Anda di halaman 1dari 30

lOMoARcPSD|24107204

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI
lOMoARcPSD|24107204

HIPERTENSI

1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan
darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg) (Sunarwinadi, 2017). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).

2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut (WHO , 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah
sistolik kurang dari 120 mmHg sedangkan tekanan darah diastolic kurang dari 80
mmHg . Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik pada pasien
140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg.
Tabel 1.1 Pedoman Praktik Klinis Tekanan Darah Tinggi (Whelton et al,
2017).

Klasifikasi tekanan Tekanan darah Tekanan Darah diastole


darah sistol(mmHg) (mmHg)

Nomal <120 <80


Tinggi/elevated 120-129 <80
Hipertensi Stage 1 130-139 80-90
Hipertensi Stage 2 ≥ 140 >90
Klasifikasi Hipertensi menurut kemenkes RI (2014).
a. Berdasarkan bentuk hipertensi dibagi menjadi :
Hipertensi diastolic ( Diastolic Hypertension), Hipertensi campuran (sistol
dan diastole yang tinggi) dan hipertensi sistolik (Systolic hypertension).
lOMoARcPSD|24107204

b. Berdasarkan penyebabnya :
1) Hipertensi primer / hipertensi Essensial.
Pada hipertensi ini untuk penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) ,
meskipun dikaitkan dengan faktor gaya hidup seperti kurang aktivitas
dan pola makan .Hal ini terjadi sekitar 90 % pada penderita hipertensi.
2) Hipertensi Sekunder / Hipertensi Non Essensial
3) Hipertensi ini sudah diketahui penyebabnya, sekitar 5-10% penderita
hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal. Sedangkan sekitar 1-
2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau konsumsi obat obat
tertentu.
3. Etiologi
Menurut Aspiani 2014, Hipertensi berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi dua
golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer
Hipertensi Primer ini bisa disebut juga dengan hipertensi idopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang bisa mempengaruhi yaitu:

1) Genetik
Pada hal ini individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
beresiko tinggi terhadap penyakit ini.
2) Jenis Kelamin dan Usia
Laki laki yang berusia 35-50 tahun dan wanita yang sudah mengalami
menopause yang beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
betambah maka tekanan darah meningkat.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung dapat berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi . Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
hipertensi sendiri dengan cara mengurangi konsumsi garam , jika garam
yang dikonsumsi belebih , ginjal yang bertugas untuk mengolah garam
akan menahan cairan lebih banyak dari pada seharusnya didalam tubuh.
Banyaknya cairan yang tertahan dapat menyebabkan peningkatan volume
pada darah sehingga bisa menyebabkan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
lOMoARcPSD|24107204

4) Berat Badan.
Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan terjadinya hipertensi
pada seseorang.
5) Gaya Hidup
Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, bila
gaya hidup menetap. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan
katekolamin. Peningkatan katekolamin ini dapat menyebabkan iritabilitas
miokardial, peningkatan denyut jantung dan menyebabkan vasokontriksi
yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.
Menurut (Aspiani 2014 dan Udjianti,Wajan Juni 2011).
b. Hipertensi sekunder.
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Kontrasepsi oral yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme Renin-Aldosteron-Mediated Volume Expansion.
Dengan penghentian kontrasepsi ini tekanan darah bisa kembali secara
normal setelah beberapa bulan.
2) Penyakit Parenkim dan vascular ginjal
Merupakan penyebab utama pada hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri
besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90 % lesi
arteri renal pada klien dengan hipetensi disebabkan oleh aterosklerosis
atau fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaingan fibrous). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infksi , inflamasi, dan perubahan struktur,
serta fungsi ginjal.
3) Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal mediated Hypertension disebabkan karena
kelebihan pimer, aldosterone, kortisol, dan katekolamin. Pada
Aldosteronisme primer , aldosterone ini bisa menyebakan hipertensi dan
hypokalemia. Aldosteronisme pimer biasanya timbul dari benign adenoma
korteks adrenal. Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang paling
umum meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Menurut
(Udjianti,Wajan Juni 2011 dan Aspiani 2014).
lOMoARcPSD|24107204

4. Manifestasi Klinis
Pada hipertensi biasanya ditandai dengan asimtomtik, hanya ditandai dengan
tekanan darah pada penderita itu meningkat. Meningkatnya tekanan darah awalnya
bersifat sementara tapi pada akhirnya bisa bersifat permanen . Gejala yang muncul
pada hipertensi ini seperti sakit kepala di tengkuk dan leher, gejala lain yang bisa
muncul yaitu nokturia, bingung, mual muntah dan gangguan penglihatan (Lemone,et
al. 2015)
Menurut (WHO, 2013) juga menyatakan sebagian besar penderita hipertensi ini
tidak merasakan gejala apapun. Gejala Klasik dari hipertensi yaitu sakit kepala,
kelesuan, epistaksis dan pusing disebabkan tekanan darah yang meningkat (Bhagani,
2018). Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah karena penyakit ini
tidak memperlihatkan gejala meskipun beberapa pasien mengeluhkan gejala seperti
nyeri kepala , lesu , pusing, pandangan kabu, telinga mendenging. Pada hipertensi
sekunder bisa disebabkan dari penyakit lain seperti tumor dengan keringat berlebihan,
Peningkatan frekuensi denyut jantung , rasa cemas yang hebat dan penurunan berat
badan (Agoes,A et al, 2010).
5. Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out
put) dan derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi vascular sistemik).
Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat oleh baroreseptor arteri yang
mendeteksi perubahan tekanan pada arteri utama.
Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah, seperti vena,
atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan penting dalam pengaturan
hormonal volume vaskuler. Penderita hipertensi dipastikan mengalami peningkatan
salah satu atau kedua komponen ini, yakni curah jantung dan atau resistensi vascular
sistemik. Sedangkan tekanan intracranial yang berefek pada tekanan intraocular akan
mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan tidak segera dilakukan,
penderita akan mengalami kebutaan (Nugraha, 2016).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf
lOMoARcPSD|24107204

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan


asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medula adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.Renin yang
dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor
tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2019)
lOMoARcPSD|24107204

6. Pathway

umber : Pathway dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,


2017).
lOMoARcPSD|24107204

7. Komplikasi
Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita hipertensi yaitu :

a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus
yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya glomerolus mengakibatkan
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan
dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
d. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah kembalinya
ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki, dan
jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan
sesak nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak.
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin & Hardhi, (2015) :

a. Pemeriksaan Laboratorium:
1. Hb / Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti :
hipokoagulabilitas , anemia.
2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3. Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4. Urinalisa : darah , protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
DM.
lOMoARcPSD|24107204

5. Kolestrol total serum.


6. Kolestrol LDH dan HDL serum.
7. Trigliserida serum (puasa).
b. Ct scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian


gelombang P adalah salah satu tanda penyakit jantung hiprtensi.
d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan
ginjal.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi

a. Penatalaksanaan non farmakologis


Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
1. Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan
buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan
darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
2. Mengurangi asupan garam.
Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada
kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan
garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.
3. Olahraga.
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60 menit/ hari,
minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap
pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya
harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki
tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
lOMoARcPSD|24107204

4. Mengurangi konsumsi alkohol.


Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang umum di negara
kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring
dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar.
Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari
pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam
penurunan tekanan darah.
5. Berhenti merokok.
Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan
tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama
penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti
merokok (PERKI, 2015).
b. Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Berikut penggunaan obat-obatan sebagai
penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi.
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh,
sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah turun dan beban
jantung lebih ringan.
2. Penyekat beta (beta-blockers)
Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju
nadi dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan pada penderita asma
bronchial, dan pengunaan pada penderita diabetes harus hati-hati
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia.
3. Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE inhibitor/ACEi)
menghambat kerja ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II (vosokontriktor) terganggu. Sedangkan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB) menghalangi ikatan angiotensin II pada
reseptornya. ACEI maupun ARB mempunyai efek vasodilatasi,
lOMoARcPSD|24107204

sehingga meringankan beban jantung.


4. Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya kalsium ke
dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi
arteri koroner dan juga arteri perifer (Kemenkes RI, 2013).
10. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

2. Sirkulasi

Gejala : giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /


katup, penyakit serebrovaskuler.

Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,


berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis,
ekstermitas, perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat.

3. Integritas Ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,


faktor stress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan).

Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,


tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal).

5. Makanan / Cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi


garam, lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.
lOMoARcPSD|24107204

Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,


glikosuria.

6. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan


pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia),
episode epistaksis.

Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori (ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman),
perubahan retinal optik.

7. Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen.

8. Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,


dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok.

Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas


tambahan (krekles, mengi), sianosis.

9. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.

Tanda : episode parestesia unilateral

transien.

10. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,


DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik, penggunaan pil
KB atau hormon lain, penggunaan obat / alkohol.

11. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


lOMoARcPSD|24107204

a).Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

b).Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya


hipertensi yang diderita klien.

c). Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit
lOMoARcPSD|24107204

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Luaran dan Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 (D.0077) (L.08066) (I.08238)
Tingkat Nyeri Observasi
Nyeri akut berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi 1. Indentifikasi
peningkatan tekanan vaskuler
keperawatan selama 3x24 jam, lokasi,
serebral.
maka status nutrisi membaik karakteristik,
Definisi dengan durasi, frekuensi,
Pengalaman sensorik atau Kriteria Hasil kualitas,
emosional yang berkaitan 1. Nyeri berkurang intensitas nyeri.
dengan kerusakan jaringan 2. Nyeri terkontrol cukup 2. Identifikasi skala
actual atau fungsional, dengan meningkat nyeri.
onset mendadak atau lambat dan 3. Kemampuan mengenali 3. Identifikasi
berintensitas ringan hingga berat meningkat respon nyeri non
yang berlangsung kurang dari 3 4. Kemampuan ferbal
bulan. menggunakan teknik non- 4. Identifikasi factor
Penyebab farmakologis cukup yang
meningkat memperberat dan
1. Agen pencedera memper ringan
5. Dukungan orang terdekat
fisiologis nyeri
meningkat
( mis.inflamasi,iskemia,n 5. Identifikasi
eoplasma) pengetahuan dan
keyakinan
2. Agen pencedera kimiawi
tentang nyeri
(mis.terbakar,bahan
6. Identifikasi
kimia iritan)
pengaruh budaya
3. Agen pencedera fisik terhadap respon
( mis. nyeri
Abses,amputasi,terbakar, 7. Identifikasi
terpotong,mengangkat pengaruh nyeri
berat,prosedur operasi, pada kualitas
trauma,latihan fisik hidup
berlebih ) 8. Monitor
keberhasilan
Gejala dan tanda mayor terapi
Subjektif komplementer
yang sudah
1.Mengeluh nyeri
diberikan
Objektif 9. Monitor efek
samping
1. Tampak meringis
penggunaan
lOMoARcPSD|24107204

2. Bersikap protektif analgetik


(mis.waspada, posisi Teraputik
menghindari nyeri) 1. Berikan teknik
non farmakologis
3. Gelisah untuk
mengurangi rasa
4. Frekuensi nadi
nyeri(mis, TENS,
meningkat
hypnosis,
5. Sulit tidur akupresur, terapi
music,
Gejala dan Tanda biofeedtback,
minor Subjektif terapi pijat,
(tidak tersedia) aroma terapi,
Objektif teknik imajinasi
1. Tekanan darah meningkat terbimbing,
kompes
2. Pola nafas berubah hangat/dingin,
terapi bermain)
3. Nafsu makan berubah 2. Control
lingkungan yang
4. Proses berfikir terganggu
memperberat rasa
5. Menarik diri nyeri (mis, suhu
ruangan,
6. Berfokus pada diri sendiri pencahayaan,
kebisingan)
7. Diaforesis 3. Fasilitasi insitahat
dan tidur
Kondisi Klinis terkait
4. Pertimbangkan
1. Kondisi pembedahan jenis dan sumber
nyeri dalam
2. Cedera traumatis pemilihan stategi
meredakan nyeri
3. Infeksi
Edukasi
4. Sindrom koroner akut 1. Jelaskan
penyebab periode
5. Glaukoma dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
lOMoARcPSD|24107204

tepat
5. Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
lOMoARcPSD|24107204

KONSEP KELUARGA

1. Pengertian
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan yang saling ketergantungan (Departeman Kesehatan RI, 2014).
Menurut Bakri M.H. (2017), keluarga adalah unit sosial ekonomi terkecil dalam
masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi dan merupakan
kelompok primer yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai jarinagn
interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan dan adopsi. Keluarga adalah
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau
perkawinan.

2. Tugas Keluarga pada kesehatan

a. Keluarga mengenal masalah kesehatan

b. Keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c. Keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

d. Keluarga mempertahankan lingkungan keluarga yang sehat

e. Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan

3. Karakteristik Keluarga
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan,
atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempuyai peran
social : suami, istri, anak, kakak, dan adik
d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan social anggota
4. Struktur Keluarga
a. Patrilinial
lOMoARcPSD|24107204

Keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal
Kaluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu

c. Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga ibu
d. Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal berama keluarga ibu
e. Keluarga Kawinan
Hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga dan beberapa sanak
saudara menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri
5. Ciri-Ciri Struktur Kelarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasn, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususnan : setiap anggota keluarga mempunyai peran dan
fungsinya
6. Macam-Macam Tipe Keluarga
a. Tradisional
1. Keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dari sumi, istri dan anak
2. The dyad family yaitu keluarga yang terdiri dari suami (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu keluarga
3. Keluarga usila yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua
dengan anak yang memisahkan diri
4. The childless family yaitu keluarga tanpa anak karna terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita
5. Keluarga luas/besar yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generaasi yang hidup
bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang
tua (kakek, nenek) keponakan, dll
lOMoARcPSD|24107204

6. The single parent family (keluarga duda/janda) yaitu keluarga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya memlalui
proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
7. Commuter family yaitu kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi
salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan
(weekend)
8. Mulrigeneration family yaitu keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
9. Kin-network family yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti yang tinggal
dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama misalnya dapr, kamr mandi, telpon, dll
10. Blended family yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
11. The single adult living alone atau single adult family yaitu keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpissahan seperti perceraian, atau ditinggal mati.
b. Non tradisional
1. The nuclear family (keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak.
2. The dyad family yaitu keluarga yang terdiri dari suami (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu keluarga.
3. Keluarga usila yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua
dengan anak yang memisahkan diri.
4. The childless family yaitu keluarga tanpa anak karna terlambat terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita.
5. The extended family (keluarga luas/besar) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai:
paman, tante, orang tua (kakaknenek), keponakan, dll.
6. The single-parent family (keluarga duda/janda) yaitu keluarga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
lOMoARcPSD|24107204

7. Commuter family yaitu kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi
salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan
(weekend)
8. Multigenerational family yaitu keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekata dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televise, telepon, dll.
10. Blended family yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11. The single adult living alone / single-adult family yaitu keluarga yang terdiri
dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihanya atau perpisahaan
(separasi), seperti : perceraian atau di tinggal mati.
7. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
a. Pasagan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexsual dan kegiatan keluarga
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saatanak
berusia 5 tahun :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
lOMoARcPSD|24107204

2. Membantu anak untuk bersosialisasi


3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot)
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini di mulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada
usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumblah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluar
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-
7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan
keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah
anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang 17 belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
lOMoARcPSD|24107204

2. Mempertahankan keintiman pasangan


3. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
3. Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya
meninggal:
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
lOMoARcPSD|24107204

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dilakukan secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Sumber data pengkajian dapat
dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkajian dalam
keluarga memiliki dua tahapan, pengkajian tahap satu berfokus pada masalah
kesehatan keluarga. Pengkajian tahapa dua menyajikan kemampuan keluarga dalam
melakukan lima tugas kesehatan. Namun dalam pelaksanaannya, kedua tahapan ini
dilakukan secara bersamaan (Riasmini et al., 2017). Adapun data yang harus dikaji
dalam keluarga adalah yaitu:
a. Data Umum
1. Meliputi nama kepala keluarga alamat pekerjaan, dan status imunisasi
masing – masing keluarga serta genogram
2. Tipe keluarga, data ini menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini.
Berdasarkan tipe pembagian keluarga tradisional dan non tradisional.
3. Suku Bangsa data ini mengkaji asal suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait kesehatan
4. Agama data ini mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan
5. Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga yang
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Status sosial ekonomi keluarga ditentukan juga oleh
kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang –
barang yang dimiliki keluarga
6. Aktivitas rekreasi keluarga, data ini menjelakan mengenai kebiasaan
keluarga dala rekreasi atau refresing. Rekreasi tidak harus ke tempat
wisata, namun menonton TV, mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi keluarga.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini, data ini di tentukan oleh anak
tertua dari keluarga initi.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, data ini menjelaskan
menegenai tugas dalam tahap perkembangan keluarga saat ini yang belum
terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi.
lOMoARcPSD|24107204

3. Riwayat keluarga inti


4. Riwayat keluarga sebelumnya, data ini menjelakan riwayat kesehatan dari
pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan dan Sosial
1. Karakteristik rumah
2. Karakteritik tetangga dan komunitas
3. Mobilitas geografis keluarga
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
3. Struktur peran
4. Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi perawatan kesehatan
- Mengenal masalah kesehatan
- Mengambil keputusan
- Merawat anggota keluarga yang sakit
- Memelihara lingkungan yang sehat
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi
f. Stress dan Koping Keluarga
1. Pola koping
2. Stressor jangka panjang dan pendek
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
4. Strategi koping
5. Strategi adapatsi disfungsional
lOMoARcPSD|24107204

2. Diagnose Keperawatan
Diagnose keperawatan keluargadengan penderita gastritis yaitu :
a. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan pengobatan
b. Ketidakefektifan manajeman kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehtan
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindahkan yang direncanakan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan
atau masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Mubarak, 2011).
a. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan pengobatan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x kunjungan rumah diharapkan keluarga dan anggota keluarga yang
menderita gastritis dapat mengetahui tentang proses penyakit dan pengobatan
yang harus dijalani.
Kriteria hasil :
- Keluarga mampu mengetahui tentang penyebab proses penyakit dan faktor
yang berkontribusi terhadapa terjadinya penyakit
- Keluarga patut terhadap pelaksanaan proses perawatan
- Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pengobatan

Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya


Rasional : Untuk memudahkan interaksi antara perawat dan keluarga
2. Kaji tingkat pengaetahuan keluarga
Rasional : untuk mengetahui tingkat pengatahuan keluarga
3. Jelaskan pada keluarga tentang kondis angota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan serta proses pengobatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan terkait proses penyakit dan pengobtan
4. Anjurkan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
Rasional : agar keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehtan untuk
pengobatan
lOMoARcPSD|24107204

5. Monitor keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehan


Rasional : untuk mengetahui respond an tingkat keterlibatan keluarga dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan
b. Ketidakefektifan manajeman kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan. Tujuan : Setelah
dilakukan tindahkan keperawatan selama 2x kunjungan rumah diharapakan
manajeman kesehatan keluarga efektif
Kriteria hasil :
- Keluarga mampu memahami dan mengidentifikasi faktor – faktor peneyebab
manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
- Respon perilaku keluarga terhadap manajemen kesehatan keluarga membaik
- Keluarga mampu berpartisipasi dalam mengembangkan rencana perawatan
- Keluarga mamapu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama
denagn anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga


Rasional : untuk memudahkan interaksi dengan keluarga
2. Identifikasi faktor – faktor penyebab manajemen kesehatan keluarga tidak
efektif
Rasional : untuk mengetahui faktor – faktor penyebab manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif
3. Anjurkan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
untuk berpartisipasi dalam mengembangkan rencana keperawatan
Rasional : untuk mengarahkan keluarga dalam menyelesaikan masalah
kesehatan anggota keluarga
4. Monitor keterlibatan keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan
Rasional : untuk mengetahui respond dan tingkat keterlibatan keluarga dalam
proses perawatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
5. Berikan pemahaman pada keluarga terkait dengan kondisi anggota keeluarga
yang mengalami masalah kesehatan serta proses pengobatannya
Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan keluarga terkait proses penyakit
dan pengobatan
lOMoARcPSD|24107204

c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga mengenal masalah kesehtan. Tujuan : setelah dilakukan tindahkan
keperawatan selama 2x kunjungan rumah diharapkan keluarga mampu mengubah
perilaku kesehatan yang beresiko memperburuk kesehatan
Kriteria hasil :
- Keluarga mampu mengenal perilaku kesehatan cenderung beresiko
- Keluarga mampu mengubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup yang sehat
- Keluarga mampu berpartisipasi dalam pengambilan dan pelaksanaan
keputusan terkait dengan kesehatannya

Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga


2. Indentifikasi hambatan untuk merubah perilaku kearah yang lebih sehat
Rasional : untuk mengatahui hambatan serta mempermudah pembuatan
rencana perawatan lanjutan
3. Anjurkan keluarga untuk merubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup yang
sehat
Rasional : agar keluarga dapat merubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup
sehat
4. Dorong keluarga untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan tindahkan
serta proses pengobatan
Rasional : agar keluarga mampu membuat keputusan terhadap pelaksanaan
tindahkan serta proses pengobatan
4. Implementasi
a. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan pengobatan
- Membina hubungan saling percaya
- Mengkaji tingkat pengaetahuan keluarga
- Menjelaskan pada keluarga tentang kondis angota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan serta proses pengobatan
- Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
- Memonitoring keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
b. Ketidakefektifan manajeman kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
lOMoARcPSD|24107204

- Membina hubungan saling percaya dengan keluarga


- Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab manajemen kesehatan keluarga
tidak efektif
- Menganjurkan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan untuk berpartisipasi dalam mengembangkan rencana keperawatan
- Memonitor keterlibatan keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan
- Memberikan pemahaman pada keluarga terkait dengan kondisi anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan serta proses pengobatannya
c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehtan
- Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
- Mengindentifikasi hambatan untuk merubah perilaku kearah yang lebih
sehat
- Menganjurkan keluarga untuk merubah gaya hidup sesuai dengan gaya
hidup yang sehat
- Mendorong keluarga untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan
tindahkan serta proses pengobatan
5. Evaluasi
a. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan pengobatan
1. Keluarga mampu mengetahui tentang penyebab proses penyakit dan faktor
yang berkontribusi terhadapa terjadinya penyakit
2. Keluarga patut terhadap pelaksanaan proses perawatan
3. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pengobatan
b. Ketidakefektifan manajeman kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
1. Keluarga mampu memahami dan mengidentifikasi faktor – faktor peneyebab
manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
2. Adanya respon perilaku keluarga terhadap manajemen kesehatan keluarga
membaik
3. Keluarga mampu berpartisipasi dalam mengembangkan rencana perawatan
4. Keluarga mamapu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama
denagn anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
lOMoARcPSD|24107204

c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga mengenal masalah kesehtan
1. Keluarga mampu mengenal perilaku kesehatan cenderung beresiko
2. Keluarga mampu mengubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup yang sehat
3. Keluarga mampu berpartisipasi dalam pengambilan dan pelaksanaan
keputusan terkait dengan kesehatannya
lOMoARcPSD|24107204

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC,Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with
hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford:
Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang
Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada
Praktik asuhan keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Suharto, (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC
Suprajitno, (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai