Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA TN. NS DENGAN HIPERTENSI DI BR. GELUMPANG,


SUKAWATI, GIANYAR
11-16 APRIL 2016

OLEH :
KADEK PONI MARJAYANTI (P07120214026)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


DIV KEPERAWATAN TK.II / SEMESTER IV
JURUSAN KEPERAWATAN
2016

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA TN. NS DENGAN HIPERTENSI DI BR. GELUMPANG,
SUKAWATI, GIANYAR
11-16 APRIL 2016
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya (NANDA,2015).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada
dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi
dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan
terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari
100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu :
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu :genetik,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktorfaktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol
dan polisitemia.
2. Hipertensi sekunder

Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal,


sindrom chusing dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan.
Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan
menjadi :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
Penyebab hipertensi ada pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Tanda dan gejala di atas dipengaruhi oleh perkalian antara
Cardiac Output (CO) dengan tahanan perifer yang
menyebabkan tekanan darah meningkat.
Faktor risiko hipertensi secara umum terbagi menjadi dua,
yakni faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi.
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur serta genetik,
sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah pola makan,
aktivitas dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
a. Umur

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli


menunjukkan bahwa semakin tua seseorang maka risiko
mengalami hipertensi akan semakin tinggi. Hal tersebut
diakibatkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah arteri
seiring dengan pertambahan umur. Hipertensi bisa dijumpai
pada semua usia, namun paling sering ditemukan pada usia 35
tahun atau lebih dan meningkat ketika menginjak usia 50 dan 60
tahun. Selain itu pada wanita menopause akan lebih berisiko
mengalami hipertensi. Walaupun belum dapat dibuktikan dalam
penelitian, namun hormon estrogen diperkirakan dapat
meningkatkan konsentrasi HDL dan menurunkan LDL yang
dapat menurunkan risiko terjadi hipertensi.
b. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko
hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi dan telah terbukti dari
banyak penelitian-penelitian oleh beberapa ahli. Hipertensi
cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari
orang tua kita mempunyai hipertensi, sepanjang hidup kita
mempunyai 25% kemungkinan terkena pula. Jika kedua orang
tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan terkena penyakit
tersebut 60% (Sheps, 2005). Selain itu peran faktor genetic juga
dapat dibuktikan dengan ditemukannya kejadian hipertensi lebih
banyak terjadi pada kembar monozigot daripada heterezigot.
Selain dua faktor risiko di atas terdapat pula beberapa faktor
risiko lain yang dapat dimodifikasi, antara lain:
c. Merokok
Sampai sekarang merokok merupakan satu-satunya faktor
risiko paling penting yang dapat menyebabkan hipertensi pada
lansia. Kandungan-kandungan berbahaya yang terdapat dalam
rokok dapat menyebabkan banyak sekali kerugian pada tubuh,
diantaranya adalah; menurunkan kadar HDL, meningkatkan
adhesivtas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen
dengan karbon dioksida pada molekul hemoglobin, serta

meningkatkan konsumsi oksigen di miokardium. Oleh karena itu


sangatlah penting untuk memberikan penjelasan kepada lansia
tentang keuntungan yang dapat diperoleh dengan berhenti
merokok serta kerugian-kerugian yang akan di dapat apabila tetap
mengkonsumsi rokok tersebut.
d. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol pada lansia akan secara alami meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu hiperlipidemia juga
berkaitan dengan konsumsi lemak jenuh yang erat kaitannya
dengan peningatan berat badan dan nantinya akan menjadi faktor
risiko terjadinya hipertensi. Peningkatan LDL dan penurunan
HDL adalah tanda yang penting untuk penyakit arteri koroner
atau aterosklerosis berkaitan dengan kenaikan tekanan darah
baik pada pria maupun wanita.
e. Diabetes melitus dan Obestitas
Diabetes merupakan penyakit kronik yang menjadi faktor
risiko independen untuk hipertensi. Ketika viskositas darah
meningkat maka tekanan darahpun akan ikut meningkat. Lansia
yang mengalami diabetes biasanya diikuti dengan obesitas.
Penurunan berat badan pada lansia akan sangat bukan hanya
untuk diabetes namun untuk hipertensi dan hiperlipidemia yang
menyertainya.
f. Gaya hidup
Aktivitas fisik yang menurun pada lansia dapat pula menjadi
faktor risiko terjadinya hipertensi. Dengan penurunan aktivitas
fisik ini maka tonus otot akan mengalami kehilangan masa otot
tak berlemak yang akan digantikan dengan jaringan lemak yang
akan mengakibatkan penigkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Aktivitas fisik yang cukup juga akan menjaga berat badan yang
ideal. Selain itu stress dapat pula berpengaruh pada hipertensi
maka gaya hidup sehat sangat dianjurkan untuk mengurangi
risiko hipertensi

g. Diet tinggi garam


Berdasarkan penelitian Radecki Thomas E J.D. Orang yang
memiliki kebiasaan konsumsi tinggi garam akan memiliki risiko
hipertensi sebesar 4.35. Garam yang memiliki sifat menarik air,
akan menyebabkan peningkatan volume plasma dan tekanan
darah. Lansia dan ras Afrika Amerika mungkin memiliki
sensitivitas tinggi terhadap intak sodium terhadap perkembangan
hipertensi (Vollmer et a., 2001 dalam Miller ).
Selain faktor-faktor diatas terdapat pula peningkatan
konsumsi kafein yang dapat menjadi faktor risisko terjadinya
hipertensi. Meskipun tidak signifikan kafein dan alcohol akan
meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang dapat merangsang
sekresi corticotrophin realizing hormone (CRH) yang dapat
meningkatkan tekanan darah.
Hipertensi pada lansia dapat mengakibatkan timbulnya asma
dan kencing manis serta pecahnya pembuluh darah di otak
sehingga terjadi kelumpuhan, kesulitan berbicara sampai
kematian.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori

Sistol (mmHg)

Diastol (mmHg)

Optimal

< 120

< 80

Normal

< 130

< 85

Tingkat 1 (hipertensi

140-159

90-99

140-149

90-94

160-179

100-109

180

110

140

< 90

ringan)

Sub grup :
perbatasan

Tingkat 2 (hipertensi
sedang)

Tingkat 3 (hipertensi
berat)

Hipertensi sistol

terisolasi

Sub grup :

140-149

< 90

perbatasan

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7


Kategori

Sistol (mmHg)

Dan/atau

Diastole
(mmHg)

Normal

<120

Dan

<80

Prehipertens

120-139

Atau

80-89

140-159

Atau

90-99

160

Atau

100

Hipertensi
tahap 1

Hipertensi
tahap 2

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi


Indonesia

Kategori

Normal

Sistol (mmHg)

<120

Dan/atau

Dan

Diastole(mmHg)

<80

Pre hipertensi

120-139

Atau

80-89

Hipertensi

140-159

Atau

90-99

160

Atau

100

140

Dan

< 90

tahap 1

Hipertensi
tahap 2

Hipertensi
sistol
terisolasi

E. POHON MASALAH

F. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dariangiotensin I oleh angiotensin I
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogenyang diproduksi di hati. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paruparu, angiotensin I diubah menjadiangiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengaturosmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggiosmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteronmerupakan hormon steroid yang
memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini,
Waren, et. al. 2009).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht

: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor


resiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia
b. BUN/kreatinin

: memberikan informasi tentang

perfusi/fungsi ginjal
c. Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
d. Uranalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
5. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Modifikasi
Gaya
Tak mencapai sasaran TD (<140/90
mmHg) atau <130/80 mmHg
pada penderita DM atau
Pilihan obat untuk terapi
permulaan
Hipertensi tanpa

Hipertensi Indikasi

Indikasi Khusus

Hipertensi derajat 1

Hipertensi derajat 2

(TD sistolik 140

(TD sistolik 160

Khusus

Obat
obatan

159 mmHg

mmHg) atau

untuk

atau TD

TD diastolik

indika

diastolik 90

>100 mmHg)

si

99 mmHg)
Umumnya diberikan
diuretic gol

Umumnya
diberikan
kombinasi 2
Sasaran Tekanan Darah Tak
Tercapai
Optimalkan dosis atau
penambahan
jenis obat sampai

I. PENCEGAHAN

target tekanan

khusu

1. Berhenti merokok
2. Pertahankan gaya hidup sehat
3. Belajar untuk rilek dan mengendalikan stress
4. Batasi konsumsi alkohol
5. Penjelasan mengenai hipertensi
6. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan
penggunaannya secara rutin
7. Diet garam serta pengendalian berat badan
8. Periksa tekanan darah secara teratur

Ada tiga cara lain untuk mencegah hipertensi, yaitu :


a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita
sangat penting dalam pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola
hidup yang tidak sehat beresiko tinggi terkena penyakit
hipertensi.
Termasuk dalam pola hidup yang tidak sehat misalnya
merokok, minum alkohol, suka makan enak alias banyak
mengandung kolesterol, makanan yang gurih dengan kadar
garam berlebih, minuman berkafein, dll. Sementara pada saat
yang sama kurang berolahraga atau kurang beraktifitas, sering
stress, minim air putih, serta kurang makan buah dan sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan
selalu diartikan mau berobat. Bisa juga dalam rangka
pencegahan satu penyakit, misalnya pencegahan hipertensi.
Itulah yang disebut pencegahan / pemeriksaan secara medis
(medical check up).
Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena faktor
keturunan atau pun gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan
diri tekanan darahnya ke dokter atau tenaga medis lain. Sebab,

darah tinggi atau hipertensi bila tidak segera diatasi adalah pra
kondisi bagi penyakit lain yang lebih serius. Dengan demikian,
mencegah darah tinggi berarti pula mencegah diri kita dari
penyakit lain.
Jika dalam pemeriksaan ditemukan tanda atau gejala
hipertensi, seorang dokter akan memberikan advise
penanganannya. Sebaliknya jika tidak berarti ditemukan gejala
apapun.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat
tradisional. Beberapa diantara tanaman tradisional (serta
hasilnya) yang bisa menurunkan tekanan darah misalnya :
bayam, biji bungan matahari, kacang-kacangan, dark coklat,
pisang, kedelai, kentang, alpukat, mentimun, bawang putih, daun
seledri, belimbing, pace atau mengkudu, pepaya, selada air,
cincau hijau dan lain-lain. Beberapa tanaman diantaranya sudah
diteliti dan diuji secara medis, seperti :
1) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik.
Tidak hanya melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi
juga dapat mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan
folat dalam bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein
yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian telah
menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino
(homosistein) dapat menyebabkan serangan jantung dan
stroke.
2) Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga
matahari mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi
kadar kolesterol dalam tubuh. Kolesterol tinggi merupakan
pemicu tekanan darah tinggi, karena dapat menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah. Tapi, pastikan mengonsumsi


kuaci segar yang tidak diberi garam.
3) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang
merah mengandung magnesium dan potasium. Potasium
dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
4) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga
membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung
kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit
jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang
sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah
tinggi.
5) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai
bagi kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan kolesterol
jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya
memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
6) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya
yang tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan
potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk
menstabilkan tekanan darah.
7) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu
menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi
nitrat oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar
pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran
darah meningkat.
8) Avokad

Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi


kolesterol. Selain itu, kandungan kalium dan asam folat,
sangat penting untuk kesehatan jantung.
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain
yang juga dapat menurunkan tekanan darah, sekaligus
pencegahan hipertensi, misalnya terapi bekam. Bekam
merupakan cara tradisional yang sudah sangat terkenal, dan
bermanfaat untuk pencegahan berbagai macam penyakit
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menggunakan pengkajian bio-psiko-sosial-spiritual :
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur(kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor CM (Catatan Medis)
dan diagnosis medis
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk,
sakit kepala berdenyut.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala. Gejala yang dimaksud adalah sakit di kepala,
pendarahan di hidung, pusing, wajah kemerahan, dan
kelelahan yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak di obati,
bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, muntah, sesak
napas, pandangan menjadi kabur, yang terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang
penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma.
4. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus,


penyakit ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat
merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral, dan lain-lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
6. Data dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, sesak napas, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda :kenaikan tekanan darah meningkat,denyutan nadi
jelas dan karotis.
c. Integritas ego
Gejala : perubahan kepribadian, ansietas, euphoria, marah
kronik(dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Tanda :gelisah, otot muka tegang, gerakan fisik cepat,
peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu/obstruksi riwayat
penyaki ginjal.
e. Makanan dan cairan
Gejala : makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol, gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi
kalori, mual, muntah, perubahan berat badan.
Tanda :berat badan obesitas, adanya edema, kongesti vena,
glikosuria.
f. Neorosensori
Gejala : keluhan Pening/pusing, berdenyut, sakit kepala
subosipital, gangguan penglihatan(diplopia, penglihatan
kabur)
Tanda : status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola
bicara, proses pikiir, respon motorik: penurunan kekuatan
ganggaman tangan/reflex tendon dalam.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : anginan, nyeri tulang timbulpada tungkai, sakit
kepala oksipital berat, nyeri abdomen.

h. Pernapasan
Gejala : dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja,
takipnea, ortopnea, noktural, paroksimal,batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda :Distres respirasi/penggunaan otot aksesori
pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis.
i. Keamanan
Gejala :gangguan koordinasi/ cara berjalan
Tanda :episode Parestesia unilateral transient, hipotensi
postural.
j. Pembelajaran/ penyuluhan
Gejala : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM,
penyakit serebrovaskular.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Resiko ketidakefketifan perfusi jaringan otak
3. Nyeri akut b.d peningktan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
4. Kelebihan volume cairan
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
6. Ketidakefektifan koping
7. Resiko cedera
8. Defisiensi pengetahuan
9. Ansietas

Anda mungkin juga menyukai