Anda di halaman 1dari 28

HIPERTENSI

Kelompok 3
Marselinus I Made Dicky 2022017
Ni Made Lestari Dewi 2022023
Nur Uslatofani 20220
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamika sistem kardiovaskular.
Patofisiologi hipertensi adalah multifaktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu
mekanisme tunggal. Hipertensi merupakan interaksi cardiac output (CO) dan total peripheral
resistance (TPR).
Hipertensi merupakan kondisi yang sering dijumpai,termasuk di tempat pelayanan kesehatan
primer. Pasien sering merasa putus asa karena hipertensi memiliki faktor risiko terbesar untuk
penyakit kardiovaskular yang prevalensinya terus berkembang. Meskipun demikian,hipertensi
sangat mungkin untuk dicegah dan tetap efektif untuk menurunkan serangan stroke dan jantung.
Di Indonesia, hipertensi juga merupakan tantangan besar dan masalah kesehatan yang utama.
Berdasar riset kesehatan dasar(Riskesdas) tahun 2013 dari Badan Penelitian dan Perkembangan
Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi hipertensi tergolong tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Analisis
data lanjut dari Riskesdas 2007 menunjukkan kasus hipertensi yang sudah terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan atau yang telah minum obat hipertensi tergolong masih rendah, yaitu 24,2%. Hal ini
menunjukkan bahwa 75,8% kasus hipertensi di masyarakat belum terjangkau pelayanan kesehatan .
Definisi
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah.
Tekanan darah dipengaruhl volume darah dan elastisitas pembuluh darah.
Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau
elastisitaspembuluh darah (sebaliknya yaltu penurunan volume darah atau elastisitas
pembuluh darah),sedangkan penurunan volume darah akan menurunkan tekanan
darah tingginya. Definisi hipertensi dilakukan berdasarkan penelitian berbasis bukti,
konsensus, atau penelitian meta analisis. Hipertensi arterial sistemik adalah kondisi
persisten peningkatan nonfisiologi sari tekanan darah sistemik (TD), didefinisikan
sebagai tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic
(TDD) ≥ 90 mmHg,atau menerima terapi atas indikasi untuk menurunkan tekanan
darah.
Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut untuk suatu target organ, seperti
stroke untuk otak, penyakit jantung coroner untuk pembuluh darah jantung, dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi
masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di beberapa negara lainnya. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut,
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi
(terutama di negara berkembang) tahun 2025 (dari 639 juta kasus di tahun 2000) akan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun
2025. Prediksi ini berdasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Angka prevalensi hipertensi di Indonesia menunjukkan bahwa di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum
terjangkau pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya.Jangkauan pelayanan pedesaan
masih sangat terbatas dan sebagai besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan.Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai
15%. Angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Baliem pegunungan Jaya Wijaya,
Papua, sebesar 0,6%, sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8%.
ETIOLOGI
1.Hipertensi esensial
disebut juga hipertensi idiopatik. Hipertensi ini cukup dominan,sekitar
95% us. Banyak faktor yang memengaruhi hipertensi esensial, seperti genel,
lingkungan, hiperaktivitas sistem saraf simpatik,sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, serta faktor-
faktor yang meningkatkan risiko. Faktor-faktor ini seperti obesitas, alkohol,
merokok, dan polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30-
50 tahun.
2. Hipertensi Sekunder
Kasus hipertensi sekunder atau hipertensi renal sekitar 5%.Penyebab
spesifik hipertensi sekunder seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vascularrenal,hiperaldosteronisme primer,dansindrom
cushing,feokromositoma, koarktasio aorta,hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan,dan lain-lain.
FAKTOR RISIKO

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi


a.Keturunan
Penelitian mengungkapkan, jika seseorang mempunyai orang tua yang
c. Umur
salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin
risiko lebih besar untukterkena hipertensidaripadayang kedua orang tinggl umur seseorang. semakin tinggi tekanan
tuanya normal(tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga darahnya. Hal ini disebabkan elastisitasnya dinding
yang mengidap hipertensi dan penyakit jantung akan meningkatkan pembuluh darah semakin menurun dengan
risiko terjadinya hipertensi secara signifikan padaperempuan di bawah bertambahnya umur. Sebagian besar hipertensi terjadi
65 tahun dan laki-laki. pada umurlebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55
b. Jenis kelamin tahun,tekanan darah laki-laki lebih tinggi daripada
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan perempuan.Setelah umur 65 tahun, tekanan darah
darah. Sejumlah fakta menyatakan hormone sex memengaruhi sistem perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan
renin angiotensin.Secara umum,tekanan darah laki-laki lebih tinggi
demikian,risiko hipertensi bertambah dengan semakin
daripada perempuan. Pada perempuan,risiko hipertensi akan meningkat
bertambahnya umur.
setelah masa menopause yang menunjukkan adanya pengaruh hormone.
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi b. Obesitas
a.Merokok Kelebihan lemak tubuh (khususnya lemak abdominal)
berkaitan erat dengan hipertensi. Tingginya peningkatan
Merokok dapat meningkatkan beban kerja
tekanan darah tergantung besarnya penambahan berat badan.
jantung dan menaikkan tekanan darah.Penelitian Risiko hipertensi bertambah signifikan pada penambahan berat
mengungkapkan bahwa merokok dapat badan tingkat sedang. Namun,tidak semua obesitas dapat
meningkatkan tekanan darah. Zat-zat kimia terkena hipertensi,tergantung masing-masing
beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida individu.Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal
.
yang diisap melalui rokok, masuk dalam aliran (sebesar > 120/80 mmHg) akan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskular. Penurunan berat badan efektif untuk
darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah
menurunkan hipertensi. Penurunan berat badan sekitar 5 kg
arteri. Proses aterosklerosis dan hipertensi nikotin dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan
kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan
penggumpalan darah dan menyebabkan
pengapuran di dinding pembuluh darah.
c.Stres

Gambar 3.3 llustrasi Stres

Hubungan stres dengan hipertensi diduga terjadi melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian
tekanan darah yang menetap.Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa
tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih kencang dan lebih
kuat,sehingga tekanan darah meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian,sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.Gejala yang
muncul berupa hipertensi atau penyakit mag.
d. Aktivitas fisik

besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55
tahun,tekanan darah laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Setelah
umur 65 tahun, tekanan darah perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.
Dengan demikian,risiko hipertensi bertambah dengan semakin
bertambahnya umur.
3.Asupan

 Asupan Natrium
Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen
dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfuse saraf
dan konstruksi otot. Garam merupakan faktor penting dalam pathogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan di suku bangsa dengan
asupan garam minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari memiliki
prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15
gram/hari prevalensi hipertensinya meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh
asupan terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma,
curah jantung, dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan
cairan dalam tubuh, karena garam menarik cairan di luar sel agar tidak
keluar,sehingga meningkatkan volume dan tekanan darah. Manusia yang
mengonsumsi 3 gram garam atau kurang, tekanan darahya rata-rata
rendah,sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram menyebabkan tekanan
darahnya rata-rata lebih tinggi.Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih
dari 6 gram/hari(setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mh/hari).
Menurut penelitian Alison Hull, terdapat kaitan antara asupan natrium
dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat
mengakibatkan tubuh meretensi cairannya, yang menyebabkan
meningkatkan volume darah.
. .
 Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler dan cara kerja kalium
adalah kebalikan dari Na. Memperbanyak konsumsi kalium akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari
bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron.Peningkatan sekresi
aldosteron menyebabkan reabsorpsi natrlum dan air, serta ekskresi kalium.
Sebaliknya, penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi
PATOGENESIS
Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai
berikut.
1.Curah jantung dan tahanan perifer
Mempertahankan tekanan darah yang normal tergantung keseimbangan
antara curah jantung dan tahanan vascular perifer. Sebagian terbesar pasien
dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang normal,tetapi tahanan
perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arterl yang besar
atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya mengandung sel
otot polos.Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi kalsium intraseluler. Kontraksi otot polos yang berlangsung lama
diduga menginduksi perubahan struktural dengan penebalan dinding pembuluh
darah arteriola, yang mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan dapat
mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible.Pada hipertensi
yang sangat dinl, tahanan perifer tidak meningkat dan peningkatan tekanan darah
disebabkan oleh meningkatnya curah jantung,yang berkaitan dengan
overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan perifer yang terjadi merupakan
kompensasi untuk mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke
jaringan pembuluh darah kapiler,yang dapat mengganggu homeostatis sel secara
substansial.
2. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang
paling penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin di sekresi dari
aparat juxtaglomerular ginjal merupakan jawaban terhadap kurang perfusi
glomerular atau kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagal jawaban
terhadap stimulasi dan sistem saraf simpatis. Renin bertanggung jawab
mengonversi substrat renin (angiotensinogen) menjadi anglotensin II di
paru-paru oleh Angiotensin Converting Enzim (ACE). Anglotensin II
merupakan vasokontrikor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah
3. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan konstruksi arteriola dan dilatasi
arteriola. Sistem saraf otonom mempunyal peranan penting dalam
mempertahankan tekanan darah normal. Selain itu,sistem saraf otonom juga
berperan penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat
pada tekanan darah sebagai respons terhadap stres dan kerja fisik.

4. Peptida Atrium Natriuretic (Atrial Natrluretic Peptide/ANP)


ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atriumjantung
sebagaijawaban terhadap peningkatan volume darah. Efeknya ialah
meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal (semacam diuretic
alamiah). Gangguan sistem ini yaitu retensi cairan dan hipertensi.
TANDA DAN GEJALA
Dalam pemeriksaan fisik terkait hipertensi,tidak dijumpai kelainan apa
pun selain tekanan darah yang tinggi. Namun, kelainan dapat ditemukan
dalam perubahan retina, seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh
darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada
diskusotikus).
Menurut Price, gejala hipertensi yang biasa terjadi pada penderita
hipertensi maupun seseorang dengan tekanan darah yang normal yaitu
sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, pendarahan hidung, sulit tidur, sesak
napas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar, dan
sering buang air kecil di malam hari.Gejala akibat komplikasi hipertensi
yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi
ginjal, dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak (yang berakibat kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma).
DIAGNOSIS
Pemeriksaan pada hipertensi menurut PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia), terdiri atas berbagai hal berikut.
1. Riwayat Penyakit
a. Durasi (lamanya) dan klasifikasi hipertensi.
b. Pola hidup.
c. Faktor-faktor risiko kelainan kardiovaskular.
d. Riwayat penyakit kardiovaskular.
e. Gejala-gejala yang menyertai hipertensi.
f. Target organ yang rusak.
g. Obat-obatan yang sedang atau pernah digunakan
2. Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah minimal dua kali selang dua menit.
b. Periksa tekanan darah lengan kontra lateral.
c. Tinggi badan dan berat badan.
d. Pemeriksaan fundus kopi.
e. Pemeriksaan leher,jantung, abdomen,dan ekstremitas.
f.Refleks saraf.
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Urinalisis.
b. Darah:platelet, fibrinogen.
c. Biokimia: potassium,sodium,kreatinin,GDS,lipid, profil,asam urat.
4. Pemeriksaan tambahan
a. Foto rontgen dada.
b. EKG 12 lead.
c. Mikroalbuminuria.
PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan pasien hipertensi adalah sebagai berikut


1. Mencapai target tekanan darah sebesar 140/90 mmHg, sedangkan untuk
individu berisiko tinggi (seperti diabetes melitus atau gagal ginjal) target
tekanan darah sebesar130/80mmHg.
2.Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.
3.Menghambat laju penyakit ginjal.
4. Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal dan
DM.

 Terapl Non Farmakologis


a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.
Peningkatan berat badan saat usia dewasa sangat memengaruhi
tekanan darah. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting
dalam prevalensi dan control hipertensi.
Orang dengan aktivitas fisik rendah berisiko terkena hipertensi
30-50% lebih banyak dibandingkan yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas
fisik antara 30-45 menit sebanyak 3x/hari penting sebagai pencegahan
primer dari hipertensi.
B. Mengurangi asupan natrium.
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, perlu pemberian obat
antihipertensi oleh dokter.
C. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol.
Kafein dapat memicu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol
lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
D. Menghentikan kebiasaan merokok.
Merokok dua batang akan meningkatkan tekanan sistolik maupun
diastolic sebanyak 10 mmHg. Tekanan darah pada ketinggian ini bertahan
sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Ketika efek nikotin
perlahan-lahan menghilang,tekanan darah juga akan menurun dengan
perlahan.
E.Menghindari ketegangan dan stress
Stres adalah salah satu faktor terjadinya hipertensi. Sikap seperti duduk
berdiam diri, membaca,berkebun, meditasi,yoga, hipnotis, dan melakukan
hobi,dapat menjadi alternatif untuk menciptakan keadaan relaks.
 Terapi Farmakologis
Diuretik
Mekanisme kerja diuretik adalah menurunkan tekanan darahdengan menghancurkan garam
yang tersimpan di dalam tubuh. Pengaruh diuretik terbagi dalam dua tahap, yaitu (1)
pengurangan dari volume darah total dan curah jantung yang menyebabkan meningkatnya
resistansi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah jantung kembali ke ambang normal,
resistansi pembuluh darah perifer juga berkurang. Contoh antihipertensi golongan ini adalah
furosemide, hydrochlorothiazide
a.Furosemide
● Indikasi
1) Furosemide adalah obat lini pertama dalam pengobatan edema yang disebabkan
oleh gagal jantung kongesti, sirosis hati, dan penyakit ginjal,termasuk sindrom
nefrotik.
2) Sebagai terapi tambahan untuk edema serebral atau paru saat diuresis
cepat.Diperlukan juga pengobatan hiperkalsemia.
3) Furosemide digunakan untuk pengobatan hipertensi, baik tunggal maupun
dikombinasikan dengan obat diuretik lain, seperti triamterene atau spironolactone.
Kontraindikasi
1) Jangan menggunakan furosemide untuk pasien yang memiliki riwayat alergi
terhadap furosemide.
2) Obat ini juga dikontraindikasi untuk pasien dengan anuria.
● Efek samping
1)Efek samping furosemide(seperti loop diuretik lainnya)yaitu terjadinya
hypokalemia(kadar kalium yang rendah dalam tubuh). Hal ini biasanya kalium.
diatasi dengan mengombinasikan furosemide dengan produk-produk
2) Furosemide juga diketahui menyebabkan peningkatan kadar asam urat
(hiperurikemia) dan kadar gula darah (hiperglikeria).
3) Efek samping saluran gastrointestinal sepertimual,muntah,anoreksia.
iritasi mulut dan lambung,diare,serta sembelit.
4) Efek samping lain yang bersifat umum misalnya gangguan
pendengaran, pusing, sakit kepala, dan juga penglihatan kabur.
Furosemide juga menyebabkan efek samping yang cukup berat,
seperti anemia aplastic, anemia hemolytic, thrombocytopenia,
agranulositosis, leukopenia, dan eosinophilia.
6) Efek samping pada kulit, misalnya nekrolisis epidermal toksik. sindrom
Stevens-Johnson, eritema, ruam, dermatitis eksfoliatif, dan menyebabkan
kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari.
7) Furosemide juga bisa menyebabkan hipotensi ortostatik yang akan
bertambah buruk jika mengonsumsi alkohol, barbiturate atau narkotika.
● b.Hidroklorotiazid

Hidroklorotiazid adalah obat diuretik yang sering


digunakan untuk menangani tekanan darah tinggi dan
pembengkakan akibat penimbunan cairan.Selain itu,
hidroklorotiazid juga digunakan untuk diabetes
insipidus, renal tubular asidosis, dan mengurangi risiko
batu ginjal pada orang-orang dengan tingkat kalsium
urine tinggi. Kontraindikasi Hidroklorotiazid dan obat
diuretik lainnyadikontraindikasi pada pasien dengan
kondisi anuria atau memilikigangguan fungsi ginjal
berat. oSelain itu,pasien yang memiliki alergi terhadap
hidroklorotiazid atau obat derivat sulfonamid lainnya
tidak boleh mengonsumsi obat int.
● Peringatan
Hidroklorotiazid digunakan secarahati-hatiuntuk pasien dengan beberapa
kondisi atau risiko,seperti glaukoma,diabetes,dan keganasan kulit.
● Efek samping
Efek samping yang mungkinmuncul setelah mengonsumsihidroklorotiazid
antara lain pusing, sakit kepala, frekuensi buang air kecil makin sering.
sakit perut,hilang nafsu makan, dan rambut rontok. Indikasi
Hipertensi dan edema
● Dosis
Dosis awal edema sebesar 12,5-25 mg sehari (jika untuk penunjang.
mungkin bisa dikurangi). Edema cukup "kuat" untuk pasien yang tidak
mampu menoleransi diuretik berat, awalnya 75 mg sehari.
Untuk hipertensi, dosis awal sebesar 12,5 mg sehari,jika perlu tingkatkan
sampai 25 mg sehari (lihat juga keterangan sebelumnya). Pada pasien
tertentu (terutama usia lanjut) dosis awal 12,5 mg sehari mungkin cukup
c. Triamterene
Triamterene bekerja untuk penghambat saluran natrium epitel ginjal
di tubulus distal akhir dan saluran pengumpul ginjal. Obat ini bekerja
dengan mempertahankan kadar kalium tubuh. Triamterene berfungsi
sebagai obat terapi edema dan dapat digunakan dengan aman pada pasien
dengan sirosis. Kombinasi dengan obat lain yaitu thiazide atau loop
diuretik,yang bekerja untuk mencegah hipokalemia.
Dosis
Dosis Triamterene untuk orang dewasa:
Asites
a) Dosis awal: 100 mg per oral 2 kali sehari setelah makan.
b) Dosis maksimum: 300 mg/hari.
● Edema
a) Dosis awal:100 mg per oral 2 kali sehari setelah makan.
b) Dosis maksimum: 300 mg/harl.
● Efek Samping
Efek samping serius bisa saja terjadi jika penggunaan dosis tidak tepat.
Segera periksa ke dokter jika terjadi gejala atau efek samping serius. Efek
samping yang tidak kunjung hilang(harus segera ke dokter) yaitu muntah,
pusing,dan sakit kepala.
d.Amilorid
Kontraindikasi
Amilorid dikontraindikasi pemberiannya untuk pasien dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap obat ini atau komponennya. Amilorid juga
kontraindikasi pada hiperkalemia, anuria, insufisiensi renal akut atau
kronik, nefropati diabetik, dan gagal ginjal, karena dapat menimbulkan
hiperkalemia berat,aritmia,dan henti jantung.
● Dosis
Cara menggunakan amiloride dengan benar yaitu mengikuti anjuran dokter
dan membaca petunjuk yang tertera di kemasan. Amiloride dapat dikonsumsi
pada malam hari sebelum tidur. Pastikan mengonsumsi amiloride pada waktu
yang sama setiap harinya agar mendapatkan hasil maksimal.
● Interaksiobat
Penggunaan amiloride bersama obat lain dapat menimbulkan efek interaksi.
Berikut ini adalah beberapa interaksi yang dapat terjadi.
1) Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia, terutama jika digunakan
bersama obat ACE inhibitor, ARB (angiotensin II receptor blockers),
spironolactone. suplemen kalium,atau obat diuretik hemat kalium lainnya,
seperti
2) Peningkatan risiko kerusakan ginjal, terutama jika digunakan bersama
ciclosporin atau obat antiinflamasl nonsteria tauie
3) Peningkatan risiko terjadinya hiponatremia yang berat, terutama jika
digunakan dengan thiazide atau duloxetine.
4) Peningkatan efeklithium.
● Efek samping
Efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi amiloride yaitu
diare,berat badan turun, nafsu makan berkurang, dan gairah seksual
menurun.Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping tidak kunjung
membaik.Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat yang
ditandai dengan bengkak di bibir atau kelopak mata, muncul ruam yang
gatal,sulit bernapas,atau mengalami efek samping serius, seperti linglung,
sakit perut, sulit bernapas, detak jantung tidak teratur (aritmia). mual atau
muntah, mati rasa di kaki,tangan,atau bibir.

Anda mungkin juga menyukai