Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

OLEH :

NUR ISTIQAMAH DS
14420202089

CI LAHAN CI INSTITUSI

(________________) ( ________________)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSSAR
2021
A. Konsep Dasar Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara normal.
Defenisi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara
terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-
arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat dan arteri yang
bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti, 2013).
Penyakit hipertensi merupakan gejala peningkatan tekanan darah
yang kemudian berpengaruh pada organ yang lain, seperti stroke untuk
otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot
jantung. Penyakit ini salah satu masalah utama dalam kesehatan
masyarakat di Indonesia maupun dunia. Diperkirakan, sekitar 80%
kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada
tahun 2025 ; dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini
diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi
ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk
saat ini (Ardiansyah, 2012).
Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi terkena terkanan darah
tinggi dari pada pria. Dari kasus - kasus tadi, ternyata 68,4% diantaranya
termasuk hipertensi ringan (diastolik 95,104 mmHg), 28,1% hipertensi
sedang (diastolik 105,129 mmHg), dan hanya 3,5% yang masuk hipertensi
berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg). Hipertensi
pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%. Persentase ini
termasuk rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi
(33,3%), sehingga merupakan faktor risiko yang kurang penting
2. Etiologi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer.
Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
primer seperti berikut ini. (Udjianti, 2013).
a. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
menopause tinggi untuk mengalami hipertensi.
c. Diet, Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi
d. Berat badan (obesitas), Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan
dengan berkembang nya hipertensi.
e. Gaya hidup, Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah.
Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui, berikut ni
beberapa kondisi yang menjadi penyebab hipertensi sekunder (Udjianti,
2013).
a. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan
hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume
expansion. Dengan penghentian obat kontrasepsi, tekanan darah
normal kembali secara beberapa bulan.
b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri
renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau
fibrous displasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrus). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi dan perubahan
struktur serta fungsi ginjal.
c. Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-medited hypertention di
sebabkan kelebihan primer aldosteron, koristol dan katekolamin. Pada
aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi
dan hipokaemia
3. Klasifikasi Hipertensi
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan
sfigmomanometer air raksa atau dengan tensimeter digital. Hasil dari
pengukuran tersebut adalah tekanan sistol maupun diastol yang dapat
digunakan untuk menentukan hipertensi atau tidak. Terdapat beberapa
klasifikasi hipertensi pada hasil pengukuran tersebut. Adapun klasifikasi
hipertensi menurut WHO adalah sebagai berikut

Klasifikasi Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi ringan
(stadium 1 ) 140-159 90-99
Hipertensi sedang
( stadium 2 ) 160-179 100-109
Hipertensi berat
( stadium 3 ) 180-209 110-119
Hipertensi sangat
berat 210 120
(stadium 4 )

4. Manifestasi klinis
Menurut Nanda Nic-Noc (2016). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak Nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor
inibermula saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Smelttzer, 2014).
Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yanng mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi
angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air di tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mengakibatkan keadaan
hipertensi (Price)
6. Pathway

7. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya
membran glomelurus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah
yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis dan
arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
8. Pemerikaan penunjang
Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)
a. Pemerikaan Laboratorium
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagubilita, anemia.
b. BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
e. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG :dapat menunjukkan pola rengangan, dimanaluas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
g. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
h. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
8. Penatalaksanaan medis
Menurut Triyatno (2014) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua
yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologi.
a. Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan
obat,terapi non farmakologi diantaranya memodifikasi gaya hidup
dimana termasuk pengelolaan stress dan kecemasan merupakan
langkah awal yang harus dilakukan. Penanganan non farmakologis
yaitu menciptakan keadaan rileks, mengurangi stress dan
menurunkan kecemasan. Terapi non farmakologi diberikan untuk
semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah
dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit lainnya
b. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan
yang dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada
pasien hipertensi seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta
blocker, calcium chanel dan lainnya. Penanganan hipertensi dan
lamanya pengobatan dianggap kompleks karena tekanan darah
cenderung tidak stabil.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
1) Identitas : Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan
penanggung jawab.
2) Riwayat kesehatan
3) Riwayat kesehatan dahulu : Apakah klien pernah mengalami sakit
yang sangat berat.
4) Riwayat kesehatan sekarang : Beberapa hal yang harus diungkapkan
pada setiap gejala yaitu sakit kepala,kelelahan,pundak terasa berat.
5) Riwayat kesehatan keluarga : Apakah keluarga pernah mengalami
penyakit yang sama.
6) Aktivitas / istirahat
 Gejala: kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
 Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irma jantung, dan
takipneu
7) Sirkulasi
 Gejala: riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi.
 Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari tekanan darah)
diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipertensi postural
mungkin berhubungan dengan regimen obat.
8) Integritas Ego
 Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, faktor stress multiple
(hubungan keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
 Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara.
9) Eliminasi
 Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.
10) Makanan/cairan
 Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang di
goreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan
kandungan tinggi kalori, mual, muntah dan perubahan BB
meningkat / turun, riwayat penggunaan obat diuretic
2. Diagnosa keperawatan
Gejala dan tanda Gejala dan tanda
Diagnosa Penyebab
mayor minor
Nyeri akut  Agen pencedera Subjektif Subjektif
fisiologis (mis. (tidak tersedia) (tidak tersedia)
Definisi : infarmasi,
Pengalaman lakemia, Objektif Objektif
sensorik atau neoplasma)  Tampak  Tekanan
emosional yang  Agen pencedera meringis darah
berkaitan kimiawi (mis.  Bersikap meningkat
dengan terbakar, bahan protektif  pola napas
kerusakan kimia iritan) (mis. berubah
jaringan aktual  Agen pencedera waspada,  nafsu makan
atau fisik (mis.abses, posisi berubah
fungsional, amputasi, terbakar, menghindari  proses
dengan onset terpotong, nyeri) berpikir
mendadak atau mengangkat berat,  Gelisah terganggu
lamat dan prosedur operasi,  Frekuensi  Menarik diri
berintensitas trauma, latihan nadi  Berfokus pada
ringan hingga fisik berlebihan) meningkat diri sendiri
berat yang  Sulit tidur  Diaforesis
berlangsung
kurang 3 bulan.

Gangguan pola  Hambatan Subjektif Subjektif


tidur lingkungan  Mengeluh sulit Mengeluh
 Kurang control tidur kemampuan
Defenisi : tidur  Mengeluh beraktivitas
Gangguan  Kurang privasi sering terjaga menurun
kualitas dan  Renstraint fisik  Mengeluh Objektif
kuantitas waktu tidak puas (tidak tersedia)
 Ketiadaan teman
tidur akibat tidur
tidur
factor eksternal  Mengeluh pola
 Tidak familiar
dengan peralatan tidur berubah
tidur  Mengeluh
istirahat tidak
cukup

Objektif
(tidak tersedia)
Perfusi perifer  Hiperglikemia Subjektif Subjektif
tidak efektif  Penurunan (tidak tersedia)  Parastesia
konsentrasi  Nyeri
Defenisi : hemoglobin Objektif ekstremitas
Penurunan  Peningkatan  Pengisian
sirkulasi darah tekanan darah kapiler >3 Objektif
pada level  Kekurangan detik  Edema
kapiler yang volume cairan  Nadi perofer  Penyumbatan
dapat  Penurunan aliran menurun atau luka lambat
mengganggu tidak teraba  Indeks ankle-
arteri/vena
metabolism  Akral teraba brachial <0,90
tubuh dingin  Bruit femoral
 Warna kulit
pucat
 Turgor kulit
menurun
Penurunan  Perubahan irama Subjektif Subjektif
curah jantung jantung Dispnea (tidak tersedia)
 Perubahan
Defenisi : frekuensi jantung Objektif Objektif
Ketidakadekuat  Perubahan  Tekanan  PVR
an jantung kontraktilitas darah meningkat/me
memompa  Perubahan meningkat/m nurun
darah untuk preload enurun  SVR
memenuhi  Perubahan  Nadi perifer meningkat/me
kebutuhan afterload teraba lemah nurun
metabolism  CRT >3 detik
tubuh  Oliguria
 Warna kulit
pucat
dan/atau
sianosis
Intoleransi  Ketidakseimbang Subjektif Subjektif
aktivitas an antara suplai Mengeluh lelah  Dispnea
dan kebutuhan saat/setelah
Defenisi : oksigen Objektif aktivitas
Ketidakcukupa  Tirah baring Frekuensi  Merasa tidak
n energy untuk  Kelemahan jantung nyaman
melakukan  Imobilitas meningkat >20% setelah
aktivitas sehari-  Gaya hidup dari kondisi beraktivitas
hari monoton istirahat  Merasa lemah

Objektif
 Tekanan
darah berubah
>20% dari
konsisi
istirahat
 Gambaran
EKG
menunjukkan
aritmia
saat/setelah
aktivitas
 Gambaran
EKG
menunjukkan
iskemia
 Sianosis
Hipervolemia  Gangguan Subjektif Subjektif
mekanisme  Ortopnea (tidak tersedia)
Defenisi : regulasi  Dyspnea
Peningkatan  Kelebihan  Paroxysmal Objektif
volume cairan asupan cairan nocturnal  Distensi vena
intravaskuler,  Kelebihan dyspnea jugularis
interstisial, asupan natrium  Terdengar
dan/atau  Gangguan aliran Objektif suara naas
intraseluler balik vena  Edema tambahan
 Efek agen anasarka  Hepatomegaly
farmakologis dan/atau  Kadar HB dan
edema perifer HT menurun
 Berat badan  Oliguria
meningkat  Intake lebih
dalam waktu banyak dari
singkat output
 JVP dan/atau  Kongesti paru
CVP
meningkat
 Reflex
hepatojugular
positif
Risiko infeksi Faktor risiko :
 Penyakit kronis
Defenisi :  Efek prosedur
Beresiko  Malnutrisi
mengalami  Peningkatan paparan orgasme pathogen lingkungan
peningkatan
 Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
terserang
• Gangguan peristaltic
orgasme
• Kerusakan integritas kulit
patogenik
• Perubahan pH
• Penurunan kerja siliaris
• Ketuban pecah lama
• Ketuban sebelum waktunya
• Merokok
• Status cairan tubuh
 Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
• Penurunan hemoglobin
• Imununosupresi
• Leukopenia
• Supresi respon inflamasi
• Vaksinasi tidak adekuat

3. Intervensi keperawatan
Diagnosis Intervensi
(SDKI) (SIKI)
Nyeri Akut Manajemen Nyeri
Observasi
1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas,intesitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
nyeri
4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik
5. Berikan teknik nonfarmakolgis untuk mengurangi rasa
nyeri ( mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedband, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres air hangat/dingin, terapi
bermain)
Edukasi
6. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat analgetik, jika perlu
Gangguan Dukungan Tidur
pola tidur Observasi
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi factor pengganggu tidur
Terapeutik
3. Modifikasi lingkungan
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Edukasi
6. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
7. Anjurkan untuk menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
Perfusi Perawatan sirkulasi
perifer tidak Observasi
efektif 1. Periksa sirkulasi perifer
2. Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi
3. Monitor panas,kemerahan,nyeri atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
4. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah vena
diarea keterbatasan perfusi
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
6. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area
yang cedera
7. Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi
8. Anjurkan berhenti merokok
9. Anjurkan berolahraga rutin
10. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah,antikoagulan,dan penurun kolestrol, jika perlu
11. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur
12. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
Penurunan Perawatan jantung
curah jantung Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah
jantung
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
jantung
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor berat badan
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada
Terapeutik
8. Posisikan pasien semi fowler atau fowler
9. Berikan diet jantung yang sesuai
10. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
11. Berikan dukungan emosional dan spiritual
12. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
13. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
14. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
15. Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
17. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Intoleransi Manajemen energy
aktivitas Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
6. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
7. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
8. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
11. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Hipervolemia Manajemen hypervolemia
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia
2. Identifikasi penyebab hypervolemia
3. Monitor status hemodinamik
4. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
5. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
6. Batasi asupan cairan dan garam
7. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Edukasi
8. Anjurkan melapor jila haluaran urine <0,5 ml/kg/jam
dalam 6 jam
9. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari
10. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian diuretic
Risiko Infeksi Pencegahan Infeksi
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan perawatan kulit pada area edema
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
5. Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
10. Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
11. Ajurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila,
2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.Diva Press: Yogyakarta
Dinarti & Muryanti (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi Keperawatan
1 – 172.
http://kemenkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/II/praktika-
dokumen-keperawatan-dafis.pdf
Endang triyanto (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu.Yogyakarta.Graha Ilmu
Nurarif (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid. Yogyakarta Mediaction Publishing
Potter, Perry (2010). Fundamental Of Nursing 7 th edition. Jakarta. Salemba
Medika
Padila (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Bengkulu: Nuha Medika
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
Setiadi (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Edisi 1.
Yogyakarta. Graha Ilmu
Udjianti,Wajan (2013). Keperawatan Kardiovaskuler.Cetakan Ketiga. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai