TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Hipertensi
3.1.1. Definisi
Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang secara luas
dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan meningkatnya
tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat meningkatkan faktor risiko
munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal. Salah satu studi menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi
maka lima kali lebih besar kemungkinannya terkena stroke.5,6
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke
merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang sangat
luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya.Hipertensi sistolik dan
distolik terbukti berpengaruh pada stroke. Dikemukakan bahwa penderita dengan
tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
terjadinya infark otak dibanding dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg,
sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga kali
terserang stroke iskemik dibandingkan dengan dengan tekanan darah kurang 140
mmHg. Akan tetapi pada penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali
daripada normotensi.5,6
7
8
darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.Pada Negara
Berkembang seperti Indonesia sendiri hipertensi merupakan masalah kesehatan
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8% sesuai dengan data Riskesdas
2013.3,5
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik > 140
mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler daripada tekanan darah diastolik.
Risiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg,
meningkat 2 kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg.
Risiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan independen
dari faktor risiko lainnya.5,7
peningkatan reabsorbsi natrium oleh tubulus proksimal sehingga natrium ditahan dan
volume darah meningkat.5,6
Sembilan puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik (hipertensi
esensial).Beberapa faktor diduga berperan dalam defek primer pada hipertensi
esensial, dan mencakup, baik pengaruh genetik maupun lingkungan.Penurunan
ekskresi natrium pada tekanan arteri normal mungkin merupakan peristiwa awal
dalam hipertensi esensial.Penurunan ekskresi natrium kemudian dapat menyebabkan
meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi perifer sehingga
tekanan darah meningkat.Pada keadaan tekanan darah yang lebih banyak natrium
untuk mengimbangi asupan dan mencegah retensi cairan. Oleh karena itu, ekskresi
natrium akan berubah, tetapi tetap steady state (“penyetelan ulang natriuresis
tekanan”). Namun, hal ini menyebabkan peningkatan stabil tekanan darah.Hipotesis
alternatif menyarankan bahwa pengaruh vasokonstriktif (faktor yang memicu
perubahan struktural langsung di dinding pembuluh sehingga resistensi perifer
meningkat) merupakan penyebab primer hipertensi.Selain itu, pengaruh
vasikonstriktif yang kronis atau berulang dapat menyebabkan penebalan struktural
pembuluh resistensi. Faktor lingkungan mungkin memodifikasi ekspresi gen pada
peningkatan tekanan. Stres, kegemukan, merokok, aktifitas fisik berkurang, dan
konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam
hipertensi.5,6
11
dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila
tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur.Hal ini
disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan
hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa
memicu terjadinya hipertensi.5
b. Riwayat Keluarga
Orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi
lebih sering menderita hipertensi.Riwayat keluarga dekat yang menderita
hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi
terutama pada hipertensi primer.Keluarga yang memiliki hipertensi dan
penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua
orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan
penyakit tersebut 60%.5
c. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya
akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-
50 tahun akan timbul tanda dan gejala.5,6
kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri.9
g. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun
akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat
dipastikan.9
menyebabkan obesitas dan striae trunkal berwarna ungu, sedangkan pasien dengan
pheochromocytoma dapat timbul sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat, dan
keringat berlimpah.8
3.1.8.Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan
darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk
pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American Heart
Association (AHA) merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu
140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit
arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien
dengan gagal jantung. Sedangkan menurut National Kidney Foundation (NKF),
target tekanan darah yang harus dicapai adalah 130/80 mmHg untuk pasien dengan
penyakit ginjal kronik dan diabetes, dan < 125/75 mmHg untuk pasien dengan > 1 g
proteinuria.6,7
18