OLEH :
KADEK PONI MARJAYANTI (P07120214026)
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori
Sistol (mmHg)
Diastol (mmHg)
Optimal
< 120
< 80
Normal
< 130
< 85
Tingkat 1 (hipertensi
140-159
90-99
140-149
90-94
160-179
100-109
180
110
140
< 90
ringan)
Sub grup :
perbatasan
Tingkat 2 (hipertensi
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi
berat)
Hipertensi sistol
terisolasi
Sub grup :
140-149
< 90
perbatasan
Sistol (mmHg)
Dan/atau
Diastole
(mmHg)
Normal
<120
Dan
<80
Prehipertens
120-139
Atau
80-89
140-159
Atau
90-99
160
Atau
100
Hipertensi
tahap 1
Hipertensi
tahap 2
Kategori
Normal
Sistol (mmHg)
<120
Dan/atau
Dan
Diastole(mmHg)
<80
Pre hipertensi
120-139
Atau
80-89
Hipertensi
140-159
Atau
90-99
160
Atau
100
140
Dan
< 90
tahap 1
Hipertensi
tahap 2
Hipertensi
sistol
terisolasi
E. POHON MASALAH
F. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dariangiotensin I oleh angiotensin I
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogenyang diproduksi di hati. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paruparu, angiotensin I diubah menjadiangiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengaturosmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggiosmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteronmerupakan hormon steroid yang
memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini,
Waren, et. al. 2009).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht
perfusi/fungsi ginjal
c. Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
d. Uranalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
5. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Modifikasi
Gaya
Tak mencapai sasaran TD (<140/90
mmHg) atau <130/80 mmHg
pada penderita DM atau
Pilihan obat untuk terapi
permulaan
Hipertensi tanpa
Hipertensi Indikasi
Indikasi Khusus
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
Khusus
Obat
obatan
159 mmHg
mmHg) atau
untuk
atau TD
TD diastolik
indika
diastolik 90
>100 mmHg)
si
99 mmHg)
Umumnya diberikan
diuretic gol
Umumnya
diberikan
kombinasi 2
Sasaran Tekanan Darah Tak
Tercapai
Optimalkan dosis atau
penambahan
jenis obat sampai
I. PENCEGAHAN
target tekanan
khusu
1. Berhenti merokok
2. Pertahankan gaya hidup sehat
3. Belajar untuk rilek dan mengendalikan stress
4. Batasi konsumsi alkohol
5. Penjelasan mengenai hipertensi
6. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan
penggunaannya secara rutin
7. Diet garam serta pengendalian berat badan
8. Periksa tekanan darah secara teratur
darah tinggi atau hipertensi bila tidak segera diatasi adalah pra
kondisi bagi penyakit lain yang lebih serius. Dengan demikian,
mencegah darah tinggi berarti pula mencegah diri kita dari
penyakit lain.
Jika dalam pemeriksaan ditemukan tanda atau gejala
hipertensi, seorang dokter akan memberikan advise
penanganannya. Sebaliknya jika tidak berarti ditemukan gejala
apapun.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat
tradisional. Beberapa diantara tanaman tradisional (serta
hasilnya) yang bisa menurunkan tekanan darah misalnya :
bayam, biji bungan matahari, kacang-kacangan, dark coklat,
pisang, kedelai, kentang, alpukat, mentimun, bawang putih, daun
seledri, belimbing, pace atau mengkudu, pepaya, selada air,
cincau hijau dan lain-lain. Beberapa tanaman diantaranya sudah
diteliti dan diuji secara medis, seperti :
1) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik.
Tidak hanya melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi
juga dapat mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan
folat dalam bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein
yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian telah
menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino
(homosistein) dapat menyebabkan serangan jantung dan
stroke.
2) Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga
matahari mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi
kadar kolesterol dalam tubuh. Kolesterol tinggi merupakan
pemicu tekanan darah tinggi, karena dapat menyebabkan
h. Pernapasan
Gejala : dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja,
takipnea, ortopnea, noktural, paroksimal,batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda :Distres respirasi/penggunaan otot aksesori
pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis.
i. Keamanan
Gejala :gangguan koordinasi/ cara berjalan
Tanda :episode Parestesia unilateral transient, hipotensi
postural.
j. Pembelajaran/ penyuluhan
Gejala : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM,
penyakit serebrovaskular.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Resiko ketidakefketifan perfusi jaringan otak
3. Nyeri akut b.d peningktan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
4. Kelebihan volume cairan
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
6. Ketidakefektifan koping
7. Resiko cedera
8. Defisiensi pengetahuan
9. Ansietas