Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Konsep Teori (Penyakit)


1. Definisi penyakit
Hipertensi atau yang dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik
akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan
dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah hipertensi berkaitan dengan
meningkatnya tekanan pada arterial sistemik, baik diastolik maupun sistolik secara terus
menerus. Gejala hipertensi sulit diketahui karena tidak memiliki gejala khusus. Gejala
yang mudah diamati yaitu pusing, sering gelisah, wajah merah, telinga berdengung, sesak
napas, mudah leah, mata berkunang kunang (Sutanto, 2010).
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang
dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi
dan di antara nilai tersebut disebut sebagai normal tinggi. Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah secara terus menerus dan dalam waktu yang lama di mana tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg.
Berdasarkan penjelasan mengenai Hipertensi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal dimana tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg yang tidak
memiliki gejala spesifik tetapi dapat mengakibatkan masalah kesehatan dan kematian
apabila tidak ditangani.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena
tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi
untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki
riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk
mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah 11 meningkat faktor ini
tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya
hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya,
jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan
menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan
yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa
oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni
adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan
tekanan darah meningkat.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan
normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya
peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan
menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan
jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung
rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol
yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk 12 menghindari alkohol
agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar
terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh hipertensi
sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat stenosi arteri renalis.
Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis .Stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal,
perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara
langsung meningkatkan tekanan darah dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis
andosteron dan reabsorbsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau
apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan Kembali ke normal (Aspiani,
2014).
3. Faktor penyebab
Faktor penyebab hipetensi bisa berasal dari kebiasaan gaya hidup tidak sehat
sampai penyakit tertentu, seperti:
 Penuaan
Dilansir dari Mayo Clinic, risiko hipertensi pada lansia bakal meningkat seiring
bertambahnya usia. Pada pria, risiko ini bakal naik ketika usia 64 tahun ke atas.
Pada wanita, risiko ini bakal meningkat ketika usia 65 tahun ke atas.
 Faktor keturunan
Seperti beberapa penyakit lainnya, faktor keturunan juga bisa memengaruhi
hipertensi. Orang yang terlahir dan tumbuh bersama keluarga penderita
hipertensi, juga berisiko terkena hipertensi.
 Berat badan berlebih atau obesitas
Semakin banyak selisih kelebihan berat badan dari atas ambang batas normal
atau ideal, risiko seseorang terkena hipertensi juga semakin tinggi. Kondisi ini
disebabkan jantung butuh bekerja lebih keras untuk memasok oksigen dan
nutrisi ke pembuluh darah.
 Kurang gerak dan jarang olahraga
Orang yang jarang bergerak, terlalu banyak duduk, sering rebahan, dan tidak
pernah olahraga cenderung memiliki detak jantung yang lebih cepat. Semakin
cepat detak jantung, jantung bekerja semakin keras, sehingga tekanan darah
juga semakin meningkat. Kurang gerak juga bisa memicu obesitas yang juga
bisa meningkatkan risiko obesitas.
 Merokok
Bahan kimia yang terdapat dalam rokok bisa membuat lapisan dinding
pembuluh darah arteri menyempit. Hal itu bisa membuat jantung bekerja keras,
membuat tekanan darah naik, merusak pembuluh darah, sampai menyebabkan
penyakit jantung.
 Kebiasaan mengonsumsi garam dan natrium berlebihan
Kebisaan mengonsumsi garam, natrium, sodium, penyedap, makanan
berpengawet, dan makanan instan berlebihan bisa menyebabkan hipertensi.
Kondisi ini disebabkan garam, natrium, dan sejenisnya bisa menahan cairan di
dalam tubuh. Imbasnya, tekanan darah bisa meningkat.

 Konsumsi alkohol berlebihan


Kebiasaan minum-minuman keras berlebihan lambat laun bisa meningkatkan
tekanan darah dan merusak jantung. Batas aman konsumsi alkohol untuk wanita
agar tekanan darah tetap ideal maksimal satu gelas per hari, untuk pria
maksimal dua gelas per hari.
 Stres berlebihan
Tingkat stres yang tinggi bisa membuat tekanan darah naik seketika.Kondisi ini
apabila tidak segera dikontrol dan berkepanjangan juga bisa membuat pola
makan dan gaya hidup jadi tidak sehat. Kombinasi pola makan dan gaya hidup
tidak sehat bisa berkontribusi memicu hipertensi.
4. Tanda dan gejala
Tekanan darah tinggi umumnya berkembang selama bertahun-tahun, dan akhirnya
memengaruhi hampir semua orang. Untungnya, tekanan darah tinggi dapat dengan mudah
dideteksi. Sementara itu, beberapa gejala hipertensi yang perlu kamu ketahui adalah:
 Pusing
 Sakit kepala
 Sesak napas
 Mimisan
 Sakit dada
 Perubahan visual seperti penglihatan tampak buram
 Adanya darah dalam urine.
5. Patofisiologis
Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh Angiotensin I Converting Enzyme (ACE) yang memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya hormone renin akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Renin
disintesis dan disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut prorenin dalam sel-sel
jukstaglomerular (sel JG) pada ginjal. Sel JG merupakan modifikasi dari sel-sel otot polos
yang terletak pada dinding arteriol aferen tepat di proksimal glomeruli. Bila tekanan arteri
menurun, reaksi intrinsik dalam ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul protein
dalam sel JG terurai dan melepaskan renin.

6. Klasifikasi
WHO (World Health Organization) mengklasifikasikan tekanan darah pada pasien
hipertensi yaitu tekanan darah terkontrol yaitu ≥ 140/90 mmHg. Pasien hipertensi
cenderung memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol, faktor-fakor yang menyebabkan
tekanan darah tidak terkontrol adalah terapi yang belum memadai atau ketidakpatuhan dari
pasien, efek samping dari obat, kurangnya edukasi, konsumsi alkohol serta konsumsi obat
hipertensi yang tidak sesuai (WHO, 2015).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder, penyebabnya dapat diketahui anatara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme) (Kemenkes, 2018).
7. Manifestasi
Manifestasi klinik menurut (Merdekawati et al., 2021) muncul setelah penderita
mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain:
a. Sistem saraf pusat rusak.
b. Sakit kepala oksipital terjadi saat bangun pagi akibat peningkatan tekanan
intrakranial disertai mual dan muntah.
c. Menderita tekanan darah tinggi akibat kelainan pembuluh darah.
d. Sakit kepala, pusing dan kelelahan disebabkan oleh penurunan perfusi darah
yang disebabkan oleh vasokonstriksi.
e. Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan pada retina, menyebabkan
penglihatan kabur.
f. Nokturia (peningkatan buang air kecil di malam hari) disebabkan oleh
peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi glomerulus.
8. Komplikasi Hipertensi
Menurut (Surayitno & Huzaimah, 2020) komplikasi pasien hipertensi dapat
menyerang organ vital, antara lain:
1) Jantung
2) Hipertensi kronis dapat menyebabkan infark miokard, dan infark miokard
dapat menyebabkan kebutuhan oksigen miokard yang tidak terpenuhi, yang
dapat menyebabkan iskemia miokard dan infark miokard.
3) Ginjal
4) Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan
progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan
aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan osmotik
menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan
nokturia.
5) Otak
6) Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh emboli yang dilepaskan dari pembuluh
darah di otak, yang dapat menyebabkan stroke. Ketika arteri yang memasok
otak menebal, terjadi stroke, yang menyebabkan penurunan aliran darah ke
otak.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologiS menurut (Wardana et al.,
2020) yaitu :
1) Pengaturan diet
a. Diet rendah garam dan rendah garam mengurangi rangsangan sistem renin-
angiotensin, sehingga memiliki potensi anti hipertensi. Asupan natrium yang
dianjurkan adalah 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 g / hari
b. Diet tinggi kalium, kandungan kalium yang tinggi dalam makanan bisa
menurunkan tekanan darah, namun mekanismenya belum jelas. Pemberian
kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang diyakini
dimediasi oleh oksidan di dinding pembuluh darah.
c. Diet kaya buah dan sayuran.
d. Diet rendah kolesterol dapat mencegah penyakit jantung koroner
2) Penurunan berat badan Pada sebagian orang, mengatasi obesitas dengan
menurunkan berat badan dapat menurunkan tekanan darah, yang dapat dicapai
dengan mengurangi beban kerja jantung dan jumlah serangan stroke. Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan terjadinya
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Oleh karena itu, penurunan berat badan
merupakan cara yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
3) Olahraga teratur Olahraga teratur (seperti jalan kaki, lari, berenang, bersepeda)
sangat bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kondisi
jantung. Sangat disarankan untuk melakukan olahraga rutin selama 30 menit 3-4
kali seminggu. Olahraga akan meningkatkan kadar HDL dan dapat menurunkan
pembentukan aterosklerosis akibat tekanan darah tinggi
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara erhenti merokok dan
tidak mengkonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi. Karena asap rook diketahui 13 menurunkan aliran darah ke berbagai
organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
5) Terapi oksigen
6) Pemantauan hemodinamik
7) Pemantauan jantung
8) Obat-obatan : Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung
dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai
diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
10. Pencegahan
Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:
 Mengonsumsi makanan sehat.
 Batasi asupan garam.
 Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
 Berhenti merokok
 Berolahraga secara teratur.
 Menjaga berat badan.
 Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol
11. Pengobatan
Sebagian pengidap hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidup guna
mengatur tekanan darah. Namun, jika tekanan darah sudah terkendali melalui perubahan
gaya hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat dihentikan. Perhatikan selalu
dosis obat yang diberikan dan efek samping yang mungkin terjadi.
Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:
 Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine.
Pasalnya, hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi
dalam tubuh.
 Obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa menurun.
Perlu diketahui bahwa hipertensi membuat pengidapnya rentan mengalami
sumbatan pada pembuluh darah.
 Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan
pembuluh darah.
 Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh
darah lebih rileks.
 Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi
menaikkan tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan
naik tidak terkendali.
Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui
terapi relaksasi, misalnya terapi meditasi atau terapi yoga. Namun, pengobatan hipertensi
tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya hidup, seperti
menjalani pola makan dan hidup sehat, serta olahraga teratur.

B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pasien dengan hipertensi menurut (Murtiono & Ngurah, 2020),
a. Aktivitas atau pola Istirahat mengkaji terkait dengan:
1) Gejala : apakah ada kelemahan atau keletihan, apakah pasien
mengalami nafas pendek, dan bagaimanakah gaya hidup pasien yang
terkait dengan aktivitas sehari-hari yang dilakukan.
b. Tanda : Melakukan pemeriksaan terkait Frekuensi jantung, melakukan
pemeriksaan apakah terdapat perubahan pada irama jantung, pariksa adanya
takipnea.
 Pada sistem Sirkulasi mengkaji terkait dengan:
2) Gejala : Apakah pasien memiliki riwayat Tekanan Darah Tinggi,
Aterosklerosis, penyakit jantung koroner dan penyakit
cebrovaskuler atau stroke.
c. Tanda : Memeriksa apakah terdapat kenaikan Tekanan Darah, Apakah nadi
terasa jelas dari karotis, jugularis, radialis. Apakah irama nadi tikikardi atau
bradikardi. Apakah kulit pucat, sianosis, waktu pengisian kapiler yang
melambat.
d. Integritas Ego Kaji terkait:
3) Gejala : Mengkaji riwayat gangguan pada kepribadian, apakah
mengalami ansietas, dan faktor stress yang
menyebabkan(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Tanda : suasana hati yang fluktuatif, sering gelisah, terdapat gangguan
dalam memfokuskan perhatian, mudah menangis, terdapat ketegangan pada
otot muka, pernafasan yang tidak stabil, adanya perubahan pada nada saat
bicara.
 Pada Sistem eliminasi mengkaji terkait dengan:
4) Gejala : Mengkaji apakah pernah mengalami gangguan pada ginjal
seperti obstruksi.
 Pada pola makan / minuman mengkaji terkait dengan:
5) Gejala: apa saja makanan yang disukai apakah mengandung tinggi
garam, lemak serta kolesterol. Apakah mengalami mual, muntah
dan perubahan BB serta apakah pernah mengkonsumsi obat
diuretic
f. Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
 Neurosensori Kaji terkait:
6) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis)
g. Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek,
proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
 Nyeri/ ketidaknyaman Kaji terkait:
7) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit
kepala.
 Pernafasan Kaji terkait:
8) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
h. Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
 Keamanan Kaji Terkait:
9) Gejala/Tanda: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi
postural.
2. Diagnosa Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai