Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI URGENSI

OLEH

NAMA : EUGEBIO JULIO GOMES DE JESUS

NIM : 81502823

PRODI : NERS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2023

1
A. Definisi

Hipertensi Urgensi merupakan situasi terkait peningkatan tekanan darah yang

berat pada kondisi klinis stabil tanpa adanya perubahan akut atau ancaman kerusakan

organ target atau disfungsi organ. Pada kondisi ini tidak terdapat bukti klinis kerusakan

organ akut diperantarai hipertensi, sehingga Kaplan et al-2015 menggantikannya

dengan istilah Hipertensi berat yang tidak terkontrol (Cuspidi,2014). Hipertensi Urgensi

atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah

sistolikdi atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

dari 90 mmHg (WHO, 2013). Hipertensi Urgensi merupakan tanda klinis

ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab

terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa

terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015). Berdasarkan pada

beberapa definisi diatas yang disebutkan dapat disimpulkan bahwa Hipertensi Urgensi

merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sesorang tidak normal atau mengalami

peningkatan lebih dari 140/90mmHg.

Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi

adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia. Di tahun 2020 sekitar

1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8

miliyar orang setiap tahun di dunia dan hampir1,5 juta orang setiap tahunnya di

kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan

menderita hipertensi (WHO, 2015)

1
B. Etiologi dan Klasifikasi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (ArdiansyahM., 2012)

1) Hipertensi Primer (Esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90% tidak diketahui

penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya

hipertensi esensial diantaranya :

a) GenetikIndividudengankeluargahipertensimemilikipotensilebihtinggi

mendapatkan penyakit hipertensi.

b) Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah

menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.

c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak. Konsumsi garam yang

tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak yangtinggi secara

langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.

d) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering

dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan konsumsi alkohol

sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau

zat yang terkandung dalam keduanya.

1
2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi

sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :

a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi

beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada

aorta tersebut dapat menghambat aliran darahsehingga terjadi peningkatan

tekanan darah diatas area kontriksi.

b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit

utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan

dengan penyempitan

c) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.

Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh

aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).

Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan

struktur serta fungsi ginjal.

d) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral

yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi

melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion. Pada

hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normalsetelah beberapa bulan

penghentian oral kontrasepsi.

e) Gangguanendokrin.Disfungsimedullaadrenalataukorteksadrenaldapat

menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension disebabkan

kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.

f) Kegemukan(obesitas)danmalasberolahraga.

1
g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk

sementara waktu.

j) Peningkatantekanan vaskuler

k) Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan

denyut jantung serta menyebabkan

Vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Menurut(Noorhidayah,S.A.2016)klasifikasihipertensiadalah

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau samadengan140 mmHg dan

diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

2. Tekanan darah perbatasan (borderline) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan

diastolik 91-94 mmHg.

3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160

mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

Faktor Pencetus

Menurut (Huda2016), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi

1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang

memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika

tekanan darah tidak teratur

1
2. Gejala yang lazim Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala

terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluhsakitkepala, pusing

b. Lemas,kelelahan

c. Sesaknafas

d. Gelisah

e. Mual

f. Muntah

g. Epistaksis

h. Kesadaran menurun

1
C. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor inibermula saraf

simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi.

Individudenganhipertensi sangat sensitive terhadapnorepinefrin,meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smelttzer, 2014).

Pada saat bersamaandimana sistemsimpatismerangsangpembuluh darah sebagai

respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat

memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi

angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan 14 volume intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung mengakibatkan keadaan hipertensi (Price. 2013)

1
1
D. Penatalaksanaan
Menurut Triyatno (2014) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu secara
nonfarmakologis dan farmakologi.
a. Terapi Nonfarmakologi
Merupakan terapi tanpa menggunakan obat,terapi non farmakologi diantaranya
memodifikasi gaya hidup dimana termasuk pengelolaan stress dan kecemasan
merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Penanganan non farmakologis yaitu
menciptakan keadaan rileks, mengurangi stress dan menurunkan kecemasan. Terapi
non farmakologi diberikan untuk semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan
tekanan darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit lainnya.
b. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan yang dalam
kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi seperti :
angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker, calcium chanel dan lainnya.
Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap kompleks karena tekanan
darah cenderung tidak stabil.

1
Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan awal yang paling utama, serta menjadi bagian awal dari

sebuah proses keperawatan dalam pengkajian dibutuhkan ketelitian dalam bertanya dan

mencatat datanya, sebab dengan mengumpulkan data yang akurat, sistematika akan

membantu untuk menentukan status Kesehatan (Haryono,2019)

Adapun dasar pengkajian yang yang ditemukan pada klien hipertensi (Dongoes,

Moorhouse, dan Geissler,2014)

1) Aktivitas/Istirahat

Gejala:kelemahan,letih,napaspendek, gaya hidup monoton.Tanda: frekuensi

jantung meningkat,perubahanirama jantung,takipnea

2) Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup

Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah diperlukan

untuk menegakan diagnose) Hipotensi pastural (mungkin berhgubungan dengan

regimen obat).

Nadi : denyut jelas dari karotis,jugularis,radialis; perbedaan denyut, spt. Denyut

femoral melambat sebagai kompetensi denyut radialis atau brakialis; denyut

poplitea, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.

Denyut apical:PMIkemungkinanbergeserdan/atausangatkuat. Frekuensi irama:

takikardia, sebagai disritmia. Bunyi jantung:terdengan S2 pada dasar; S3 (CHF

dini); S4 (pengerasan ventrikel kiei/hipertrifil ventrikel kiri)

Murmur stenosis valvular. Desiran vascular terdengar di atas karotis, femoralis

1
atau epigastrium (stenosis arteri).DVJ ( distensi vena jugularis) (kongesti vena).

Ektremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer);

pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokontriksi). Kulit- pucat,

sianosis, dan diaphoresis (kongesi, hipoksemia);kemerahan (feokromositoma).

3) Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah

kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Factor-faktor stress multiple

(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan Tanda: letupan suasana

hati,gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak.Gerak

tangan empati, otot muka tegang( khususnya sekitar mata), Gerakan fisik cepat,

pernapasan mengelah, peningktan pola bicara.

4) Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu(spt.infeksi obstruksi atau

Riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)

5) Makanan Cairan

Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,

tinggi lemak, tinggi kolestril (spt. Makanan yang digoreng, keju, telur); gula-

gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori, mual, muntah perubahan

berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun). Riwayat penggunaan diuretik.

Berat badan normal atau obesitas. Adanya edem (mungkin umum atau tertentu);

kongesi vena , DVJ; glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetic)

sianosis

1
6) Eurosensori

Gejala: keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi saat

bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).

7) Hipertensi

Tanda : episode kebasdan/ataukelemahan pada satusisi tubuhgangguan

pengelihatan (diplopia, penglihatan kabur). episode epistaksis

Gejala : staus mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/sisi bicara, avek,

proses piker atau memori (ingatan). Respon motoric : penurunan kekuatan

genggaman tangan dan/atau refleks tendon dalam perubahan- perubahan retina

optic:dari skalelosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan

sklerotik dengan edema atau papilledema, eksudat, dan hemoragi tergantung

pada berat/lamanya hipertensi.

8) Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung ). Nyeri hilang

ntimbul pada tungkai/ klaudikasi (indikasi arteriosclerosis pada arteri

ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipitas seperti yang pernah terjadi

sbelumnya.Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).

9) Pernapasan (secara umum berhubungan dengan evek kardiopulmonal tahap

lanjut dari hipertensi menetap/berat) Gejala : dispnea yang berkaitan dengan

aktivitas/ kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea noktunal paroksismal. Batuk

dengan/tanpa pembentukan sputum Riwayat merokok.

Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesori pernapasan bunyi napas

tambahan (krakles/mengi). Sinosis.

1
10) Keamanan

Keluhan/gejala: gangguan koordisnasi/cara berjalan episode parestesia unilateral

transien hipotensi postural.

11) Pembelajaran/ Penyuluhan

Gejala : factor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskular/ginjal. Faktor-faktor risiko

etnik,spt.Orangafrika, amerika, asia tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone

lain: penggunaan obat/alcohol Pertimbangan rencana pemulangan: DRG

menunjukan reratalamanya dirawat: 4,2 hari. Bantuan dengan pemantauan diri

TD perubahan dalam terapi obat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi


kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual dan resiko tinggi.
Label diagnose keperawatan memberikan format untuk mengekspresikan bagian
identifikasi masalah dari proses keperawatan (Dongoes, Moorhouse, dan
Geissler,2014).
Penulis mengambil teori diagnosa menurut Dongoes, Moorhouse, dan Geissler,
2014 namun untuk penulisannya mengikuti SDKI,2016
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederah fisiologis
4. Resiko deficit nutrisi dibuktikan dengan factor pisikologis
5. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidak percayaan terhadap
kemampuan diri mengatasi masalah
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif

1
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan Tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dipilih untuk
membantu pasien dalam mencapai hasl yang diharapkan pasien dan tujuan persiapan
pemulangan. Intervensi gharus spesifik dan jelas dengan menggunakan kata kerja aksi.
Intervensi keperawatan adalah beberapa kategori yaitu mandiri ( dilakukan oleh
perawat). dan kolaborasi dilakukan beberapa petugas Kesehatan seperti dokter dan
perawat ( Dongoes, Moorhouse, dan Geissler, 2014).
Hari/
No SDKI SLKI SIKI
Tanggal

1 1. Penurunan curah Dalam waktu 2x24 Observasi


jantung berhubungan jam perawatan 1. Monitor tekanan darah
dengan afterload dengan 1. Kekuatan nadi 2. Monitor saturasi
palpitasi, perifer oksigen
bradikardi/takikardia, meningkat
gambaran EKG aritmia 2. Palpitasi Terapeutik
atau gangguan konduksi, Menurun 1, Posisikan pasien semi
lelah, edema, distensi 3. Bradikardia fowler atau fowler dengan
vena jugularis, menurun kaki ke bawah atau posisi
hepatomegali, dispnea, 4. Takikardia nyaman
tekanan darah Menurun 2. Berikan terapi relaksasi
meningkat/menurun, 5. Lelah Menurun untukmengurangi
nadi perifer teraba 6. Pucat/xianosis stres,jika perlu
lemah, CRT > 3 detik, menurun 3. Berikan oksigen untuk
oliguria, warna kulit mempertahankan
pucat/xianosis saturasi oksigen >94%

Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan berhenti
merokok

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

1
Hari/
No SDKI SLKI SIKI
Tanggal

2 Dalam waktu 2x24 Observasi


1. Intoleransi aktifitas
jam perawatan 1. Identifikasi
berhubungan dengan
1. Kemudahan gangguan fungsi
kelemahan ditandai
melakukan aktivitas tubuh yaqng
dengan mengeluh lelah,
sehari-hari mengaakibatkan
frekuensi jantung
meningkat kelelahan
meningkat >20% dari
2. Kecepatan berjalan 2. monitor kelelahan
kondisi istrahat, dispnea
meningkat. fisik dan emosional
saat/setelah aktivitas,
3. Jarak jalan
tekanan darah berubah
meningkat Terapeutik
>20% dari kondisi
4. Kekuatan bagian 1. Sediakan
istrahat, merasa tidak
tubuh atas lingkungan yang
nyaman setelah aktivitas,
meningkat nyaman dan rendah
gambaran EKG
5. Kekuatan tubuh stimulus
menunjukan aritmia saat
bagian bawah (mis.cahaya,suara,
setelah aktivitas, merasa
meningkat kunjungan)
lemah,gambaran EKG
6. Keluhan lelah 2. lakukan latihan
menunjukan iskemia,
menurun rentang gerak pasif
sianosis
7. Dispnea saat dan atau cahaya
aktivitas menurun aktif
8. Dipnea saat setelah
aktivitas menurun Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan aktifitas
secara bertahap

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

1
4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan suatu komponen dari


proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan yaitu
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Perry, 2014).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis, perencanaan,


dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah- langkah dalam
mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan,
dan perencanaan untuk asuhan di masa depan (Marrelli, 2014). Perumusan evaluasi
formatif meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP yaitu :
1. S (Subjektif) : Perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.

2. O (Objektif) : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan lain.

3. A (Analisis) : Penilaian darikedua jenis data (baik subjektif maupun objektif)


apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunderan.

4. P (Perencanaan) : Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis


diatas yang berisi melanjutkan perencaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah
belum teratasi.

1
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2010). Patofisiologi(3 rd ed.). EGC.

Cuspidi C, Pasina AC. Hypertnsi Emergenci n Urgenci.of Hypertension of ESH 2014.2


edition. CPT Press.367-372

Doenges ME, Moorhouse MF, & G. A. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan:


Pedoman untuk perencanaan dan pendokumntasian (3rd ed.). EG
Devy A.N. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.5 No.3

Indikator Deiagnosis Edisi 1. In Dewan Pengurus Pusat PPNI(1 st ed)

Junaedi, Sufrida, & Gusti. (2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian


Hipertensi. Hipertensi.
Kaplan NM, Victor RG,Flynn JT, Hypertensive
Emergencies.2015.11th edition.Wolters Kluwer.p.263-274

Kementrian Kesehatan RI..(2015). Rencana Strategi Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia Tahun 2015-2019. Pusat Komunikasi Publik.

Kemenkes RI. (2019. Hari hipertensi dunia 2019:Know You Number, kendalikan
tekanan darahmu dengan CERDIK.”
Kusuma. H.(2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis
& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasein Hipertensi. In


Wineka Media.

Muttaqin, A. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System


Kardiovaskular Dan Hematologic. Jakarta: Selemba Medika

Nursalam, (2011). MANAJEMEN KEPERAWATAN aplikasi dalam praktik


keperawatan professional Edisi 3. Salemba medika.

Nurarif,A.H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & NANDA. In terjctoriesof sleep quality and mood in the perinatal
period ( Revisi jil). mediaction
Nuraini, B. 2015. Risk of Hypertension. Faculty of Medicine, University of Lampung.
Vol.4,No5
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan(3th ed). Jakarta: Salemba
Medika

Nursalam, (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan. Salemba medika.

1
Setiati S. Buku ajaran ilmu penyakit dalam jilid I.IV. Jakarta:2015

Smelltezer, B (2013). Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: nuha medika. Stuart,

G.W.(2015). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Tim Pokja, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan


Indikator Diagnostik Edisi 1. In Dewan Pengurus Pusat Ppni ( 1 st ed.).
Tryanto,E. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta:Graha Ilmu.
Tedjakusuma, P., (2012). Tatalaksana hipertensi, cermin dunia kedokteran, Volume 39
no.4 tahun 2012

Tim Pokja, T. P. S. D. (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan ( DPP PPNI (ed.); 1st ed). Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Prince, 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi VI.Jakarta:
EGC
WHO.2013.World Health Day 2013; Hypertension.NICE , London Widjaja.(2011).

Mekanisme Terjainya Nyeri Pada Hipertensi Berat

Anda mungkin juga menyukai