Kelompok 3
Marselinus I Made Dicky 2022017
Ni Made Lestari Dewi 2022023
Nur Uslatofani 20220
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamika sistem kardiovaskular.
Patofisiologi hipertensi adalah multifaktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu
mekanisme tunggal. Hipertensi merupakan interaksi cardiac output (CO) dan total peripheral
resistance (TPR).
Hipertensi merupakan kondisi yang sering dijumpai,termasuk di tempat pelayanan kesehatan
primer. Pasien sering merasa putus asa karena hipertensi memiliki faktor risiko terbesar untuk
penyakit kardiovaskular yang prevalensinya terus berkembang. Meskipun demikian,hipertensi
sangat mungkin untuk dicegah dan tetap efektif untuk menurunkan serangan stroke dan jantung.
Di Indonesia, hipertensi juga merupakan tantangan besar dan masalah kesehatan yang utama.
Berdasar riset kesehatan dasar(Riskesdas) tahun 2013 dari Badan Penelitian dan Perkembangan
Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi hipertensi tergolong tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Analisis
data lanjut dari Riskesdas 2007 menunjukkan kasus hipertensi yang sudah terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan atau yang telah minum obat hipertensi tergolong masih rendah, yaitu 24,2%. Hal ini
menunjukkan bahwa 75,8% kasus hipertensi di masyarakat belum terjangkau pelayanan kesehatan .
Definisi
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah.
Tekanan darah dipengaruhl volume darah dan elastisitas pembuluh darah.
Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau
elastisitaspembuluh darah (sebaliknya yaltu penurunan volume darah atau elastisitas
pembuluh darah),sedangkan penurunan volume darah akan menurunkan tekanan
darah tingginya. Definisi hipertensi dilakukan berdasarkan penelitian berbasis bukti,
konsensus, atau penelitian meta analisis. Hipertensi arterial sistemik adalah kondisi
persisten peningkatan nonfisiologi sari tekanan darah sistemik (TD), didefinisikan
sebagai tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic
(TDD) ≥ 90 mmHg,atau menerima terapi atas indikasi untuk menurunkan tekanan
darah.
Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut untuk suatu target organ, seperti
stroke untuk otak, penyakit jantung coroner untuk pembuluh darah jantung, dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi
masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di beberapa negara lainnya. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut,
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi
(terutama di negara berkembang) tahun 2025 (dari 639 juta kasus di tahun 2000) akan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun
2025. Prediksi ini berdasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Angka prevalensi hipertensi di Indonesia menunjukkan bahwa di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum
terjangkau pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya.Jangkauan pelayanan pedesaan
masih sangat terbatas dan sebagai besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan.Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai
15%. Angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Baliem pegunungan Jaya Wijaya,
Papua, sebesar 0,6%, sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8%.
ETIOLOGI
1.Hipertensi esensial
disebut juga hipertensi idiopatik. Hipertensi ini cukup dominan,sekitar
95% us. Banyak faktor yang memengaruhi hipertensi esensial, seperti genel,
lingkungan, hiperaktivitas sistem saraf simpatik,sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, serta faktor-
faktor yang meningkatkan risiko. Faktor-faktor ini seperti obesitas, alkohol,
merokok, dan polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30-
50 tahun.
2. Hipertensi Sekunder
Kasus hipertensi sekunder atau hipertensi renal sekitar 5%.Penyebab
spesifik hipertensi sekunder seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vascularrenal,hiperaldosteronisme primer,dansindrom
cushing,feokromositoma, koarktasio aorta,hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan,dan lain-lain.
FAKTOR RISIKO
Hubungan stres dengan hipertensi diduga terjadi melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian
tekanan darah yang menetap.Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa
tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih kencang dan lebih
kuat,sehingga tekanan darah meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian,sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.Gejala yang
muncul berupa hipertensi atau penyakit mag.
d. Aktivitas fisik
besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55
tahun,tekanan darah laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Setelah
umur 65 tahun, tekanan darah perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.
Dengan demikian,risiko hipertensi bertambah dengan semakin
bertambahnya umur.
3.Asupan
Asupan Natrium
Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen
dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfuse saraf
dan konstruksi otot. Garam merupakan faktor penting dalam pathogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan di suku bangsa dengan
asupan garam minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari memiliki
prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15
gram/hari prevalensi hipertensinya meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh
asupan terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma,
curah jantung, dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan
cairan dalam tubuh, karena garam menarik cairan di luar sel agar tidak
keluar,sehingga meningkatkan volume dan tekanan darah. Manusia yang
mengonsumsi 3 gram garam atau kurang, tekanan darahya rata-rata
rendah,sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram menyebabkan tekanan
darahnya rata-rata lebih tinggi.Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih
dari 6 gram/hari(setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mh/hari).
Menurut penelitian Alison Hull, terdapat kaitan antara asupan natrium
dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat
mengakibatkan tubuh meretensi cairannya, yang menyebabkan
meningkatkan volume darah.
. .
Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler dan cara kerja kalium
adalah kebalikan dari Na. Memperbanyak konsumsi kalium akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari
bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron.Peningkatan sekresi
aldosteron menyebabkan reabsorpsi natrlum dan air, serta ekskresi kalium.
Sebaliknya, penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi
PATOGENESIS
Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai
berikut.
1.Curah jantung dan tahanan perifer
Mempertahankan tekanan darah yang normal tergantung keseimbangan
antara curah jantung dan tahanan vascular perifer. Sebagian terbesar pasien
dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang normal,tetapi tahanan
perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arterl yang besar
atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya mengandung sel
otot polos.Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi kalsium intraseluler. Kontraksi otot polos yang berlangsung lama
diduga menginduksi perubahan struktural dengan penebalan dinding pembuluh
darah arteriola, yang mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan dapat
mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible.Pada hipertensi
yang sangat dinl, tahanan perifer tidak meningkat dan peningkatan tekanan darah
disebabkan oleh meningkatnya curah jantung,yang berkaitan dengan
overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan perifer yang terjadi merupakan
kompensasi untuk mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke
jaringan pembuluh darah kapiler,yang dapat mengganggu homeostatis sel secara
substansial.
2. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang
paling penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin di sekresi dari
aparat juxtaglomerular ginjal merupakan jawaban terhadap kurang perfusi
glomerular atau kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagal jawaban
terhadap stimulasi dan sistem saraf simpatis. Renin bertanggung jawab
mengonversi substrat renin (angiotensinogen) menjadi anglotensin II di
paru-paru oleh Angiotensin Converting Enzim (ACE). Anglotensin II
merupakan vasokontrikor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah
3. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan konstruksi arteriola dan dilatasi
arteriola. Sistem saraf otonom mempunyal peranan penting dalam
mempertahankan tekanan darah normal. Selain itu,sistem saraf otonom juga
berperan penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat
pada tekanan darah sebagai respons terhadap stres dan kerja fisik.