Anda di halaman 1dari 14

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1.Hipertensi
3.1.1. Definisi
Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang secara luas
dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan meningkatnya
tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat meningkatkan faktor risiko
munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal. Salah satu studi menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi
maka lima kali lebih besar kemungkinannya terkena stroke.5,6
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke
merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang sangat
luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya.Hipertensi sistolik dan
distolik terbukti berpengaruh pada stroke. Dikemukakan bahwa penderita dengan
tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
terjadinya infark otak dibanding dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg,
sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga kali
terserang stroke iskemik dibandingkan dengan dengan tekanan darah kurang 140
mmHg. Akan tetapi pada penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali
daripada normotensi.5,6

3. 1.2. Epidemiologi Hipertensi


Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi usia
lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah, di
mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik
sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu, laju
pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam dekade terakhir
tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar) dan pengendalian tekanan

7
8

darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.Pada Negara
Berkembang seperti Indonesia sendiri hipertensi merupakan masalah kesehatan
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8% sesuai dengan data Riskesdas
2013.3,5

3.1.3. Klasifikasi Hipertensi


Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi esensial/ primer dan hipertensi sekunder.Hipertensi esensial/primer adalah
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut sebagai hipertensi
esensial.Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi karena ada
suatu penyakit yang melatarbelakanginya.
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,
hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.7
Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi Tekanan TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Darah
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan darah


menjadi hipertensi, yang tekanan darahnya 130-139/80-89 mmHg sepanjang
hidupnya memiliki 2 kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit
kardiovaskuler daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.6,7
9

Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik > 140
mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler daripada tekanan darah diastolik.
 Risiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg,
meningkat 2 kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg.
 Risiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan independen
dari faktor risiko lainnya.5,7

3.1.4. Patofisiologi Hipertensi


Tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan oleh
interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan dan demografik yang mempengaruhi
dua variabel hemodinamik: curah jantung dan resistansi perifer. Total curah jantung
dipengaruhi oleh volume darah, sementara volume darah sangat bergantung pada
homeostasis natrium. Resistansi perifer total terutama ditentukan di tingkat arteriol
dan bergantung pada efek pengaruh saraf dan hormon. Tonus vaskular normal
mencerminkan keseimbangan antara pengaruh vasokontriksi humoral (termasuk
angiotensin II dan katekolamin) dan vasodilator (termasuk kinin, prostaglandin, dan
oksida nitrat).Resistensi pembuluh juga memperlihatkan autoregulasi; peningkatan
aliran darah memicu vasokonstriksi agar tidak terjadi hiperperfusi jaringan. Faktor
lokal lain seperti pH dan hipoksia, serta interaksi saraf (sistem adrenergik α- dan β-),
mungkin penting. Ginjal berperan penting dalam pengendalian tekanan darah,
melalui sistem renin-angiotensin, ginjal mempengaruhi resistensi perifer dan
homeostasis natrium.Angiontensin II meningkatkan tekanan darah dengan
meningkatkan resitensi perifer (efek langsung pada sel otot polos vaskular) dan
volume darah (stimulasi sekresi aldosteron, peningkatan reabsorbsi natrium dalam
tubulus distal).Ginjal juga mengasilkan berbagai zat vasodepresor atau antihipertensi
yang mungkin melawan efek vasopresor angiotensin. Bila volime darah berkurang,
laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate) turun sehingga terjadi
10

peningkatan reabsorbsi natrium oleh tubulus proksimal sehingga natrium ditahan dan
volume darah meningkat.5,6
Sembilan puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik (hipertensi
esensial).Beberapa faktor diduga berperan dalam defek primer pada hipertensi
esensial, dan mencakup, baik pengaruh genetik maupun lingkungan.Penurunan
ekskresi natrium pada tekanan arteri normal mungkin merupakan peristiwa awal
dalam hipertensi esensial.Penurunan ekskresi natrium kemudian dapat menyebabkan
meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi perifer sehingga
tekanan darah meningkat.Pada keadaan tekanan darah yang lebih banyak natrium
untuk mengimbangi asupan dan mencegah retensi cairan. Oleh karena itu, ekskresi
natrium akan berubah, tetapi tetap steady state (“penyetelan ulang natriuresis
tekanan”). Namun, hal ini menyebabkan peningkatan stabil tekanan darah.Hipotesis
alternatif menyarankan bahwa pengaruh vasokonstriktif (faktor yang memicu
perubahan struktural langsung di dinding pembuluh sehingga resistensi perifer
meningkat) merupakan penyebab primer hipertensi.Selain itu, pengaruh
vasikonstriktif yang kronis atau berulang dapat menyebabkan penebalan struktural
pembuluh resistensi. Faktor lingkungan mungkin memodifikasi ekspresi gen pada
peningkatan tekanan. Stres, kegemukan, merokok, aktifitas fisik berkurang, dan
konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam
hipertensi.5,6
11

Gambar 3.1 Patofisiologi Hipertensi8

3.1.5. Faktor-faktor Penyebab Hipertensi


1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
a. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang
semakin besar risiko terserang hipertensi.Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia
lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas
umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan
tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya
meningkat ketika 50an dan 60an.
Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.
Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering
12

dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila
tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur.Hal ini
disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan
hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa
memicu terjadinya hipertensi.5
b. Riwayat Keluarga
Orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi
lebih sering menderita hipertensi.Riwayat keluarga dekat yang menderita
hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi
terutama pada hipertensi primer.Keluarga yang memiliki hipertensi dan
penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua
orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan
penyakit tersebut 60%.5
c. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya
akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-
50 tahun akan timbul tanda dan gejala.5,6

2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol


a. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi.Hubungan antara rokok
dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.Selain
dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap perhari.Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali
lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok.
13

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang


diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi.9
b. Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi.Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap
hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan
garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-
20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3
gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan
asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan
110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.5,8
c. Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan
darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan
yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh
secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain
yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.5

d. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol


14

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi.Peminum alkohol berat


cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum
diketahui secara pasti.Orangorang yang minum alkohol terlalu sering atau
yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu
yang tidak minum atau minum sedikit.Mekanisme peningkatan tekanan
darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar
kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
merah berperan dalam menaikkan tekanan darah.5,6
e. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi lemak.Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung
dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air.
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.9
f. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan.Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap
15

kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri.9
g. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun
akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat
dipastikan.9

3.1.6. Manifestasi Klinis Hipertensi


Secara umum, hipertensi tidak bergejala. Namun beberapa tanda dan gejala
dapat terjadi pada pasien hipertensi, yaitu:
 Peningkatan tekanan darah pada pembacaan setidaknya dua kali berturut-
turut setelah penyaringan awal
 Nyeri kepala oksipital (kemungkinan memburuk pada di pagi hari sebagai
akibat dari peningkatan tekanan intrakranial); mual dan muntah juga dapat
terjadi
 Epistaksis yang mungkin karena keterlibatan vaskular
 Bruits (yang dapat didengar melalui aorta perut atau karotis, arteri ginjal,
dan femoralis) disebabkan oleh stenosis atau aneurisma
 Pusing, kebingungan, dan kelelahan yang disebabkan oleh perfusi jaringan
menurun karena vasokonstriksi pembuluh darah
 Penglihatan kabur sebagai akibat dari kerusakan retina
 Nokturia disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke ginjal dan
peningkatan filtrasi glomerular
 Edema yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler.
Jika hipertensi sekunder ada, tanda-tanda dan gejala lain yang timbul
kemungkinan berhubungan dengan penyebabnya. Misalnya, Cushing sindrom dapat
16

menyebabkan obesitas dan striae trunkal berwarna ungu, sedangkan pasien dengan
pheochromocytoma dapat timbul sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat, dan
keringat berlimpah.8

3.1.7. Komplikasi Hipertensi


Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah
untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika penyakit
ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi sebagai
berikut :
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan
transient iskemik.Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan
stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau
embolisasidari jantung dan arteri besar.Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan
(haemorrhage), yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat
tinggi. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan darah sebesar 5
mmHg menurunkan resiko terjadinya stroke.5,6,8
2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko
terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian
mendadak). Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif
menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam
kali lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada penderita tanpa riwayat
hipertensi.5,8
3. Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit
vaskular perifer.Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang
diperbesar oleh hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi
17

atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat


seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.8
4. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang disebut
retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal falmshaped
haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan
yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg
atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol-arteriol kedalam retina,
sehingga menyebabkan padangan kabur.8
5. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi.Dalam
waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal,
kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal
kecil.Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh
proteinuria. Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah
secara efektif.8

3.1.8.Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan
darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk
pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American Heart
Association (AHA) merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu
140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit
arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien
dengan gagal jantung. Sedangkan menurut National Kidney Foundation (NKF),
target tekanan darah yang harus dicapai adalah 130/80 mmHg untuk pasien dengan
penyakit ginjal kronik dan diabetes, dan < 125/75 mmHg untuk pasien dengan > 1 g
proteinuria.6,7
18

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum


penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang
sedang dalam terapi obat.Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan
nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian
penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting
diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi.8
Tabel 3.2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Penurunan
potensial TD
sistolik
Diet natrium Membatasi diet natrium tidak lebih 2-8 mmHg
dari 2400 mg/hari atau 100 meq/hari
Penurunan Berat Menjaga berat badan normal; BMI = 5-20 mmHg per 10
Badan 18,5-24,9 kg/ kg penururnan berat
badan
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara teratur, 4-9 mmHg
bertujuan untuk melakukan aerobik
30 menit
Latihan sehari-hari dalam seminggu.
Disarankan pasien berjalan-jalan 1
mil per hari di atas tingkat aktivitas
saat ini
Diet DASH Diet yang kaya akan buah-buahan, 4-14 mmHg
sayuran, dan mengurangi jumlah
lemak jenuh dan total
Membatasi Pria ≤2 minum per hari, wanita ≤1 2-4 mmHg
konsumsi alkohol minum per hari
19

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang


dianjurkan oleh JNC 7:
a. Diuretic, terutama jenis Thiazide (Thiaz) Aldosteron Antagonist (Ald Ant)
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium channel blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor angiotensint/ blocker
(ARB).7
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai
terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada
tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu
jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian darah belum mencapai target, maka
langkah selanjutnya adalah meningkatnya dosis obat tertentu, atau berpindah ke
antihipertensi lain dengan rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan
menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien
memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah,
tetapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan
pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah. 7,8Kombinasi yang telah
terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :
a. Diuretika dan ACEI atau ARB
b. CCB dan BB
c. CCB dan ACEI atau ARB
d. CCB dan diuretika
e. AB dan BB7
20

Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu


dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu
hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung secara keseluruhan.Pada
penderita hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan
tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis
yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet
yang efektif menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, mengurangi
asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi konsumsi alkohol, dan pola
diet yang sehat secara keseluruhan.5,6

3.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan angka Kejadian Hipertensi


Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan bisa
diperoleh secara alami maupun secara terencana, yaitu melalui proses pendidikan.
Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku.10
Pengukuran pengetahuan dilakukan menggunakan kuesioner dengan
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. Kedalaman
pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan
pengetahuan.10
Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk dapat
mengatasi kekambuhan atau melakukan upaya pencegahan agar tidak terjadi
komplikasi. Upaya pencegahan terhadap pasien hipertensi bisa dilakukan melalui
mempertahankan berat badan, menurunkan kadar kolesterol, mengurangi konsumsi
garam, diet tinggi serat, mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran serta menjalankan
hidup secara sehat.10

Anda mungkin juga menyukai