
Optika geometri disebut juga dengan optik sinar yang merupakan sinar suatu
perambatan cahaya tegak lurus dengan gelombang cahaya. Optika geometri
juga menjelaskan sifat cahaya dengan pendekatan paraksial atau hampiran
sudut kecil dengan penjabaran yang linear, sehingga komponen ini dan sistem
kerja cahayanya seperti ukuran, posisi, pembesaran subjek lebih sederhana.
Optika fisik adalah studi cahaya yang mempelajari sifat cahaya yang tidak
terdefinisikan oleh optik geometris dengan pendekatan sinarnya. Definisi sifat
cahaya dilakukan dengan pendekatan frekuensi tinggi. Optika fisik mampu
menjelaskan gejala cahaya seperti dispersi (penyebaran cahaya), interferensi
(penyebaran gelombang), dan polarisasi (getaran cahaya) yang tidak dapat
dijelaskan oleh optika geometri.
Banyak orang awam yang tidak mengetahui bagaimana bisa mata melihat
benda-benda yang ada disekitar kita, bahkan benda yang berukuran kecil
sekalipun. Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berpendapat bahwa
benda-benda disekitar kita dapat dilihat oleh mata karena mengeluarkan sinar-
sinar penglihatan. Anggapan ini di dukung oleh Plato (429-348 SM).
Namun, jika mata dapat melihat karena mengeluarkan sinar-sinar penglihatan
tentu saja kita semua bisa melihat dengan jelas pada malam hari atau pada
ruang yang gelap. Tapi pada kenyataannya kita tidak dapat melihat benda-
benda di ruang yang gelap (Aristoteles 384-322 SM) dan Aristoteles tidak
dapat memberi penjelasan mengapa mata kita mampu melihat benda.
Teori yang terakhir yang dapat diterima pada abad ke XX yaitu teori yang
diungkapkan oleh Alhazan (965-1038 SM) yang berpendapat bahwa benda di

iii
sekitar kita dapat terlihat karena benda-benda tersebut memantulkan cahaya
atau memancarkan cahaya yang masuk ke dalam mata.

RUANG LINGKUP:
Dalam pembahasan ini membahas tentang:
1. Pengertian bioptik, optika geometrid an optik fisik.
2. Macam-macam lensa.
3. Pengertian dari kekuatan lensa dan kesesatan lensa.
4. Instrumen optik.
5. Menyebutkan bagian bagian mata dan jenis mata
6. Pengertian dari keratometer, tonometer, pupilometer dari Eindhoven,
lensometer.

TUJUAN
1. Dapat mengetahui pengertian bioptik
2. Mengetahui macam-macam lensa.
3. Mengetahui Pengertian dari kekuatan lensa dan kesesatan lensa.
4. Mengetahui Instrumen optik.
5. Dapat Menyebutkan bagian bagian mata dan jenis mata
6. Mengetahui Pengertian dari keratometer, tonometer, pupilometer dari
Eindhoven, lensometer.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Biooptik

Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan
makhluk hidup/zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan
optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas
sinar. Secara spesifik ada klasifikasi optik geometri dan optika fisis. Fokus utama
di biooptik adalah terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu mata.
Mata menjadi alat optik yang paling penting pada manusia atau makhluk hidup.
Bagaimana proses sebuah objek dapat dilihat dan dipersepsikan di otak? Apa saja
bagian-bagian mata yang berperan? Mengapa seseorang bisa rabun, atau mengapa
respon mata terhadap perubahan intensitas cahaya di gelap atau terang berbeda?
Apa itu rod dan kone? Apa saja jenis kelainan mata dan bagaimana cara
mengoreksi atau memperbaikinya.

Optika Geometri dan Optika Fisik


1. Optika Geometri

1
Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus,
berkas-berkas cahaya di sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus.
Dengan cara pendekatan ini dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa
dalam bentuk matematika. Misalnya untuk rumus cermin dan lensa:

f = focus = titik api

b = jarak benda

v = jarak bayangan

Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626) :

n = indeks bias

i = sudut datang

r = sudut bias (refraksi)

2. Optika Fisik
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak dapat di
jelaskan malui metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat
dijelaskan dengan menghitung ciri-ciri fisik dari cahaya tersebut. Sir Isaac
Newton (1642-1727), cahaya itu menggambarkan peristiwa cahaya
sebagai sebuah aliran dari butir-butir kecil (teori korpuskuler). Sedangkan
dengan menggunakan teori kwantum yang dipelopori Plank (1858-1947),
cahaya itu terdiri atas kwanta atau foton-foton, tampaknya agak mirip
dengan teori Newton yang lama itu. Dengan menggunakan teori Max
Plank dapat menjelaskan mengapa benda itu panas apabila terkena sinar.

Thomas Young (1773-1829) dan August Fresnel (1788-1827), dapat


menjelaskan bahwa cahaya dapat melentur berinterferensi. James Clark
Mexwell (1831-1879) berkebangsaan Skotlandia, dari hasil percobaannya
dapat menjelaskan bahwa cepat rambat cahaya (3 X 10 m/detik) sehingga
berkesimpulan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik.

2
Huygens (1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang dari
sebuah sumber cahaya menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan.
Setiap titik dari ruangan yang bergetar olehnya dapat dianggap sebagai
sebuah pusat gelombang baru. Inilah prinsip dari Huygens yang belum
bisa menjelaskan perjalanan cahaya dari satu medium ke medium lainnya.
Dari hasil percobaan Einstein (1879-1955) dimana logam di sinari dengan
cahaya akan memancarkan electron (gejala foto listrik). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat fartikel dan gelombang
magnetik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cahaya mempunyai sifat


materi (partikel) dan sifat gelombang.

Macam-macam Bentuk Lensa


Berdasarkan bentuk permukaannya, lensa dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lensa yang mempunyai permukaan sferis, dibagi menjadi dua macam
pula, yaitu:
 Lensa Cembung/ Konvergen/ Positif

Sebuah lensa positif atau lensa pengumpul adalah lensa yang bagian
tengahnya lebih tebal dari bagian tepinya. Cahaya sejajar yang datang
pada sebuah lensa positif difokuskan pada titik focus kedua yang
berada pada sisi transmisi lensa tersebut.

 Lensa Cekung/ Divergen/ Negatif

Sebuah lensa negative atau lensa menyebar adalah lensa yang bagian
tepinya lebih tebal daripada bagian tengahnya. Cahaya sejajar yang
datang pada sebuah lensa negative memancar seolah-olah dari titik
focus kedua, yang berada pada sisi datang lensa.

2. Lensa yang mempunyai permukaan silindris

3
Adalah lensa yang mempunyai silinder, lensa ini mempunyai fokus yang
positif dan ada pula yang mempunyai panjang fokus negatif.

           

Kekuatan Lensa (Dioptri)

Kekuatan lensa dinyatakan dengan satuan dioptri (m-1). Kekuatan lensa (P) sama
dengan kebalikan panjang fokusnya (1/f). Jika panjang fokus dalam meter,
kekuatan lensa adalah dalam dioptri (D):
P = Kekuatan lensa (dioptri)

F = fokus lensa (m)

s = jarak benda dari lensa (m)

s´ = jarak bayangan dari lensa (m)

1D = 1 m-1

 
Kesesatan Lensa
Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak bayangan, jarak
fokus, radius kelengkungan lensa serta sinar-sinar yang datang paraksial akan
kemungkinan adanya kesesatan lensa (aberasi lensa).

Aberasi ini ada bermacam-macam:

1. Aberasi sferis (disebabkan oleh kecembungan lensa).Sinar-sinar paraksial /


sinar-sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P’. aberasi ini dapat
dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang diletakkan di depan
lensa atau dengan lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa
yang jenis kacanya berlainan.
2. Koma, Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk
bayangan dari sinar di tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan

4
aberasi sferis pada aberasi koma sebuah titik benda akan terbentuk
bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini tidak dapat diperbaiki
dengan diafragma.
3. Astigmatisma, Merupakan suatu sesatan lensa yang disebabkan oleh titik
benda membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang
terbentuk ada dua yaitu primer dan sekunder. Apabila sudut antara sumbu
dengan titik benda relatif kecil maka kemungkinan besar akan berbentuk
koma.

1. Kelengkungan medan, bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layer


letaknya tidak dalam satu bidang datar melainkan pada bidang lengkung.
Peristiwa ini disebut lengkungan medan atau lengkungan bidang bayangan.
2. Distorsi, gejala terbentuknya bayangan palsu. Terjadinya bayangan palsu
ini oleh karena di depan atau di belakang lensa diletakkan diafragma atau cela.
Benda berbentuk kisi akan tampak bayangan berbentuk tong atau berbentuk
bantal. Gejala distorsi ini dapat dihilangkan dengan memasang sebuah cela di
antara dua buah lensa.
3. Aberasi kromatis, prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena
focus lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang
terbentuk akan tampak berbagai jarak dari lensa.
 Aberasi
Pemburaman bayangan dari sebuah obyek tunggal dikenal dengan
istilah aberasi. Aberasi sferis merupakan hasil dari kenyataan bahwa permukaan
melengkung hanya memfokuskan sinar-sinar paraksial (sinar-sinar yang berjalan
dekat sumbu utama) pada sebuah titik tunggal. Sinar-sinar non paraksial pada titik
dekat yang bergantung pada sudut yang dibuat dengan sumbu utamanya. Sinar-
sinar yang mengenai lensa jauh dari sumbu utamadibelokkan lebihh dari sinar-
sinar yang dekat dengan sumbu utama, dengan hasilnya bahwa tidak semua sinar
difokuskan pada sebuah titik tunggal. Sebaliknya bayangan tersebut kelihatan
sebagai sebuah cakram melingkar. Lingkaran dengan kekacauan paling sedikit
berada pada titik, di mana garis tengahnya minimum.

5
 Aberasi sferis dapat dikurangi dengan memperkecil ukuran permukaan
melengkungnya, yang juga berarti memperkecil jumlah cahaya yang mencapai
bayangannya. Aberasi seperti ini namun lebih rumit disebut coma (comet-shapet
image) dan  astigmatisma yang terjadi saat obyek-obyek berada di luar sumbu
utama. Aberasi dalam bentuk bayagan obyek yang memanjang yang disebabkan
kenyataan bahwa perbesaran bergantung pada jarak titik obyek dari sumbu utama
disebut distorsi.
Aberasi kromatik, yang terjadi pada lensa bukan pada cermin, adalah hasil dari
variasi indeks bias dengan panjang gelombang.

Aberasi kromatik dan aberasi lainnya dapat diperbaiki sebagian dengan


menggunakan kombinasi beberapa lensa sebagai ganti sebuah lensa tunggal.
Sebagai contoh, sebuah lensa positif dan sebuah lensa negative dengan panjang
fokus lebih besar dapat digunakan bersama-sama untuk menghasilkan sebuah
sistem lensa pengumpul yang mempunyai aberasi kromatik jauh lebih sedikit
dibandingkan sebuah lensa tunggal dengan panjang fokus yang sama. Lensa-lensa
kamera yang bagus biasanya berisi elemen-elemen untuk memperbaiki berbagai
aberasi yang muncul.

 Instrumen Optik
Banyak instrumen yang digunakan saat ini sangat canggih. Prinsip kerjanya sering
sangat sederhana, tetapi penggunaan imajinatif prinsip-prinsip ini telah
melipatgandakan kemampuan kita untuk melihat dan memahami dunia yang
melingkupi kita.

Mata
Mata merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita dan merupakan sistem
optik yang paling penting. Dengan mata, kita bisa melihat keindahan alam sekitar
kita.

Bagian-bagian Mata
Mata memiliki bagian-bagian yang memiliki fungsi-fungsi tertentu sebagai alat
optik, yaitu:

6
a)      Kornea, merupakan selaput kuat yang tembus cahaya dan berfungsi sebagai
pelindung bagian dalam bola mata. Kornea memiliki inervasi saraf tetapi
avaskuler (tidak memiliki suplai darah).
b)      Iris, merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan mata dapat
membedakan warna.  Iris adalah diafragma yang melingkar dan berpigmen
dengan lubang yang agak di tengah yakni pupil. Iris terletak sebagian dibagian
depan lensa dan sebagian di depan badan siliaris. Iris terdiri dari serat otot polos.
Fungsi iris yakni mengendalikan jumlah cahaya yang masuk.
c)      Pupil, merupakan celah lingkaran pada mata yang dibentuk oleh iris,
berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
d)     Lensa mata, merupakan lensa cembung yang terbuat dari bahan bening,
berserat dan kenyal, berfungsi mengatur pembiasan cahaya.
e)      Retina, merupakan lapisan yang berisi ujung-ujung saraf yang sangat peka
terhadap cahaya. Retina berfungsi untuk menangkap bayangan yang dibentuk oleh
lensa mata. Retina merupakan bagian saraf  pada mata, tersusun oleh sel saraf dan
serat-seratnya. Retina berperan sebagai reseptor rangsang cahaya. Retina tersusun
dari sel kerucut yang bertanggung jawab untuk penglihatan warna dan sel batang
yang bertanggung jawab untuk penglihatan di tempat gelap.
f)       Aquaeuos humor, merupakan cairan mata.
g)      Saraf optic, merupakan saraf yang menyampaikan informasi tentang kuat
cahaya dan warna ke otak.
Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk
membedakan gelap atau terang tergantung atas penglihatan seseorang.Ada tiga
komponen pada penginderaan penglihatan :

*        Mata memfokuskan bayangan pada retina,

*        System syaraf mata yang memberi informasi ke otak,

*        Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan


tersebut.

b.         Pembentukan Bayangan Pada Mata

7
Mata bisa melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda sampai pada mata
dengan cukup, kemudian lensa mata akan membentuk bayangan yang bersifat
nyata, terbalik dan diperkecil pada retina. Ada tiga komponen penginderaan
penglihatan, yaitu:

1. Mata memfokuskan bayangan pada retina


2. Sistem saraf mata yang member informasi ke otak
3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan
tersebut
Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan serat saraf yang
menutupi permukaan belakangnya. Retina berisi struktur indra-cahaya yang
sangat luas yang disebut batang (rod) dan kerucut (cone) yang menerima dan
memancarkan informasi di sepanjang serat saraf optic ke otak. Bentuk lensa
kristal dapat diubah sedikit oleh kerja otot siliari. Apabila mata difokuskan pada
benda yang jauh, otot akan mengendur dan sistem lensa kornea berada pada
panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2 cm, jarak dari kornea ke retina. Apabila
benda didekatkan, otot siliari akan meningkatkan kelengkungan lensa, yang
dengan demikian akan mengurangi panjang fokusnya sehingga bayangan akan
difokuskan ke retina. Proses ini disebut akomodasi.
c.         Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan digunakan untuk menentukan penggunaan kacamata, di
klinik dikenal dengan istilah visus. Sedangkan dalam fisika, ketajaman
penglihatan ini disebut resolusi mata.
Visus penderita bukan saja member pengertian tentang optiknya (kacamata),
tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan mengenai baik
buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus
adalah: nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil di mana sebuah benda
masih dapat dilihat dan dapat dibedakan.
Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Snellen, dengan
berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Misalnya mata normal
pada waktu diperiksa diperoleh 20/40, berarti penderita dapat membaca huruf

8
pada 20 ft, sedangkan bagi mata normal dapat membaca pada jarak 40 ft, (1 ft = 5
m). Dengan demikian dapat dirumuskan dengan persamaan:

V=

d :  jarak yang dapat dilihat oleh penderita


D : jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
             Penggunaan kartu Snellen ini kualitasnya kadang-kadang meragukan oleh
karena huruf yang sama besarnya mempunyai derajat kesukaran yang berbeda,
demikian pula huruf dengan ukuran berbeda kadang-kadang tidak sama
bentuknya. Untuk menghindari kelemahan-kelemahan itu telah diciptakan
kartu Cincin Landolt. Kartu ini mempunyai sejumlah cincin berlubang, diatur
berderet yang sama besar, dengan lubang yang arahnya ke atas, ke bawah, ke kiri
dan ke kanan. Dari atas ke bawah cincin itu diatur agar lubangnya mengecil secara
berangsur-angsur. Penderita disuruh menunjukan deretan cincin tersebut hingga
cincin terkecil tanpa salah. Angka visus ini dapat didapat dengan menghitung
sudut di mana cincin Landolt itu diamati. Misalnya penderita menunjukan cincin
Landolt tanpa salah 0,8 mm jarak 4 meter.
d.         Medan Penglihatan
Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang dipergunakan
alat Perimeter. Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertikal 130º,
sedangkan medan penglihatan horizontal 155º.
e.         Tanggap Cahaya
            Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe fotoreseptor
pada retina yaitu Rod (batang) dan Cone (kerucut). Rod dan Cone tidak terletak
pada permukaan retina melainkan beberapa lapis di belakang jaringan saraf. Tiap
mata memiliki 6,5 juta cone yang berfungsi untuk melihat siang hari, disebut
penglihatan fotopik. Melalui cone kita dapat mengenal beberapa warna, tetapi
hanya sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang gelombang 550 nm). Cone
terdapat terutama pada fovea sentralis.
            Rod dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan skotopik,
dan merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat ke

9
samping. Setiap mata terdapat 120 juta rod. Distribusi pada retina tidak merata,
pada sudut 20º terdapat kepadatan yang maksimal. Batang ini sangat peka
terhadap cahaya biru dan hijau (510 nm).
            Tetapi rod dan cone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650-700
nm), tetapi penglihatan cone lebih baik terhadap cahaya merah jika dibandingkan
dengan rod.

            f.          Penyesuaian Terhadap Terang dan Gelap


Dari ruang gelap masuk ke ruangan terang kurang mengalami kesulitan dalam
penglihatan. Tetapi apabila dari ruangan terang masuk ke dalam ruangan gelap
akan tampak kesulitan dalam penglihatan dan diperlukan waktu agar memperoleh
penyesuaian.

Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang rod
secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat
terang putih. Tetapi apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam
ruangan gelap tidak ada bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan
akibat tidak ada suatu objek pun yang terlihat. Perubahan sensitivitas retina secara
automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap.
a)      Mekanisme Penyesuaian Terang (Cahaya)
Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energy sinar yang
disebut foto kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah,
masuk ke dalam retina dan skotopsine. Retina akan tereduksi menjadi vitamin A
di bawah pengaruh enzim alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN-H + H+
(=DNA) dan terjadi proses timbale balik (visa verasa).
Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina mata manusia,
ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan distribusi rod. Penyinaran dengan
energi cahaya yang besar dan dilakukan secara terus menerus, konsentrasi
rhodopsin di dalam rod akan sangat menurun sehingga kepekaan retina terhadap
cahaya akan menurun.

b)     Mekanisme Penyesuaian Gelap

10
Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya berada di ruangan terang,
jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut tidak
dapat melihat objek/benda di ruang gelap. Selama berada di ruangan gelap,
pembentukan rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi
rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit berikutnya
sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu singkat.

Selama penyesuaian gelap, kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai 1.000
hanya dalam waktu beberapa menit saja.kepekaan retina mencapai 1.000, waktu
yang diperlukan 1 jam. Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai
100.000 apabila seseorang dari ruangan gelap ke ruangan terang. Proses
penurunan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1 sampai 10 menit.
Penyesuaian gelap ini ternyata cone lebih cepat daripada rod. Dalam waktu kira-
kira 5 menit fovea sentralis telah mencapai tingkat kepekaan. Kemudian
dilanjutkan penyesuaian gelap oleh rod sekitar 30 sampai 60 menit, rata-rata
terjadi pada 15 menit pertama.

g.        Tanggap Warna


Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap
warna tersebut belum diketahui secara jelas. Tetapi dengan menggunakan
pengamatan fotopik dapat melihat warna namun tidak dapat membedakan warna
pada objek yang letaknya jauh dari pusat medan penglihatan.

a)      Teori Tanggap Warna


Cone berbeda dengan rod dalam beberapa hal, yaitu cone member jawaban yang
selektif terhadap warna, kurang sensitif terhadap cahaya dan mempunyai
hubungan dengan otak dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan
rod. Ahli faal Lamonov, Young Helmholtz berpendapat ada tiga tipe cone yang
tanggap terhadap tiga warna pokok yaitu biru, hijau dan merah.
1)      Cone biru, mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya
antara 400-500 millimikron. Berarti cone biru dapat menerima cahaya ungu, biru
dan hijau.

11
2)      Cone hijau, berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekuensi
antara 450 dan 675 millimikron. Ini berarti cone hijau dapat mendeteksi warna
biru, hijau, kuning, orange dan merah.
3)      Cone merah, dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya tetapi
respon terhadap cahaya orange kemerahan sangat kuat daripada warna-warna
lainnya.
 Ketiga warna pokok (biru, hijau dan merah) disebut trikhromatik.

 b)     Buta Warna
Jika seseorang tidak mempunyai cone merah, ia masih dapat melihat warna hijau,
kuning orange dan warna merah dengan menggunakan cone hijau, tetapi tidak
dapat membedakan secara tepat antara masing-masing warna tersebut oleh karena
tidak mempunyai cone merah untuk kontras/membandingkan dengan cone hijau.
Demikian pula jika seseorang kekurangan cone hijau, ia masih dapat melihat
seluruh warna, tetapi tidak dapat membedakan antara warna hijau, kuning, oranye
dan merah. Hal ini disebabkan cone hijau yang sedikit tidak mampu
mengkontraskan dengan cone merah. Jadi tidak adanya cone merah atau hijau
akan timbul kesukaran atau ketidakmampuan untuk membedakan warna antara
warna merah dan hijau, keadaan ini disebut buta warna merah-hijau. Kasus
yang jarang sekali, tetapi bisa jadi seseorang kekurangan cone biru, maka orang
tersebut sukar membedakan warna ungu, biru dan hijau. Tipe buta warna ini
disebut kelemahan biru (blue weakness).
Pada suatu penelitian diperoleh 8% laki-laki buta warna, sedangkan 0,5% terdapat
pada wanita dan dikatakan buta warna ini diturunkan oleh wanita. Ada pula orang
buta terhadap warna merah disebut protanopia, buta terhadap warna hijau
disebut deuteranopia dan buta warna terhadap warna biru disebut tritanopia.
h.         Daya Akomodasi
Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan
penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tepat, demikian
pula bola mata yang berdiameter 20-23 mm. Kemampuan lensa mata untuk
memfokuskan objek disebut daya akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak
terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat, semakin kuat mata/lensa

12
berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia semakin tua
daya akomodasi semakin menurun, hal ini disebabkan kekenyalan/elastisitas lensa
semakin berkurang.
Jika benda terlalu dekat ke mata, lensa mata tidak dapat memfokuskan cahaya
pada retina dan bayangannya menjadi kabur. Titik terdekat di mana lensa mata
memfokuskan suatu bayangan pada retina disebut titik dekat (punctum
proksimum). Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya (berakomodasi
maksimum). Jarak dari mata ke titik dekat ini sangat beragam pada tiap orang dan
berubah dengan meningkatnya usia. Pada usia 10 tahun, titik dekat dapat sedekat
7 cm, sementara pada usia 60 tahun titik dekat ini telah menjauh ke 200 cm karena
kehilangan keluwesan lensa akibat elastisitas lensa semakin berkurang, disebut
mata presbyop atau mata tua dan bukan merupakan cacat mata. Nilai standar yang
diambil untuk titik dekat ini adalah 25 cm, dan dianggap sebagai mata normal.
Jarak terjauh benda agar dapat dilihat dengan jelas, dikatakan benda terletak
pada titik jauh (punctum remotum). Pada saat ini mata tidak berakomodasi.lepas
akomodasi.
i.    Jenis-jenis Mata dan Teknik Koreksi
a)      Mata Normal
Sering disebut juga mata emetrop. Mata normal memiliki titik dekat 25 cm dan
titik jauh tak terhingga. Apabila mata memiliki titik dekat tidak sama dnegan 25
cm dan titik jauh tidak sama dengan tak terhingga, maka dikatakan sebagai cacat
mata. Hal ini mengakibatkan mata sulit melihat benda yang jauh maupun dekat
karena bayangan tidak jatuh tepat pada retina.
 b)     Rabun Jauh (Miopi)
Disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang dari 25 cm (< 25 cm)
dan titik jauh pada jarak tertentu. Orang yang menderita miopi dapat melihat
dengan jelas benda pada jarak 25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda jauh
dengan jelas. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi piph
sebagaimana mestinya sehingga bayangan benda jatuh di depan retina, disebabkan
karena mata dibiasakan melihat benda dengan jarak dekat atau kurang dari 25 cm.
cacat mata ini dapat diatasi dengan memakai kacamata berlensa cekung (minus).

13
c)      Rabun Dekat (Hipermetropi)
Rabun dekat memiliki titik dekat lebih dari 25 cm (> 25 cm), dan titik jauhnya
pada jarak tak terhingga. Penderita rabun dekat dapat melihat jelas benda-benda
yang sangat jauh tetapi tidak dapat melihat benda-benda dekat dnegan jelas. Hal
ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya
sehingga bayangan benda jatuh di belakang retina, disebabkan karena mata
dibiasakan melihat benda yang jaraknya jauh. Cacat mata ini dapat diatasi
dengan kacamata berlensa cembung (plus).
d)     Mata Tua (Presbiopi)
Jenis mata ini bukan termasuk cacat mata, disebabkan oleh daya akomodasi yang
berkurang akibat bertambah usia. Letak titik dekat maupun titik jauh telah
bergeser. Titik dekatnya lebih dari 25 cm dan titik jauhnya hanya pada jarak
tertentu. Pada penderita presbiopi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas
serta tidak dapat membaca pada jarak baca normal. Jenis mata ini dapat ditolong
dengan kacamata berlensa rangkap (minus di atas dan plus di bawah) yang
disebut kacamata bifocal.
 e)      Astigmatisma
Cacat mata ini disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferis, tapi lebih
melengkung pada satu sisi daripada sisi yang lain. Akibatnya sebuah titik akan
difokuskan sebagai garis pendek. Penderita astagmatisma, dengan satu mata akan
melihat garis dalam satu arah lebih jelas daripada kea rah yang berlawanan.
Penderita astagmatisma dapat diatasi dnegan menggunakan kacamata berlensa
silindris.
 f)       Mata Campuran
Penderita yang matanya sekaligus mengalami prsesbiopi dan miopi, maka
memiliki titik dekat yang letaknya terlalu jauh dan titik jauh terlalu kecil, dapat
ditolong dengan kacamata berlensa rangkap atau bifocal (negatif di atas dan
positif di bawah).

            j.          Peralatan Dalam Pemeriksaan Mata


Dari sekian banyak peralatan mata, hanya beberapa peralatan yang akan dibahas
dalam kaitan pemeriksaan mata. Ada tiga prinsip dalam pemeriksaan mata yaitu

14
pemeriksaaan mata bagian dalam, pengukuran daya fokus mata, pengukuran
kelengkungan kornea. Peralatan dalam pemeriksaan mata dan lensa ada 6 macam
yaitu:

1. Opthalmoskop
2. Retinoskop
3. Keratometer
4. Tonometer dari schiotz
5. Pupilometer
6.  Lensometer

1)      Opthalmoskop
Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan
opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli (= retina mata dan
pembuluh darah khoroidea keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop
yaitu:

1. Pencerminan mata secara langsung


Fundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata penderita emetropia
dan tidak melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan
keluar dari lensa mata penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi
gambar tajam pada selaput jaringan mata pemeriksa (dokter) yang juga tidak
terakomodasi. Pada jaringan mata dokter terbentuk gambar terbalik dan sama
besar dengan fundus penderita.

1. Pencerminan mata secara tak langsung


Cahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata penderita dengan
bantuan cermin datar kemudian melalui retina mata penderita dipantulkan keluar
dan difokuskan pada mata sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan
opthalmoskop dapat mengamati permasalahan mata yang berkaitan dengan tumor
otak.

15
2)      Retinoskop
Alat ini dipakai untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata penderita tanpa
aktivitas penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam
posisi nyaman bagi si pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata
penderita dimana mata penderita tanpa akomodasi. Cahaya tersebut kemudian
dipantulkan dari retina dan berfungsi sebagai sumber cahaya bagi sipemeriksa.

Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik
jauh mata akan difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan
menghasilkan bayanagan focus pada titik jauh pula. Oleh karena itu pada waktu
pemeriksa mengamati mata penderita melalui retionoskop, lensa positif atau
negatif diletakkan di depan mata penderita sesuai dengan keperluan agar
bayangan (cahaya) yang dibentuk oleh retina penderita difokuskan pada mata
pemeriksa. Lensa positif atau negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau
dikurangi agar pengfokusan bayangan dari retina penderita terhadap pemeriksa
tepat adanya. Suatu contoh, jarak pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1,5 D.

 3)      Keratometer
Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan
pemakaian lensa kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara
menempel pada kornea yang mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa
kontak yaitu:

1. Hard contact lens. Dibuat dari plastik yang keras, tebal 1 mm dengan
diameter 1 cm. Sangat efektif bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata
tetapi dapat mengoreksi astigmatisma.
2. Soft contact lens adalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman
tetapi tidak dapat mengoreksi astigmatisma.

Dasar kerja keratometer:

16
Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak
diketahui akan membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r.
Dengan demikian dapat ditentukan permukaan cermin cembung.
Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer,
kornea bertindak sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek.
Pemeriksa mengatur focus agar memperoleh jarak dari kornea.
Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan mengatur sudut
prisma agar menghasilkan dua bayangan. Posisi prisma setelah diatur akan
dikaliberasi dengan daya focus kornea (dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri
dengan rata-rata radius kelengkungan kornea 7,7 mm. penderita dengan
astigmastisma, biasanya dalam pengukuran bayangan dibuat arah vertical dan
horizontal.

4)      Tonometer
Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur tekanan
intraocular yang dikenal dengan nama Tono meter dari Schiotz.

Teknik dasar:
Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian kornea mata
dibius. Tengah-tengah alat (Plug) diletakkan di atas kornea menyebabkan suatu
tekanan ringan terhadap kornea. Plug dari tonometer berhubungan dengan skala
sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut. Tonometer dilengkapi dengan alat
pemberat 5 5, 7 5 1 0, 0 dan 15,0 gram. Apabila pada pengukur tekanan
intraocular dimana menggunakan alat pemberat 5, 5 g maka berat total tonometer:

= Berat plug + alat pemberat

= 11 gram + 5,5 gram

= 16,5 gram

16,5 gram ini menunjukkan tekanan intraocular sebesar 17 mm Hg. Pemeriksaan


tekanan di dalam bola mata (intraokuli) untuk mengetahui apakah penderita
menderita glaucoma atau tidak. Pada penderita glaucoma tekanan intraokuli

17
mencapai 80 mmHg. Dalam keadaan normal tekanan intraokuli berkisar antara 20
– 25 mmHg dengan rata-rata produksi dan pengeluaran cairan humor aqueous 5
ml/hari.
Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan dalam
pembacaan secara elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann
(1955) mengembangkan tonometer yang disebut tono meter Goldmann
Aplanation (pengukuran dengan memakai alat ini penderita dalam posisi duduk).
 5)      Pupilometer Dari Eindhoven
Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari eindhoven.
Yaitu lempengan kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu.
Apabila melihat melalui lubang-lubang ini dengan latar belakang dan tanpa
akomodasi maka diperoleh perjalanan sinar sebagai berikut:

- Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis 1
dan 2 adalah sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk
melalui pupil, sehingga deperoleh jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada
penentuan besar pupil, jarak antara lubang dan mata tidak menjadi masalah.

6)      Lensometer
Suatu alat yang dipakai untuk emngukur kekuatan lensa baik dipakai si penderita
atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut. Prinsip dasar: Menentukan
focus lensa positif sangat mudah, dapat dengan cara:

- Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya


(matahari)
- Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui
jaraknya.

Teknik di atas ini tidak dapat diterapkan pada lensa negatif namun dapat
dilakukan sedikit modifikasi yaitu: Mengkombinasikan lensa negatif dengan lensa
positif kuat yang telah ditentukan dioptrinya, dengan demikian dapat ditulis rumus
sebagai berikut:

18
Dengan memakai lensometer, benda penyinaran digerakkan sehingga diperoleh
bayangan tajam melalui pengamatan lensa.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Simpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan kata biooptik, tersusun


atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/ zat hidup atau
bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai bagian
ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar. secara spesifik
ada klasifikasi Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik adalah
terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu mata. Mata menjadi alat
optik yang paling penting pada manusia atau makhluk hidup. Struktur dari
mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi sklera,
konjungtiva, kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueous,
serta humor vitreous yang masing- masingnya memiliki fungsi atau kerjanya
sendiri.

B. SARAN

Setelah selesainya makalah diharapkan kepada parapembaca agar lebih


mengetahui tentang Konsep Biooptik dan dapatmengaplikasikan nya dalam
dunia keperawatan

19
DAFTAR PUSTAKA

Hani, Ahmadi Ruslan, S.Pd, dan Riwidikdo, Handoko, S.Kp. 2008. Fisika


Kesehatan. Jogjakarta:  Mitra Cebdikia Press.
J.F. Gabriel,2003, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta
http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalam-keperawatan.html
http://pendidikansains.blogspot.com/2008/04/bio-optik-dalam-keperawatan.html
http://dasatisnaasyari.blogspot.com/2011/05/fisika-bahasan-bio-optik.html

20

Anda mungkin juga menyukai