Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

HIPERTENSI
NAMA KELOMPOK :

1.MOCHAMMAD FAHRUDIN
2. NI’MATUR ROHMAH
3. NINDA NIA MAYASOFA
4. NINDI NIA MAYASARI
5. NITA KRIS ARINA
6. YUYUN ERVINA
7. NORCY HAYATI BANAMTUAN
8.SESI FITRAWATI SMANAOB
9.WING WIRYANTO WAANG
10.FENI HELFIDA TOBE
11. GEORGE IMANUEL BOLU
12. ELIAS RICARDO MAU
A. PENGERTIAN

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri
secara terus menerus lebih dari satu periode hal ini terjadi bila arteri menyempit,
penyempitan arteri membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut
dapat menimbulkan kerja jantung dan pembuluh darah. peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman
Sorensen,1996).Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau
lebih.

B. ETIOLOGI
Corwim ( 2000 ) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung,
volume sekuncup dan total pheriperal resis tance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut
jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus S.A.
Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai
keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya
dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi
C.KLASIFIKASI

KATEGORI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)


Optimal <120 <180
Normal 120 - 129 80 - 84
High normal 130 - 139 85 - 89
Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 - 159 90 - 99
Grade 2 (sedang) 160 - 179 100 - 109
Grade 3 (berat) 180 - 209 100 - 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
D.Faktor Resiko
Menurut Ade Dian Anggraini, dkk (2009), faktor
resiko hipertensi adalah :
a. Faktor genetic
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio
antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan
hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.
b.  Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur.
Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal
ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang
bertambah usianya.
c. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya
imunitas wanita pada usia premenopause.
d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada
orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas
terhadap vasopressin lebih besar.
e. Obesitas
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan
antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya
resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan
sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan
konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik
potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan
tekanan darah secara terus menerus.
f. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
g. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans
and Women’s Hospital, terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat
hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5%
subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih
dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada
kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.
h. Tipe kepribadian
Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan
prevalensi hipertensi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku
tipe A menimbulkan hipertensi banyak penelitian menghubungkan
dengan sifatnya yang ambisius, suka bersaing, bekerja tidak pernah
lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas. Sifat tersebut
akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi
kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah
terjadinya aterosklerosis.
E.Patofisiologi.
Gambaran nya yaitu , jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detik nya , arteri besar
kehilangan keleturanya dan menjadi kaku , sehingga tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut karenanya darah pada yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan .
F. Diagnosis
 Sedangkan menurut Depkes (2006), upaya deteksi faktor risiko penyakit
hipertensi dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut : Wawancara
dengan menggunakan kuesioner yang meliputi identitas diri,
riwayat penyakit, riwayat anggota keluarga, perubahan aktifitas atau
kebiasaan (seperti merokok,konsumsi makanan, riwayat dan faktor
psikososial lingkungan keluarga, dan lain-lain)
 Pengukuran tekanan darah.
 Pengukuran indeks antropometri, seperti pengukuran berat badan dan
tinggi badan.
 Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang
dilakukan sebelummemulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan
organ dan faktor risiko lain ataumencari penyebab hipertensi. Biasanya
diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimiadarah
G. PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan Diagnostik
1. Natrium
Untuk mengetahui kadar natrium ( Na ) pada darah . Natrium berperan
penting dalam menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh ,
mengontrol tekanan darah dan kerja sistem syaraf dan otot .
2. Hemoglobin Hematokrit
Bukan diagnostic tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
3. BUN/Kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
4. Glukosa
Hiperglikemia (diabetes nitilitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi)
5. Kalium Serum
Hipokalemia dapat mengindikasikannya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi
efek samping terapi deuretik
6.Kalsium Serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi
7. Kolestrol don Trigeliserido Serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak ateromatosa (efek kardiovaskular).
 Pemeriksaan penunjang
 Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
 Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
 EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
 Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
 Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
 Foto dada dan CT scan.
H. Komplikasi
 Dalam perjalanan penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain;
 Stroke

Penyebabnya ada 2 yaitu;


Stroke iskemik; ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah
dan oksigen ke otak mengalami penyempitan atau terhambat,sehingga
menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurangan.
Stroke hemoragik; ketika pembuluh darah di otak pecah dan
menyebabkan pendarahanan.
 Gagal Jantung
Penyebab gagal jantung seperti;
Penyakit jantung koroner dimana pembuluh darah yang member pasokan darah ke jantung
terhambat oleh lemak yang menumpuk di dalam pembuluh darah yang dapat menyebabkan
terjadinya serangan jantung .
Tekanan darah tinggi
Yang meningkatkan upaya jantung serta dapat menyebabkan gagal jantung seiring dengan
berjalannya waktu.
Penyakit jantung bawaan

 GagalGinjal
Penyebab gagal ginjal seperti;
Pernah atau sering mengalami pendarahan,diare atau muntah dan penyebab dehidrasi
Gangguan kesehatan radang dinding pembulu darah yang membuat darah tidak bisa mengalir ke
ginjal
Efek samping obat-obatan yang di konsumsi dalam waktu panjang

 Gangguan pada mata


Seperti ;
Glaukoma
Pemandangan yang mulai kabur dan berkurangnya pandangan ke samping(lebar penglihatan
berkurang)
Gangguan lensa mata
Miopi tidak dapat melihat dengan jelas objek yang berdekatan
I. Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan nonfarmakologis
Mempetahankan berat badan ideal
Mengatasi obesitas ( kegemukan ) juga dapat dilakukan dengan menggunakan diet
rendah kolestrol namun kaya dengan serat dan protein
Kurangi asupan natrium ( sodium )
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah galam .
Batasi konsumsi alkohol
Bahwa konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebih dapat
meningkatkan tekanan darah . Para peminum mempunyai mempunyai resiko 40%
lebih besar .
Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet dengan cara menggonsumsi diet tinggi buah dan sayur dan
diet rendah lemak dengan cara mengurangi asuhan lemak penuh atau lemak total
Menghindari merokok
Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena
menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi detuk jantung
Penurunan stress
Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang menyenangkan
Terapi masase ( pijat )
J. Pemeriksaan
 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat melakukan
pemeriksaan tekanan darah, yaitu:
 Pastikan kandung kemihnya kosong dan usahakan untuk tidak dalam
kondisi menahan kemih.
 Menghindari konsumsi kopi, alkohol dan rokok, karena semua hal
tersebut dapat meningkatkan tekanan darah.
 Sebaiknya istirahat terlebih dahulu selama 5 menit sebelum diperiksa,
serta jangan memeriksa saat kondisi tubuh baru sampai dan napasnya
terengah-engah.
 Jangan berbicara atau bercanda selama melakukan pengukuran.
 Tenangkan pikiran, karena pikiran yang tegang dan stres akan
meningkatkan tekanan darah dari yang seharusnya.
 Pemeriksaan dilakukan dalam posisi duduk dengan siku menekuk di
atas meja dan telapak tangan menghadap ke atas.
 Gunakan manset sesuai dengan pasien dan jangan menggunakan
manset anak-anak untuk orang dewasa.
 Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis. Saat bunyi pertama
terdengar dicatat sebagai tekanan sistolik dan bunyi terakhir yang
didengar dicatat sebagai tekanan diastolik.
K .Terapi Pengobatan
a.Pengobatan Secara Nonfarmakologis
 Mengurangi Konsumsi Garam
 Mengendalikan Berat Badan
 Mengendalikan Minum ( Kopi dan Alkohol )
 Membatasi Konsumsi Lemak
 Berolahraga Secara Teratur
 Menghindari Stres
b. Pengobatan Secara Farmakologis
Obat-obtan Antihipertensi
 Golongan Diuretik
 yaitu :
 Thiazide diuretik, antara lain Chlorotiazide ( Diazil ), Polythiazide ( Reneze ), Indapamide ( Lozol )
dan Metalozone ( Mykrox ).
 Loop diuretik, antara lain Bumetanide ( Bumex ), Furosemide (Lasix) dan Torsemide ( Demadex ).
 ACEI (Angiotensin Converting Inhibitor
Contoh : Benazepril, Captopril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindopril, Quinapril, Trandolapril.
 CCB (Calsium Channel Blocker)
Dihidropiridin, Nondihidropiridin
 Simpatolitik
Beta Blocker : Propanolol, Betaxolol, Bisoprolol,
 Alpha Blocker Contoh : Prazosin, Terazosin, Dokazosin, Bunazosin.
L. Pencegahan primer , sekunder , tersier
 Pencegahan Primer
Pencegahan Primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi
faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi.
 Pencegahan Sekunder
Pencegahan Sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk
menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan
pengobatan secara didni.
 Pencegahan Tersier

Pencegahan Tersier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari


komplikasi yang lebih lanjut, serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan
memperpanjang lama ketahanan hidup

H. Peran perawat dalam pemberian HE


Salah satu peran perawat dalam pelayanan keperawatan adalah educator .
Educator adalah peran perawat dalam membantu pasien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan tentang perawatan dan
tindakan medis yang diterima sehingga pasien atau keluarga mendapat
pengetahuan yang penting. Perawat dalam menjalankan perannya sebagai
educator juga menjadi bagian dalam perencanaan pulang/discharge planning.
Narasi kasus

Ny. M datang ke RS dengan keluhan nyeri pada


kepala bagian atas dari kepala hingga leher tampak
pucat dan lemas karena Ny. M sudah 2 hari tidak
makan , kepala pusing sudah dari tanggal 27
desember 2013 sebelumnya pasien sudah
memeriksakan diri di puskesmas terdekat .
Kemudian oleh puskesmas di rujuk ke RSUD Kota
Trenggalek . TTV Ny.M TD : 10 / 100 mmHg , RR :
18x/menit , N : 105x/menit , Suhu : 37,5oC . Ny.M
mempunyai riwayat darah tinggi sejak 2 tahun yang
lalu .
intervensi

NO
DIAGNOSA NOC NIC

1 Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan a.Pasien Pertahankan tirah baring


Sediakan lingkungan
dengan peningkatan tekanan menggungkapkan yang tenang
vaskuler sereblar sakit kepala Berikan sedikit
berkurang dari penerangan
skala 8 menjadi 1 Minimalkan ganguan
lingkungan dan
b.Pasien tampak rangsangan
nyaman Batasi aktifitas
c.TTV normal Distraction
Berikan posisi nyaman
TD :150/100 Berikan teknik relaksasi
RR : 16 – nafas dalam
24x/menit Ajarkan keluarga dan
N : 40x/menit klien melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
S : 36,5OC – 37,50C Lakukan pemeriksaan
TTV
2. Resiko a. Kesadaran baik a. Bedrest dengan posisi kepala
ketidakefektifan b. TTV stabil terlentang atau posisi elevasi 15-
perfusi jaringan TD :120/80 45o sesuai indikasi
otak berhubungan RR : 16 – 24x/menit b. Monitor TTV tiap 2 jam
dengan sirkulasi N : 55x/menit c. Monitor adanya diplopia ,
darah yang S : 36,5OC – 37,50C pandangan kabur , nyeri kepala
kurang ke otak d. Monitor level kebingungan dan
c. Nyeri kepala orientas
berkurang / hilang e. Monitor tonus otot pergerakan
d. Tidak ada tanda f. Monitor tekanan intrakranial
PTIK dan respon nerologis
g. Catat perubahan pasien dalam
merespon stimulus
h. Monitor status cairan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai