OLEH :
Penyebab hipertensi ada pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori
Sistol (mmHg)
Diastol (mmHg)
Optimal
< 120
< 80
Normal
< 130
< 85
Tingkat 1 (hipertensi
140-159
90-99
140-149
90-94
160-179
100-109
180
110
140
< 90
140-149
< 90
ringan)
Sub grup :
perbatasan
Tingkat 2 (hipertensi
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi
berat)
Hipertensi sistol
terisolasi
Sub grup :
perbatasan
Sistol (mmHg)
Dan/atau
Diastole
(mmHg)
Normal
<120
Dan
<80
Prehipertens
120-139
Atau
80-89
Hipertensi
140-159
Atau
90-99
160
Atau
100
tahap 1
Hipertensi
tahap 2
Kategori
Sistol (mmHg)
Dan/atau
Diastole(mmHg)
Normal
<120
Dan
<80
Pre hipertensi
120-139
Atau
80-89
Hipertensi
140-159
Atau
90-99
160
Atau
100
140
Dan
< 90
tahap 1
Hipertensi
tahap 2
Hipertensi
sistol
terisolasi
E. POHON MASALAH
F. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dariangiotensin I oleh angiotensin I
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogenyang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiotensin I diubah menjadiangiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengaturosmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggiosmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteronmerupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht
perfusi/fungsi ginjal
c. Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
d. Uranalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
5. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
H. Komplikasi Penyakit Hipertensi
Penderita hipertensi berisiko terserang penyakit lain yang timbul
kemudian. Dalam jangka panjang, jika hipertensi tidan dikendalikan akan
berdampak pada timbulnya komplikasi penyakit lain. Komplikasi
hipertensi pada organ lain dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal,
perdarahan selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di
otak dan kelumpuhan. Komplikasi hipertensi dapat menyebabkan :
1. Penyakit jantung (gagal jantung)
2. Penyakit ginjal (gagal ginjal)
3. Penyakit otak (stroke)
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai
dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg, Efektivitas
setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya
perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi .
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan
nonfarmakologis , termasuk penurunan berat badan, pembatasan alcohol
natrium tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang
harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita
hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria, perokok) atau bila
tekanan darah diastoliknya menetap , diatas 85 atau 95 mmHG dan
sistoliknya diats 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai dengan
terapi obat-obatan .
1. Terapi Nonfarmakologis Hipertensi
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
6) Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan
rumus 220 umur.
Gejala