TINJAUAN UMUM
6. Klasifikasi
WHO (World Health Organization) mengklasifikasikan tekanan darah pada pasien
hipertensi yaitu tekanan darah terkontrol yaitu ≥ 140/90 mmHg. Pasien hipertensi
cenderung memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol, faktor-fakor yang menyebabkan
tekanan darah tidak terkontrol adalah terapi yang belum memadai atau ketidakpatuhan dari
pasien, efek samping dari obat, kurangnya edukasi, konsumsi alkohol serta konsumsi obat
hipertensi yang tidak sesuai (WHO, 2015).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder, penyebabnya dapat diketahui anatara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme) (Kemenkes, 2018).
7. Manifestasi
Manifestasi klinik menurut (Merdekawati et al., 2021) muncul setelah penderita
mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain:
a. Sistem saraf pusat rusak.
b. Sakit kepala oksipital terjadi saat bangun pagi akibat peningkatan tekanan
intrakranial disertai mual dan muntah.
c. Menderita tekanan darah tinggi akibat kelainan pembuluh darah.
d. Sakit kepala, pusing dan kelelahan disebabkan oleh penurunan perfusi darah
yang disebabkan oleh vasokonstriksi.
e. Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan pada retina, menyebabkan
penglihatan kabur.
f. Nokturia (peningkatan buang air kecil di malam hari) disebabkan oleh
peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi glomerulus.
8. Komplikasi Hipertensi
Menurut (Surayitno & Huzaimah, 2020) komplikasi pasien hipertensi dapat
menyerang organ vital, antara lain:
1) Jantung
2) Hipertensi kronis dapat menyebabkan infark miokard, dan infark miokard
dapat menyebabkan kebutuhan oksigen miokard yang tidak terpenuhi, yang
dapat menyebabkan iskemia miokard dan infark miokard.
3) Ginjal
4) Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan
progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan
aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan osmotik
menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan
nokturia.
5) Otak
6) Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh emboli yang dilepaskan dari pembuluh
darah di otak, yang dapat menyebabkan stroke. Ketika arteri yang memasok
otak menebal, terjadi stroke, yang menyebabkan penurunan aliran darah ke
otak.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologiS menurut (Wardana et al.,
2020) yaitu :
1) Pengaturan diet
a. Diet rendah garam dan rendah garam mengurangi rangsangan sistem renin-
angiotensin, sehingga memiliki potensi anti hipertensi. Asupan natrium yang
dianjurkan adalah 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 g / hari
b. Diet tinggi kalium, kandungan kalium yang tinggi dalam makanan bisa
menurunkan tekanan darah, namun mekanismenya belum jelas. Pemberian
kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang diyakini
dimediasi oleh oksidan di dinding pembuluh darah.
c. Diet kaya buah dan sayuran.
d. Diet rendah kolesterol dapat mencegah penyakit jantung koroner
2) Penurunan berat badan Pada sebagian orang, mengatasi obesitas dengan
menurunkan berat badan dapat menurunkan tekanan darah, yang dapat dicapai
dengan mengurangi beban kerja jantung dan jumlah serangan stroke. Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan terjadinya
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Oleh karena itu, penurunan berat badan
merupakan cara yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
3) Olahraga teratur Olahraga teratur (seperti jalan kaki, lari, berenang, bersepeda)
sangat bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kondisi
jantung. Sangat disarankan untuk melakukan olahraga rutin selama 30 menit 3-4
kali seminggu. Olahraga akan meningkatkan kadar HDL dan dapat menurunkan
pembentukan aterosklerosis akibat tekanan darah tinggi
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara erhenti merokok dan
tidak mengkonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi. Karena asap rook diketahui 13 menurunkan aliran darah ke berbagai
organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
5) Terapi oksigen
6) Pemantauan hemodinamik
7) Pemantauan jantung
8) Obat-obatan : Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung
dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai
diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
10. Pencegahan
Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:
Mengonsumsi makanan sehat.
Batasi asupan garam.
Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
Berhenti merokok
Berolahraga secara teratur.
Menjaga berat badan.
Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol
11. Pengobatan
Sebagian pengidap hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidup guna
mengatur tekanan darah. Namun, jika tekanan darah sudah terkendali melalui perubahan
gaya hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat dihentikan. Perhatikan selalu
dosis obat yang diberikan dan efek samping yang mungkin terjadi.
Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:
Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine.
Pasalnya, hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi
dalam tubuh.
Obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa menurun.
Perlu diketahui bahwa hipertensi membuat pengidapnya rentan mengalami
sumbatan pada pembuluh darah.
Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan
pembuluh darah.
Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh
darah lebih rileks.
Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi
menaikkan tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan
naik tidak terkendali.
Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui
terapi relaksasi, misalnya terapi meditasi atau terapi yoga. Namun, pengobatan hipertensi
tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya hidup, seperti
menjalani pola makan dan hidup sehat, serta olahraga teratur.
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pasien dengan hipertensi menurut (Murtiono & Ngurah, 2020),
a. Aktivitas atau pola Istirahat mengkaji terkait dengan:
1) Gejala : apakah ada kelemahan atau keletihan, apakah pasien
mengalami nafas pendek, dan bagaimanakah gaya hidup pasien yang
terkait dengan aktivitas sehari-hari yang dilakukan.
b. Tanda : Melakukan pemeriksaan terkait Frekuensi jantung, melakukan
pemeriksaan apakah terdapat perubahan pada irama jantung, pariksa adanya
takipnea.
Pada sistem Sirkulasi mengkaji terkait dengan:
2) Gejala : Apakah pasien memiliki riwayat Tekanan Darah Tinggi,
Aterosklerosis, penyakit jantung koroner dan penyakit
cebrovaskuler atau stroke.
c. Tanda : Memeriksa apakah terdapat kenaikan Tekanan Darah, Apakah nadi
terasa jelas dari karotis, jugularis, radialis. Apakah irama nadi tikikardi atau
bradikardi. Apakah kulit pucat, sianosis, waktu pengisian kapiler yang
melambat.
d. Integritas Ego Kaji terkait:
3) Gejala : Mengkaji riwayat gangguan pada kepribadian, apakah
mengalami ansietas, dan faktor stress yang
menyebabkan(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Tanda : suasana hati yang fluktuatif, sering gelisah, terdapat gangguan
dalam memfokuskan perhatian, mudah menangis, terdapat ketegangan pada
otot muka, pernafasan yang tidak stabil, adanya perubahan pada nada saat
bicara.
Pada Sistem eliminasi mengkaji terkait dengan:
4) Gejala : Mengkaji apakah pernah mengalami gangguan pada ginjal
seperti obstruksi.
Pada pola makan / minuman mengkaji terkait dengan:
5) Gejala: apa saja makanan yang disukai apakah mengandung tinggi
garam, lemak serta kolesterol. Apakah mengalami mual, muntah
dan perubahan BB serta apakah pernah mengkonsumsi obat
diuretic
f. Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
Neurosensori Kaji terkait:
6) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis)
g. Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek,
proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
Nyeri/ ketidaknyaman Kaji terkait:
7) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit
kepala.
Pernafasan Kaji terkait:
8) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
h. Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
Keamanan Kaji Terkait:
9) Gejala/Tanda: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi
postural.
2. Diagnosa Keperawatan