Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA Ny B DI UPTD PUSKESMAS

RAWAT INAP BIHA KAB PESISIR BARAT

OLEH :

SEPRIDA
NIM 2022207209538

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADYAH PRINGSEWU


LAMPUNG

TAHUN 2023
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi landasan teori yang merupakan acuan/kerangka berpikir untuk

memecahkan masalah. Teori teori yang dijelaskan pada bab ini memuat konsep

teori penyakit hipertensi dan konsep asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

A. Konsep Teori Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

lebih dari suatu periode. Hal tersebut terjadi bila arteriole-arteriole

konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban

kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan

jantung dan pembuluh darah.

Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Udjianti ,2013).

Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah

140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan

sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara nomotensi dan hipertensi disebut

borderline hypertension (Garis Batas Hipertensi).

7
8

2. Etiologi

Menurut Udjianti (2013) berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi

menjadi dua, yaitu:

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 dua yaitu :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang

tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga

berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial adalah :

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

beresiko tinggi untuk terkena penyakit ini. Faktor genetik ini tidak

dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memiliki

tekanan darah tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi

untuk mengalami hipertensi. ketika perempuan memasuki usia tua

(menopause) hormon estrogen akan menurun kadarnya sehingga

perempuan lebih rentan terhadap hipertensi. Penderita hipertensi

pada perempuan dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen. Jika usia

bertambah maka tekanan darah meningkat. Faktor ini dapat

dikendalikan, serta jenis kelamin laki laki lebih tinggi dari pada

perempuan.
9

3) Diet

Konsumsi diet garam atau lemak secara langsung berhubungan

dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh

penderita dengan mengurangi konsumsi garam. Karena dengan

mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah

dengan cepat pada beberapa orang, khususnya dengan penderita

hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika

garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk

mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang

seharusnya didalam tubuh.

Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan

pada volume darah seseorang atau dengan kata lain pembuluh darah

membawa lebih banyak cairan. Beban ekstra yang dibawa oleh

pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja

ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding

pembuluh darah. Kelenjar adrenal memproduksi suatu hormon yang

dinamakan Ouobain. Kelenjar ini akan lebih banyak memproduksi

hormone tersebut ketika seseorang mengkonsumsi terlalu banyak

garam.

Hormon ouobain berfungsi untuk menghadirkan protein yang

menyeimbangkan kadar garam dan kalsium dalam pembuluh darah,

namun ketika konsumsi garam meningkat produksi hormon ouobain


10

menganggu keseimbangan kalsium dan garam dalam pembuluh

darah.

4) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan

dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal)

dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau

hipertensi.

5) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola

hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi terjadi

yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok

yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan beberapa

punting rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah

pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus

menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien, sebaiknya jika

memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari

alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan memelihara

gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa

terjadi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi

adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti
11

penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi

renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi. Dari

penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal

disebut hipertensi ginjal (renal hypertension).

Gangguan ginjal yang paling banyak menyebabkan tekanan darah

tinggi karena adanya penyempitan pada arteri ginjal, yang merupakan

pembuluh darah utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila

pasokan darah menurun maka ginjal akan memproduksi berbagai zat

yang meningkatkan tekanan darah serta gangguan yang terjadi pada tiroid

juga merangsang aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah yang

mengakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga

mengakibatkan hipertensi.Faktor pencetus munculnya hipertensi

sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta,

neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan,

peningkatan volume intravaskuler, luka bakar ,dan stress.


12

3. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut american society of hypertension and the

international society of hypertension 2013

Kategori Tekanan darah Tekanan darah


sistolik (mmHg) diastolic (mmHg)

Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg

Normal 120 – 129 mmHg < 80 mmHg

Normal Tinggi 130 - 139 mmHg 80 – 89 mmHg

Hipertensi derajat 1 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg

Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109 mmHg


mmHg
Hipertensi derajat 3 ≥180 mmHg ≥110 mmHg

Hipertensi sistolik
terisolasi ≥140 mmHg <90 mmHg
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah (Julianty Pradono 2020)

4. Manifestasi Klinis

Menurut (Oktavianus; Febriana Sartika Sari 2014) kebanyakan

orang dengan darah tinggi tidak memiliki tanda atau mengalami gejala,

meskipun tekanan darah mencapai level tinggi yang membahayakan

kesehatan. Meskipun beberapa orang dengan hipertensi tahap awal

mungkin mengalami “dull headaches”, pusing atau beberapa lagi

mimisan, tanda dan gejala ini biasanya tidak muncul sampai hipertensi

tahap yang berat bahkan tingkat yang mengancam nyawa.

Secara umum orang dengan hipertensi terlihat sehat dan sebagian

besar tidak menimbulkan gejala. Tapi ada pula gejala awal yang mungkin
13

timbul dari hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,

wajah kemerahan, kelelahan.

5. Patofisiologi

Reseptor yang menerima perubahan tekanan daerah yaitu refleks

baroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada

hipertensi karena adanya berbagai gangguan genetik dan resiko

lingkungan, maka terjadi gangguan neurohormonal yaitu sistem saraf

pusat dan sistem renin-angiotensin-aldosterone, serta terjadinya

inflamasi dan resistensi insulin. Resistensi insulin dan gangguan

neurohormonal menyebabkan vasokonstriksi sistemik dan peningkatan

resistensi perifer. Inflamasi menyebabkan gangguan ginjal yang disertai

gangguan system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) yang

menyebabkan retensi garam dan air ginjal, sehingga terjadi peningkatan

volume darah. Peningkatan resistensi perifer dan volume darah

merupakan dua penyebab utama terjadinya hipertensi (Asikin, dkk

,2016).
14

6. Pathway

Umur, Jenis Kelamin, Gaya Hidup, Obesitas, Keturunan

Perubahan Kurang Defisit


Hipertensi
situasi Terpapar Pengetah
informasi uan

Jantung Otak Ginjal Retina Pembuluh Darah

Kerja Jantung Vasokontriksi


Meningkat Retensi Vasokontriksi
pembuluh darah
Pembuluh darah Spasme arteriole Afterload
Ginjal
Otak meningkat
Resiko
Penurunan
perfusi jaringan Peningkatan TIK Rangsang Diplopia Cardiac Output
jantung aldosteron Menurun

Nyeri Kepala Retensi Na Risiko


Intoleransi
Aktivitas Injuri/Cedera
Gangguan Rasa Cairan
Oedema
Nyaman Nyeri

Gangguan
Keseimbangan
Gambar 2.1 Sumber Hariyanto dan
Sulistyowati (2015)
15

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Udjianti (2013) menjelaskan bahwa pemeriksaan

penunjang atau pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk pasien

dengan hipertensi antara lain:

a. Hitung darah lengkap (completeBlood cells Count) meliputi

pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan

indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

b. Kimia darah

1) BUN,kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi

atau faal renal.

2) Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator

hipertensi) akibat peningkatan kadar katekolamin.

3) Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar

mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus.

4) Kadar serum aldosterone: menilai adanya aldosteronisme primer.

5) Studi tiroid ( T3 dan T4 ): menilai adanya hipertiroidisme yag

berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.

6) Asam urat: hiperurisemia merupakan implikasi faktor risiko

hipertensi.

c. Elektrolit

1) Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya

aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).

2) Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.


16

d. Urine

1) Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine

mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.

2) Urine VMA (catecholamine metabolite): peningkatan kadar

mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

3) Steroid urine: peningkatan kadar mengindikasikan

hiperadrenalisme, pheochomacytoma, atau disfungsi pituitasi,

sindrom cushing’s, kadar renin juga meningkat.

e. Radiologi

1) Intra Venous Pyelografi (IVP), mengidentifikasi penyebab

hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, benign

prostate hyperplasia (BPH).

2) Rontgen toraks, menilai adanya klasifikasi obstruksi katup jantung,

deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.

f. EKG

Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi

atau disritmia.

8. Penatalaksanaan

Menurut (nixson Manurung 2018) penatalaksanaan hipertensi dapat

dilakukan dengan Terapi farmakologi dan Terapi non Farmakologi:

a. Terapi Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan hipertensi

dengan menggunakan obat kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi.


17

Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada

penatalaksanaan farmakologis ,yaitu :

1) Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi

jumlah air dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan

pembuluh darah. Sehingga tekanan darah secara perlahan lahan

mengalami penurunan karena hanya fluida yang sedikit di dalam

sirkulasi dibandingkan dengan sebelum menggunakan diuretik.

Selain itu, jumlah garam di dinding pembuluh darah menurun

sehingga menyebabkan pembuluh darah membesar. Kondisi

tersebut membantu tekanan darah menjadi normal.

2) Penghambat adrenergenik

Mekanisme kerja obat ini melalui penurunan daya pompa

jantung. jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang

telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma

bronkial.

3) Vasodilator

Agen vasodilator bekerja langsung pada pembuluh darah

dengan merelaksasi otot pembuluh darah.contoh yang termasuk

obat jenis vasodilator adalah prasosin dan hidralasin. Kemungkinan

yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit kepala dan

pusing.
18

4) Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE)

Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem

renin-angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan

efek enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzyme).

Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan

menurunkan tekanan darah.

5) Antagonis kalsium

Merupakan sekelompok obat yang bekerja mempengaruhi

jalan masuk kalsium sel sel dan mengendurkan otot otot di dalam

dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan

terhadap aliran darah dan tekanan darah. Yang termasuk obat ini

adalah Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.Efek samping yang

mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

b. Terapi Non Farmakologi

Upaya pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan

pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya hidup yang

tidak sehat. Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup

yang sulit dilakukan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, faktor

yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya adalah

diri sendiri. Perubahan gaya hidup sehat bagi penderita hipertensi

yaitu :

1) Mengontrol pola makan


19

Mengkonsumsi garam sebaiknya tidak lebih dari 2000 sampai 2500

miligram. karena tekanan darah dapat meningkat bila asupan garam

meningkat. Pembatasan asupan sodium dapat mempertinggi efek

sebagian besar obat yang digunakan untuk mengobati

tekanan darah tinggi kecuali kalsium antagonis.Penderita hipertensi

sebaiknya lemak kurang dari 30% dari konsumsi kalori setiap hari.

Mengkonsumsi banyak lemak akan berdampak pada kadar

kolesterol yang tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan

risiko terkena penyakit jantung.

2) Tingkatkan konsumsi potasium dan magnesium

Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi salah

satu faktor pemicu tekanan darah tinggi. Buah buahan dan sayuran

segar merupakan sumber nutrisi terbaik tuntuk menurunkan

tekanan darah.

3) Makan makanan jenis padi padian

Bagi orang yang mengkonsumsi sedikitnya satu porsi sereal dari

jenis padi padian per hari mempunyai kemungkinan yang sangat

kecil untuk terkena penyakit jantung. Semakin banyak

mengkonsumsi padi padian, semakin rendah risiko penyakit

jantung koroner, termasuk terkena penyakit hipertensi.

4) Aktivitas olahraga

Melalui olahraga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobic

selama 30-45 menit per hari ) dapat menurunkan tahanan perifer


20

yang akan menurunkan tekanan darah, berjalan kaki misal jalan

jalan dipagi/sore hari, berenang di kolam renang selama 30 menit,

bersepeda selama 2-3 kali selama satu minggu, berlari setiap hari

dimana melakukan latihan ringan pada awalnya dan ditingkatan

secara perlahan dll.

5) Bantuan dari kelompok pendukung

Sertakan keluarga dan teman menjadi kelompok pendukung pola

hidup sehat. Sehingga keluarga dan teman teman mengerti

sepenuhnya tentang besarnya risiko jika tekanan darah tidak

terkendali. Dengan demikian keluarga dan teman akan membantu

dengan memperhatikan makanan atau mengingatkan saat tiba

waktunya untuk minum obat atau untuk untuk melakukan aktivitas

berjalan jalan setiap hari.

6) Berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol berlebihan

Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan

darah. Nikotin diserap oleh pembuluh darah di dalam paru paru dan

diedarkan ke aliran darah. Demikian dengan alkohol, efek

mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi tekanan darah,

sehingga peluang terkena hipertensi semakin tinggi karena alkohol

dalam darah merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin) dan

hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit atau

menyebabkan penumpukan lebih natrium dan air. Selain itu alkohol

yang berlebihan dapat menyebabkan kekekurangan gizi yaitu


21

penurunan kadar kalsium dan magnesium, rendahnya kadar dari

kalsium dan magnesium berkaitan dengan peningkatan pembuluh

darah.

c. Terapi Herbal

Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology, ada lima macam

cita rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit dan asin.

Pengkajian jenis obat obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi

disuguhkan dengan beberapa cara, misalnya dengan dimakan

langsung, disajikan dengan dibuat jus untuk diambil sarinya, diolah

menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari

hari. Adapun tanaman obat tradisional yang dapat digunakan untuk

penyakit hipertensi yaitu: bawang putih, seledri, belimbing wuluh,

belimbing, wortel, teh, mengkudu, mentimun, dan lain lain.

9. Komplikasi

Menurut Dalimartha (2019), penderita hipertensi berisiko terserang

penyakit lain yang menyebabkan komplikasi, beberapa penyakit yang

timbul sebagai akibat hipertensi di antara nya sebagai berikut :

a. Penyakit Jantung koroner

Penyakit ini sering di alami penderita hipertensi sebagai akibat terjadi

nya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan

lubang pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran

darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa
22

nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung.

Bahkan, dapat menyebabkan timbul nya serangan jantung.

b. Gagal Jantung

Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat

untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan

menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot menurun. Pada

akhirnya dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda -

tanda adanya komplikasi yaitu sesak napas, napas putus - putus

(pendek), dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.

c. Kerusakan pembuluh darah otak

Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi

menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada

dua jenis kerusakan yang di timbulkan yaitu pecahnya pembuluh

darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya,

seseorang bisa mengalami stroke dan kematian.

d. Gagal Ginjal

Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi,

yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.

Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama

sehingga terjadi pengendapan fraksi - fraksi plasma pada pembuluh

darah akibat proses menua. Hal itu akan menyebabkan daya

permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun


23

nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang di tandai

dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg yang disebabkan

terganggunya fungsi ginjal.

e. Stroke

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajang

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila

arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,

sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri

otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga

meningkatkan kemingkinan terbentuknya aneurisma.

f. Infark Miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah

melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi

ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Demikian juga, hipertrofi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia

jantung, dan peningkatan resiko pembekuan darah.

g. Ensefalopati (kerusakan otak)

Ensefalopati dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan sangat


24

tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan kapiler dan

mendorong cairan keruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.

Neuron- neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

h. Kejang

Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin

memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang

tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia, ibu mengalami

kejang selama atau sebelum proses perasalinan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi

Proses keperawatan adalah salah satu metoda efektif pemecahan masalah

yang dilakukan perawat terhadap klien dengan pendekatan metodologi ilmiah.

Asuhan keperawatan dapat di pertanggungjawabkan berdasarkan substansi

ilmiah yaitu logis, sistimatis, dinamis dan restruktur (Muhlisin, 2011).

1. Pengkajian Keperawatan

Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama dengan klien ,keluarga atau masyarakat

untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

a. Anamnesa

1) Identitas Klien (Data Biografi)

Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, status,

pekerjaan, alamat rumah, tanggal masuh rumah sakit, tanggal

penentuan diagnosa klien. Selain itu juga dilengkapi dengan identitas


25

penanggung jawab klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama,

pekerjaan, hubungan dengan klien serta alamat rumah.

2) Keluhan utama

Klien dengan penyakit hipertensi biasanya sakit kepala, sesak nafas,

kurang nafsu makan dan mual.

3) Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan hipertensi yang mengalami peningkatan tekanan darah

riwayat kesehatan saat ini biasanya pasien dengan keluhan nyeri

kepala dan bagian tengkuk terasa berat, mengalami kesulitan tidur,

penglihatan berkunang-kunang.

4) Riwayat penyakit dahulu

Pada pasien hipertensi riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat

kardiovaskuler sebelumnya, penyakit yang menahun atau sudah lama

dialami pasien, riwayat pekerjaan pasien yang berhubungan dengan

peningkatan aktivitas, riwayat penggunaan obat-obatan, riwayat

mengkonsumsi alkohol dan merokok.

5) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya penyakit hipertensi merupakan penyakit keturunan yang

perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang

sama karena faktor genetik atau keturunan. keluarga belum mengerti

tentang hal- hal yang menyebabkan penyakit hipertensi seperti faktor

risiko keluarga penyakit jantung, penyakit ginjal, DM, penggunan pil

KB, penggunaan obat atau alhokol


26

b. Pola fungsional Gordon pada pasien hipertensi

1) Pola persepsi dan pemeliharaan

Kesehatan pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan

sehingga apabila ada salah satu keluarganya yang sakit langsung

dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

2) Pola Nutrisi

a) Sebelum sakit

Makan: 3 x 1 sehari (Nasi, sayur, lauk) habis 1 porsi, pasien

mempunyai kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam, tinggi

lemak, tinggi natrium, tinggi kolesterol, tinggi kalium, sebelum

sakit pasien tidak ada pantangan makan.

Minum: 6-7 gelas sehari (air putih, teh dan kopi).

b) Selama sakit

Makan: 2 x 1 sehari, dengan menu nasi, sayur, ikan, habis ½ porsi,

terjadi perubahan berat badan, pasien mengurangi konsumsi

makanan yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Minum: 5-6 gelas ukuran 200 cc air putih.

3) Pola Eliminasi

a) Sebelum sakit

BAB normal ± 2 kali sehari, dengan konsistensi bentuk padat,

warna kuning, bau khas.

BAK normal ± 6-8 kali sehari, warna kekuning kuningan, bau khas,

tidak ada tanda gangguan pada ginjal, pasien tidak mempunyai


27

riwayat penyakit ginjal sebelum sakit, tidak terdapat penurunan

frekuensi BAK sebelum sakit.

b) Selama sakit

BAB cair ± 1-2 kali sehari, dengan konsistensi bentuk padat, warna

kuning, bau khas.

BAK cair 6-8 kali sehari, dengan konsistensi warna kekuningan

kuningan, bau khas.

4) Pola aktivitas dan latihan

a) Sebelum sakit

Kemampuan 0 1 2 3 4
Aktifitas dan
Latihan
Makan dan √
minum
Mandi √
Toletting √
Berpakaian √

Mobilitas di √
tempat tidur
Berpindah √

b) Sesudah sakit

Kemampuan 0 1 2 3 4
Aktifitas dan
Latihan
Makan dan √
minum
Mandi √
Toletting √
Berpakaian √
Mobilitas di √
tempat tidur

Berpindah
28

Keterangan :

0 : Mandiri, mampu merawat sendiri secara penuh.

1 : Memerlukan penggunaan alat.

2 : Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain.

3 : Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, peralatan.

4 : Sangat tergantung, dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi

dalam melakukan aktivitas.

c) Pola Istirahat dan Tidur

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan sebelum sakit tidur 7-8 jam/hari, tidur nyenyak,

tidak ada gangguan tidur.

b) Selama sakit

Pasien hanya tidur 3-5 jam/ hari karena merasakan pusing.

d) Pola Perseptual (Penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi)

a) Sebelum sakit

Pendengaran sedikit ada gangguan, penglihatan pasien sudah

kabur, pengecapan pasien masih baik, sensasi pasien masih baik.

b) Selama sakit

Ada gangguan pada pendengaran pasien karena faktor usia,

penglihatan pasien sudah kabur, pengecapan pasien kurang baik

karena bibir pasien terasa pahit, sensasi pasien masih baik.


29

e) Pola Persepsi Diri

a) Sebelum sakit

Pasien tidak merasakan kecemasan, kegelisahan.

b) Selama sakit

Pasien tampak pucat, lemah, tingkat kecemasan pasien dapat

terlihat saat pasien akan dilakukan tindakan keperawatan, pasien

sering bertanya sesuatu tentang penyakit yang dialami.

f) Pola Hubungan dan Peran

a) Komunikasi: Dalam berkomunikasi pasien berkomunikasi baik

dengan teman dan keluarganya.

b) Hubungan pasien dengan orang lain: Pasien bersosialisasi baik

dengan lingkungan dan keluarga.

g) Pola Seksual dan Reproduksi

a) Sebelum sakit: Pasien sudah menopause.

b) Selama sakit: Pasien tidak memiliki gairah seksual.

c) Pasien tidak memiliki gangguan reproduksi.

h) Pola Mekanisme Stres dan koping

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan senang bergaul dengan warga sekitar, jika ada

masalah pasien cerita dengan keluarga.

b) Selama sakit
30

Pasien mengatakan jarang bergaul, merasa jenuh karena aktifitas

pasien diabatasi, jika ada masalah pasien selalu terbuka dengan

keluarga.

i) Pola Nilai dan Keyakinan

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan beragama islam, beribadah sesuai dengan

keyakinan.

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit merasakan pusing berat, pasien

sholat dengan duduk.

c. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

b) Kesadaran

c) Tanda-tanda vital

d. Pemeriksaan Head to toe

a) Wajah ekspresi wajah: tampak sesak gelisah, kesakitan, pucat, biru.

b) Mata: simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak, sklera icterus tidak.

c) Telinga: adanya peradangan, kelainan bentuk, serumen, perdarahan,

benjolan.

d) Hidung: simetris/tidak, adanya peradangan, kelainan bentuk, terdapat

secret atau tidak.

e) Mulut: bibir sianosis (pada penyakit jantung bawaan), bibir pucat

(anemia), lembab atau kering.


31

f) Leher: terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau tidak.

g) Dada: pemeriksaan menggunakan IPPA pada jantung dan paruparu

pasien.

h) Perut: pemeriksaan menggunakan IAPP.

i) Kulit/ekstermitas: terperatur/akral yang dingin atau hangat, terdapat

sianosis atau tidak di dasar kuku, warna kulit (Manurung 2018).

2. Diagnosis Keperawatan penyakit Hipertensi

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya

baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan

bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien, individu, keluarga dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hipertensi menurut

SDKI 2017 adalah sebagai berikut:

a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (D.0077)

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055)

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

darah (D.0009)

e. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

afterload (D.0011)

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.00111)
32

3. Rencana Keperawatan penyakit Hipertensi

Menurut Tim Pokja SIKI PPNI (SIKI 2018) menjelaskan bahwa intervensi/

perencanaan keperawatan pada pasien hipertensi adalah:

a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan nyeri berkurang.

Kriteria Hasil :

1) Keluhan nyeri menurun dengan skala 1-2

2) Pasien tampak rileks, tidak gelisah

3) Tidak terjadi ketegangan otot

4) Meringis menurun

5) Kesulitan tidur menurun

Intervensi:

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

Rasional: Untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, dan intesitas nyeri.

2) Identifikasi skala nyeri.

Rasional: Untuk menentukan skala nyeri.

3) Identifikasi respons nyeri non ferbal.

Rasional: Untuk mengetahui respon pasien terhadap nyeri.

4) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

Rasional: Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan.


33

5) Ajarkan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Rasional: Untuk melihat perkembangan sesudah dilakukan terapi

nonfarmakologis.

6) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.

Rasional: Pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri dan

mempercepat proses penyembuhan pasien.

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan gangguan pola tidur pasien teratasi.

Kriteria Hasil:

1) Keluhan sulit tidur menurun.

2) Keluhan tidak puas tidur menurun.

3) Keluhan pola tidur berubah menjadi baik.

4) Pasien dapat tidur nyenyak.

Intervensi:

1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur.

Rasional: Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana

keperawatan.

2) Batasi waktu tidur siang,jika perlu.

Rasional: Meningkatkan agar klien bisa tidur pada malam hari.

3) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis pijat,

pengaturan posisi.
34

Rasional: Memberikan rasa nyaman dan meningkatkan pola tidur

pasien.

4) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.

Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien pentingnya tidur cukup

untuk mempercepat proses penyembuhan.

5) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.

Rasional: Mempercepat proses penyembuhan pasien.

6) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menganggu waktu

tidur.

Rasional: Menghindari gangguan saat tidur ,dan memberikan rasa

nyaman.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas sesuai tingkat

kemampuan

Kriteria Hasil:

1) Pasien dapat melakukan aktifitas ringan.

2) Keluhan lelah menurun.

3) Peningkatan kekuatan tubuh meningkat tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi dan pernafasan.

Intervensi:

1) Kaji tingkat kemampuan pasien melakukan aktivitas.


35

Rasional: Mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan

kemampuan aktivitas pasien.

2) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas.

Rasional: Mengetahui lokasi ketidaknyamanan pasien selama

melakukan aktivitas.

3) Lakukan latihan gerak pasif dan/atau aktif.

Rasional: Mempercepat proses penyembuhan klien dalam

melakukan aktivitas secara normal.

4) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.

Rasional: Mendorong pasien untuk melakukan latihan beraktivitas.

5) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan.

Rasional: Meningkatkan asupan makan pasien dan mempercepat

proses penyembuhan pasien.

d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

darah.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam

keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk

mempertahankan jaringan membaik.

Kriteria Hasil:

1) Denyut nadi perifer meningkat.

2) Warna kulit pucat menurun.

3) Tekanan darah sistolik membaik.


36

4) Tekanan darah diastolik membaik.

Intervensi:

1) Monitor tekanan darah.

Rasional: Untuk mengetahui kondisi tekanan darah pasien yang

konstan atau ada masalah.

2) Monitor nadi (Frekuensi, kekuatan, irama)

Rasional: Untuk mengetahui kondisi jantung.

3) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital.

Rasional: Untuk mengetahui penyebab perubahan tanda vital.

4) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien.

Rasional: Untuk memantau kondisi pasien.

5) Dokumentasikan hasil pemantauan.

Rasional: Untuk mengingat hasil pemantauan.

6) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.

Rasional: Supaya pasien mengetahui tujuan dan prosedur

pemantauan.

e. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

afterload

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan

ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi

metabolisme tubuh meningkat.

Kriteria Hasil:

1) Kekuatan nadi perifer meningkat.


37

2) Pucat atau sianosis menurun.

3) Tekanan darah

membaik Intervensi:

1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi

dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,

peningkatan CVP).

Rasional: Untuk mengetahui ada tidaknya tanda/gejala primer

penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema,

ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP).

2) Monitor tekanan darah.

Rasional: Untuk selalu memantau tekanan darah.

3) Berikan diet jantung yang sesuai (misal batasi asupan kafein,

natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak).

Rasional: Mencegah faktor risiko terjadinya penyakit jantung

4) Berikan teknik relaksasi untuk mengurangi stres, Jika perlu.

Rasional: Untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit akibat stres.

5) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi.

Rasional: Untuk menjaga kesehatan pasien dengan melakukan

olahraga.

6) Anjurkan berhenti merokok.

Rasional: Untuk mengurangi faktor risiko penyakit.

7) Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengukur berat badan harian.

Rasional: Untuk mengetahui ada tidaknya kenaikan berat badan.


38

8) Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Rasional: Untuk mendapatkan tindakan yang lebih baik sehingga

mempercepat proses kesembuhan pasien.

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan

kecukupan informasi yang berkaitan dengan topik tertentu meningkat.

Kriteria Hasil:

1) Perilaku sesuai anjuran meningkat.

2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat.

3) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun.

4) Perilaku membaik.

Intervensi:

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.

Rasional: Untuk mengetahui kesiapan dan kemampuan menerima

informasi.

2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan

motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.

Rasional: Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan

dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.

3) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.

Rasional: Untuk menambah wawasan pasien dan agar pasien tetap

ingat pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

4) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan


39

Rasional: Untuk menambah pengetahuan pasien tentang penyakit.

5) Berikan kesempatan untuk bertanya.

Rasional: Untuk mengetahui hal yang belum dimengerti oleh pasien

dan menambah pemahaman pasien.

6) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.

Rasional: Untuk menambah pengetahuan pasien mengenai faktor

risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.

7) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Rasional: Untuk merubah perilaku pasien ke perilaku sehat dan

bersih.

4. Implementasi keperawatan

Menurut Budiono (2016) Implementasi/Pelaksanaan tindakan

keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah di tetapkan. Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang

dilakukan dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P

(perencanaan). Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan

tindakan, serta menilai data yang baru.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi menurut (Budiono 2016) adalah penilaian dengan cara

membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan

tujuan dan kriteria hasil yang di buat pada tahap perencanaan. Evaluasi

dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan sudah dicapai


40

atau belum. Format yang digunakan dilakukan dalam evaluasi asuhan

keperawatan adalah SOAP.

a) S ( Data Subjektif )

Data berdasarkan keluhan yang diucapkan atau disampaikan oleh pasien

yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan

b) O ( Data Objektif )

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil

observasi secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

c) A ( Analisis )

Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan

suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga

dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan

status kesehatan klien yang telah teridentifiksasi datanya dalam data

subjektif dan objektif.

d) P (Planning)

Perencanaan keperawatan yang akan dihentikan atau dilanjutkan dari

rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan.

C. Konsep Dasar Relaksasi Nafas Dalam

1. Pengertian Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan teknik nafas dalam , nafas lambat (menahan


41

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara

perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas

dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah (Nurman, 2017).

2. Tujuan Relaksasi Nafas Dalam

Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi

alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,

meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri, menurunkan tekanan darah

tinggi dan menurunkan kecemasan (Nasuha, 2016).

3. Manfaat Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan nyeri kepala melalui

mekanisme dengan merelaksasikan otot otot seklet yang mengalami

spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi

vasodilatasi pembuluh darah ke otak dan meningkatkan aliran darah ke

otak dan mengalir ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik, teknik

relaksasi nafas dalam juga mampu merangsang tubuh untuk melepaskan

opoid endogen yang endorphin dan enkafalin serta relaksasi nafas dalam

akan merangsang muncculnya oksida nitrit yang akan memasuki paru

paru bahkan pusat otak yang berfungsi membuat orang menjadi tenang

dan rileks sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri yang dialami

pasien (Cahyanti, 2017).


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.B DENGAN HIPERTENSI
DI UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP BIHA KAB PEISIR BARAT

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan di ruang Rawat Inap kakap pada tanggal 03 Maret 2023 pukul
08.00 WIB. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga pasien,dan
catatan medis.
1. Data Umum
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.B
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 58 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Gunung Sari Biha
Status : Kawin
No.RM : 0157xxxx
Tanggal Masuk : 02 Mar 2023
Dx Medis : Hipertensi
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.M
Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Gunung Sari Biha
Hubungan : Anak
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasakan pusing berkunang kunang ,nyeri kepala badan terasa
lemas sejak 2 minggu SMRS , mual dan muntah 4x.kemudian keluarga
langsung membawa ke IGD Puskesmas Biha pada tanggal 02 Maret
2022 pukul 05.30 WIB.Di IGD pasien diberikan Infus RL 20 tpm
,inj ondansetron 4 mg, inj omeprazole 40 mg, inj Ketorolak
1gr/vena, .pemeriksaan Ttv : TD: 200/100 mmHg, N : 98x/mnt, RR
21x/mnt, S: 36,8℃ Gds 416, Gcs (E4 V5 M6). Pasien mengatakan
sebelumnya tidak mengetahui jika mempunyai penyakit darah
tinggi,pasien juga tidak memiliki pantangan makan apapun
dirumah,pasien mengatakan tidak mengetahui bagaimana penyembuhan
penyakit yang diderita. pasien sudah periksa ke mantri desa tetapi tidak
sembuh. Pasien dipindahkan ke ruang rawat pada pukul 10.00 WIB
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah memiliki darah tinggi tetapi sudah lama
sekali. pasien mengatakan tidak pernah memeriksakan tekanan
darahnya. karena saat merasakan pusing hanya minum obat dari
warung.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menurun dan
menular di keluarganya.
e. Genogram
3. Pengkajian Fungsional
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
mantri atau puskesmas dekat rumah
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
- Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x/hari dengan
nasi,sayur, dan lauk pauk.setiap makan 1 porsi habis. Minum teh
hangat setiap pagi 1 gelas dan minum air putih ±5-6 gelas/hari
- Selama sakit : pasien makan 3x/hari dengan nasi lunak,sayur,dan
buah dari rumah sakit, setiap makan menghabiskan 1 porsi habis
walaupun sedikit sedikit. Minum 4-5 gelas/hari.
c. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1x/hari dengan
konsistensi lembek, berbau khas feses, berwarna kuning kecoklatan,
dan BAK normal 4-5 x/hari berbau khas, warna kuning jernih.
- Selama sakit : pasien mengatakan belum BAB sejak masuk
rumah sakit. BAK 5-6 x/hari berbau khas,warna kuning.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
- Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri.
- Selama sakit :
ADL 0 1 2 3 4

Toileting V
(kamar mandi)
V
Fooding (makan)
V
Dressing
(berpakaian)
V
Bathing (mandi)
Activity
(aktivitas) V

Keterangan :
0 :. Mandiri
1 : Dengan bantuan alat
2 : Bantuan orang lain
3 : bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
e. Pola Istirahat dan Tidur
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur siang 1-2 jam, tidur
malam ±7-8 jam.
- Selama Sakit : Pasien mengatakan tidur siang ±2 jam, tidur
malam ± 5-6 jam.
f. Pola Persepsi dan Kognitif
- Sebelum sakit : pasien mengatakn tidak mengalami gangguan
penglihatan, penciuman, pengecap, dan pendengaran.
- Selama Sakit : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
penglihatan, penciuman, pengecap, dan pendengaran.
g. Pola Personal Hygiene
- Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari. Setiap pagi
dan sore dilakukan secara mandiri.
- Selama Sakit : pasien mandi 1x sehari hanya disibin oleh
keluarganya.
h. Pola seksual dan Reproduksi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada maslah seksual dan
reproduksi.pasien mengatakan memiliki 1 anak.
- Selama sakit : pasien mengatakan tidak ada masalah reproduksi.
i. Pola Mekanisme stress dan koping
- Sebelum sakit : pasien mengatakan jika ada masalah dibicarakan
dengan keluarganya
- Selama sakit : pasien mengatakan selama di rumah sakit jika adaa
masalah dibicarakan dengan anak anaknya.
j. Pola nilai dan keyakinan
- Sebelum sakit : pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu
- Selama sakit : pasien mengatakan sholat di tempat tidur
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : lemah dan lemas
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda tanda Vital : TD : 170/100 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5℃
SPO2 : 97 %
CRT : <2 Detik
d. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala : Mesochepal, tidak ada lesi, rambut hitam beruban dan
panjang
2) Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva tidak anemis
3) Hidung: Bersih, simetris
4) Telinga: Simetris, bersih, tidak ada benjolan, pendengaran baik
5) Mulut : Bersih, mukosa lembab
6) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7) Dada :
Paru-paru :I : Penembangan dada simetris
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pe : Sonor
A : Suara nafas Vesikuler
Jantung : I : Ictus cordis tidak tampak
Pa : Ictus cordis teraba
Pe : Pekak
Aus : Tidak ada suara jantung tambahan
Abdomen : I : Simetris, tidak ada benjolan
Aus : Bising usus 12x/menit
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pe : Timpani
8) Genetalia : Bersih, tidak terpasang kateter
9) Ekstermitas: Atas kanan : tidak ada luka , tidak ada edema
Atas kiri : tidak ada edema, terpasang infus
Bawah kanan : Tidak ada edema, tidak ada luka
Bawah kiri : Tidak ada edema, tidak ada luka
10) Integumen : Kulit berwarna sawo matang, tidak ada edema,
tidak ada luka atau lesi
5. Pengkajian Nyeri
P : Tekanan darah tinggi
Q : Cekot-Cekot
R : Seluruh Kepala
S : Skala 6
T : Hilang timbul
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tanggal 16 April 2022 Pukul 11.23 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.5 g/dl 12.0-15.6
Hematokrit 33 % 33-45
Leukosit 4.5 ribu/ 4.5-11.0
ul
304 ribu/ul 150-450
Trombosit
4.30 Juta/ul 4.10-5.10
Eritrosit

7. Terapi Obat
Jenis Terapi Dosis Fungsi
Infus RL 20 tpm Pengganti cairan yang
hilang
Inj Omeprazole 40mg/12 jam Mengatasi penyakit yang disebabkan
oleh asam lambung
Inj Ketorolak 2mg/12jam Untuk mengatasi nyeri akut atau kronik
berat
oral 500 mg/8 jam Obat antibiotic untuk mengobati infeksi
metronidazole
Captopril
PO 25 mg Membantu menurunkan tekanan darah
3x1 tinggi
Amlodipin
1x1 Membantu menurunkan tekanan darah
Ctm
2x1 Membantu menurunkan tekanan darah

B. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengatakan nyeri
1. Ttv
kepala P : Tekanan darah tinggi
TD : 170/100 mmHg
Q : cekot-cekot
N : 90 x/menit
R : Seluruh kepala
RR : 20 x/menit
S : Skala 6
N : 90 x/menit
T : hilang timbul
S : 36,5 ℃
2. Pasien mengatakan lemas
3. Pasien mengatakan masih 2. Pasien tampak lemas dan berbaring
merasa mual di tempat tidur

4. Pasien mengatakan masih pusing 3. Semua aktivitas pasien dibantu

5. Pasien mengatakan semua keluarga

aktivitas dibantu keluarga 4. Pasien tampak meringis menahan

6. Pasien mengatakan tidak nyeri

mengetahui penyakit tekanan 5. Pasien tampak bingung dan hanya


darah tinggi yang diderita karena diam jika ditanya tentang penyakit

tidak pernah memeriksakan darah tinggi yang dideritanya


6. Pasien terlihat tegang
tekanan darahnya
7. Pasien mengatkan jika pusing
hanya minum obat warung
8. Pasien mengatakan belum
pernah diberikan pendidikan
kesehatan dirumah
C. Analisa Data
Data Problem Etiologi
No
Dx
1. Ds : Nyeri Akut Agen
pencedera
Pasien mengatkan pusing
fisiologis
Pasienmengatakannyeri
kepala
P : tekanan darah tinggi Q :
Cekot-cekot
R : Seluruh Kepala S : 6
T : Hilang timbul Do :
Ttv :
TD : 170/100 mmHg

N : 90 x/menit RR : 20

x/menit S : 36,5℃
Pasien tampak meringis
menahan nyeri
Ds :

2. Intoleransi Kelemahan
- Pasien mengatakan di RS aktivitas
semua aktivitas dibant
u
keluarga

Pasienmengatakan badannya
lemas
Do :
Pasien tampak lemas dan
berbaring di tempat tidur
- Semuaaktivitaspasien dibantu
keluarga
3.Ds : Defisit Kurang
terpapar
- Pasienmengatakantidak Pengetahua
n informasi
mengetahuipenyakit tekanan
darah tinggi yang diderita
Pasienmengtakanjika
pusinghanya
mengkonsumsi obat warung
saja
Pasien mengatakan belum
pernahdiberikan
pendidikankesehatan
dirumah
Do :

Pasien tampak bingung dan


hanya diam jika ditanya
tentang penyakit darah tinggi
yang dideritanya
Pasien terlihat tegang

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisiologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
E. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Dx Hasil
1. Setelah dilakukan
Observasi 1) Untuk
tindakan keperawatan
1) Monitor tanda-tanda mengetahui
selama 3 x 24 jam
vital abnormal ttv
diharapkan nyeri/ sakit
2) Identifikasi lokasi, pasien
kepala hilang atau
karakteristik,durasi,frek 2) Untuk
berkurang dengan
uensi,kualitas, intesitas mengetahui lokasi
kriteria hasil :
nyeri karakteristik,dura
- Skala berkurang
3) Identifikasi skala nyeri si,frekuensi,kualit
menjadi 1-2
4) Identifikasi respon as, intensitas
- Meringis menurun
nyeri non ferbal nyeri yang
- Ttv dalam batas
Terapeutik dialami pasien
normal
3) Untuk
5) Anjurkan memonitor
TD : 120/80 mmHg
mengetahui skala
nyeri secara mandiri
– 130/80 mmHg
nyeri pasien
N : 60-100 mmHg Edukasi
4) Untuk
RR : 16- 24 mmHg 6) Ajarkan tekhnik non
mengetahui
S : 36,5℃- 37,5℃ farmakologi relaksasi
respon pasien
nafas dalam untuk
terhadap nyeri
mengurangi rasa nyeri
5) Untuk
Kolaborasi
mengetahui nyeri
7) Kolaborasi pemberian
yang dirasakan
analgetik
6) Ajarkan tekhnik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
7) Mengurangi nyeri
dan mempercepat
proses
penyembuhan
pasien
2. Setelah dilakukan Observasi 1) Mengetahui
tindakan keperawatan 1) Kaji tingkat tingkat
selama 3 x 24 jam kemampuan pasien kemampuan
diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas pasien melakukan
melakukan aktivitas 2) Monitor lokasi dan aktivitas
sesuai tingkat ketidaknyamanan 2) Mengetahui
kemampuan dengan selama malakukan lokasi dan
kriteria hasil : aktivitas ketidaknyamanan
- Pasien dapat Terapeutik selama
melakukan aktivitas melakukan
3) Berikan lingkungan
ringan aktivitas
yang nyaman dan
- Keluhan lemah 3) Menurunkan
batasi pengunjung
menurun stress dan
Edukasi
meningkatkan
4) Anjurkan melakukan
istirahat
aktivitas secara
4) Mendorong
bertahap
pasien untuk
melakukan
latihan
beraktivitas

3. Setelah dilakukan Observasi 1) Untuk


tindakan keperawatan mengetahui
1) Identifikasi tingkat
2x24 jam diharapkan kesiapan dan
pengetahuan pasien dan
kecukupan informasi kemampuan
keluarga
tentang penyakit yang pasien menerima
2) Identifikasi kesiapan
diderita
dan kemampuan pasien informasi
meningkat/defisit
menerima informasi 2) Mengetahui
pengetahuan dapat
3) Identifikasi factor kesiapan pasien
teratasi dengan kriteria
factor yang dapat menerima
hasil :
meningkatkan dan informasi
- Pasien
menurunkan motivasi 3) Untuk
mengungkapkan
perilaku hidup sehat mengetahui
pemahaman tentang
Terapeutik factor factor
penyakitnya
4) Sediakan materi dan yang dapat
- Perilaku sesuai
media pendidikan meningkatkan
anjuran meningkat
kesehatan dan menurunkan
- Perilaku sesuai
5) Jadwalkan pendidikan motivasi
pengetahuan
kesehatan berperilaku
meningkat
hidup bersih dan
Edukasi
sehat
6) Berikan penyuluhan
4) Untuk
kesehatan tentang
menambah
penyakit hipertensi
wawasan pasien
7) Berikan kesempatan
dan agar pasien
untuk bertanya
tetap ingat
Kolaborasi
pendidikan
8) Kolaborasi dengan
kesehatan yang
keluarga dalam
telah diberikan
membantu pasien
5) Untuk
mengenal hipertensi
menambah
yang dialaminya
pengetahuan
pasien mengenai
penyakit yang
dideritanya
6) Untuk
menambah
pengetahuan pasien
Menambah informasi mengenai ketidakfahaman pasien
Membantu pasien meningkatkan pengetahuan

F. Implementasi Keperawatan
No Implementas Respon Pasien TTD
Hari,
i
Dx
Tanggal
Jam
1 - Memonitor Ttv
Jumat, 03 Ds : Pasien mengatakan nyeri
,mengakaji nyeri
Mar kepala
2023 lokasi,
P : Tekanan darah tinggi Q :
08.30 WIB karakteristik,dura cekot-cekot
si,frekuensi,kualit R : seluruh kepala S : Skala
as, intesitas nyeri nyeri 6 T : Hilang Timbul Do :
dan,skala nyeri TD : 170/100 mmHg
- Mengidentifikasi
respon nyeri non N : 90 x/menit RR : 20x/menit
ferbal S : 36,5℃
- Pasien tampak meringis
menahan nyeri
08.45
1 Mengajarkan Ds : pasien bersedia,dan
tekhnik non pasien mengatakan lebih
farmakologis tenang
(tekhnik relaksasi Do : pasien tampak lebih
nafas dalam ) rileks dan tenang ,pasien
tampak mempraktikkan
tekhnik relaksasi nafas dalam
09.00
2 Mengkaji tingkat Ds : pasien mengatakan
kemampuan pasien badannya lemas, semua
melakukan aktivitas di RS dibantu
aktivitas keluarga
Do : pasien tampak lemas.
semua aktivitas dibantu
keluarga.
09.05
2 Memonitor lokasi Ds : pasien mengatakan
dan kepala terasa sakit dan mudah
ketidaknyamanan lelah ketika dibuat
selama malakukan beraktivitas terus menerus
aktivitas Do : pasien tampak lemas dan
meringis menahan sakit
09.10
2 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan
melakukan bersedia akan melakukan
aktivitas secara aktivitas ringan
bertahap Do : pasien kooperatif
09.30
3 Mengidentifikasi Ds : pasien mengatakan
tingkat belum mengetahui bagaimana
pengetahuan pasien pengobatan penyakit
dan keluaga hipertensi ketika dirumah
,pasien juga mengatakan
kurang memahami penyebab
tekanan darahnya tinggi,
komplikasi dari penyakitnya
Do : pasien tampak terlihat
bingung
10.00 3 Ds : pasien mengatakan
bersedia kapan saja diberikan
menjadwalka pendidikan kesehatan
n pendidikan Do : pasien tampak
kesehatan kooperatif
Jumat , Ds : Pasien mengatakan nyeri
03 kepala sudah berkurang
Maret 1 - Memonitr Ttv P : Tekanan darah tinggi
2023 ,mengakaji Q : cekot cekot
14.00 WIB nyeri lokasi, R : seluruh kepala
karakteristik,dur S : Skala nyeri 4
asi,frekuensi,ku T : Hilang Timbul
alitas, intesitas Do :
nyeri dan,skala TD : 150/90 mmHg
nyeri N : 82 x/menit
- Mengidentifikas RR : 20x/menit
i respon nyeri
S : 36,6℃
non verbal
Pasien tampak sedikit lebih
tenang
Ds : pasien mengatakan
14.15 WIB sudah melakukan tekhnik
1 Menganjurkan relaksasi nafas dalam.
pasien melakukan Do : pasien tampak paham
tekhnik relaksasi Ds : pasien mengatakan
14.30 WIB nafas dalam badannya masih lemas dan
2 Mengkaji tingkat aktivitas masih dibantu
kemampuan pasien
melakukan
aktivitas keluarga
Do : pasien tampak terlihat
lemas dan berbaring di
tempat tidur
14.40 WIB 3 Mengidentifikasi Ds : Pasien mengatakan
kesiapan dan sekarang bisa dilakukan
kemampuan pasien pendidikan kesehatan
menerima Do : pasien tampak
informasi kooperatif

14.45 WIB
3 Mengidentifikasi Ds : pasien mengatakan bila
faktor faktor yang pusing dan nyeri
dapat menyebabkan tidak nyaman
meningkatkan dan untuk melakukan kegiatan
menurunkan sehari hari seperti ke ladang,
motivasi perilaku sawah untuk menyiangi
hidup bersih dan rumput
sehat Do : pasien terlihat kooperatif
15.00 WIB
3 Menyediakan Ds : pasien mengatakan
materi dan media sudah Paham apa yang
pendidikan dijelaskan,dan pasien
kesehatan, mengatakan pendidikan
Memberikan kesehatan sangat menambah
penyuluhan pengetahuan mengenai
kesehatan tentang penyakit hipertensi yang
penyakit hipertensi pasien alami
dan memberikan Do : pasien tampak
kesempatan untuk kooperatif dan mengerti
bertanya mengenai materi yang
penyuluhan berikan
15.30 WIB
3 Berkolaborasi Ds : keluarga mengatakan
dengan keluaraga akan meningkatkan
dalam membantu perawatan pasien
pasien merawat dan Do : keluarga tampak
mengenal kooperatif
hipertensi yang
dialami pasien
16.10 WIB
1 Memberikan terapi Ds : pasien mengatakan nyeri
sesuai dengan dosis ketika disuntik obat
Do : pasien tampak menahan
nyeri dan obat masuk sesuai
rute
- Inj ketorolak
- Inj omeprazole 40 mg
- Metronidazole 500 mg
- Amlodipin captopril
- Ctm
Sabtu,
1 Memonitor Ttv Ds : Pasien mengatakan
04
,mengakaji nyeri masih nyeri kepala tetapi
Maret
lokasi, sudah berkurang dari skala 4
2023
karakteristik,durasi, menjadi 3
14.00
frekuensi,kualitas, Do :
WIB
intesitas nyeri TD : 140/90 mmHg
dan,skala nyeri N : 87 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,4℃
- Pasien tampak rileks dan
tenang
1 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan
14.15 WIB
pasien melakukan sudah melakukan teknik
tekhnikrelaksasirelaksasinafasdalamjika nafas
dalamnyeri timbul.
Do : pasien kooperatif
14.30 WIB 2 MengkajitingkatDs: pasienmengatakan
kemampuan suda bisamakan
pasien h
sendiri,aktivitas yang lain
melakukan
masih dibantu
aktivitas
Do: pasien tampak lebih
segar dan bisa makan sendiri
16.00 WIB 1
MemberikanobatDs:pasienmengatakan sesuai
dosisbersedia diberikan obat
Do : pasien tampak meminum obat dan obat
masuk sesuai
rute
Inj santagesik 500 mg
Candesartan 16 mg
Inj metronidazole 500 mg

G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi TTD
Hari No
Tanggal Dx
1 S : Pasien mengatakan nyeri kepala P :
Jumat , 3
Maret Tekanan darah tinggi
2023 Q : cekot cekot

R : seluruh kepala S : Skala nyeri 6 T : Hilang


Timbul
O:
-Pasien tampak meringis menahan nyeri
TD : 170/90 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 ℃
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor Ttv ,mengakaji nyeri lokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
intesitas nyeri dan,skala nyeri
- Anjurkan pasien melakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Identifikasi respon nyeri non verbal
2 S : Pasien mengatakan badannya lemas,semua
aktivitas di Puskesmas dibantu keluarga
O : pasien tampak lemas. semua aktivitas dibantu
keluarga.
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat kemampuan pasien melakukan
aktivitas
3 S : pasien mengatakan belum mengetahui
bagaimana pengobatan penyakit hipertensi,pasien
juga mengatakan kurang memahami penyebab
takanan darah tinggi,pengobatan di rumah dan
komplikasi dari penyakitnya
O : Pasien terlihat bingung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
pasien menerima informasi
- Identifikasi faktor faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Berikan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit hipertensi
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Sabtu , 1 S : Pasien mengatakan nyeri kepala sudah
04 berkurang
Maret P : Tekanan darah tinggi
2023 Q : Cekot cekot
R : Kepala bagian belakang
S : Skala nyeri 4
T : Hilang Timbul
O:
Pasien tampak lebih tenang
TD : 150/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6℃
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor Ttv ,mengakaji nyeri lokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
intesitas nyeri dan,skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Kolaborasi dalam pemberian analgesic
- Anjurkan pasien melakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam
2 S : Pasien mengatakan badannya masih lemas
aktivitas masih dibantu keluarga
O : pasien tampak lemas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji tingkat kemampuan pasien melakukan
aktivitas
3 S : pasien mengatakan sudah mulai faham tentang
penyakit hipertensinya dan pasien mengatakan
pendidikan kesehatan sangat menambah
pengetahuan mengenai penyakit hipertensi yang
pasien alami
Keluarga pasien juga mengatakan akan
meningkatkan perawatan pasien
O : Pasien bisa menjelaskan kembali apa yang
sudah dijelaskan mahasiswa
A : Masalah Sudah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
Minggu 1 S : Pasien mengatakan masih nyeri kepala tetapi
05 sudah berkurang dari skala 4 menjadi 3
Maret O:
2023 - Pasien tampak rileks
TD : 140/90 mmHg
N : 87 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,4℃
A : Masalah teratasi sebagian
P :. Pertahankan Intervensi
2 S : Pasien mengatakan sudah bisa makan sendiri
tetapi aktivitas lain masih dibantu
O : pasien tampak lebih segar dan bisa makan sendiri
A : Masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi Intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jateng
Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 3511351(24), 61.
https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/storage/2020/09/Profil-Jateng-tahun-
2019.pdf
Kartika, M., Subakir, S., & Mirsiyanto, E. (2021). Faktor-Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota
Sungai Penuh Tahun 2020. Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 1–9.
https://doi.org/10.22437/jkmj.v5i1.12396
Kusumawaty, J., Hidayat, N., & Ginanjar, E. (2016). Hubungan Jenis Kelamin
dengan Intensitas Hipertensi pada Lansia di Wilayah Factors Related Events
Sex with Hypertension in Elderly Work Area Health District Lakbok Ciamis.
Jurnal Mutiara Medika, 16(2), 46–51.
Panggabean, N. S. (2019). Perencanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Hipertensi. https://doi.org/10.31227/osf.io/y2qsv
Susanti, N., Siregar, P. A., & Falefi, R. (2020). Determinan Kejadian Hipertensi
Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi Sosio Demografi dan Konsumsi
Makan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(1), 43–52.
https://doi.org/10.36590/jika.v2i1.52
Laporan Kerja Triwulan 1. (2021). RSUD Dr.Moewardi.06
Semeltzer, C.Susan.2013.Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddart, Jakarta
: ECG
Udjianti,W.J.(2013).Keperawatan kardiovaskuler,Jakarta : Salemba Medika
Dalimartha (2019).Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Terhadap Penurunan Tekanan
Darah, Jakarta : Media Aesculapius
Triyanto. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Trans Info Media
Nursalam. (2016).Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Nixson Manurung. (2018)Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Tran Info Media
Julianty Pradono.dkk. (2020).Hipertensi: pembunuh Terselubung di Indonesia :
Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB)
Oktavianus : Febriana Sartika Sari. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Sistem
Kardiovaskuler Dewasa. Yogyakarta : Graha Ilmu
Budiono.2016. " Konsep Dasar Keperawatan Komprehensif " Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
PPNI (2017). Standar diagnosa keperawatan Indonesia definisi dan indikator
diagnostik edisi 3. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dan tindakan keperawatan
edisi 3. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar luaran Keperawatan Indonesia definisi dan kriteriaa hasil
keperawatan edisi 3. Jakarta : DPP PPNI
Hariyanto,Awam dan Sulistyowati,Rini.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah 1 : Dengan Diagnosa NANDA International. Yogyakarta : Ar-ruzz
Media.
Majid, Abdul. 2019. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan
Kardiovaskular, Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Asikin,M., dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem
Kardiovaskuler.Jakarta: Erlangga
Amanda, D., & Martini, S. (2018). The Relationship between Demographical
Characteristic and Central Obesity with Hypertension. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 6(1), 43. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i12018.43-50
Budiman, B. J., & Hafiz, A. (2012). Tinjauan Pustaka Epistaksis dan Hipertensi :
Adakah Hubungannya ? Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2), 75–79.
Eduan, W. (2019). Influence of study abroad factors on international research
collaboration: evidence from higher education academics in sub-Saharan
Africa. Studies in Higher Education, 44(4), 774–785.
https://doi.org/10.1080/03075079.2017.1401060
Hartanti, R. D. (2016). Terapi Relaksasi Napas dalam Menurunkan Tekanan
Darah Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK), 9(1). Maret 2016
ISSN 1978-3167. Jurnal Ilmiah Kesehatan, IX(1).
Istyawati, P., Prastiani, D. B., & Rakhman, A. (2020). Efektifitas Slow Stroke
Back Massage (Ssbm) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Kepala Pasien
Hipertensi Di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal. Coping: Community of
Publishing in Nursing, 8(2), 207.
https://doi.org/10.24843/coping.2020.v08.i02.p14
Mardhiah, A. (2015). Pendidikan Kesehatan Dalam Peningkatan Pengetahuan,
Sikap Dan Keterampilan Keluarga Dengan Hipertensi - Pilot Study. Jurnal
Ilmu Keperawatan, 3(2), 111–121.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/view/5310
Mulyadi, Supratman, V. Y. (2015). Efektifitas Relaksasi Napas Dalam Pada
Pasien Hipertensi Dengan Gejala Nyeri Kepala Di Puskesmas Baki
Sukoharjo. 1–19.
Purwati, R. D., Bidjuni, H., & Babakal, A. (2014). Perilaku Klien Hipertensi Di
Puskesmas Bahu Manado. Journal Keperawatan, 2(2), 1–8.
Ramanto Saputra, B., . R., & Sis Indrawanto, I. (2017). Profil Penderita Hipertensi
Di Rsud Jombang Periode Januari-Desember 2011. Saintika Medika, 9(2),
116. https://doi.org/10.22219/sm.v9i2.4140
Wrijan, Wahyudi, T., & Rahayu, R. D. (2016). Nursing Care of Hypertension in
the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Soetijono
Blora Hospital Wrijan, SPd, AKep, MKes 1* Teguh Wahyudi,MN 2 Risma
Dwi Rahayu 3.
Yonata, A., & Pratama, A. S. P. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus
Terjadinya Stroke. Jurnal Majority, 5(3), 17–21.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1030
Access, O., Wahyudi, T., Astuti, Y., Rahayu, R. D., Studi, P., Blora, D. K., &
Semarang, P. K. (2021). Jurnal Studi Keperawatan.
Alfi, W. N., & Yuliwar, R. (2018). The Relationship between Sleep Quality and
Blood Pressure in Patients with Hypertension. Jurnal Berkala Epidemiologi,
6(1), 18. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i12018.18-26
B, S. (2019). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala Nyeri
Kepala Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Karang Werdha
Rambutan Desa Burneh Bangkalan. Jurnal Kesehatan, 5(1), 1–7.
https://doi.org/10.25047/j-kes.v5i1.29
Bangsawan, M., & Purbianto. (2013). Faktor Risiko yang Mempercepat
Terjadinya Komplikasi Gagal Jantung pada Klien Hipertensi. Jurnal
Keperawatan, 9(2), 145–150.
Madeira, A., Wiyono, J., & Ariani, N. L. (2019). Hubungan Gangguan Pola Tidur
Dengan Hipertensi Pada Lansia. Nursing News, 4(1), 29–39.
Misa, A., Wijayanti, E. T., & Mudzakkir, M. (2021). Penerapan relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi nyeri kepala pada pasien hipertensi (studi
literatur) application of deep breath relaxation to reduce headaches in
hypertensive patients (literature study). 130–140.
Rahmawati, R., & Wijayanti, D. (2017). Scoping Review : Hubungan Jenis
Kelamin dan Usia dengan Penyakit Hipertensi.
Lestari, K., & Diantini, A. (2017). Assessment of Knowledge on Hypertension
among Hypertensive Patients in Bandung City: A Preliminary Study.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 6(4), 290–297.
https://doi.org/10.15416/ijcp.2017.6.4.290
Wahyuningsih, S., Amalia, M., & Bustamam, N. (2018). Pengaruh Derajat
Hipertensi, Lama Hipertensi Dan Hiperlipidemia Dengan Gangguan Jantung
Dan Ginjal Pasien Hipertensi Di Posbindu Cisalak Pasar. Jurnal KESMAS
Indonesia, 10(1), 54–67.
Wrijan, Wahyudi, T., & Rahayu, R. D. (2016). Nursing Care of Hypertension in
the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Soetijono
Blora Hospital Wrijan, SPd, AKep, MKes 1* Teguh Wahyudi,MN 2 Risma
Dwi Rahayu 3.
Gobel, M. G. S., Mulyadi, N., & Malara, R. (2016). Hubungan Peran Parawat
Sebagai Care Giver Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Instalasi Gawat
Darurat Di Rsu. Gmibm Monompia Kotamobagu Kabupaten Bolaang
Mongondow. Jurnal Keperawatan, 4(2)
Cahyanti, L. (2017). Penatalaksanaan teknik relaksasi napas dalam pada pasien
hipertensi untuk mengurangi nyeri di RSUD dr Loekmono Hadi Kudus.
Jurnal Profesi Keperawatan, 4(2), 91–98.
Bestari, J.B. (2012). Epistaksis dan Hipertensi : Adakah Hubungannya. Jurnal
Kesehatan Andalas. 1(2): 75-78. Diunduh di
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka pada 15 Mei 2020.
Nasuha, Widodo D, Widiani E. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap
Tingkat Kecemasan pada Lansia di Posyandu Lansia RW IV Dusun Dempok
Desa Gading Kembar kecamatan Jabung Kabupaten Malang. J Nurs News.
2016;1(2):53-62
104

Anda mungkin juga menyukai