Anda di halaman 1dari 48

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1) Pengertian Hipertensi
Menurut Padila (2013), penyakit hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau
tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg. Hipertensi
merupakan gangguan system peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah diatas nilai normal, yaitu melebihi 140/90
mmHg. Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” (pembunuh
siluman), karena sering kali penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa
merasakan sesuatu gangguan atau gejala. Tanpa di sadari penderita
mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak
maupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan
penglihatan, dan sakit kepala pada saat hipertensi sudah lanjut disaat
tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang bermakna (Triyanto,
2014).
Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah
yang normal apabila diukur dengan tensi meter akan menunjukkan
angka 120/80. Angka 120 merupakan angka yang menunjukkan
tekanan siastolik dan angka 80 menunjukkan tekanan diastolik.
Apabila seseorang memiliki tekanan melebihi 120/80 maka dapat
dikatakan abnormal (Wiarto, 2015).
2) Penyebab Hipertensi
Menurut Smeltzer dan Bare dalam Triyanto (2014), penyebab
hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Hipertensi Esensial atau Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih
belum dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-

7
8

50 tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi


dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan
(Lewis, 2000). Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit
renovaskuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal,
dan penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang
menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor
lain yang diantaranya adalah faktor stres, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.
Diagnosis hipertensi dibuat setelah minimal 2 kali
pengukuran tekanan darah tetap menunjukkan peningkatan.
Pengulangan pengukuran tekanan darah dilakukan setelah 2 menit.
Dikenal istilah fenomena “white coat”, yaitu suatu keadaan
peningkatan tekanan darah yang terbaca saat diukur oleh dokter
atau atau kesehatan. Fenomena hipertensi white coat dapat
disingkirkan dengan melakukan pengukuran pada 2 seting tempat
yang berbeda, yaitu pengukuran oleh dokter atau tenaga kesehatan
dan pengukuran di rumah atau komunitas. Pengukuran tekanan
darah dapat dilakukan secara cermat dan hati-hati, untuk
menentukan keakuratan diagnosa. Monitoring tekanan darah
selama aktifitas atrau pergerakan juga dapat membantu
menegakkan diagnosis.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensi esensial, maka penyidikan dan pengobatan lebih
banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
c. Faktor Resiko
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat
hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi
didapatkan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial
9

lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita


kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita
hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik
mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi. Riwayat keluarga
juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi, hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan.
Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka
sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena
hipertensi.
Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih
banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita.
Laporan dari Sumatera Barat menunjukkan 18,6% pada pria dan
17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5%
pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan
Jakarta didapatkan 14,6% pada pria dan 13,7% pada wanita.
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena
dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Insidenhipertensi makin meningkat dengan
meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah
di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan
hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan
menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya
hipertensi dimana pada masa muda dan peruh baya lebih tinggi
penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi
setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami
menopause.
Faktor lingkungan seperti stress berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan
hipertensi, diduga melalui aktivitas saraf simpatis. Saraf simpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf
10

parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak


beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Apabila stres berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat di hubungkan dengan pengaruh
stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Peningkatan tekanan darah sering intermiten pada awal perjalanan
penyakit. Bahkan pada kasus yang sudah tegak diagnosisnya,
sangat berfluktuasi sebagai akibat dari respon terhadap stres
emosional dan aktivitas fisik. Selama terjadi rasa takut atau stres
tekanan arteri sering kali meningkat sampai setinggi dua kali
normal dalam waktu beberapa detik.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas
dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini
mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dengan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderi obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal. Terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada
penderita hipertensi dengan berat badan normal
Menurut Haryono & Setianingsih (2013) faktor resiko yang
mempengaruhi hipertensi sebagai berikut :
a. Jenis kelamin
Faktor ini tidak bisa anda kendalikan. Hipertensi lebih bayak
terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih
bayak meyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
11

penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan


perubahan hormon setelah monopouse.
b. Umur
Faktor ini tidak bisa anda kendalikan. Semakin tua umur
seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah; tekanan sistolik akan meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik akan meningkat wsampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
secara derastis. Penelitian menunjukan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darahpun akan meningkat. Anda
tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah anda saat muda
akan sama ketika anda bertambah tua. Namun anda dapat
mengendalikan agar jngan melewati batas yang normal.
c. Stres
Faktor ini bisa anda kendalikan. Stres dan kondisi emosi
yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis, penaningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
d. Keturunan
Faktor ini tidak bisa anda kendalikan. Adanya faktor genetik
pada keluarga tertentu akan meyebabkan keluarga itu mempuyai
resiko hipertensi individu dengan orang tua hipertensi mempuyai
resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempuyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga, seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya penderita hipertensi.
12

e. Mengonsumsi garam berlebih


Faktor ini bisa anda kendalikan. Garam dapat meningkatkan
tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi
penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia
tua, dan mereka yang berkulit hitam .
f. Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang
berlebihdalam darah anda, dapat meyebabkan timbunan kolesterol
pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh
darah meyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
Kendalikan kolesterol kalian sedini mungkin.
g. Minum alkohol
Faktor ini bisa di kendalikan. Bayak penelitian
membuktikan bahwa alkhol dapat merusak jantung dan organ-
organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkhol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi.
h. Obesitas atau kegemukan
Faktor ini bisa anda kendalikan. Resiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang kegemukan 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seseorang yang berat badanya normal.
i. Kurang olahraga
Faktor ini bisa anda kendalikan. Kurangnya aktivitas fisik
menaikan resiko tekanan darah tinggi karna bertambahnya resiko
untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempuyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan
sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang
mendesak arteri.
j. Kebiasan merokok
Faktor ini bisa anda kendalikan merokok jiga dapat
meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi kebiasaan merokok
dapat meningkatkan resiko diabetes, serangan jantung dan stroke.
13

Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika


memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat
berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan jantung dan darah.
3) Patofisiologi Hipertensi
Menurut Brunner & Suddarth (2002), mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla sepinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi yang
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks
adrenal. Hormone ini yang menyebabkan retensi natrium dan air oleh
14

tubulus ginjal, meyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua


faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pumbuluh
darah. Konsekuensinya,aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Padila, 2013).
4) Manifestasi Klinis Hipertensi
Banyak pasien dengan hipertensi tidak mempunyai tanda-tanda
yang menunjukkan tekanan darah meninggi dan hanya akan terdeteksi
pada saat pemeriksaan fisik. Sakit kepala di tengkuk merupakan ciri
yang sering terjadi pada hipertensi berat. Gejala lainnya adalah pusing,
palpitasi (berdebar-debar) dan mudah lelah. Namun, gejala-gejala
tersebut kadang tidak muncul pada beberapa penderita hipertensi,
bahkan pada beberapa kasus penderita tekanan darah tinggi biasanya
tidak merasakan apa-apa. Peninggian tekanan darah kadang-kadang
merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru mencul
setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung
(Nurrahmani, 2014).
Menurut Haryono 2013, gejala hipertensi adalah gejala umum
tetapi tidak dapat dijadikan sebagai patokan bahwa seseorang yang
mengalami gejala tersebut menderita penyakit hipertensi, karena
kenyataannya gejala-gejala tersebut juga dapat dialami pada orang yang
memiliki tekanan darah normal. Sebagian besar penderita hipertensi
tidak merasakan gejala kenaikan darah karena memang sifat tekanan
darah itu senantiasa berubah-ubah dari jam ke jam. Tanda dan gejala
hipertensi pada lansia secara umum antara lain :
1) Sakit kepala atau pusing
15

2) Perubahan penglihatan seperti pandangan menjadi kabur yang


terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal
3) Perdarahan hidung
4) Mual muntah
5) Nyeri dada
6) Sesak nafas
7) Kesemutan pada kaki dan tangan
8) Gelisah
9) Kelelahan
10) Kejangataukoma
Menurut Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013),
menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul:
1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf pusat.
4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus.
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
5) Klasifikasi Hipertensi
Menurut Gordon H. Williams dalam Dewi & Famelia (2014),
seorang ahli penyakit hipertensi sebagai berikut :
a. Tensi Sistolik
1) < 140 mmHg : Normal
2) 140-159 mmHg : Normal Tinggi
3) > 159 mmHg : Hipertensi sistolik tersendiri
b. Tensi diastolik
1) 85 mmHg : Normal
2) 85-89 mmHg : Normal Tinggi
16

3) 90-104 mmHg : Hipertensi Ringan


4) 105-114 mmHg : Hipertensi sedang
5) > 115 mmHg : Hipertensi berat
Lembaga kesehatan Nasional Amerika National Institute Of Health,
mengklarifikasikan hipertensi sebagai berikut : (Dewi & Famelia,
2014).
a. Tekanan sistolik
1) < 119 mmHg : Normal
2) 120-139 mmHg : pra- Hipertensi
3) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
4) > 160 mmHg : Hipertensi derajat 2
b. Tekanan diastolik
1) < 79 mmHg :Normal
2) 80-89 mmHg : pra-Hipertensi
3) 90-99 mmHg : Hipertensi derajat 1
4) > 100 mmHg : Hipertensi derajat 2
6) Komplikasi
Menurut Dewi & Familia (2014), komplikasi hipertensi terjadi
karena adanya kerusakan salah satu bahkan lebih pada organ tubuh.
Hal ini dikarnakan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam
waktu lama sehingga organ tidak mampu bertahan dalam keadaan itu.
Orang-orang ini disebut dengan target organ hipertensi. Organ-organ
itu meliputi otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, dan ginjal.
Pada otak, hipertensi akan menimbulkan komplikasi yang cukup
parah, yaitu stroke. Namun apabila hipertensi dapat dikendalikan,
resiko stroke juga dapat menurun. Selain stroke akibat komplikasi
pada otak adalah daya ingat menurun atau mulai pikun (dimensia) dan
kehilangan kemampuan mental yang lain.
Pada mata, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pada
pembuluh darah halus mata. Hipertensi menyebabkan menyebabkan
pembuluh darah halus pada ratina (bagian belakang mata) robek.
Darah merembes ke jaringan sekitarnya sehingga dapat menimbulkan
17

kebutaan. Sementara itu komplikasi yang terjadi pada jantung dan


pembuluh darah dapat dijabarkan seperti dibawah ini ( Dewi & Famila,
2014)
a. Arteriosklerosis atau penyumbatan di pembuluh darah atau
terjadinya pergeseran pembuluh darah arteri karna tekanan yang
terlalu besar. Dikarnakan hipertensi yang tinggi, dinding arteri
lama-kelamaan akan kaku dan menebal. Akibatnya, aliran darah
tidak lancar. Selain itu, juga dibutuhkan tekanan yang lebih kuat
sebagai kompensasi atau imbalannya.
b. Aterosklerosis adalah suatu keadaan arteribesar dan kecil yang
ditandai oleh endapan lemak, trombosit, makrofag, dan leokosit di
seluruh lapisan tunika intima dan ahirnya ketunika media. Lebih
singkatnya, ateroklerosis merupakan endapan lemak pada lapisan
dinding akteri. Penumpukan lemak pada jumlah besar disebut plak.
Pembentukan plak didalam pembuluh darah sangat berbahaya karna
dapat menyembabkan penyempitan pembuluh darah sehingga
organ-organ tubuh akan mengalami kekurangan pasokan darah.
c. Aneurisma. Istilah ini mungkin masih asing ditelinga anda. Tidak
aneh karena memang penyakit ini belum sepopuler penyakit
mematikan lainnya. Bahkan, data mengenai penyakit inipun belum
begitu jlas di indonesia. Padahal, jika terjadi kematian mendadak
hanay ada kemungkinannya, yaitu serangan jantung dan jika
menyerang otak hampir dapat dipastikan itu aneurisma. Aneurisma
adalah kelainan pembuluh darah di otak karena lemahnya dinding
pembuluh darah. Dinding pembuluh darah tersebut tidak mampu
menahan tekanan darah yang relatif tinggi. Melalui proses sekian
lama, terjadinya penggelembungan atau pelebaran yang disebut
dilatasi. Gelembung yang awalnya kecil itu dapat membesar seiring
bertambahnya usia dan makinmelemahnya dinding pembuluh
kondisi ini akan menjadi fatal jika kemudian pecah.
d. Penyakit pada arteri koronaria. Arteri koronaria adalah pembuluh
darah utama yang memberikan pasokan darah pada otot jantung.
18

Apabila arteri ini mengalami gangguan, misalnya pkak, maka aliran


darah kejantung akan terganggu sehingga organ-organ tubuh
kekurangan darah.
e. Ginjal Hipertensi yang lama atau berat dapat menyebabkan
kerusakan ginjal sehingga fungsi ginjal menurun. Fungsi ginjal
yang menurun menyebabkan darah yang disaring menjadi
berkurang sehinga jumlah urin yang dihasilkan menurun dan zat-zat
yang seharusnya dibuang seperti urea menumpuk dalam darah atau
plasma. Kerusakan ginjal juga menyebabkan peningkatan albumin
dalam urin sehingga dapat menyebabkan kekurangan albumin
(albiuminemia) yang dapat menyebabkan keluarnya cairan dari
pembuluh darah ke jaringan dengan segala manifestasinya seperti
ascites (busung air), edema tungkai, dan lain-lain. Oleh sebab itu
pada pasien hipertensi harus diperiksa fingsi ginjal (serum creatinin,
creatinin clereance, protein urin, dan albumin).
7) Penatalaksanaan Hipertensi
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Menurut Triyanto (2014), ada beberapa terapi nonfarmakologi
untuk penderita hipertensi yaitu :
1) Terapi relaksasi progesif
Relaksasi merupakan salah satu tehnik pengelolaan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatetis dan
parasimpatis ini. Tehnik relaksasi semakin sering dilakukan
karna terbukti efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan,
mengatasi isomnia dan asma, terapi relaksasi progesif terbukti
efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.
Tehnik relaksasi menghasilkan respon fisiologis yang
terintegrasi dan juga mengagu bagian dari kesadaran yang
dikenal sebagai “respon relaksasi benson” respon relaksasi
diperkirakan menghambat sistem saraf otonom dan sistem saraf
pusat dan meningkatkan aktivitas parasimpatis yang
19

dikarakteristikan dengan menurunya otot rangka, tonus otot


jantung menggagu fungsi neuroendokrin. Agar memperoleh
manfaat dari respons relaksasi, ketika melakukan teknik ini
diperlukan lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman dan
dapat mempergunakan rekaman latihan relaksai.
2) Terapi musik
Terapi musik sebagai suatu ketrampilan dalam menggunkan
musik dan elemen-elemen musik oleh seseorang yang ahli di
bidang musik untuk meningkatkan, memelihara memperbaiki
kesehatan mental, fisik, emosi, dan spiritual.
Bunyi-bunyi frekuensi sedang cenderung merangsang
jantung, paru, dan emosi. Buyi musik yang bergetar membentuk
pola dan menciptakan medan energi resonasi dan gerakan
diruang sekitarnya. Energi akan diserap oleh tubuh manusia dan
energi-energi itu secara halus mengubah pernafasan, detak
jantung, tekanan darah, keteganagan otot, temparatur kulit, dan
ritme-ritme lainnya. Musik merupakan stimulus yang unik yang
dapat mempengaruhi respon fisik dan fisiologi pendengar serta
merupakan intervensi yang efektif untuk meningkatkan relaksasi
fisiologis (yang diindikasikan dengan penurunan nadi, dan
tekanan darah).
Musik dapat memberikan inspirasi dan menguatkan emosi
kita, meningkatakan perasaan akan cinta dan rasa takut. Jenis
musik yang tepat dapat memberikan pencegahan yang manjur
terhadap stres. Penurunan stres akan meyebabkan tekanan darah
menurun.
3) Terapi murottal
Suara Ar Rahman terbukti dapat meningkatkan kadar B-
endorphin yang berpengaruh terhadap ketenangan (Whida, Dkk.,
2015). Hormon yang bermanfaat bagi tubuh diantaranya adalah
B-endorphin, hormon ini bereaksi sebagaimana morfin. Hormon
tersebut dapat membuat kita merasa tenang, nyaman, dan rileks.
20

Efek positif dari homon ini adalah kebalikan dari noradrenalin


(Hauyama, 2014).
Menurut Wijaya & Putri, (2013) penatalaksanaan
nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah
tinggi Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis
terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah yaitu :
a) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body
Mass Index (BMI) dengan rentang 18, 5-24,9 kg/m².
BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan anda
dengan tinggi badan anda yang telah dikuadratkan
dalam satuan meter. Mengatasi obesitas (kegemukan)
juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah
kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan
jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka
tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5
mmHg .
b) Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan
dengan dara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100
mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr gram/hari).
Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam
sampai kurang dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap hari.
Pengurangan konsumsi gapam menjadi ½ sendok the /
hari, dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5
mmHg dan tekanan diastolik sekitar 2,5 mmHg.
c) Batasi konsumsi alkohol
bahwa konsumsi alkohol harus dibatasi karena
konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan
21

tekanan darah. Para peminum berat mempunyai resiko


mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada
mereka yang tidak minum minuman beralkohol.
d) Makan dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet potassium (> 90 mmol
(35000 mg) / hari) dengan cara konsumsi diet tinggi
buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total.
Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama
air kencing. Dengan setidaknya mengosumsi buah-
buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa
mencapai asupan potassium yang cukup.
e) Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara
langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok
dapat meningkatkan resiko komplikasi pada pasien
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka
perlu dihindari mengkonsumsi tembakau (rokok) karena
dapat memperberat hipertensi.
Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja
lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan
darah . Maka pada penderita hipertensi dianjurkan untuk
menghentikan kebiasaan merokok.
f) Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang
menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat
menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi penderita hipertensi dan
memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga
22

atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf yang


akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
g) Terapi masase (pijat)
Pada prinsipnya pijat yang dilakukan penderita
hipertensi adalah untuk mempelancar aliran energi
dalam tubuh sehingga gaguan hipertensi dan
komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur
energi terbuka dan aliran energi terbuka dan aliran
energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan
hambatan lain maka resiko hipertensi dapat ditekan.
b. Pengobatan Farmakologi
a) Deurotik (hindroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume
cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
b) Penghambat simpatetik
Menghambat aktivitas saraf simpatis.
c) Batabloker, (motoprolol, propanolol dan antenolol)
(1) Menurunkan daya pompa jantung
(2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gaguan pernafasan seperti asma
bronkial.
(3) Pada penderita diabetes militus : dapat menutupi
gejala hipoglimia
(4) Vasodilator (prasosin, hidralasin)
(5) Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
d) ACE inhibitor (captopril)
(i) Menghambat pembetukan zat angiotensin II.
(ii) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala
dan lemas.
e) Menghambat reseptor angiotensin II (valsartan)
23

Menghalangin penempelan zat Angiotensin II pada


reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung.
f) Antagonis kalsium (diltiasem dan verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).

B. Konsep Keluarga
1. Definisi Kelurga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman,
2013).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2012).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam
suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas
anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan
personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi
dukungan yang disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan
(Stuart, 2014).
Menurut WHO keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Menurut
Duvall dalam Harmoko, 2012 konsep keluarga merupakan sekumpulan
orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran
yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum:
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
tiap anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil
dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan
kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi
24

antara individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).


2. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga terbagi atas :
a. Fungsi afektif
Fungsi ini merupakan presepsi keluarga terkait dengan pemenuhan
kebutuhan psikososial sehingga mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses perkembangan individu sebagai hasil
dari adanya interaksi sosial dan pembelajaran peran sosial.. Fungsi
ini melatih agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi
dan mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan.
e. Fungsi Kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan (Harnilawati, 2013)
3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Keluarga tradisional
1) Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang
terdiri atas suami,istri dan anak.
2) Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri
namun tidak memiliki anak
3) Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua
dengan anak yang terjadi akibat peceraian atau kematian.
4) Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya
terdiri dari satu orang dewasa yang tidak menikah
25

5) Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga


inti ditambah dengan anggota keluarga lainnya.
6) Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri
dirumah dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah
tangga sendiri.
7) Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan
dan menggunakan pelayanan Bersama.
b. Tipe kuluarga non tradisional
1) Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri
dari orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
2) Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal
bersama tanpa adanya ikatan perkawinan.
3) Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki
persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-
istri
4) Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang hidup
Bersama tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti
pasangan
5) Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki
hubungan darah dalam waktu sementara. (Kholifah,2016)
4. Struktur Keluarga
Menurut Padila (2012), ada beberapa struktur keluarga yang ada di
Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ibu.
c. Matrilokal
26

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama


keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Struktur keluarga Menurut Friedman (2002) dalam Murwani (2014)
ada empat elemen struktur keluarga di gambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin
mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta
dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik, dan valid. Komunikasi dalam keluarga
dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita
negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan
pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat
asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan
komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar,
diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan
kurang atau tidak valid.
1) Karakteristik pemberi pesan
a) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu menerima dan meminta timbal balik.
2) Karakteristik pendengar
a) Siap mendengarkan
b) Memberikan umpan balik
27

c) Melakukan validasi
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam
masyarakat misal status sebagai istri/suami.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak
(legimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power),
hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga
(Harmoko, 2012).
1) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau
tidak dapat mempersatukan anggota keluarga.
2) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
3) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah.

5. Tahap Dan Perkembangan Keluarga


Menurut Harmoko (2012) terdapat beberapa tahap dan
perkembangan keluarga, antara lain :
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning
family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
28

dan meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan


meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga
tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang membentuk
keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru
karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi
sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan
dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru
dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan,
tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu
diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak
dan berapa jumlah anak yang diharapkan. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan
kelompok sosial.
4) Merencanakan anak (KB).
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu
disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi
perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan
merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju
29

pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua.
2) Membagi peran dan tanggung jawab.
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangan.
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.
5) Memfasilitasi role learninganggota keluarga.
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua
beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak
prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan
keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung
pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan
ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua
menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan
langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara suami istri.
Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan
individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas
perkembangan anak pada fase ini tercapai. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan
tempat tinggal, privasi, dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
30

anak yang lain juga harus terpenuhi


4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun
di luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada
fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehngga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula
orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk
itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas
perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar
berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai
berikut :
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak,
pendidikan dan semangat belajar
2) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan
3) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya
intelektual
4) Menyediakan aktifitas untuk anak
5) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak.
e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with
teenagers)
31

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan


biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan
rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga empersiapkan
anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak
meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena
anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi
keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja,
meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara
hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah :
32

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar


2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anaknya.
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka
pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan
berbagai aktifitas. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
atara lain adalah :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi
tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan
keakraban pasangan.
h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses
usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat
dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus
dialami keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,
33

kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta


perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan.
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih
dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama
anaknnya. Tugas perkembangan tahap ini adalah :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik, dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian.
6. Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada keluarga sebagi unit pelayanan untuk mewujudkan
keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untu
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan
kesehatan keluargaadalah sebagai berikut (Made, 2019) :
a. Pendidik
b. Koordinator
c. Pelaksana
d. Pengawas kesehatan
e. Konsultan
f. Kolaborasi
g. Fasilitator
h. Penemu kasus
i. Modifikasi lingkungan
34

7. Phatway Keluarga Dengan Hipertensi

Gambar 2.1 Pathway Hipertensi


35

C. Konsep Asuhan Keperawatan


Konsep asuhan keperawatan (Friedmen, 2014)
1. Pengkajian Keperawatan
Informasi identifikasi tentang anggota keluarga sangat diperlukan
untuk mengetahui hubungan masing-masing anggota keluarga dan
sebagi upaya untuk lebih mengenal masing-masing anggota keluarga.
Data yang diperlukan meliputi :
a. Nama keluarga
b. Alamat dan Nomor telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi Keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Friedman dalam
bukunya mengatakan bahwa komposisi tidak hanya terdiri dari
penghuni rumah, tetapi juaga keluarga besar lainnya atau keluarga
fiktif yang menjadi bagian dari keluarga tersebut tetapi tidak
tinggal dalam rumah tangga yang sama.
Pada komposisi keluarga, pencatatan dimulai dari anggota
keluarga yang sudah dewasa kemudian diikuti anak sesuai dengan
urutan usia dari yang tertua, bila terdapat orang lain yang menjadi
bagian dari keluarga tersebut dimasukan dalam bagian akhir dari
komposisi keluarga. Berikut format komposisi keluarga menurut
Friedman:
Nama Jenis Pendi
No Hubungan TTL Pekerjaan
Keluarga kelamin dikan
Ayah
Ibu
Anak tertua

Strategi lain untuk mengetahui keluarga adalah genogram


keluarga atau pohon keluarga.Genogram merupakan sebuah
36

diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga atau pohon


keluarga dan merupakan pengkajian informatif untuk mengetahui
keluarga dan riwayat serta sumber-sumber keluarga. Diagram ini
menggambarkan hubungan vertikal (lintas generasi) dan horisontal
(dalam generasi yang sama)dan dapat membantu kita berfikir
secara sistematis tentang suatu peristiwa dalam keluarga dilihat dari
hubungan keluarga dengan pola penyakit, sehingga dapat
menciptakan hipotesis tentatif tentang apa yang sedang terjadi
dalam keluarga. Genogram keluarga memuat informasi tentang tiga
generasi (keluarga inti dan keluarga asal masing-masing / orang tua
keluarga inti). Genogram juga dapat menentukan tipe dari keluarga.
f. Tipe bentuk keluarga
Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada
dalam satu rumah. Tipe keluarga dapat dilihat dari komposisi dan
genogram dalam keluarga. Menjelaskan mengenai jenis tipe
keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut
g. Latar belakang budaya keluarga
Latar belakang kultur keluarga merupakan hal yang penting
untuk memahami perilaku sistem nilai dan fungsi keluarga, karena
budayamempengaruhi dan membatasi tindakan-tindakan individual
maupunkeluarga. Perbedaan budaya menjadikan akar miskinnya
komunikasiantar individu dalam keluarga. Dalam konseling
keluarga kbudayaanmerupakan hal yang sangat penting. Pengkajian
terhadap kultur /kebudayaan keluarga meliputi :
1) Identitas suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan
2) Jaringan sosial keluarga (kelompok yang sama)
3) Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkunganyang
secara etnis bersifat homogen)
37

4) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan


pendidikan
5) Bahasa yang digunakan sehari-hari
6) Kebiasaan diit dan berpakaian
7) Dekorasi rumah tangga ( tanda-tanda pengaruh budaya )
8) Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek teritorial
keluarga (Apakah porsi tersebut semata-mata ada dalam
komunitas etnis)
9) Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan
praktisi. Bagaimana keluarga terlibat dalam praktik pelayanan
kesehatan tradisional atau memiliki kepercayaan tradisional
yang berhubungan dengan kesehatan.
10) Negara asala dan berapa lama keluarga tinggal di suatu
wilayah.
h. Identifikasi religius
Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga,
seberapa aktif keluarga dalam melakukan ibadah keagamaan,
kepercayaan dan nilai-nilai agama yang menjadi fokus dalam
kehidupan keluarga. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga
serta kepercayaan yangdapat mempengaruhi kesehatan.
i. Status kelas sosial
Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari gaya
hidup keluarga. Perbedaan kelas sosial dipengaruhi oleh gaya hidup
keluarga, karakteristik struktural dan fungsional, asosiasi dengan
lingkungan eksternal rumah. Dengan mengidentifikasi kelas sosial
keluarga, perawat dapat mengantisipasi sumber-sumber dalam
keluarga dan sejumlah stresornya secara baik. Bahkan fungsi dan
struktur keluarga dapat lebih dipahami dengan melihat latar
belakang kelas sosial keluarga. Hal-hal yang perlu dikaji dalam
status sosial ekonomi dan mobilitas keluarga adalah :
1) Status kelas sosial
38

Status kelas sosial keluarga ditentukan berdasarkan tingkat


pendapatan keluarga dan sumber pendapatan keluarga,
pekerjaan dan pendidikan keluarga. Friedman membagi kelas
sosial menjadi enam bagian yaitu kelas atas-atas, kelas atas
bawah, kelas menegah atas, kelas menengah bawah, kelas
pekerja dan kelas bawah.
2) Status ekonomi
Status ekonomi ditentukan oleh jumlah penghasilan yang
diperoleh keluarga. Perlu juga diketahui siapa yang menjadi
pencari nafkah dalam keluarga, dana tambahan ataupun
bantuan yang diterima oleh keluarga, bagaimana keluaraga
mengaturnya secara finansial. Selain itu juga perawat perlu
mengetahui sejauhmana pendapatan tersebut memadai serta
sumber-sumber apa yang dimiliki oleh keluarga terutama yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan seperti asuransi
kesehatan dan lain-lain. Status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan Selain itustatus sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yangdimiliki
oleh keluarga.
3) Mobilitas kelas sosial
Menggambarkan perubahan yang terjadi sehingga
mengakibatkan terjadinya perubahan kelas sosial, serta
bagaimana keluarga menyesuaikan diri terhadap perubahan
tersebut.
j. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan-kegiatan rekreasi keluarga yang dilakukan pada
waktu luang. Menggali perasaan anggota keluarga tentang aktifitas
rekreasi pada waktu luang. Bentuk rekreasi tidak harus
mengunjungi tempat wisata,tetapi bagaimana keluarga
memanfaatkan waktu luang untuk melakukan kegiatan bersama
(nonton TV, mendengarkan radio, berkebun bersama keluarga,
39

bersepeda bersama keluarga dll)


Tahap dan Riwayat Perkembangan Keluarga
Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua
darikeluarga ini.
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga Inti.
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit
( imunisasi ), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan
serta riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau
pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan
( perceraian, kematian, kehilangan).
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua (riwayat
kesehatan, seperti apa keluarga asalnya, hubungan masa silam
dengan kedua orang tua).
Lingkungan Keluarga
Meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari pertimbangan
bidang-bidang yang paling kecil seperti aspek dalam rumah sampai
komunitas yang lebih luas dimana keluarga tersebut berada.
Pengkajian lingkungan meliputi :
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan :
1) Tipe tempat tinggal ( rumah sendiri, apartemen, sewa kamar),
2) Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior
rumah).
40

Interior rumah meliputi : jumlah ruangan, tipe


kamar/pemanfaatan ruangan ( ruang tamu, kamar tidur, ruang
keluarga ), jumlah jendela, keadaan ventilasi dan penerangan
( sinar matahari ), macam perabot rumah tangga dan
penataannya, jenis lantai, kontruksi bangunan, keamanan
lingkungan rumah, kebersihan dan sanitasi rumah, jenis septic
tank, jarak sumber air minum dengan septic tank, sumber air
minum yang digunakan, keadaan dapur ( kebersihan, sanitasi,
keamanan ). Perlu dikaji pula perasaan subyektif keluarga
terhadap rumah, identifikasi teritorial keluarga, pengaturan
privaci dan kepuasan keluarga terhadap pengaturan rumah.
Lingkungan luar rumah meliputi keamanan ( bahaya-bahaya
yang mengancam ) dan pembuangan sampah.
b.  Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang
Lebih Luas.
Menjelaskan tentang :
1) Karakteristik fisik dari lingkungan, yang
meliputi :Tipelingkungan/komunitas (desa, sub kota, kota),
tipe tempattinggal (hunian, industri, hunian dan industri,
agraris),kebiasaan , aturan / kesepakatan, budaya yang
mempengaruhikesehatan, lingkungan umum ( fisik, sosial,
ekonomi )
2) Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas,
meliputi kelas sosial rata-rata komunitas, perubahan
demografis yang sedang berlangsung.
3) Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan
sertafasilitas-fasilitas umum lainnya seperti pasar, apotik dan
lain-lain
4) Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkauoleh
keluarga
5) Tersediannya transportasi umum yang dapat digunakan oleh
keluarga dalam mengakses fasilitas yang ada.
41

6) Insiden kejahatan disekitar lingkungan.


c. Mobilitas geografi keluarga
Mobilitas keluarga ditentukan oleh : kebiasaan keluarga
berpindah tempat, berapa lama keluarga tinggal di daerah tersebut,
riwayat mobilitas geografis keluarga tersebut (transportasi yang
digunakan keluarga, kebiasaan anggota keluarga pergi dari rumah :
bekerja, sekolah).
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga melakukan interak dengan masyarakat. Perlu juga dikaji
bagaimana keluarga memandang kelompok masyarakatnya.
e. Sistem pendukung keluarga
Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga
membutuhkan bantuan, dukungan konseling aktifitas-aktifitas
keluarga. Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah
Informal ( jumlah anggota keluarga yang sehat, hubungan keluarga
dan komunitas, bagaimana keluarga memecahkan masalah, fasilitas
yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan ) dan formal
yaitu hubungan keluarga dengan pihak yang membantu yang
berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau lembaga lain yang
terkait ( ada tidaknya fasilitas pendukung pada masyarakat terutama
yang berhubungan dengan kesehatan )
Struktur keluarga
Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman adalah :
a. Pola dan komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga,
sistem komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya (keberhasilan)
komunikasi dalam keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi
orang lain/anggota keluarga untuk merubah perilaku. Sistem
42

kekuatan yang digunakan dalam mengambil keputusan, yang


berperan mengambil keputusan, bagaimana pentingnya keluarga
terhadap putusan tersebut
c. Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secaraformal maupun informal.
Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :
1) Struktur peran formal
a) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan
gambaran keluarga dalam melaksanakan peran tersebut.
b) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten
dengan harapan keluarga, apakah terjadi konflik peran
dalam keluarga.
c) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara
kompeten
d) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan
2) Struktur peran informal
a) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas
yang ada dalam keluarga, serta siapa yang memainkan
peran tersebut dan berapa kali peran tersebut sering
dilakukan secara konsisten
b) Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal, ada
tidaknya peran disfungsional serta bagaimana dampaknya
terhap anggota keluarga.
3) Analisa Model Peran
a) Siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi
anggota keluarga dalam kehidupan awalnya, memberikan
perasaan dan nilai-nilai tentang perkembangan, peran-
peran dan teknik komunikasi.
b) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran
bagi pasangan dan sebagai orang tua
4) Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran
43

a) Pengaruh-pengaruh kelas sosial : bagaimana latar


belakang kelas sosial mempengaruhi struktur peran formal
dan informal dalam keluarga.
b) Pengaruh budaya terhadap struktur peran
c) Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap struktur
peran.
d) Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi struktur
peran.
d.  Nilai-nilai keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga menurut
Friedman adalah :
1) Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga
2) Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya
3) Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga
4) Identifikasi sejauhman keluarga menganggap penting nilai-
nilai keluarga serta kesadaran dalam menganut sistem nilai.
5) Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluarga
6) Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap
perkembangan keluarga terhadap nilai keluarga
7) Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan
keluarga.
Fungsi keluarga
Fungsi keluarga yang perlu dikaji menurut Friedman meliputi :
a. Fungsi Afektif
Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi :
1) Pola kebutuhan keluarga
a) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan anggota
keluarganya, serta bagaimana orang tua mampu
menggambarkan kebutuhan dari anggota keluarganya.
b) Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau
keinginan masing-masing anggota keluarga
2) Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga
44

a) Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada anggota


keluarga satu sama lain serta bagaimana mereka saling
mendukung
b) Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab dan
intim satu sama lain, serta bentuk kasih sayang yang
ditunjukkan keluarga
c) Teterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga
Sejauhmana keluarga menanggapi isu-isu tentang
perpisahan dan keterikatakan serta sejauhmana keluarga
memelihara keutuhan rumah tangga sehingga terbina
keterikatan dalam keluarga
b. Fungsi sosialisasi
Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi :
1) Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol perilaku
sesuai dengan usia, memberi dan menerima cinta serta otonomi
dan ketergantungan dalam keluarga
2) Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak
3) Bagaimana anak dihargai dalam keluarga
4) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan
anak
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
6) Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat masalah
dalam membesarkan anak
7) Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan perkembangan
anak.
c. Fungsi keperawatan keluarga
Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat darikemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah
45

kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,


melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat
Pengkajian fungsi perawatan kesehatan meliputi :
1) Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada
keluarganya.
a) Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap pelayanan
kesehatan
b) Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit.
c) Tingkat pengetahuan keluarga tentanggejala atau
perubahan penting yang berhubungan dengan masalah
kesehatan yang dihadapi.
d) Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat
2) Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai
tindakan keperawatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah :
a) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai
sifatdan luasnya masalah
b) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah
yangdialami
d) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari
tindakan penyakit
e) Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap
masalahkesehatan
f) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yangada
g) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan
h) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah
terhadaptindakan dalam mengatasi masalahkesehatan
46

3) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan
keluarga merawatanggota keluarga yang sakit, yang perlu
dikaji adalah :
a) Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya
(sifat, penyebaran, komplikasi, pronosa dan cara
perawatannya)
b) Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat
dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan
fasilitaskesehatan yang diperlukan untuk perawatan
d) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang
adadalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggungjawab,sumber keuangan/financial, fasilitas
fisik, psikososial)
e) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
4) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah sehat, hal yang perlu dikaji
adalah:
a) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber
keluargayang dimiliki
b) Sejauhmana keluarga melihat keuntunganatau
manfaat pemeliharaan lingkungan
c) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya
hygienesanitasi
d) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan
penyakit
e) Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap
hygienesanitasi
f) Sejauhmana keluarga kekompakan antar anggota keluarga
5) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan
keluarga mengunakan fasilitas kesehatan/ pelayanan kesehatan
dimasyarakat, hal yang perlu dikaji adalah :
47

a) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan


fasilitaskesehatan
b) Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-
keuntunganyang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
c) Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugasdan fasilitas kesehatan
d) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang
baik terhadap petugas kesehatan
e) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga
d. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji adalah :
1) Berapa jumlah anak
2) Bagaimana keluarga merencanakan julah anaknya
3) Metode apa yang digunakan dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
e. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga yaitu:
1) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan 
2)  Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga
Koping keluarga
Meliputi :
a. Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang
dialamioleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan stresor yang
dialami olehkeluarga. Keterangan:
1) Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yangmemerlukan penyelesaian dalam waktutidak lebih dari 6
bulan
48

2) Stresor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga


yangmemerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon
terhadapsituasi/stressor. Tindakan obyektif dan realistis keluarga
terhadapstressor yang dihadapi.
c. Strategi koping yang digunakan
Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi
koping apayang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah,
serta strategikoping internal dan eksternal yang digunakan oleh
keluarga
d. Strategi adaptasi disfungsional
Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga
bilamenghadapi permasalahan. Identifikasi bentuk yang digunakan
secara ekstensif: kekerasan, perlakukan kejam terhadap
anak,mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos
keluargayang merusak, pseudomutualitas, triangling dan
otoritarisme.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual dan potensial (Allen, 1998) dalam Salvari
Gusti (2013). Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan
data yang didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa
keperawatan meliputi :
a. Problem atau masalah
b. Etiologi atau penyebab masalah
c. Tanda Sign dan Gejala (symptom)
Menurut Zakarudin (2018), secara umum faktor-faktor
penyebab / etiologi yaitu : ketidaktahuan, ketidakmampuan.
Ketidakmampuan yang mengacu pada 5 tugas keluarga, antara lain :
49

a. Mengenal Masalah
b. Mengambil keputusan yang tepat
c. Merawat anggota keluarga
d. Memelihara / Memodifikasi lingkungan
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari
diagnosis keperawatan keluarga menurut Mubarak (2011), adalah :
a. Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan
persepsi)
b. Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
c. Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur
atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik financial,
fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik, dan psikologis)
Setelah data dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan
keluarga, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu
diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya
dan sumber dana yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan
keperawatan keluarga dibuat dengan menggunakan proses skoring.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan yaitu
dengan cara :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan
bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan
jumlah bobot, yaitu 5)
Tabel 2. 1 Tabel Skoring Asuhan Keperawatan Keluarga
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah : 1
Tidak / kurang sehat / Aktual 3
Ancaman kesehatan / Resiko 2
Krisis atau keadaan sejahtera/potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat dirubah: 2


50

Dengan mudah 2

Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah : 1


Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah : 1
Masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Sumber :Made, 2019

Skor yang di peroleh


x bobot
Skor tertinggi

Jenis-Jenis Diagnosa Keperawatan Keluarga :


a. Diagnosa Aktual, menunjukkan keadaan yang nyata dan sudah
terjadi saat pengkajian keluarga
b. Diagnosa Resiko / Resiko Tinggi, merupakan masalah yang belum
terjadi pada saat pengkajian, namun dapat terjadi masalah aktual jika
tidak dilakukan tindakan pencegahan dengan cepat
c. Potensial / Wellness, merupakan proses pencapaian tingkat fungsi
yang lebih tinggi, atau suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumper penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
ditingkatkan (Suprajitno, 2012).
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah Hipertensi dalam NANDA NIC NOC 2015
adalah:
51

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah
c. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah
d. Intoleransi akrivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit
e. Ketidakefektifan pola koping keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
f. Defesiensi pengetahuan ansitas berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
g. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi atau rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan
tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul (Salvari
Gusti, 2013)
Perencanaan keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan
tujuan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan
kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya
merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan
standar. Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah:
a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan atau objektif
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria
Standar mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria
mengacu pada 3 hal yaitu :
52

a. Pengetahuan (kognitif), intervensi ini ditujukan untuk memberikan


informasi, gagasan, motivasi, dan saran kepada keluarga sebagai
target asuhan keperawatan keluarga
b. Sikap (afektif), intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga
dalam berespon emosional, sehingga dalam keluarga terdapat
perubahan sikap terhadap masalah yang dihadapi
c. Tindakan (psikomotor), intervensi ini ditujukan untuk membantu
keluarga dalam perubahan perilaku yang merugikan ke perilaku yang
menguntungkan
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan
adalah:
a. Tujuan hendaknya logis
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang
dimiliki oleh keluarga (Salvari Gusti, 2013)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan dari
rencana asuhan kerawatan yang telah disusun perawat bersama
keluarga. Inti pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan keluarga
adalah perhatian. Jika perawat tidak memiliki falsafah untuk memberi
perhatian, maka tidak mungkin perawat dapat melibatkan diri bekerja
dengan keluarga. Perawat pada tahap ini menghadapi kenyataan dimana
keluarga mencoba segala daya cipta dalam mengadakan perubahan
versus frustasi sehiggatidak dapat berbuat apa-apa. Perawat harus
membangkitkan keinginan untuk bekerja sama melaksanakan tindakan
keperawatan.Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah (Friedman, 2004):
a. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat
dengancara:
1) Diakui tentang konsekuensi tidak melakukantindakan
2) Identifikasi sumber-sumber tindakan dan langkah-langkah serta
sumber yangdibutuhkan
53

3) Diakui tentang konsekuensi tiap alternatif tindakan


b. Menstimuli kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan
kebutuhankesehatan dengancara:
1) Memperluas informasikeluarga
2) Membantu untuk melihat dampak akibat situasi yang ada
3) Hubungan kebutuhan kesehatan dengan sasaran keluarga
4) Dorong sikap emosi yang sehat menghadapi masalah
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit,
dengancara:
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
c. Intervensi untuk menurunkan ancamanpsikologis:
1) Meningkatkan hubungan yang terbuka dan dekat:
meningkatkanpola komunikasi/interaksi, meningkatkan peran
dan tanggung jawab
2) Memilih intervensi keperawatan yang tepat
3) Meilih metode kontak yang tepat : kunjungan rumah,
konferensidi klinik/puskesmas, pendekatan kelompok
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat, dengancara:
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimalmungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasiltas kesehatan yang
adadengan cara:
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan suatu langkah dalam menilai
hasil asuhan yang dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai
54

berupa respon keluarga terhadap tindakan yang dilakukan dengan


indikator yang ditetapkan. Hasil asuhan keperawatan dapat diukur
melalui: (1) Keadaan fisik, (2) Sikap/psikologis, (3) Pengetahuan atau
kelakukan belajar, dan (4) Perilakukesehatan.Hasil evaluasi
keperawatan keluarga akan menentukan apakah keluarga sudah dapat
dilepas dari pembinaan/asuhan pada tingkat kemandirian yang
diinginkan, atau masih perlu tindak lanjut. Bila kunjungan
berkelanjutan maka perlu dibuat cacatan perkembangannya. Jika tujuan
tidak tercapai maka perlu dilihat: (1) Apakah tujuan realistis, (2)
Apakah tindakan sudah tepat, dan (3) Bagaimana faktor lingkungan
yang tidak dapat diatasi ( Made, 2019).

Anda mungkin juga menyukai