Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH HIPERTENSI

1. Pengertian hipertensi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan peningkatannya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal.
Sedangkan menurut (Triyanto,2014)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)
dan angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua
fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah
yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah
yang kembali ke jantung (Anies, 2006).

Tabel Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmH
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Sumber: (Triyanto,2014)

2. Etiologi Hipertensi
Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan
1. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab dengan
jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer,
seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan
hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk
dalam kategori ini.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya berupa
penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh,
misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan
darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit
jantung.
3. Faktor-faktor resiko hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak dapat
dikontrol menurut (Sutanto, 2010) antara lain :
1. Faktor yang dapat dikontrol :
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan
dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Kegemukan (obesitas)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan mudah
terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun mempunyai
resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita langsing
pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita
hipertensi yang obesitas. Meskipun belum diketahui secara pasti hubungan antara
hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding
penderita hipertensi dengan berat badan normal.
b. Kurang olahraga
Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya cenderung
mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah. Dengan olahraga kita
dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah bisa dipompadengan baik
keseluruh tubuh.
c. Konsumsi garam berlebihan
Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi garam
berlebihan dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam merupakan hal
yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam
terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma atau cairan
tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekresi
(pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem
hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer (esensial)
mekanisme tersebut terganggu, disamping kemungkinan ada faktor lain yang
berpengaruh.
a.) Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak
mengonsumsi garam, tetapi masih menderita hipertensi. Ternyata
setelah ditelusuri, banyak orang yang mengartikan konsumsi garam
adalah garam meja atau garam yang ditambahkan dalam makanan
saja. Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir disemua
makanan mengandung garam natrium termasuk didalam bahan- bahan
pengawet makanan yang digunakan.
b.) Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsetrasi natrium didalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya kembali,
cairan intreseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak pada timbulnya hipertensi.
d. Merokok dan mengonsumsi alkohol
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan selain
dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin
dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan kesehatan karena dapat
meningkatkan sistem katekholamin, adanya katekholamin memicu naik
tekanan darah.
e. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika ketakutan,
tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat meningkat. Tetapi
pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka tekanan darah akan
turun kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi respon sel-sel saraf yang
mengakibatkan kelainan pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan
antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara bertahap. Stres berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah
menjadi tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada
binatang percobaan yang diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi
hipertensi.
2. Faktor yang tidak dapat dikontrol
a. Keturunan (Genetika)
Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar terhadap
munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian
bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari
satu sel telur) dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda).
Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi
primer (esensial) dan tidak melakukan penanganan atau pengobata maka
ada kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang
dan dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda
dan gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita.
Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang mendorong
terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman, terhadap
pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita akan
mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah masa menopause.
c. Umur
Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang menderita
hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan penyakit
yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang erterosklerosis serta
pelebaran pembulu darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua.
Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31 tahun sedangkan
pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.
4. Patofisiologi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa
rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada
saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu
jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut karena
perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam
sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah
meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika
tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga
bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,
yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam
mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada
ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan
arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan
hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014).
pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekwensinya , aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya),
mengakibatkan penurunan curah jantunng dan meningkatkan tahanan perifer
(Prima,2015).
5. Manifestasi klinis
Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi
umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah tinggi
mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung, perut mual,
masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan,
cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara
berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut
(Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi
biasanya berupa : pengelihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala,
mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema dependen dan adanya
pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.
6. Komplikasi hipertensi
Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan sebaga
berikut :
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit kepala secara tiba-
tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan
diri secara mendadak.
2. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi
kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infrak. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah
akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran
glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi
kronik.
4. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung
dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu, kaki dan
jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan
sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering
dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruangan
intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron- neuron disekitarnya kolap
dan terjadi koma.
Sedangkan menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi, apabila tidak
ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena
komplikasi kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan
gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a. Otak : Menyebabkan stroke
b. Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan
c. Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark
jantung)
d. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Widjadja,2009) pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi antara
lain:
a. General check up
jika seseorang di duga menderita hipertensi, dilakukan beberapa
pemeriksaan, yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya riwayat
keluarga penderita. Pemeriksaan fisik, pemeriksan laboratorium, pemeriksaan
ECG, jika perlu pemeriksaan khusus, seperti USG, Echocaediography (USG
jantung), CT Scan, dan lain-lain. Tujuan pengobatan hipertensi adalah
mencegah komplikasi yang ditimbulkan. Langkah pengobata adalah yang
mengendalikan tensi atau tekanan darah agar tetap normal. Tujuan
pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam yaitu:

a. Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan segera setelah


didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.

b. Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau keberhasilan terapi.


8. Penatalaksanaan
Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
1. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-
obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan
darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat
seperti :
a. Pembatasan asupan garam dan natrium
b. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
c. Olahraga secara teratur
d. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
e. Mengurangi/ tidak merokok
f. menghindari stres
g. menghindari obesitas
2. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang
utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan,
antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan
penghambat konfersi enzim angiotensi.

a. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam


dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah
cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding
pembuluh darah.

b. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah


dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.

c. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah


sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan
tekanan darah.

d. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan


pembuluh darah.
3. Terapi herbal
banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat
hipertensi sebai berikut :
a. Daun seledri
Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak
dengan ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki
bau yang khas, identik dengan sayur sub. Bentung batangnya bersegi,
bercabang, memiliki ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna putih,
kecil, menyerupai payung, dan majemuk. Buahnya berwarna hijau
kekuningan berbentuk kerucut. Daunnya memiliki pertulangan yang
menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun yang berair
dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan sebagai
penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:
a.) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air
b.) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar,
rebus seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air
rebusannya sehari dua kali setelah makan.
Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat menurunkan
tekanan darah (hipotensis atau anti hipertensi). Sebuah cobaan perfusi
pembuluh darah menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai
vasodilator perifer yang berhubungan dengan efek hipotensifnya. Percobaan
lain menunjukkan efek hipotensif herbal seledri berhubungan dengan
integritas sistem saraf simpatik (Mun’im dan hanani, 2011).

b. Pola makan
1. Pola makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan
jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009). Sedangkan menurut
(Hidayat,2007) Pola makan adalah perilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap,
kepercayaan, jenis makanan, frekuensi, cara pengolahan, dan
pemilihan makanan. Dan menurut seorang ahlimengatakan bahwa
pola makan di definisikan sebagai karateristik dari kegiatan yang
berulang kali makan individu atau setiap orang makan dalam
memenuhi kebutuhan makanan. (Sulistyoningsih, 2011).
2. Pola makan mencegah penyakit Hipertensi
Menurut (Pudiastuti,2011) Salah satu penyebab faktor utama
terjadinya hipertensi adalah asteroklerosis. Kondisi ini disebabkan
konsumsi lemak berlebih. Oleh karena untuk mencegah timbulnya
hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebihan selain
pemberian obat-obatan bila mana diperlukan. Pembatasan konsumsi
lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama
pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan
pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada
wanita agar lebih berhati-hati dalam mengonsumsi lemak karena
mendekati menopouse.

Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah gizi


seimbanga, dimana mengonsumsi beragam makanan yang seimbang
yaitu :
1. Sumber karbohidrat: biji-bijian.
2. Sumber protein hewani: ikan, unggas, daging putih, putih telur,
susu rendah/ rendah lemak.

3. Sumber protein nabati: kacang-kacangan dan polong-polongan


serta hasil olahannya.
4. Sumber vitamin dan mineral: sayur dan buah-buahan segar.
Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan
berat badan ideal, sehingga di anjurkan untuk menyeimbangi asupan
kalori dengan kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi
makanan yang mengandung kalori tinggi dan atau makanan yang
kandungan gula dan lemaknya tinggi. Disamping itu agar melakukan
aktifitas fisik yang cukup untuk mencapai kebugaran jasmani yang baik.
3. Pola makan sehat bagi penderita hipertensi
Menurut (Gunawan,2015) diet disesuaikan dengan kebuthan kalori
sehari, dimana komponen bahan makanan sumber zat gizi yang
disarankan sebagai diantaranya adalah :
1. Konsumsi padi, biji-bijan (grain) sebanyak 6-8 perhari, seperti roti
gandum (ukuran satu porsi sekitar 1 lembar roti), nasi (nasi
coklat/merah jauh baik dari pada nasi putih), pasta cereal (sejitar 1
cup dalam kondisi matang).
2. Sayuran sekitar 4-5 porsi/hari, seperti toamt, wortel, brokoli, ubi,
sayuran hijau yang kaya akan serat, vitamin, kalium, dan
magnesium. Ukuran 1 porsi sekitar 100 gram dalam kondisi mentah.
3. Buah sekitar 4-5 porsi/hari yang dapat diberikan dalam bentuk snack
ataupun komponen makanan besar. Ukuran 1 porsi buah sekitar 80-
100 gram dalam kondisi segar.
4. Gula atau makan yang manis sekitar kurang dari 5 porsi/minggu
seperti gula pasir atau selai, ukuran 1 porsi sekitar 1 sendok makan
peres.
5. Kacang, biji, legumes sebanyak 4-5 porsi/minggu seperti almond,
biji bunga matahari, kacang-kacangan, produk kedelai (tahu, tempe)
dimana ukuran 1 porsi kecil kacang sekitar 2 sendok makan.
6. Pilih produk susu rendah lemak atau skim (seperti susu, yoghurt,
keju) sebanyak 2-3 porsi/hari yang digunakn sebagai sumber protein,
vitamin D, serta kalsium. 1 prosi susu sekitar 200 ml.
7. Daging tanpa lemak, unggas dan ikan sebanyak kurang dari 6
porsi/hari sebagai sumber protein, vitamin B, zat besi, dan zinc.
8. Lemak dan minyak sebanyak 2-3 orsi/hari atau sekitar 25-27% dari
kebutuhan kalori sehari. Adapun ukuran 1 porsi sekitar 1 sendok teh.
Pembagian penggunaan jenis lemak yang diperbolehkan
diantaranya adalah :
a. Minyak jenuh dan lemak trans dibatasi sekitar 6-7% dari kalori
total karena jenis lemak/minyak ini akan meningkatkan
kolesterol darah, sehingga meningkatkan risiko penyakit
koroner. Maka dari itu, batasi konsumsi minyak jenuh yang
terdapat pada daging merah, kuning telur, butter, keju, susu full
cream, krim dalammakanan/minuma, minyak kelapa
sawit/goreng ataupun minyak kelapa. Sama halnya juga dengan
lemak trans yang banyak terdapat pada makanan yang
digoreng, dipanggang, atau dirposes seperti krekers, dan
sebagainya.
b. Lemak/minyak tak jenuh (omega 3,6,9) dianjurkan sebagai
pengganti leamk jenuh/trans, dianjurkan untuk omega 3 dan 6
sebanyak kurang dari 10% demikian juga untuk omega 9
sebanyak kurang dari 10% total kalori. Minyak omega 3
banyak ditemukan pada minyak canola, zaitun, flaxseed, ikan
laut dalam. Minyak omega 6 banyak terdapat pada biji bunga
matahari dan kacang-kacangan, sedangkan omega 9 terdapat
pada alpukat, dark coklat, zaitun, dan sebagainya.
c. Atasi penggunaan natrium/sodium sebanyak 23.. mg/hari atau
setara dengan 5 gram/hari aatu 1 sendok teh peres garam/hari.
Garam banyak ditemukan pada makanan yang diawetkan atau
makanan kaleng, serta MSG.
d. Alkohol hanya diijinkan sebanyak 1-2 gelas/hari, sedangkan
kafein tidak dianjurkan dalam diet DASH karena dapat
meningkatkan tekanan darah meskipun hanya sesaat.
Selain denga mengontrol pola makan yang sehat harus
diseimbangi dengan memperbanyak aktivitas fisik agar target
penurunan tekanan darah dapat cepat tercapai. Sedangkan
menurut triyanto (2011) pola makan yang baik bagi penderita
hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat

yang dapat mengontrol tekana darah tinggi dan mengurangi penyakit


kardiovaskuler. Secara garis besar ada empat macam diet untuk
menanggulagi atau minimal mempertahankan keadaan tekanan darah
yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol, lemak terbatas serta
tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebian berat badan. Diet rendah
garam diberikan kepada pasien edema atau asites serta hipertensi.
Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan
untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantug). Adapun
yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi garam dapur tetapi
mengonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena
itu, sangat penting untuk diperhatikan dan melakukan diet rendah
garam adalah makanan yang harus mengandung cukup zat-zat gizi,
baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan
natrium. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
Mengonsumsi alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan
peningkatan tekanan darah dan stroke. Wanita sebaiknya membatasi
konsumsi alkohol tidak lebih dari 14 unit per minggu dan laki-laki
tidak melebihi 21 unit per minggu. Menghindari konsumsi alkohol bisa
menurunkan 2-4 mmHg.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan
Menurut (Budi,2007) ada beberapa yang mempegaruhi pola makan
seperti:
1. Usia >60 tahun disebabkan selera makan seseorang berkurang,
kemampuan mencerna makanan juga berkurang. Hal ini juga bisa
disebabkan oleh kurangnya peran serta dalam menyediakan menu
makanan. Hal ini dikarenakan setiap individu mempunyai pola makan
yang berbeda untuk mengendalikan tekanan darah.

2. Pendidikan yang rendah mengakibakan kurangnya pengetahuan akan


pentingnya pola makan sehat. Pola makan yang kurang sehat dapat
memicu terjadinya penyakit hipertensi.

3. Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi.


Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkan.

4. Pekerjaan dapat berpengaruh pada pola makan seseorang, hal ini


dikarenakan jika seseorang tidak bekerja maka semakin kurang informasi
kesehatan yang didapat sehingga mengurangi perhatian dalam bidang
kesehatan. Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut
dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi, salah satunya pekerjaan.
Pekerjaan disini memang tidak secara langsung mempengaruhi status gizi,
tetapi pekerjaan ini dihubungkan dengan pendapatan dalam keluarga yang
pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan gaya hidup, dalam hal ini
terutama perubahan pada komsumsi yang menentukan status gizi.

5. Agama/ kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi.


C. Bahaya gorengan bagi penderita hipertensi
menurut (Admin2,2017) Gorengan adalah makanan cemilan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat indonesia yang sangat mudah untuk kita jumpai. Ada
banyak jenis gorengan yang dijual di indonesia mulai dari tempe goreng, pisang
goreng, lumpia goreng, ubi goreng, cireng dan lainnya. Makanan yang sering
dijadikan pengganjal perut atau sebagai hidangan sebelum makan ternyata
memiliki efek yang buruk untuk kesehatan bila dikonsumsi secara terus-menerus.
Sering kali penjual gorengan di pinggir jalan jarang mengganti minyaknya, ini
bisa membentuk lemak trans yang berbahaya, sebab bisa meningkatkan kolesterol
dan kadar kolesterol yang tinggi bisa memicu penyakit jantung, tekanan darah
tinggi bahkan diabetes. Dalam gorengan banyak mengandung lemak dan itu bisa
berdampak buruk bagi jantung serta pembuluh darah. Makanan yang memiliki
kadar lemak yang tinggi bahkan yang berkelesterol tinggi bisa membuat tekanan
darah menjadi meningka. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi bisa
menjadi pemicu hipertensi. Karena jika makanan berlemak dikonsumsi secara
terus-menerus maka akan terjadi endapan lemak didalam darah. Lemak dalam
darah akan menggumpal dan menyumbat pembuluh darah.
Konsumsi tinggi lemak dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
Konsumsi lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah terutama kolesterol LDL dan akan tertimbun dalam tubuh. Timbunan lemak
yang disebabkan oleh koleste rol akan menempel pada pembuluh darah yang
lama kelaman akan terbentuk plaque. Terbentuknya plaque dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis. Pembuluh darah yang terkena
aterosklerosis akan berkurang elastisitasnya dan aliran darah ke seluruh tubuh
akan terganggu serta dapat memicu meningkatnya volume darah dan tekanan
darah. Meningkatnya tekanan darah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
hipertensi (Rita,2013)
D. Pola makan mencegah penyakit Hipertensi
Menurut (Pudiastuti,2011) Salah satu penyebab faktor utama terjadinya
hipertensi adalah asteroklerosis. Kondisi ini disebabkan konsumsi lemak
berlebih. Oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah
mengurangi konsumsi lemak yang berlebihan selain pemberian obat-obatan
bila mana diperlukan. Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak
dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada orang-orang yang
mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia
lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih berhati-hati
dalam mengonsumsi lemak karena mendekati menopouse.

Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah gizi


seimbanga, dimana mengonsumsi beragam makanan yang seimbang yaitu :
1. Sumber karbohidrat: biji-bijian.
2. Sumber protein hewani: ikan, unggas, daging putih, putih telur, susu
rendah/ rendah lemak.

3. Sumber protein nabati: kacang-kacangan dan polong-polongan serta


hasil olahannya.
4. Sumber vitamin dan mineral: sayur dan buah-buahan segar.
Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan berat
badan ideal, sehingga di anjurkan untuk menyeimbangi asupan kalori dengan
kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung
kalori tinggi dan atau makanan yang kandungan gula dan lemaknya tinggi.
Disamping itu agar melakukan aktifitas fisik yang cukup untuk mencapai
kebugaran jasmani yang baik.
E. Pola makan sehat bagi penderita hipertensi
Menurut (Gunawan,2015) diet disesuaikan dengan kebuthan kalori sehari,
dimana komponen bahan makanan sumber zat gizi yang disarankan sebagai
diantaranya adalah :

1. Konsumsi padi, biji-bijan (grain) sebanyak 6-8 perhari, seperti roti


gandum (ukuran satu porsi sekitar 1 lembar roti), nasi (nasi coklat/merah
jauh baik dari pada nasi putih), pasta cereal (sejitar 1 cup dalam kondisi
matang).

2. Sayuran sekitar 4-5 porsi/hari, seperti toamt, wortel, brokoli, ubi, sayuran
hijau yang kaya akan serat, vitamin, kalium, dan magnesium. Ukuran 1
porsi sekitar 100 gram dalam kondisi mentah.

3. Buah sekitar 4-5 porsi/hari yang dapat diberikan dalam bentuk snack
ataupun komponen makanan besar. Ukuran 1 porsi buah sekitar 80-100
gram dalam kondisi segar.

4. Gula atau makan yang manis sekitar kurang dari 5 porsi/minggu seperti
gula pasir atau selai, ukuran 1 porsi sekitar 1 sendok makan peres.

5. Kacang, biji, legumes sebanyak 4-5 porsi/minggu seperti almond, biji


bunga matahari, kacang-kacangan, produk kedelai (tahu, tempe) dimana
ukuran 1 porsi kecil kacang sekitar 2 sendok makan.

6. Pilih produk susu rendah lemak atau skim (seperti susu, yoghurt, keju)
sebanyak 2-3 porsi/hari yang digunakn sebagai sumber protein, vitamin D,
serta kalsium. 1 prosi susu sekitar 200 ml.

7. Daging tanpa lemak, unggas dan ikan sebanyak kurang dari 6 porsi/hari
sebagai sumber protein, vitamin B, zat besi, dan zinc.

8. Lemak dan minyak sebanyak 2-3 orsi/hari atau sekitar 25-27% dari
kebutuhan kalori sehari. Adapun ukuran 1 porsi sekitar 1 sendok teh.
Pembagian penggunaan jenis lemak yang diperbolehkan diantaranya
adalah :
a. Minyak jenuh dan lemak trans dibatasi sekitar 6-7% dari kalori total
karena jenis lemak/minyak ini akan meningkatkan kolesterol darah,
sehingga meningkatkan risiko penyakit koroner. Maka dari itu, batasi
konsumsi minyak jenuh yang terdapat pada daging merah, kuning
telur, butter, keju, susu full cream, krim dalammakanan/minuma,
minyak kelapa sawit/goreng ataupun minyak kelapa. Sama halnya juga
dengan lemak trans yang banyak terdapat pada makanan yang
digoreng, dipanggang, atau dirposes seperti krekers, dan sebagainya.
b. Lemak/minyak tak jenuh (omega 3,6,9) dianjurkan sebagai pengganti
leamk jenuh/trans, dianjurkan untuk omega 3 dan 6 sebanyak kurang
dari 10% demikian juga untuk omega 9 sebanyak kurang dari 10%
total kalori. Minyak omega 3 banyak ditemukan pada minyak canola,
zaitun, flaxseed, ikan laut dalam. Minyak omega 6 banyak terdapat
pada biji bunga matahari dan kacang-kacangan, sedangkan omega 9
terdapat pada alpukat, dark coklat, zaitun, dan sebagainya.
c. Atasi penggunaan natrium/sodium sebanyak 23.. mg/hari atau setara
dengan 5 gram/hari aatu 1 sendok teh peres garam/hari. Garam banyak
ditemukan pada makanan yang diawetkan atau makanan kaleng, serta
MSG.
d. Alkohol hanya diijinkan sebanyak 1-2 gelas/hari, sedangkan kafein
tidak dianjurkan dalam diet DASH karena dapat meningkatkan tekanan
darah meskipun hanya sesaat.
Selain denga mengontrol pola makan yang sehat harus diseimbangi
dengan memperbanyak aktivitas fisik agar target penurunan tekanan
darah dapat cepat tercapai. Sedangkan menurut triyanto (2011) pola
makan yang baik bagi penderita hipertensi adalah mengatur tentang
makanan sehat

yang dapat mengontrol tekana darah tinggi dan mengurangi penyakit


kardiovaskuler. Secara garis besar ada empat macam diet untuk
menanggulagi atau minimal mempertahankan keadaan tekanan darah
yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol, lemak terbatas serta tinggi
serat, dan rendah kalori bila kelebian berat badan. Diet rendah garam
diberikan kepada pasien edema atau asites serta hipertensi. Tujuan diet
rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk
mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantug). Adapun yang
disebut rendah garam bukan hanya membatasi garam dapur tetapi
mengonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu,
sangat penting untuk diperhatikan dan melakukan diet rendah garam
adalah makanan yang harus mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori,
protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium. Berhenti
merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi alkohol secara
berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan stroke.
Wanita sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 14 unit per
minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit per minggu. Menghindari
konsumsi alkohol bisa menurunkan 2-4 mmHg.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

Menurut (Budi,2007) ada beberapa yang mempegaruhi pola makan


seperti:
1. Usia >60 tahun disebabkan selera makan seseorang berkurang, kemampuan
mencerna makanan juga berkurang. Hal ini juga bisa disebabkan oleh
kurangnya peran serta dalam menyediakan menu makanan. Hal ini
dikarenakan setiap individu mempunyai pola makan yang berbeda untuk
mengendalikan tekanan darah.

2. Pendidikan yang rendah mengakibakan kurangnya pengetahuan akan


pentingnya pola makan sehat. Pola makan yang kurang sehat dapat memicu
terjadinya penyakit hipertensi.

3. Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi.


Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkan.

4. Pekerjaan dapat berpengaruh pada pola makan seseorang, hal ini


dikarenakan jika seseorang tidak bekerja maka semakin kurang informasi
kesehatan yang didapat sehingga mengurangi perhatian dalam bidang
kesehatan. Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut
dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi, salah satunya pekerjaan.
Pekerjaan disini memang tidak secara langsung mempengaruhi status gizi,
tetapi pekerjaan ini dihubungkan dengan pendapatan dalam keluarga yang
pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan gaya hidup, dalam hal ini
terutama perubahan pada komsumsi yang menentukan status gizi.

5. Agama/ kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi.


G. Bahaya gorengan bagi penderita hipertensi
menurut (Admin2,2017) Gorengan adalah makanan cemilan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat indonesia yang sangat mudah untuk kita jumpai. Ada
banyak jenis gorengan yang dijual di indonesia mulai dari tempe goreng, pisang
goreng, lumpia goreng, ubi goreng, cireng dan lainnya. Makanan yang sering
dijadikan pengganjal perut atau sebagai hidangan sebelum makan ternyata
memiliki efek yang buruk untuk kesehatan bila dikonsumsi secara terus-menerus.
Sering kali penjual gorengan di pinggir jalan jarang mengganti minyaknya, ini
bisa membentuk lemak trans yang berbahaya, sebab bisa meningkatkan kolesterol
dan kadar kolesterol yang tinggi bisa memicu penyakit jantung, tekanan darah
tinggi bahkan diabetes. Dalam gorengan banyak mengandung lemak dan itu bisa
berdampak buruk bagi jantung serta pembuluh darah. Makanan yang memiliki
kadar lemak yang tinggi bahkan yang berkelesterol tinggi bisa membuat tekanan
darah menjadi meningka. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi bisa
menjadi pemicu hipertensi. Karena jika makanan berlemak dikonsumsi secara
terus-menerus maka akan terjadi endapan lemak didalam darah. Lemak dalam
darah akan menggumpal dan menyumbat pembuluh darah.
Konsumsi tinggi lemak dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
Konsumsi lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam

darah terutama kolesterol LDL dan akan tertimbun dalam tubuh. Timbunan lemak
yang disebabkan oleh koleste rol akan menempel pada pembuluh darah yang
lama - kelaman akan terbentuk plaque. Terbentuknya plaque dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis. Pembuluh darah
yang terkena aterosklerosis akan berkurang elastisitasnya dan aliran darah ke
seluruh tubuh akan terganggu serta dapat memicu meningkatnya volume darah
dan tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya hipertensi (Rita,2013)

H. Ketidakpatuhan
1. Ketidakpatuhan
Ktidakpatuhan adalah kegagalan atau penolakan untik mengurangi dan
menyesuaikan tindakan seseorang untuk aturan atau keharusan.
Ketidakpatuhan adalah tidak menaati perintah atau suatu bentuk perilaku
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesi kesehatan
(Nurbidadari 2015). Ketidakpatuhan adalah perilaku individu atau pemberi
asuhan yang tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik
yang ditetapkan oleh individu atau keluarga atau kelompok serta profesional
pelayanan kesehatan. Perilaku pemberi asuhan atau individu yang tidak
mematuhi ketepatan, rencana promosi kesehatan atau terapeutik secara
keseluruhan atau sebagai dapat menyebabkan hasil akhir yang tidak efektif
atau sebagian tidak efektif secara klinis (Nanda, 2015)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan


Faktor-faktor yang berhubungan antara ketidak patuhan dikelompokan
menjadi 4 bagian yaitu : pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi antara
profesional kesehatan dan pasien. Isolasi sosial dan keluarga serta keyakinan,
sikap dan kepribadian. Kepatuhan akan meningkat secara umum bila instruksi
pengobatan jelas, hubugan obat terhadap penyakit jelas, pengobatan yang teratur
serta adanya keyakinan bahwa kesehatan akan pulih dengan meningkatkan diet,

petugas kesehatan yang menyenangkan dan beribawa, dukungan sosial pasien,


pengobatan sederhana, harga terjangkau hubungan baik antara petugas kesehatan
dengan pasien (Lailatushifah, 2012).

3. Cara mengurangi ketidakpatuhan


Menurut (Nurmazah, 2013) mengusulkan rencana untuk mengatasi ketidak
patuhan pasien antara lain:
Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari penderita
yang tidak patuh yang memiliki tujuan untuk memenuhi nasihat-nasihat pada
awalnya. Pemicu ketidak patuhan dikarenakan jangka waktu yang cukup
lama serta paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek negatif
pada penderita sehingga awal mula penderita mempunyai sikap patuh bisa
berubah menjadi tidak patuh. Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari diri
penderita.
Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu
dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku,
tetapi juga mempertahankan perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri
dan penghargaan terhadap diri sendiri harus dilakukan dengan kesadaran diri.
Modifikasi perilaku harus dilakukan antara pasien dengan pemberi pelayanan
kesehatan agar terciptanya perilaku sehat.
Dukunngan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat
dalam bentuk waktu, motivasi dan uang merupakan faktor-faktor penting
dalam kepatuhan pasien. Contoh yang sederhana, tidak memiliki pengasuh,
transportasi tidak ada, anggota keluarga sakit, dapat megurangi intensitas
kepatuhan. Keluarga dapat menghilangkan godaan ketidak taatan pola makan
dan menjadi pendukung untuk mencapai kepatuhan.
.

Anda mungkin juga menyukai