DI PUSKESMAS MENINTING
006 SYE 17
MATARAM
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Klasifikasi Hipertensi
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikendalikan
a. Umur
Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambah-nya umur seseorang. Ini
disebabkan karena dengan bertambahnya umur, dinding pembuluh darah
mengalami perubahan struktur. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi
kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pem-buluh darah besar
yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah diastolik meningkat sam-pai dekade kelima dan keenam kemudian
menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan
beberapa peruba-han fisiologis. Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi
perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor
pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang. Sedangkan peran ginjal juga
sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
b. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita. Hipertensi
berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada
wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat
badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pria lebih
berhubungan dengan kurang nyaman dengan pekerjaan dan pengangguran.
c. Genetik (Keturunan)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menye-babkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium.
Individu yang memiliki orang tua dengan hipertensi berisiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi.
Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah. Adapun
hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak. Otak akan
bereaksi terhadap niko-tin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan
oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena jantung
dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan
jaringan tubuh (Astawan, 2002).
b. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
patogenesis hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi
terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah
(Basha, 2004). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormal-kannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Garam
mempunyai sifat menahan air. Mengonsumsi garam lebih atau makan makanan
yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari
pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak
berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan, sebaliknya
dengan membatasi jumlah garam yang dikonsumsi (Wijayakusuma, 2000).
c. Obesitas
Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa
penyakit degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya lemak pada perut
berhubungan erat dengan hipertensi. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Semakin besar massa tubuh maka semakin
banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan
merupakan faktor risiko independen yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh
faktor risiko lain.
d. Kurang Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah maka akan memu-
dahkan terjadinya hipertensi.
e. Stres Emosional
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Meskipun dapat
dikatakan bahwa stres emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk
jangka waktu yang sing-kat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan
menghilangnya penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat
permanen, maka seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga
stres menjadi suatu resiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan
darah karena ada pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-
menerus dirangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
4) 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
6) Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
7) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
5. Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi
Perubahan Struktur
Vasokontriksi
Gangguan Sirkulasi
Nyeri akut
(kepala) Defisiensi
Afterload pengetahun
Penurunan curah
jantung
Deprivasi Tidur
Intoleransi
aktifitas
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas dan anemia
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
4) Uranalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM
5) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
8) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
7. Komplikasi Hipertensi
a) Miokard infark
b) Stroke
c) Cerebral vaskular accident
d) Penyakit vascular perifer: aterosklerosis, aneurisma.
e) Gagal ginjal
f) Left ventricular failure
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penanganan : Mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas pe-nyerta
dengan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan temba-kau, latihan
dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan.
2) Perubahan cara hidup
3) Mengurangi intake garam dan lemak
4) Mengurangi intake alkohol
5) Mengurangi BB untuk yang obesitas
6) Latihan/peningkatan aktivitas fisik
7) Olah raga teratur
8) Menghindari ketegangan
9) Istirahat cukup
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Digunakan untuk penderita hipertensi ringan dengan berada dalam risiko tinggi
dan apabila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg dan
sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg.
Golongan/jenis obat anti hipertensinya, yaitu :
1) Golongan Diuretic
Diuretik Thiazid. Misalnya : klortalidon, hydroklorotiazid.
Diuretik Loop, Misalnya furosemid.
2) Golongan Penghambat Simpatis
Penghambatan aktivitas simpatis dapat terjadi pada pusat vaso-motor otak
seperti metildopa dan klonidin atau pada akhir saraf perifer, seperti golongan
reserpin dan goanetidin.
3) Golongan Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah
jantung dan efek penekanan sekresi renin. Misalnya, pindo-lol, propanolol,
timolol.
4) Golongan Vasodilator
Yang termasuk obat ini yaitu, prasosin, hidralasin, minoksidil, diazoksid dan
sodium nitrofusid.
5) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Misalnya : captropil.
6) Antagonis Kalsium
Golongan obat ini menurunkan curah jantung dengan cara meng-hambat
kontraktilitas. Misalnya : nifedifin, diltiasem atau verama-miu.
9. Discharge Planning
a. Berhenti merokok.
b. Pertahankan gaya hidup sehat.
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres.
d. Batasi konsumsi alkohol.
e. Penjelasan mengenai hipertensi.
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya secara rutin.
g. Batasan diet dan pengendalian berat badan.
h. Diet garam.
i. Periksa tekanan darah secara teratur.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
b. Intoleransi aktivitasi berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan cairan intra-vaskuler,
edema.
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplai O 2 ke
otak menurun.
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi :
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini kita
melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan kriteria
hasil yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu:
1. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign dalam
batas normal
2. Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal
3. Tidak ada ortostatik hipertensi
4. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
5. Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3. Jakarta: EGC
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC
Depkes RI. (2001). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia lanjut bagi Petugas Kesehatan:
Materi Pembinaan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Usia Lanjut
Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri. Jakarta : Yudistira.
Kozier, B.B., & Erb, G. (1987). Fundamentals of Nursing: Concepts and Procedures
Massachussets: Eddison Wesley
Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic Nursing. (2nd ed.). Missouri : Mosby Eliopoulos, C.
(2005). Gerontological Nursing (6 th Ed). Philadelphia: JB.
Lippincorl Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan
2012-2014. Jakarta : EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7
Volume 2. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta :
MediAction
Madyaningratri,Ambar.2012.Fisiologi Sistem kardio vaskular
Shann,Resti.2012.Laporan Praktikum Anfisman Tekanan
F. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan hubungan dengan anak-anaknya baik, pasien hanya berkumpul
dengan anak yang pertama dan menantunya saja karena anaknya yang lain tinggal
berjauhan dengannya, klien juga mengatakan terkadang berinterakasi dengan tetangga
sekitar rumahnya. Komunikasi dengan tetangga sekitar bagus dan baik, emosi terkadang
tidak stabil jika banyak pikiran, klien kooperatif saat diajak bicara dan memberikan
umpan balik yang baik dengan sesuatu yang sedang dibicarakan.
G. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Pasien mengatakan ibadahnya teratur sesuai dengan ajaran agama islam yang sedang di
anutnya, pasien selalu berdo,a untuk di permudah segala urusannya terutama pada saat
sakit, jika sakit berkepanjangan pasien selalu sabar dan tawakal.
H. PENGKAJIAN FUNGSIOANAL LANSIA
1. Masalah Emosioanal
Pertanyyan tahap 1 :
a) Apakah klien mengalami susah tidur ?
Tidak ada masalah pada saat pasien mau tidur.
b) Ada masakah atau banyak pikiran ?
Tidak terlalu banyak pikiran karena posisinya hanya ibu rumah tangga.
c) Apakah klien murung atau menangis sendiri ?
Tidak pernah .
d) Apakah klien sering was was atau khawatir ?
Ya khawatir pasien pada saat suaminya pergi tangkap ikan pada malam hari
dengn cuaca yang kurang baik.
Hasil :
Pasien tidak mengalami gangguan emosional.
2. Tingkat kerusakan intelektual
N PERTANYAAN BENAR SALAH JAWABAN
O
1 Tanggal berapa hari ini? 1 06
2 Hari apa sekarang ? 1 Rabo
3 Apa nama tempat ini ? 1 Montong
pesisi
4 Dimana alamat anda ? 1 Montong
pesisi
5 Berapa umur anda ? 1 53 tahun
6 Kapan anda lahir ? 1 28-06-1966
7 Siapa nama presiden 1 Jokowi
Indonesia ?
8 Siapa nama presiden 1 Jokowi
indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda ? 1 Inq. amenah
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Dari hasilMMSE (Mini Mental Status Exam)di dapatkan hasil 20 ini menunjukkan
bahwah Ny”W” mengalami gangguan kognitif sedang.
K. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. Pemukiman
Luas bangunan rumah klien 4:5, klien tinggal bersama dengan anak, menantunya dan
1 orang cucunya, bentuk rumah petak dengan jenis bangunan atap rumah
menggunakan atap genteng berdindingkan tembok, lantai semen. Kebersihan lantai
kurang, ventilasi <15% luas lantai dan teras pengap, pencahayaan kurang karena tidak
ada ventilasi dan ukuran rumah yang sempit, cara pengaturan dalam hal menata
perabotan kurang dimana alat dapurnya ada dimana-mana dan dapurnya di letakkan di
dekat ruang tamu dan alat rumah tangga tidak lengkap karena kursi tempat duduk
tamu tidak ada. Kulkas tidak ada dan terdapat galon untuk air bersih dan masih
banyak yang lainnya untuk kelengkapan alat rumah tangga belum terlalu lengkap.
b. Sanitasi
sumber penyediaan air bersih yaitu air sumur dan Ny”W” mengatakan air yang
diminum bersumber dari air galon yang isi ulang, pengelolaan jamban bersama
dengan jenis jamban leher angsa dan dengan jarak < 10 meter dari sumber air, sarana
pembuangan air limbah tidak lancer, bekas sampah biasanya dibuang sembarang ke
laut.
c. Fasilitas
klien tidak memelihara ternak ,pekerjaan anaknya Ny “W” sebagai nelayan,pasien
ditanggung anaknya karena suaminya sudah lama meninggal dan ketiga anaknya jauh
darinya bekerja,yang dua tinggal bersamanya. tidak terdapat sarana olah raga, taman
dan ruang pertemuaan,Sarana hiburan yang ada hanyalah televisi.
d. Keamanan Dan Transportasi
Klien mengatakan dilingkungannya tidak ada alat penanggulangan kebakaran dan
bencana, jenis transportasi yang dimiliki 1 speda motor yang di pakai bersama anak-
anaknya, Sarana komunikasi yang dimiliki tidak ada.
L. DIAGNOSA
1. Analisa Data
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1. 1 DS: Gangguan rasa
Arteri besar kehilangan
klien mengatakan nyeri aman nyeri
kelenterun dan menjadi
seluruh bagian
kaku
tubuh,terutama di lutut dan
tengkuk
Klklien mengatakan pusing Pembuluh darah tidak
tapi sedikit dapat mengembang
Kliklien mengatakan
penglihatannya kabur Vasokonstriksi pembuluh
darah
DO:
Klien tampak sering
memegangi lutut dan
tengkuknya Peningkatan tekanan
KLien tampak lemah vaskuler serebral
Skala nyeri 5 (0-10)
sedang
TTV
TD: 140/90 mmHg
N: 80x/menit
S : 36,1 oC
RR: 20 x/menit
BB: 60 kg
3.
Rumusan Diagnosa
a. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskuler
serebral di tandai dengan klien Mengeluh pusing kepala dan leher bagian belakang
terasa berat dan sakit/nyeri, pusing dirasakan terutama saat berbaring, skla nyeri 5,
Klien tampak sering memegangi lututnya, penglihatan kabur, TTV : TD :140/90
mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,2 oC, RR: 20 x/menit, BB: 60kg.
b. Kurang pengetahuan berhubu1ngan dengan Kurang informasi mengenai penyakit dan
terapi di tandai dengan klien mengatakan kurang tahu tentang penyakit hipertensinya,
klien tampak sering bertanya tentang penyakitnya TTV : TD:140/90 mmHg, N:80
x/menit, S: 36,2 oC, RR: 20 x/menit, BB: 60 kg.
M. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.D Tujuan dan Kriteris Intervensi
No Rasional
x Hasil Keperawatan
1 Setelah dilakukan 1. Kaji keadan umum 1. Keadan umum
kunjungan rumah klien. menunjukkan
selama 1x 120 menit keadaan klien
diharapkan pasien secarautuh dan
dapat mengontrol nyeri dengan mengetahui
atau sakit kepala hilang tanda-tanda vital
atau berkurang dengan terutama tekanan
kriteria hasil : darah. Untuk
Klien tidak menentukan
mengungkapkan tindakan
adanya nyeri atau sakit selanjutnya.
kepala.
Klien tampak nyaman. 2. Untuk mengetahui
Tanda-tanda vital tingkat nyeri klien
dalam batas normal 2. Kaji tingkat nyeri klien. dengan
terutama tekanan darah menggunakan
(TD : normal 110-130 pengkajian PQRST.
mmHg, diastole 70-80
mmHg) 3. Untuk mengetahui
nyeri yang
dirasakan klien
3. Kaji lokasi intensitas sehingga bisa
dan skala nyeri. ditentukan
intervensi yang
tepat selanjutnya.
4. Untuk menghindari
inssiden kecelakaan
atau terjatuhnya
karena klien
4. Bantu pasien dalam pusing.
ambulasi sesuai
kebutuhan. 5. Mengurangi atau
menghilangkan
sakit kepala.
6. Aktifitas yang
meningkatkan
5. Berikan tindakan non vasokontriksi
farmakologis menyebabkan sakit
kepala.
7. Analgecik dapat
6. Berikan penjelasan cara mengurangi rasa
untuk meminimalkan nyeri
aktifitas vasokontriksi.
7. Kolaborasi dalam
pemberian obat
analgesic sesuai
indikasi.
2 Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang batas 1. Memberikan dasar
kunjungan rumah tekanan darah normal, untuk pemahaman
selama 1x 120 menit tekanan darah tinggi dan tentang
diharapkan pasien efeknya. peningkatan
mengetahui informasi tekanan darah
tentang hipertensi mengklarifikasikan
dengan kriteria hasil : istilah medis yang
klien mengungkapkan sering digunakan.
pengetahuan akan Pemahaman bahwa
hipertensi. tekanan darah
Melaporkan tinggi dapat terjadi
pemakaian obat-obatan tanpa gejala
sesuai program. shingga
memungkinkan
pasien untuk
melanjutkan
pengobatan
meskipun sudah
merasa sehat.
7. Evaluasi tingkat
pengetahuan klien.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl/Ja NoD
Implementasi Respon hasil Paraf
m x
1. 1 1. Mengkaji keadaan1. Hasil keadaan umum
RABO umum klien dan klien sedang. TTV :
06-11 12 tanda-tanda vital (Td, TD : 140/90 mmHg, S
13 :45 S, N, Rr). : 36,2C,
N : 82x/menit,
RR:20x/menit.
N. EVALUASI
No
Hari/Tgl/jam Catatan Perkembangan Paraf
Dx
KAMIS S:
07- 11 – 2019 Klien mengatakan sudah tidak pusing
15:50 lagi
O:
Keadaan umum klien baik
Klien tampak rileks
Tanda-tanda vital klien dalam batas
normal
TTV : TD : 140/80 mmHg,
N : 82x/menit,
S : 36,0oC,
1
RR : 20x/menit.
A:
Masalah keperawatan gangguan nyaman
nyeri dapat teratasi
P : intervensi dihentikan
I:
Anjurkan klien untuk tetap
mempertahankan kesehatannya
Anjurkn klien untuk diet rendah garam
Anjukan klien untuk istirahat cukup
KAMIS 2 S:
07- 11 – 2019 klien mengatakan sudah tau apa itu
15: 50 hipertensi, dan penyebab terjadinya
hipertensi
O:
keadaan umum klien baik
klien tampak mengerti, menyebutkan
penyebab yang memperberat hipertensi
klien tampak mau mengikuti saran
perawat
TTV dalam batas normal
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/mnt
S : 36,7 oC
RR : 20x/mnt
A:
masalah
keperawatan kurang
pengetahuan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
I:
Kaji tingkat pengetahuan klien
Berikan penyuluhan mengenai
penyakitnya
Evaluasi tingkat pengetahuan setiap
selesai member penyuluhan.