Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. H


KHUSUSNYA NY. R DENGAN MASALAH
HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Maharani Ade Putri


(202101031)

AKADEMI KEPERAWATAN PASAR REBO


JAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

I. Konsep Penyakit Hipertensi


A. Definisi Hipertensi
Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah (Sylvia
A. Price, 2018). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang
mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan
organ–organ tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto,
2018). Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 80 mmHg (Muttaqin, 2019).

B. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan TD Sistolik & Diastolik

Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)


Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

b. Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan TD Pada Orang Dewasa


TD Diastolik
Kategori TD Sistolik (mmHg)
(mmHg)
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi Stadium 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
1 (ringan) Stadium 2 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
(sedang) Stadium 3 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
(berat) Stadium 4 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
(maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg

C. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin
penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses
labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara
bertahap “ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan
berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan
kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer
atau esensial adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebihan, kopi, obat – obatan, factor keturunan (Brunner & Suddart,
2015).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner &
Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2016), penyebab
hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya
seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian
obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan kartikosteroid.

D. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2018), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi
ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi
lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular
melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf
pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot
polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah
melibatkan respon ginjal dengan pengaturan hormon angiotensin dan
vasopresor.

Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang


merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri).
Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada
dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung,
karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak,
maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri
sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan
hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan
beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk
hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolic karena
gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi.

Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan


bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak
terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume
cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian
terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan
darah tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan
terjadi gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah.

E. Manifestasi Klinis
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah
akibat peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi). Dll.

G. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat
terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2016), sebagai
berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit
jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya,
yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu
memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun
jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.
Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat
lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan
dapat menimbulkan kebutaan.

H. Penatalaksanaan
1. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2016), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
a. Mempertahankan berat badan ideal
Mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet
rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika
berhasil menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah
diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
b. Batasi konsumsi alkohol
Konsumsi alcohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol
berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum
berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak meminum berakohol.
c. Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan
timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko
komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan
stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat memperberat
hipertensi.
d. Penurunan Stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap
namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan
kenaikan sementara yang sangat tinggi.

2. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2015)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
a. Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam
tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
b. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk
menghambat aktifitas saraf simpatis.
c. Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkhial.
d. Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.

II. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Fokus Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan
ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
social ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit
termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang
biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak
suami dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah
ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber
air, sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah
mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan
saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain,
menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan
(Friedman, 2010).
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan,
hukuman serta memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai
yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang
dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yang
dirasa: keluarga mengkaji status kesehatan, masalah
kesehatan yang membuat kelurga rentan terkena sakit dan
jumlah kontrol kesehatan (Friedman, 2010).
c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber
makanan yang dikonsumsi, cara menyiapkan makanan,
banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan kudapan (Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan
yang dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan,
pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan
keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah (Friedman,
2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak,
kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam
mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan
dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan
keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga
(Padila, 2012).
5) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam
memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan
peningkatan status kesehatan.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.

2. Fokus Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke
system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalaman (Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa
keperawatan adalah:
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan
suatu kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Diagnosa yang bisa didapat dari (Doengoes, 2010), (Nanda, 2015)
a. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi.
c. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal penyakit hipertensi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.

Kriteria Skor Bobot


1) Sifat masalah :
a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
b) Ancaman kesehatan 2
c) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
a) Mudah 2
2
b) Sebagian 1
c) Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a) Tinggi 3
1
b) Cukup 2
c) Rendah 1
4) Menonjolnya masalah: 1
a) Masalah dirasakan dan perlu segera ditangani 2
b) Masalah dirasakan tapi tidak perlu segera 1
ditangani 0
c) Masalah tidak dirasakan
Total Skor

Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai
Angka tertinggi dalam skor Cara melakukan Skoring adalah :
a. Tentukan skor untuk setiap criteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua criteria
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.

3. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga


Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan
sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak,
atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat
keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).
a. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Tujuan umum : nyeri hilang.
Tujuan khusus: keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi
khususnya yang mempunyai nyeri.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang diketahui atau yang ada
dirumah untuk membantu perawatan nyeri.
3) Ajarkan teknik relaksasi bagi keluarga yang menderita hipertensi.
4) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan nyeri.
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi.
Tujuan umum : keluarga mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang
menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung.
Tujuan khusus : keluarga mampu mengenal hipertensi khususnya
untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang
dapat diterima.
Intervensi :
1) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi
aktifitas/keributan lingkungan.
2) Pertahankan pembatasan aktifitas, seperti istirahat ditempat
tidur/kursi.
3) Lakukan tindakan tindakan yang nyaman, seperti pijatan
punggung dan leher, meninggikan kepala di tempat tidur.
4) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktifitas pengalihan.

c. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


mengenal penyakit hipertensi.
Tujuan umum : keluarga mampu mencegah resiko injury (jatuh).
Tujuan khusus: keluarga mampu mengenal hipertensi khususnya pada
masalah resiko injury (jatuh).
Intervensi :
1) Beri informasi tentang pengertian, penyebab, tanda gejala dan
perawatan hipertensi.
2) Kaji ulang visus klien, tanyakan keluhan terhadap pandangan
kabur.
3) Dorong sikap emosi yang sehat dalam menghadapi penyakit
hipertensi.
4) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi
masalah hipertensi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Tujuan Umum : agar tidak terjadi intoleransi aktivitas.
Tujuan Khusus : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
sakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi
khususnya yang mempunyai masalah intoleransi aktivitas.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang ada dirumah untuk
membantu perawatan intoleransi aktivitas.
3) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi
masalah intoleransi aktivitas.
4) Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi, dan kolesterol.

e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi .
Tujuan Umum : volume cairan kembali normal.
Tujuan Khusus : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
sakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi
khususnya yang mempunyai masalah intoleransi aktivitas.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang ada dirumah untuk
membantu perawatan intoleransi aktivitas.
3) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi
masalah intoleransi aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

A, Sylvia., M, Lorraine. (2018). Patofisiologi Edisi 6 Vo 2 Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Andra Saferi Wijaya. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12
volume 1. Jakarta : EGC
Doengoes, M. E. (2010). Penerapan Proses Keperawatan dan diagnosa
Keperawatan. Jakarta: EGC
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori
& Praktik. Jakarta : EGC
Irianto Koes. 2018. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Alfabet
Kemenkes RI. (2019). Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI.
Kesehatan RI. Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar; Riskesdas. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI.
Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: IKAPI
Muttaqin, Arif. 2019. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijaya,A.S & Putri Y. (2016). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa) Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya
Stroke. Majority
Yusuf, I. (2018). Hipertensi sekunder. Medicinus, Volume 21, No 3: 71-78.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10 editor T Hearther Herdman, Shiegemi Kaitsuru. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai