Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan masalah kesehatan di
dunia yang sangat penting dikarenakan angka kejadiannya yang tinggi.
Prevalensi tekanan darah tinggi meningkat seiring dengan peningkatan usia.
Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup,
menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit
jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain.
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan
darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga
timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak
pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan
pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi
pada otot jantung). Selain penyakit-penyakit tersebut, hipertensi dapat pula
menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain, diabetes mellitus dan
lain-lain. Penderita hipertensi sangat heterogen, hal ini membuktikan bahwa
hipertensi bagaikan mozaik, diderita oleh orang banyak dan datang dari
berbagai sub-kelompok berisiko di dalam masyarakat.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti neurotransmitter, hormon, dan genetik, maupun yang bersifat
eksogen, seperti rokok, nutrisi, stresor dan lain-lain. Di seluruh dunia,
hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius. Di samping karena
prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan
datang, juga karena tingkat keganasan penyakit yang diakibatkan sangat
tinggi seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan lain-lain, juga
menimbulkan kecacatan permanen dan kematian mendadak.
Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai
the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita
hipertensi.5 Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target
organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal,
serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit
hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih
besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestiveheart failure, dan 3
kali lebih besar terkena serangan jantung.
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH),
saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. 7 dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat.
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei
Kesehatan RumahTangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun
2004. Kelompok Kerja Serebro kardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun
1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%, dan MONICA Jakarta
tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%.
Sementara untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi
sebesar 38,7%.
Masalah yang sering ditemukan di masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan pasien mengenai terapi farmakologi yang harus rutin
dikomsumsi, selain itu penyakit penyerta yang perlu untuk diperhatikan serta
perubahan pola hidup sehat seperti diet rendah garam dan kolesterol dan olah
raga yang teratur sebagai terapi non-farmakologi.

1.2 Rumusan Masalah


Meningkatnya prevalensi hipertensi merupakan masalah kesehatan
masyarakat, meskipun hipertensi dikategorikan penyakit tidak menular
namun memiliki morbiditas dan mortalitas yang cukup bermakna.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dikemukakan masalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah kejadian hipertensi pada pasien Puskesmas Kolok Periode
bulan Mei – September 2015?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui angka kejadian hipertensi pada pasien Puskesmas
Kolok Periode bulan Mei – September 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui angka kejadian hipertensi berdasarkan Pengobatan
Dasar yang dilakukan di Poliklinik Umum Puskesmas Kolok
b. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien faktor-faktor risiko penyakit
hipertensi
c. Untuk meningkatkan kesadaran pasien tentang pengobatan hipertensi
yang harus rutin baik non-farmakologi maupun farmakologi

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi instansi (Puskesmas)
Sebagai bahan informasi bagi Puskesmas dalam penyusunan strategi serta
pelaksanaan program pencegahan Hipertensi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan puskesmas.
1.4.2 Manfaat bagi pasien
 Sebagai bahan informasi bagi pasien tentang penyakit hipertensi
sehingga pasien akan lebih sadar untuk melakukan pemeriksaan tekanan
darah dan pengobatan secara rutin
 Sebagai bahan informasi bagi pasien untuk melakukan perubahan gaya
hidup dan pola makan sebagai penanganan non-farmakologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan pada
Negara berkembang. Secara umum, hipertensi tidak bergejala, mudah
dideteksi, biasanya mudah diobati dan sering menyebabkan komplikasi
kematian bila tidak ditangani. Sebagai hasil dari program pendidikan yang
luas pada akhir tahun 1960 dan 1970-an baik oleh lembaga swasta maupun
pemerintah, jumlah pasien terdiagnosis dan / atau tidak diobati berkurang
secara signifikan pada akhir 1980-an ke level 25% dengan seiring penurunan
mortalitas kardiovaskular. Sayangnya, pertengahan 1990-an, tren
menguntungkan ini mulai berubah. Jumlah pasien terdiagnosis dengan
hipertensi meningkat menjadi hampir 33%, penurunan angka kematian
kardiovaskular cenderung statis, dan jumlah individu dengan penyakit kronis
dengan hipertensi yang tidak diobati atau pengobatannya buruk cenderung
meningkat.1
Misalnya, prevalensi penyebab hipertensi seperti penyakit gagal ginjal
stadium akhir per juta penduduk meningkat dari 100 pada tahun 1982
menjadi 250 pada tahun 1995, dan prevalensi gagal jantung kongestif dari
usia 55 sampai 75 lebih dari dua kali lipat antara 1976-1980 dan 1988 sampai
1991. Jadi, meskipun pengetahuan mengenai patofisiologi hipertensi
meningkat, akan tetapi prevalensi kasus penyebab hipertensi masih sekitar 90
sampai 95% (yang berpotensi pencegahan atau penyembuhan). Akibatnya,
dalam banyak kasus hipertensi diobati secara nonspesifik, sehingga sejumlah
besar efek samping ringan dan relatif. tingginya tingkat ketidakpatuhan (50
sampai 60%).1
2.2 Definisi
Saat ini untuk orang dewasa, hipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih tinggi dan
atau peningkatan tekanan darah diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih
tinggi. Hipertensi dibagi menjadi dua tingkatan baik bersadarkan sistolik
maupun diastolik darah (Tabel 1). Tekanan darah sistolik antara 120 dan
139mm Hg atau tekanan darah diastolik antara 80 dan 89 mm Hg
dikategorikan prehipertensi. Orang dengan prehipertensi memiliki
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan perkembangan hipertensi dari
waktu ke waktu dibandingkan dengan orang dengan tekanan darah normal.2

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah pada Pasien Dewasa dengan


Usia 18 tahun dan lebih.2*

*Tanpa mengkonsumsi obat antihipertensi dan tidak akut. ketika tekanan darah sistolik dan diastolik
masuk ke dalam kategori yang berbeda maka katergori yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi
Kategori harus dipilih untuk mengklasifikasikan tekanan darah seseorang

status. Hipertensi sistolik terisolasi merupakan masalah yang banyak


ditemukan pasien orang dengan usia lebih dari 55 tahun. Definisi hipertensi
sistolik terisolasi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik
140mmHg aatau lebih dan tekanan darah diastolic kurang dari 90 mmHg.
Penyebab sekunder dari dari kelainan ini dihubungkan dengan adanya
peningkatan curah jantung atau Cardiac output (anemia, tirotoksikosis,
fistula arteriovenous, Penyakit Paget pada tulang dan beriberi) atau
peningkatan volume sekuncup atau stroke volume (insufisiensi aorta dan blok
jantung total). 2
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang menjadi semakin
penting. Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur ke titik
di mana lebih dari setengah dari orang usia 60-69 tahun dan sekitar tiga-
perempat dari mereka 70 tahun dan lebih tua. Peningkatan terutama tekanan
darah sistolik bertanggung jawab dalam meningkatkan insiden dan prevalensi
hipertensi sejalan dengan pertambahan usia.3
Studi Jantung Framingham baru-baru ini menjelaskan risiko seumur
hidup hipertensi mencapai sekitar 90 persen untuk pria dan wanita yang tidak
hipertensi pada usia 55 atau 65 tahun dan selamat sampai usia 80-85. Bahkan
setelah disesuaikan dengan persaingan angka kematian, risiko seumur hidup
sisa hipertensi adalah 86-90 persen pada wanita dan 81-83 persen pada pria 3
2.3 Epidemiologi
Tekanan darah meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Tekanan
darah sistolik meningkat sepanjang hidup, tetapi tekanan darah diastolik
cenderung stabil pada usia dekade kelima. Dengan demikian, baik insiden
dan prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia, dan
hipertensi sistolik terisolasi menjadi subtipe yang paling umum pada orang
tua. Untuk orang setengah baya dengan tekanan darah normal yang hidup
sampai usia 85 tahun, masa residual risiko mengembangkan hipertensi adalah
90%.2
Selain usia, faktor-faktor lain yang terkait dengan peningkatan risiko
hipertensi yang tidak dapat diubah (nonreversible) termasuk ras Afrika
Amerika atau memiliki riwayat keluarga hipertensi. Faktor yang dapat diubah
(reversible) termasuk memiliki tekanan darah dalam rentang prehipertensi,
kelebihan berat badan, memiliki gaya hidup yang kurang gerak, diet
mengkomsumsi tinggi natrium- rendah kaliu, asupan alkohol yang berlebih,
atau memiliki sindrom metabolik. Sindrom metabolik didefinisikan oleh
adanya tiga atau lebih dari kondisi berikut: obesitas perut (lingkar pinggang>
40 inci pada pria atau> 35 inci pada wanita), toleransi glukosa oral (glukosa
puasa ≥ 110 mg / dL), tekanan darah 130/85 mm Hg atau lebih tinggi,
meningkatkan tingkat plasma trigliserida (≥ 150 mg / dL), atau rendah high-
density lipoprotein (HDL) kolesterol (<40 mg / dL pada pria atau <50 mg /
dL pada wanita). Hal ini diduga bahwa resistensi insulin mungkin menjadi
faktor pathophysiologik yang mendasari untuk sindrom metabolik.
Memperbaiki faktor reversibel dapat menurunkan tekanan darah dan
mencegah perkembangan dari hipertensi.2
Dalam usia dewasa muda dan usia pertengahan awal, hipertensi lebih
umum pada pria dibandingkan pada wanita. Pada orang yang lebih tua dari 60
tahun, sebaliknya adalah hipertensi lebih umum pada wanita dibandingkan
pada pria. Hipertensi lebih umum di ras Afrika Amerika daripada ras kulit
putih di segala usia, dan di kedua ras itu lebih umum di ekonomi yang
menengah ke bawah.2
Prevalensi hipertensi tergantung antara komposisi ras pada populasi
yang diteliti dan kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan kondisi.
Dalam populasi suburban kulit putih seperti dalam penelitian Framingham,
hampir seperlima dari individu memiliki tekanan darah 160/95 mmHg,
sementara setengahnya memiliki tekanan darah 140/90 mmHg. Prevalensi
yang lebih tinggi telah didokumentasikan dalam penduduk kulit putih. Pada
perempuan prevalensi berkaitan erat dengan usia, dengan peningkatan yang
substansial terjadi setelah usia 50. Peningkatan ini diduga berkaitan dengan
perubahan hormonal saat menopause, meskipun mekanismenya belum
diketahui dengan jelas. Dengan demikian, rasio frekuensi hipertensi pada
wanita dibandingkan pria meningkat 0,6-0,7 pada usia 30 hingga 1,1-1,2 pada
usia 65.1
Data dari The National Health and Nutrition Survey (NHANES) telah
menunjukkan bahwa 50 juta atau lebih orang Amerika menderita hipertensi
yang menjalani beberapa bentuk pengobatan.1,2 Seluruh Dunia estimasi
prevalensi untuk hipertensi diperkirakan sebanyak 1 miliar orang, dan sekitar
7,1 juta kematian per tahun mungkin disebabkan hipertensi. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa tekanan darah suboptimal
(tekanan darah sistolik > 115 mmHg) bertanggung jawab atas 62 persen dari
penyakit serebrovaskular dan 49 persen dari penyakit jantung iskemik (IHD),
dengan sedikit variasi berdasarkan jenis kelamin. Selain itu, tekanan darah
suboptimal tersebut merupakan faktor risiko nomor satu kematian di dunia.3.
Untuk orang-orang dengan hipertensi, kematian yang paling sering
disebabkan oleh komplikasi dari penyakit arteri koroner. Faktor-faktor yang
menambah risiko ini adalah penggunaan tembakau, hiperlipidemia, diabetes
mellitus, obesitas, gaya hidup yang kurang gerak, sindrom metabolik, jenis
kelamin (laki-laki dan pascamenopause pada perempuan), usia lebih tua dari
60 tahun, dan riwayat keluarga penyakit kardiovaskular premature (wanita
<65 tahun, laki-laki <55 tahun). Adanya kerusakan organ target (stroke,
hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung iskemik, gagal jantung kongestif,
penyakit ginjal, retinopati, penyakit pembuluh darah perifer, dan demensia)
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular peristiwa ini berlanjut bahkan
jika tekanan darah telah dikontrol. Fakta ini berpendapat untuk identifikasi
dini dan pengobatan yang tepat hipertensi untuk menghindari perkembangan
cedera organ target.2

2.4 Penyebab
Sebagian besar (80-90%) dari pasien dengan hipertensi memiliki
peningkatan tekanan darah primer, yaitu hipertensi esensial yang tidak
diketahui penyebabnya.4
a. Hipertensi Esensial/ Hipertensi Primer 4
Hipertensi esensial memiliki etiologi multifaktorial.
a. Faktor genetik
Tekanan darah anak dalam sebuah keluarga cenderung meningkat
apabila orang tuanya mengalami hipertensi,dibandingkan dengan
anak tanpa riwayat orang tua hipertensi. Hal ini menunjukkan
tendensi faktor risiko genetik dalam penyebab hipertensi, meskipun
sebagian, adanya pengaruh lingkungan secara bersama. Namun,
sebagian besar faktor genetik bertanggung jawab atas kejadian
hipertensi dalam sebuah keluarga.
b. Janin faktor
Berat badan lahir rendah dikaitkan dengan hipertensi. Hubungan
ini mungkin karena adaptasi janin intrauterin abikbat kekurangan
gizi dengan perubahan jangka panjang dalam darah Kapal struktur
atau fungsi penting sisstem hormonal.
c. Faktor-faktor lingkungan
Di antara beberapa faktor lingkungan yang telah diduga berperan,
berikut ini tampaknya menjadi yang paling signifikan:
(a) Obesitas. Orang gemuk memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi dibandingkan orang kurus. Ada resiko, yang cenderung
lebih tinggi jika tekanan darah diukur dengan manset kecil.
Sesuaikan ukuran maset dengan lingkar lengan. Gangguan
pernafasan saat tidur yang bersamaan ditemukan pada pasien
obesitas merupakan faktor risiko tambahan.
(b) Asupan. Kebanyakan penelitian telah menunjukkan hubungan
yang erat antara konsumsi alkohol dan hipertensi. Namun,
subyek yang mengonsumsi sejumlah kecil alkohol tampaknya
memiliki tingkat tekanan darah yang lebih rendah daripada
mereka yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak.
(c) Asupan Garam. Asupan Garam yang tinggi telah disarankan
untuk menjadi penentu utama dari perbedaan tekanan darah
dalam populasi di seluruh dunia. Populasi dengan asupan
natrium lebih tinggi memiliki tekana darah rata-rata lebih tinggi
dibandingkan dengan asupan natrium rendah. Migrasi dari
pedesaan ke lingkungan perkotaan dikaitkan dengan
peningkatan tekanan darah yang sebagian terkait dengan
jumlah garam dalam diet. Studi tentang pembatasan asupan
garam telah menunjukkan efek yang menguntungkan pada
tekanan darah pada pasien hipertensi. Sejumlah bukti telah
menjelaskan komsumsi tinggi kalium dapat melawan efek
asupan kadar garam yang tinggi.
(d) Stres. Nyeri akut atau stress dapat meningkatkan tekanan darah.
Namun hubungan antaran nyeri kronik dan peningkatan
tekanan darah belum dapat dijelaskan dengan pasti.
d. Mekanisme Hormonal
e. Adanya sistem saraf otonom maupun Renin-angiotensis, peptide
nautriuetik dan sistem kalikrein-kinin memainkan peran dalam
regulasi perubahan tekanan darah jangka pendek dan telah
dikaitkan dalam patogenesis hipertensi. Penurunan renin,
saltsensitive, hipertensi esensial yang terjadi pada pasien yang
mengalami retensi garam dan air dapat dijelaskan.
f. Resistensi Insulin
Hubungan antara diabetes dan hipertensi telah lama telah diakui
dan sebuah sindrom telah dijelaskan dari adanya hiperinsulinemia,
intoleransi glukosa, penurunan tingkat kolesterol HDL,
hipertrigliseridemia dan obesitas sentral (semua yang berhubungan
dengan resistensi insulin) dalam hubungan dengan hipertensi.
Hubungan ini (juga disebut sindrom metabolik) merupakan faktor
risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.
b. Hipertensi Sekunder 4
Hipertensi sekunder adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah akibat dari penyakit spesifik dan berpotensi dapat diobati. Bentuk-
bentuk dari penyeba hipertensi sekunder seperti yang ada di bawah ini:
a. Penyakit Ginjal
Sekitar 80% pasien penyakit ginjal mengalami hipertensi.
Penyebab yang palig sering adalah:
- Nefropati diabetik
- Glomerulonefritis Kronik
- Penyakit Polikistik pada dewasa
- Nefritis tubulointestinal Kronik
- Penyakit renovaskuler.

Hipertensi itu sendiri dapat menyebabkan atau memperburuk


penyakit ginjal. Mekanisme peningkatan tekanan darah ini akibat
retensi garam dan air, meskipun dapat pula ditemukan
ketidaksesuaian peningkatan level plasma rennin.

b. Penyakit Endokrin
- Sindrom Conn
- Adrenalhiperplasia
- Pheochromasitoma
- Sindrom Cushing
- Acromegali
c. Penyakit kardiovaskular Kongenital
Penyebab yang paling sering adalah coartasio aorta.
d. Obat-obatan
Banyak obat telah terbukti menyebabkan atau memperburuk
hipertensi, atau mengganggu respon terhadap beberapa agen
antihipertensi: NSAID, kontrasepsi oral, steroid, carbenoxolone,
akar manis, simpatomimetik dan vasopressin. Pasien yang
memakai monoamine oxidase inhibitors yang mengkonsumsi
makanan yang mengandung tyramin dapat mengembangkan
paroksismal hipertensi berat.
e. Kehamilan
Curah jantung meningkat pada kehamilan tetapi, karena relatif
besarnya penurunan resistensi perifer, tekanan darah pada ibu
hamil perempuan biasanya lebih rendah dari pada mereka yang
tidak hamil. Hipertensi dicatat dalam 8-10% dari kehamilan; bila
terdeteksi pada trimester pertama kehamilan atau bertahan setelah
melahirkan, biasanya karena sudah ada hipertensi esensial
sebelumnya. Hipertensi yang muncul pada paruh kedua kehamilan
atau 'hipertensi yang dicetuskan oleh kehamilan’ biasanya sembuh
setelah melahirkan. Ketika tekanan darah meningkat terhadap
pengobatan> 160/110 mmHg dibenarkan untuk diobati. Pre-
eklampsia adalah sindrom yang terdiri dari kehamilan yang
diinduksi hipertensi dengan proteinuria. penyebab primer tidak
diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan melibatkan gangguan
sirkulasi uteroplasenta dan mengakibatkan pembatasan
pertumbuhan intrauterin. Hipertensi pada kehamilan, bersama
dengan emboli paru, adalah penyebab kematian ibu yang paling
umum, dengan kejadian 10 per 1 juta kehamilan. Selain itu,
penting kondisi eklampsia, yang berhubungan dengan berat
hipertensi, pada akhirnya dapat menyebabkan kejang-kejang,
gangguan edema otak dan paru, penyakit kuning, kelainan
pembekuan dan kematian janin.
2.5 Patomekanisme
Tekanan darah arteri adalah hasil dari resistensi perifer totoal dan curah
jantung. Curah jantung dapat meningkat dengan meningkatnya denyut
jantung atau volume sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer meningkat
oleh faktor-faktor yang meningkatkan viskositas darah atau vasokontriksi
lumen pembuluh darah, terutama arteriol.5
Beberapa teori yang menjelaskan perkembangan hipertensi, termasuk: 5

 Perubahan dalam penampang arteriolar menyebabkan peningkatan


resistensi pembuluh darah perifer
 Abnormalitas peningkatan tonus dalam sistem saraf simpatik yang berasal
dari pusat-pusat sistem vasomotor, menyebabkan resistensi pembuluh
darah perifer meningkat
 Peningkatan volume darah akibat disfungsi ginjal atau hormonal
 Peningkatan penebalan arteriolar disebabkan oleh faktor genetik, yang
menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer
 Pelepasan rennin yang abnormal, sehingga terbentuk angiotensin II, yang
mengkonstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.
Hipertensi yang berkepanjangan meningkatkan beban kerja jantung
sebagai perlawanan terhadap kenaikan ejeksi ventrikel kiri. Untuk
meningkatkan daya kontraktilitas, ventrikel kiri mengalami hipertrofi,
kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung meningkat. Dilatasi jantung dan
kegagalan dapat terjadi ketika hipertrofi tidak bisa lagi mempertahankan
curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis
koroner, jantung selanjutnya dapat dikompromikan oleh berkurangnya aliran
darah ke miokardium, sehingga timbullah angina atau infark miokard (MI).
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan pembuluh darah, yang
menyebabkan percepatan terjadinya aterosklerosis dan kerusakan organ
target, seperti cedera retina, gagal ginjal, stroke, dan aneurisma dan diseksi
aorta. 5

Patofisiologi hipertensi sekunder berhubungan dengan penyakit yang


mendasarinya. Sebagai contoh: 5
 Penyebab paling umum dari hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal
kronik. Kerusakan ginjal kronis akibat dari glomerulonefritis atau stenosis
arteri ginjal yang mengganggu ekskresi natrium, sistem renin-angiotensin-
aldosteron, atau perfusi ginjal, akhirnya menyebabkan tekanan darah
meningkat.
 Dalam sindrom Cushing, peningkatan kadar kortisol meningkatkan
tekanan darah dengan meningkatkan retensi natrium ginjal, meningkatkan
kadar angiotensin II, dan respon pembuluh darah terhadap norepinefrin.
 Dalam aldosteronisme primer, peningkatan volume intravaskular,
perubahan konsentrasi natrium dalam dinding pembuluh darah, atau sangat
 Tingginya kadar aldosteron menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan
resistensi perifer.
 Pheochromocytoma adalah tumor sel chromaffin medula adrenal yang
mengeluarkan epinephrine dan norepinephrine. Epinefrin meningkatkan
kontraktilitas dan ritme jantung, sedangkan norepinefrin meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer.
2.6 Klasifikasi
Tabel 2 menunjukkan klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa
usia 18 tahun dan lebih tua. Klasifikasi ini didasarkan pada rata-rata dua atau
lebih pengukuran, saat duduk, pembacaan tekanan darah dilakukan oleh
patugas kunjugan kedua atau lebih.3
Prehipertensi bukan kategori penyakit. Sebaliknya, prehipertensi adalah
sebutan yang dipilih untuk mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi
akan mengalami hipertensi, sehingga baik pasien dan dokter patut waspada
terhadap risiko ini dan terdorong untuk campur tangan dan mencegah atau
menunda perkembangan dari penyakit tersebut. Individu yang dikategorikan
prehipertensi belum dianjurkan untuk terapi obat oral berdasarkan tingkat
tekanan darah dan harus secara tegas dan jelas disarankan untuk
memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko berkembangnya hipertensi
di masa depan. Selain itu, individu dengan prehipertensi, yang juga menderita
diabetes atau penyakit ginjal, harus dipertimbangkan untuk terapi obat yang
sesuai jika modifikasi gaya hidup gagal untuk menurunkan tekanan darah
mereka menjadi 130/80 mmHg atau kurang.3

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Klasifikasi ini tidak membedakan individu hipertensi dengan ada atau


tidak adanya faktor resiko atau kerusakan target organ untuk membuat
rekomendasi pengobatan yang berbeda, JNC 7 menunjukkan bahwa semua
orang dengan hipertensi (stadium 1 dan 2) dapat diobati. Tujuan pengobatan
adalah untuk individu dengan hipertensi dan tidak ada kondisi lain yang
menyertai yaitu tekanan darah <140/90 mmHg. Tujuan untuk individu
dengan prehipertensi adalah untuk menurunkan tekanan darah ke tingkat
normal dengan perubahan gaya hidup, dan mencegah progresifitas kenaikan
tekanan darah dengan modifikasi gaya hidup yang disarankan.3

2.7 Tanda dan Gejala


secara umum, hipertensi tidak bergejala. Namun beberapa tanda dan
gejala dapat terjadi pada pasien hipertensi, yaitu:5
 Peningkatan tekanan darah pada pembacaan setidaknya dua kali
berturut-turut setelah penyaringan awal
 Nyeri kepala oksipital (kemungkinan memburuk pada di pagi hari
sebagai akibat dari peningkatan tekanan intrakranial); mual dan muntah
juga dapat terjadi
 Epistaksis yang mungkin karena keterlibatan vaskular
 Bruits (yang dapat didengar melalui aorta perut atau karotis, arteri ginjal,
dan femoralis) disebabkan oleh stenosis atau aneurisma
 Pusing, kebingungan, dan kelelahan yang disebabkan oleh perfusi
jaringan menurun karena vasokonstriksi pembuluh darah
 Penglihatan kabur sebagai akibat dari kerusakan retina
 Nokturia disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke ginjal dan
peningkatan filtrasi glomerular
 Edema yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler.
Jika hipertensi sekunder ada, tanda-tanda dan gejala lain yang timbul
kemungkinan berhubungan dengan penyebabnya. Misalnya, Cushing sindrom
dapat menyebabkan obesitas dan striae trunkal berwarna ungu, sedangkan
pasien dengan pheochromocytoma dapat timbul sakit kepala, mual, muntah,
palpitasi, pucat, dan keringat berlimpah.5
2.8 Diagnosis
Beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis:5
 Pengukuran tekanan darah yang berulang akan sangat bermamfaat
 Unrinalisis dapat menunjukkan adanya protein, sel darah merah atau sel
darah putih, pada penyakit ginjal: adanya katekolamin yang dihubungkan
dengan pheochromasitoma, atau glukosa yang menunjukkan adanya
dibetes.
 Pengujian laboratorium dapat mengungkapkan adanya peningkatan
nitrogen urea dan kadar kreatinin serum dari penyakit ginjal, atau
hipokalemia menunjukkan disfungsi adrenal (hiperaldosteronisme primer).
 Hitung darah lengkap dapat mengungkapkan penyebab hipertensi
misalnya polisitemia dan anemia.
 Excretory urography dapat mengungkapkan adanya atrofi ginjal yang
mengarah ke penyakit ginjal kronik. Satu ginjal lebih kecil dari ginjal
sebelahnya menunjukkan penyakit ginjal unilateral.
 Elektrocardiografi (EKG) dapat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel
kiri atau iskemik jantung.
 Foto X-ray dada dapat menunjukkan kardiomegali
 Echokardiografi dapat mengungkapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

2.9 Penatalaksanaan
Pasien dengan tekanan diastolik 90 mmHg atau tekanan sistolik 140
mmHg harus ditangani. Pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi (level 160
mmHg dengan tekanan diastolik 89 mmHg) harus juga diobati jika mereka di
atas usia 65 tahun. Pasien dengan hipertensi dengan tekanan darah yang
tidak stabil atau hipertensi sistolik terisolasi yang tidak diobati harus
memiliki tindak lanjut pemeriksaan rutin pada interval 6 bulan karena
hipertensi dapat menjadi progresif dan / atau berkelanjutan. Akhirnya, pasien
dengan penyakit vaskular aterosklerotik atau diabetes mellitus dan tekanan
darah diastolik antara 85 dan 90 mmHg juga harus menerima terapi
antihipertensi.1,2
Berapakah target penurunan tekanan darah yang semestinya?
Sebelumnya diasumsikan 140/90 mmHg adalah tingkat yang diinginkan. Hal
ini tampaknya masih wajar untuk pasien nondiabetes sejak studi Pengobatan
Optimal Hipertensi (HOT) tidak mendeteksi perbedaan yang signifikan
dalam risiko kardiovaskular antara pasien nondiabetes dirawat untuk tujuan
penurunan tekanan darah diastolic 90 mmHg dibandingkan 80 mmHg. 1,2
Sekitar kurang dari sepertiga dari pasien hipertensi di Amerika Serikat
diobati secara efektif. Jumlah kegagalan terhitung kecil terkait dengan obat
yang tidak merespom. Kebanyakan kegagalan akibat (1) gagal mendeteksi
hipertensi, (2) kegagalan institusi dalam pengobatan yang efektif pasien
hipertensi asimtomatik, dan (3) kegagalan hipertensi asimtomatik pasien
untuk mematuhi terapi. Untuk membantu mengatasi masalah selanjutnya,
pasien harus dididik untuk melanjutkan perawatan sekali untuk rejimen yang
efektif yang telah diidentifikasi. Efek samping dan ketidaknyamanan
pengobatan harus diminimalkan atau dihilangkan agar pasien dapat bekerja
sama. 1,2

a. Pengobatan Non-Farmakologi
Perubahan gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah dan harus
digalakkan untuk semua orang dengan prehipertensi. Modifikasi mungkin
cukup sebagai terapi awal untuk beberapa orang dengan hipertensi stadium
1. Perlu terapi tambahan bagi mereka dengan hipertensi yang lebih
parah.2,3

Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi atau The Dietary


Approach to Stop Hypertension (DASH) efektif dalam menurunkan
tekanan darah pada pasien dengan prehipertensi atau hipertensi tahap .
Rencana makan DASH meliputi mengkonsumsi diet kaya buah-buahan,
sayuran (kalium yang tinggi), dan produk susu rendah lemak (kalsium
tinggi) dengan pengurangan kandungan dari lemak total dan jenuh. 2,3
Prevalensi hipertensi lebih besar pada orang-orang yang
mengalami obesitas. Peningkatan tekanan darah sering seiring dengan
berat badan, dan uji klinis banyak telah mendokumentasikan efektivitas
penurunan berat badan untuk menurunkan tekanan darah. Pengurangan
berat badan ke dalam kisaran normal (indeks massa tubuh 18,5-24,9)
adalah tujuan yang diharapkan. 2,3
Pembatasan asupan natrium setiap hari menjadi100 mEq (2,4 g
natrium atau 6 gr garam) menurunkan tekanan darah pada sejumlah pasien
tapi tidak semua pasien hipertensi. Sensitivitas terhadap garam lebih
umum pada orang-orang ras African American, obesitas, atau orang tua
atau yang memiliki hipertensi rendah renin, tingkat tekanan darah yang
lebih tinggi, atau penyakit ginjal kronik, efek antihipertensi dari banyak
obat yang ditingkatkan oleh pembatasan natrium. Juga, pembatasan
natrium meminimalkan kehilangan kalium yang menginduksi diuresis. 2,3
Latihan aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah
secara langsung dan secara tidak langsung dengan memfasilitasi
penurunan berat badan. Setidaknya 30 menit sehari-hari aktivitas aerobik,
seperti berjalan, harus digalakkan. 2,3
Pembatasan asupan alkohol setiap hari ]kurang dari 1 oz (30 ml)
dari etanol (<0.5 oz untuk perempuan atau laki-laki ringan) sering
dikaitkan dengan penurunan tekanan darah. Alkohol adalah sumber kalori,
dan penggunaannya sering dikaitkan dengan buruknya kepatuhan dengan
terapinantihipertensi. Asupan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan
hipertensi yang tidak stabil yang sulit untuk mengontrol dalam hubungan
dengan gejala lain (pembilasan dan takikardia) yang merujuk pada
penyakit pheochromocytoma. 2,3
Karena komplikasi dari penyakit arteri koroner yang paling umum
penyebab kematian pada orang hipertensi, semua risiko untuk penyakit
kardiovaskular harus ditangani. Manfaat penurunan tekanan darah
dikurangi pada perokok. Komponen sindrom metabolik hidup
berdampingan lebih sering pada orang hipertensi dibandingkan orang
normotensi. Pengobatan sindrom metabolik menurunkan risiko penyakit
jantung dan hipertensi yang sedang berkembang. Ini mencakup instruksi
dalam diet rendah lemak, penurunan berat badan; dorongan berolahraga
secara teratur, dan penggunaan obat-obatan untuk menurunkan kadar
serum lipid, tekanan darah, dan sensitivitas insulin bila diperlukan. 2,3
b. Pengobatan Farmakologi
Dalam lebih dari 50% dari orang dengan tahap 1 hipertensi,
tekanan darah dapat dikontrol dengan terapi obat tunggal. Faktor penting
untuk pertimbangkan ketika memilih obat untuk terapi awal adalah khasiat
sebagai monoterapi, rute eliminasi, interaksi obat, efek samping, dan
biaya. Pemilihan obat yang tepat adalah penting untuk menjaga kepatuhan
jangka panjang. 2,3
Pasien dengan hipertensi stadium 2, orang-orang dengan tekanan
darah awal lebih dari 20/10 mm Hg di atas batas, dan mereka ditargetkan
untuk menurunkan tekanan darah (penyakit ginjal kronis atau diabetes)
sering akan memerlukan dua atau lebih obat untuk mengontrol tekanan
darah. Pertimbangan terapi awal dengan kombinasi dua obat (salah
satunya adalah diuretik yang tepat untuk tingkat fungsi ginjal) harus
dipertimbangkan. 2,3
Pengobatan monoterapi meliputi diuretik tiazid, beta-bloker,
calcium channel blockers (CCB), ACE-inhibitors (ACEIs) dan Angiotensi
Receptor Blockers (ARBs). Kombinasi dosis rendah juga dapat digunakan
untuk terapi awal. Tiazid sebaiknya diberikan sebagai terapi awal pasien
hipertensi tanpa komplikasi yang tidak memiliki pilihan yang jelas untuk
jenis lain. 2,3
Obat kelas lain dipertimbangan untuk diberikan apabila diuretik
tidak efektif atau ada kontraindikasi atau dengan pengaturan obat lain
yang memiki alternative pada kondisi tertentu (misalnya ACEIs pada
pasien hipertensi dengan gagal jantung kongestif). Antagonis alfa yang
bekerja sentral (clonidin, methyldopa, guanabenz dan guanfacine) dan
vasodilator (hydralazine dan mnoxidil) dapat dipertimbangkan dalam
kondisi pseudotolasnsi. Pseudotoleransi adalah stimulasi reflex dari sistem
rennin-angiotensin-aldosteron atay sistem saraf simpatis yang
menyebabkan retensi cairan, peningkatan resistensi vascular, atau
peningkatan curah jantung dengan hilangnya kemanjuran dengan
penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu sejumlah obat tidak diberikan
sendiri. Obat efek sentral (-agonist cocok ketika diberikan dengan diuretic,
vasodilator paling baik diberikan sebagai obat ketiga dalam kombinasi
diuretic dan adrenergik inhibitor. Adapula obat yang lebih baik pada
sejumlah umur dan ras tertentu (diuretik dan CCB lebih efektif pada ras
Afro-Amerika dan pasien usia: beta-bloker , ACEI dan ARB lebih efektif
pada pasien kulit putih dan dan pasien yang lebih muda. Dengan terapi
kombinasi, memastikan obat bekerja kombinasi dan dua obat dari kelas
yang sama tidak boleh diberikan. Biasanya, salah satu obat kombinasi
adalah diuretik kelemahan dan impotensi. Impotensi merupakan efek
sampiang yang paling berpotensi pada semua obat anti hipertensi. 2,3
Dikenal ada 2 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan
untuk pengobatan awal hipertensi yang itu diuretic, beta-bloker, ACE-
inhbitor, ARB dan antagonis kalsium. Pada JNC-VII, penyekat reseptor
alfa adrenergik tidak dimasukkan dalam lini pertama.6

Berikut ini pembagian obat lini pertama hipertensi: 6


1. Diuretik
Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air
dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan
ekstraseluler. Penelitian-penelitian besar membuktikan bahwa efek
proteksi kardiovaskuler diuretic belum dikalahkan oleh obat lain
sehingga diuretic dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi
ringan dan sedang. Bahkan bila menggunakan kombinasi dua atau
lebih antihipertensi, maka salah satunya adalah diuretik. 6

Sampai sekarang diuretik golongan tiazid merupakan obat


utama dalam terapi hipertensi. Sebagian penelitian besar
membuktikan bahwa diuretik terbukti paling efektif dalam
menurunkan risiko kardiovaskuler. 6
Diuretik bekerja dengan menghambat transport bersama
Na-Cl di tubulus distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl-
meningkat.Beberapa obat golongan diuretic antara lain
hidroklorotiazid, bendroflumetiazid, klorotiazid dan diuretik lain
yang memiliki gugus aryl-sulfonamida. Pemberian 1x sehari. 6
2. Beta bloker
Beta-bloker bekerja dengan (1) menurunkan frekuensi
denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan
curah jantung, (2) hambatan sekresi rennin di sel jungstaglomeruler
ginjal dengan akibat penurunan kadar angiotensin II, (3) efek
sentral yang mempengaruhi aktivitas baroreseptor, perubahan
aktivitas neuron adrenergik perifer dan oeningkatan sintesis
prostasiklin. 6
Dari berbagai beta-bloker, atenolol merupakan obat yang
sering dipilih. Dosis lazim 50-100 mg per oral sehari. Metoprolol
diberikan dua kali sehari dengan dosis 50-100 mg. Labetolol
diberikan dua kali sehari maksimal 300 mg, dam karvedilol sekali
sehari maksimal 50 mg. 6
3. Angiotensin Converting Enzym (ACE) inhibitor dan Angiotensin
Reseptor Blocker (ARB)
ACE-inhibitor bekerja dengan menghambat perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi
dan penurunan sekresi aldosteron. Pada gagal jantung kongestif,
ACEI mengurangi beban jantung dan akan memperbaiki keadaan
pasien. 6
ACEI dibedakan atas dua kelompok yaitu: 1) yang bekerja
langsung, contohnya Captopril dosis 25-100 mg 2-3x sehari dan
lisinopril 10-40 mg 1x sehari. 2) Prodrug, contohnya enalapril,
kuinapril, perindopril, ramipril, silazapril, benazepril, fosinopril
dan lain-lain. 6
ARB bekerja dengan memblok reseptor AT 1 sehingga
terjadi vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis,
stimulasi jantung, efek renal serta efek jangka panjang berupa
hipertrofi otot polos pembuluh darah dan miokard. Obat ARB
seperti Losartan 25-100 mg 1-2x sehari, valsartan, irberstan,
telmisartan dan candesartan 1x sehari. 6
4. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium meghambat influx kalsium pada sel otot
polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis
kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena
kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti
oleh reflek takikardia dan vasokontriksi, terutama menggunakan
golongan dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Dossi nifedipin
3-4x sehari tab 100 mg. Sedangkan diltiazem 80-180 mg 3x sehari
dan verapamil 80-320 mg 2-3x sehari tidak menimbulkan
takikardia karena efek kronotropik negative langsung pada jantung.
Bila reflex takikardia kurang baik, seperti pada orang tua, maka
pemberian antagonis kalsium dapat menimbulkan hipotensi yang
berlebihan. 6
BAB 3
ANALISIS SITUASI
3.1 Keadaan Geografis

Gambar 3.1: Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kolok Tahun 2020
UPTD Puskesmas Kolok terletak di Kecamatan Barangin dengan
wilayah kerja seluas 75,63 km2 (7563 ha) yang terdiri dari 5 Desa yaitu :
1. Desa Kolok Mudik
2. Desa Kolok Nan Tuo
3. Desa Talago Gunung
4. Desa BBS Kajai
5. Desa Lumindai
Secara administratif Batas Wilayah Puskesmas Kolok meliputi
perbukitan dan dataran rendah dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kolok.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lembah Segar.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Kabupaten Solok.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kolok.
Seluruh Desa bisa ditempuh dengan kendaraan roda 4 dan roda 2, jarak
Puskesmas dengan pusat kota ± 5 km dan bangunan Puskesmas ini terletak di
pinggir jalan raya antara Sawahlunto dan Batusangkar.
3.2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak ditunjang dengan kualitas yang
memadai merupakan modal dasar bagi kelangsungan pembangunan.
Sebaliknya jumlah penduduk yang besar dengan kualitas kurang memadai
merupakan masalah sekaligus beban bagi pembangunan. Oleh sebab itu
pembangunan kesehatan diarahkan kepada pengendalian kuantitas,
pengembangan kualitas serta pengarahan mobilitas sehingga dapat
menunjang lajunya pembangunan.
Mayoritas penduduk Kota Sawahlunto beragama Islam. Dari data
sasaran proyeksi Dinas kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Sawahlunto, jumlah penduduk di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kolok Tahun 2020 adalah 7.281 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-
laki 3.532 jiwa dan penduduk perempuan 3.749 jiwa.
a. Kepadatan Penduduk

Wilayah Kerja Puskesmas Kolok memiliki Luas Wilayah 75,63 km2


dengan jumlah Penduduk 7.281 Jiwa dan jumlah Rumah Tangga 2.184 dengan
kepadatan Penduduk rata rata 96 km2.

b. Distribusi Penduduk menurut umur


Menurut umur, penduduk di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kolok
yaitu 7.281 jiwa dengan jumlah penduduk pada kelompok umur 0-14 tahun
berjumlah 2.013 jiwa (27,64%) dengan jumlah laki-laki 992 jiwa (49,3%) dan
perempuan 1.021 jiwa(50,7%), kelompok usia produktif (15-64 tahun) berjumlah
4.746 jiwa (65,2%). Dari jumlah tersebut laki-laki 2.308 jiwa (48,6%) dan
perempuan 2.438 jiwa(51.4%), kelompok umur 65+ tahun berjumlah 506 jiwa
(5,6%) dengan jumlah laki-laki 233 jiwa (46%) dan perempuan 273 Jiwa (54%).
c. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin
Menurut jenis kelamin, penduduk Wilayah Kerja UPTD Kolok di Tahun
2020 terdiri dari 7.281 jiwa laki-laki 3.532 (48,5%) jiwa dan 3.749 (51,5%)
jiwa perempuan sehingga dengan komposisi penduduk tersebut dihasilkan rasio
jenis kelamin sebesar 90,85%.
3.3 Gambaran Organisasi, Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM
Kesehatan yang Dilaksanakan UPTD Puskesmas Kolok .
Puskesmas Kolok merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Kota Sawahlunto, yang
membawahi 7 Puskesmas Pembantu (Pustu) dan 1 Polindes dengan
wilayah kerja 5 Desa. Puskesmas Kolok berlokasi di Jalan Khatib Sulaiman,
Desa Kolok Mudik, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto. Puskesmas Kolok
termasuk kategori Puskesmas Perdesaan dan bersama Puskesmas Sungai
Durian merupakan Puskesmas di Kecamatan Barangin.
Gedung baru Puskesmas Kolok diresmikan pada tahun 2018 yang
dibangun didepan Puskesmas lama yang diresmikan tahun 1987. Adapun
alasan pemindahan Puskesmas kedepan adalah untuk mendekatkan
Puskesmas ke jalan raya sehingga lebih terlihat oleh public dan memudahkan
akses masyarakat.
Gedung baru Puskesmas Kolok dibangun 2 lantai, dengan lantai 1 berfokus
untuk pelayan (UKP) dan lantai dua berfokus untuk administrasi (Admen) dan
program (UKM). Puskesmas memiliki taman toga yang cukup luas yang terdiri
dari banyak contoh tanaman obat untuk menunjang program inovasi Puskesmas
yaitu Bekkam (ubek kampung) yang merupakan pengembangan program Asman.
Bagian-bagian Puskesmas Kolok yaitu:

1) Lantai I

a) Ruang tunggu pelayanan

b) Meja pelayanan / resepsionis

c) Pojok ramah anak

d) Ruang pelayanan

- Rekam Medik

- UGD

- Poli umum
- Poli KIA/KB
- Poli gigi
- Imunisasi/Anak
- Apotek
- Laboratoium
- Poli Akupresure
- Ruang Konseling
- Ruang Bersalin
- Ruang sterilisasi
e) Ruang sterilisasi
2) Lantai 2
a) Ruang Tata Usaha
b) Ruang Kepala Puskesmas
c) Ruang Arsip
f) Ruang Program
- KIA, Imunisasi, Perkesmas, PTM, KB, UKS, Gizi dan
Kesling.
- Gudang Obat
- Promkes, P2M, PIS-PK, Kesehatan Lansia, Kesehatan Jiwa dan
Olahraga
d) Aula
e) Gudang obat
f) Dapur
Gambar 3.2. Puskesmas Kolok Tampak Depan

Gambar 3.3. Puskesmas Kolok Tampak Samping

3.3. PUSTU

Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan jaringan pelayanan


Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan secara permanen
di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral Puskesmas, yang harus dibina
secara berkala oleh Puskesmas. Sedangkan Poskesdes adalah singkatan
dari pos kesehatan desa, dimana lembaga ini adalah upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat yang berfungsi sebagai
wadah bagi kesehatan masyarakat desa. Poskesdes siap
melayani segala keluhan masyarakat mengenai kesehatan desa
sebelum penanganan lebih lanjut ke puskesmas lalu ke rumah
sakit. Puskesmas Kolok memiliki 7 pustu dan 1 Poskesdes di
Wilayah Kerja Puskesmas Kolok.
Tabel. 1. Data Nama Pustu / Poskesdes Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Kolok Tahun 2019

3.4 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan dilakukan dengan cara meningkatkan dan


memantapkan keterkaitan dengan manajemen pengembangan dan
pemberdayaan tenaga kesehatan dengan memperhatikan tujuan
pembangunan kesehatan. Perencanaan tenaga kesehatan disusun
dengan memperhatikan faktor jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat, sarana kesehatan, jenis dan jumlah
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, baik jenis,
jumlah, maupun kualifikasi tenaga kesehatan dirumuskan oleh OPD berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

Tabel. 2. Jumlah Tenaga Kesehatan Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas kolok


Tahun 2021
No Tenaga Kesehatan Jenis Kelamin Jumlah

Laki – laki Perempuan

1 Dokter 3 - 3

2 Dokter Gigi - 1 1

3 Perawat 1 6 7

4 Perawat Profesi - 3 3

5 Bidan - 18 18

6 Analis Kesehatan 1 1 2

7 Sanitasi Lingkungan 1 1 2

8 Ahli Madya Farmasi - 2 2

9 Nutrisionis - 2 2

10 Administrasi Kebijakan - 2 2
Kesehatan

11 Kesling - 1 1

3.5 Data Pasien Hipertensi di Puskesmas Kolok

Data tersebut diperoleh saat petugas Puskesmas melakukan survei indikator

keluarga sehat terkait program PIS-PK pada tahun 2020. Petugas idealnya
melakukan pemeriksaan tekanan darah menggunakan stetoskop dan

sphygmomanometer. Bukan menggunakan palpasi jari. Hanya 50% pemeriksaan

dengan stetoskop. Selain itu, sasaran juga dinyatakan riwayat mengokonsumsi

obat rutin atau tidak.

Karakteristik Jumplah Penderita Hipertensi Total


Kolok Kolok Talago Balai Batu Lumindai
Mudik Nan Tuo Gunung Sandaran
Jumlah 28 45 58 18 26 175
Penderita (100%)
Hipertensi
Konsumsi obat teratur
Ya 13 18 20 5 10 66 (37%)
Tidak 15 27 38 13 16 109 (62%)
Data Tekanan Darah yang Valid
Ya 16 28 27 7 10 88 (50%)
tidak 12 17 31 11 16 77 (44%)
Derajat Hipertensi
Derajat I 7 7 20 7 9 50 (28%)
Derajat II 9 10 10 7 7 43 (24%)
Krisis 4 0 2 4 9 19 (10%)
Hipertensi
Terkontrol 0 0 0 1 2 3 (0,01)
NB:- Angka tekanan Valid jika pemeriksaan menggunakan Stetoskop, bukan perpalpasi.
- Hipertensi terkontrol jika tekanan darah sistolik dibawah 140 mmHg dan diastolik
dibawah 90 mmHg
Tabel 3. Data Penderita Puskesmas Kolok tahun 2021 Berdasarkan Tekanan
Darah dan Riwayat Konsumsi Obat Antihipertensi

Berdasarkan data tersebut, didapatkan penderita hipertensi sebanyak 175 orang.

Angka ini dapat lebih rendah dari kasus hipertensi yang sebenarnya ada karena

pemeriksaan tekanan darah sistolik menggunakan palpasi jari lebih rendah

daripada stetoskop. Namun, data yang ada juga mungkin lebih tinggi dari kasus

hipertensi di lapangan sehingga terjadi karena pengukuran tekanan darah yang

hanya dilakukan dalam satu kali pertemuan. Tekanan darah yang tinggi mungkin
saja disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurang tidur, stress, konsumsi obat-

obatan, kopi, rokok, dan berbagai faktor lainnya.

Hanya 37% penderita hipertensi yang mengkonsumsi obat antihipertensi

secara rutin. Angka tersebut cukup rendah jika dibandingkan dengan penderita

yang tidak mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin, yaitu sebesar 62%.

Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program penyakit tidak menular,

penyebab tidak rutin konsumsi obat antihipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Kolok, meliputi pasien merasa sehat, tidak tahu bahwa obat antihipertensi harus

dikonsumsi seumur hidup, konsumsi obat tradisional, dan jarak ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang jauh.

Sebagian besar penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Kolok berada

pada derajat I dan II, yaitu sebesar 52%. Kasus krisis hipertensi masih ditemukan

sebesar 10% dan angka ini mungkin dapat meningkat karena hasil pemeriksaan

menggunakan palpasi tidak dimasukkan ke dalam penggolongan derajat

hipertensi. Selain itu, jumlah penderita yang memiliki tekanan darah terkontrol

hanya 3 orang, yaitu sebesar 0,01. Seluruh data ini menunjukkan bahwa

penatalaksaaan hipertensi esensial masih belum optimal di wilayah kerja

Puskesmas Kolok yang disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari faktor tenaga

medis, pasien, dan lingkungan pasien.


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara

dengan pimpinan Puskesmas, pemegang program, dan pihak yang menjalankan

program, serta analisis laporan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Puskesmas

Kolok. Proses ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan

Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) tahun 2021. Masalah yang diidentifikasi

adalah semua permasalahan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kolok.

Beberapa potensi masalah yang berhasil dijdentifikasi di wilayah kerja Puskesmas

Kolok dapat dilihat sebagai pada tabel 4.1 di halaman berikut.

4.2. Penentuan Prioritas Masalah

Berdasarkan proses identifikasi masalah, ditemukan sebuah permasalahan utama

di Puskesmas Kolok yang memerlukan penyelesaian. Metode yang kami gunakan

untuk menentukan prioritas masalah adalah metode USG (Urgency, Seriousness,

Growth), yaitu dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan

perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1-5. Kriteria penggunaan

skoring yang digunakan adalah sebagai berikut:


1. Urgency (urgensi), yang dilihat dari tersedianya waktu, mendesak, atau tidak

tersedianya waktu jika masalah tersebut diselesaikan

1 = urgensi masalah sangat rendah

No Program Permasalahan Target Pencapaian Gap


1 promkes Cakupan PHBS Masih rendahnya 243,8 1461 37,32
Rumah Tangga cakupan rumah
tangga yang
berPHBS sebesar
59,9%
2 KIA Cakupan K1 Rendahnya angka 159 101 63,5
pencapaian K1 dari %
target
Cakupan K4 Rendahnya 92 86 93,4
cakupan K4 dari %
target
3 P2M Penemuan Kassus TB paru 37 10 27%
kasus TB paru BTA (+) masih
BTA (+) belum banyak
ditemukan
4 Lansia Kunjungan Masih rendahnya 0 311 0
posyandu lansia angka kunjungan
lansia
5 PTM IVA test Masih rendahnya 0 0 0
capaian IVA test
Angka 100 37
Hipertensi
6 PIS - Indeks Keluarga Rendahnya Indeks 100 90,3 9,63
PK Sehat Keluarga sehat
puskesmas

2 = Urgensi masalah rendah

3 = Urgensi masalah sedang

4 = Urgensi masalah tinggi

5 = Urgensi masalah sangat tinggi


2. Seriousness (tingkat keseriusan), yang dilihat dari dampak masalah tersebut

atau akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah tersebut.

1 = Tingkat keseriusan sangat rendah

2 = Tingkat keseriusan rendah

3 = Tingkat keseriusan sedang

4 = Tingkat keseriusan tinggi

5 = Tingkat keseriusan sangat tinggi

3. Growth (perkembangan masalah), yang dilihat dari kemungkinan masalah

tersebut berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin

memburuk jika dibiarkan

1 = Perkembangan masalah sangat rendah

2 Perkembangan masalah rendah

3 = Perkembangan masalah sedang

4 = Perkembangan masalah tinggi

5 = Perkembangan masalah sangat tinggi Setelah proses identifikasi masalah,

masalah-masalah utama di masing-masing program upaya kesehatan masyarakat

dipilih berdasarkan tingginya gap indikator dengan capaian kinerja atau tingkat

urgensi kasus. Terdapat lima permasalahan utama di Puskesmas Kolok yang


selanjutnya akan disusun berdasarkan prioritas masalah untuk segera dicari

alternatif penyelesaian masalah.

1.. Rendahnya Capaian K4 Ibu Hamil Tingkat Urgensi : 4 (Tinggi)

Capaian K4 ibu hamil yang rendah dari target di wilayah kerja Puskesmas Kolok

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti warga yang sering pindah ke kota lain,

kasus abortus, kehamilan yang tidak diketahui, dan lain-lain. Rendahnya capaian

indikator ini dapat menyebabkan konseling antenatal yang diberikan tidak

maksimal. Selain itu, saat ini target Sustainable Development Goals tahun 2030

adalah menurunkan angka kematian ibu (AKD di howah 70 per 100.000

kelahiran. Oleh karena itu, masalah ini harus segera diintervensi walaupun ada

beberapa faktor penyebab yang sulit diintervensi.

Tingkat Keseriusan : 4 (Tinggi)

Rendahnya angka K4 dapat menyebabkan kehamilan patologis tidak

termonitoring dengan baik dan kualitas pelayanan antenatal yang tidak optimal

sehingga dapat berkontribusi meningkatkan angka kematian ibu

Tingkat Perkembangan : 4 (Tinggi)

Masalah ini akan tetap berkembang jika tidak diintervensi karena masyarakat,

terutama ibu hamil akan tetap tidak menyadari pentingnya K4 untuk

kehamilannya.

2. Angka Penjaringan TB Paru BTA (+) yang Masih Rendah

Tingkat Urgensi : 4 (Tinggi)


Angka penjaringan kasus tuberkulosis paru yang rendah memiliki urgensi yang

cukup tinggi karena tingginya prevalensi tuberkulosis paru Indonesia dan telah

banyak program dari pemerintah yang diterapkan agar kasus ini menurun.

Permasalahan yang timbul di lapangan adalah kemalasan pasien suspect untuk

mengembalikan pot sputum atau sampel dikumpulkan tidak memenuhi kriteria.

Oleh karena itu, permasalahan ini perlu segera diselesaikan dengan memperluas

area penjaringan kasus suspect tuberkulosis paru.

Tingkat Keseriusan : 5 (Sangat Tinggi) Masalah ini jika tidak diselesaikan dapat

menyebabkan peningkatan prevalensi tuberkulosis paru terkait dengan rantai

penularan yang tidak terputus. Tuberkulosis paru yang tidak ditatalaksana dengan

baik dapat menyebabkan tingginya angka morbiditas hingga mortalitas akibat

komplikasi. Tingkat Perkembangan : 5 (Sangat Tinggi) Angka penjaringan TB

paru yang rendah akan tetap berkembang jika tidak diintervensi karena penemuan

dini tuberkulosis paru, yaitu batuk lebih dari dua minggu, serta kualitas sampel

sputum harus kembali ditekankan di masyarakat termasuk tenaga kesehatan.

3. Rendahnya Pasien Hipertensi yang Berobat Rutin

Tingkat Urgensi : 5 (Sangat Tinggi) Permasalahan ini merupakan masalah yang

harus segera diintervensi karena standar pelayanan minimal kesehatan dan

indikator keluarga sehat telah memasukkan hipertensi sebagai salah satu

parameter sebagai upaya program pemerintah dalam penatalaksanaan hipertensi.

Intervensi yang dilakukan dapat dilakukan di berbagai tempat, baik itu melalui

pelayanan di poliklinik maupun posyandu lansia dan posbindu PTM. Angka


berobat rutin pasien hipertensi yang rendah di Puskesmas Kolok, yaitu sebesar

25,5% merupakan angka yang sangat rendah sehingga perlu dilakukan intervensi

segera untuk mencegah terjadinya komplikasi jangka pendek maupun jangka

panjang akibat hipertensi.

Tingkat Keseriusan : 5 (Sangat Tinggi) Kondisi ini merupakan masalah yang

serius karena dapat menyebabkan komplikasi ringan hingga berat bahkan

kematian. Sebagian besar kasus penyakit tidak menular yang tinggi prevalensinya

di Indonesia, seperti diabetes melitus, stroke, penyakit jantung koroner, retinopati,

penyakit ginjal kronis, dan lain-lain merupakan komplikasi dari hipertensi esensial

sehingga masalah tersebut harus segera diintervensi.

Tingkat Perkembangan : 5 (Sangat Tinggi) Permasalahan ini akan tetap

berkembang jika tidak dilakukan intervensi karena sebagian besar manifestasi

klinis hipertensi adalah asimtomatik sehingga pasien merasa sehat dan tidak

membutuhkan pengobatan. Oleh karena itu, pasien perlu diedukasi tentang

perjalanan penyakit hipertensi yang bersifat silent killer dan manajemen

pengobatannya untuk mencegah komplikasi yang tidak diharapkan.

4. Indeks Keluarga Sehat Puskesmas Kolok Masih Rendah

Tingkat Urgensi : 3 (Sedang)

Program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga saat ini memiliki 12

indikator agar sebuah keluarga dikategorikan sebagai keluarga sehat. Rendahnya

indeks keluarga sehat di wilayah Puskesmas Kolok merupakan masalah yang


perlu diintervensi segera walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama dengan

jumlah sasaran yang besar.

Tingkat Keseriusan : 5 (Sangat Tinggi)

Permasalahan ini akan menimbulkan dampak yang serius jika tidak diintervensi

karena indikator-indikator yang telah ditetapkan merupakan daftar permasalahan

utama yang banyak ditemukan di Indonesia saat ini.

Tingkat Perkembangan : 5 (Sangat Tinggi)

Masalah ini akan tetap berkembang jika tidak diintervensi karena terkait pola

perilaku dan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan 12 indikator indeks

keluarga sehat tersebut. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu melakukan

berbagai pendekatan mulai dari intervensi berupa penyuluhan, berbagai upaya

preventif, kuratif, hingga rehabilitatif agar dapat meningkatkan indeks keluarga

sehat Puskesmas Kolok.

4.3. Analisis Sebab Masalah

Analisis penyebab masalah dari rendahnya angka pasien hipertensi yang

berobat rutin dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.


Tabel 4.3. Perumusan Masalah dan Penyebab Masalah

No Rumusan Masalah Berbagai faktor Perumusan penyebab


penyebab masalah masalah
1 Rendahnya angka - Pasien merasa Hipertensi yang
pasien hipertensi yang sehat karena tidak sebagian besar bersifat
berobat rutin di ada gejala asimtomatik,
wilayah kerja - Kurangnya rendahnya
Puskesmas Kolok, pengetahuan pengetahuan
yaitu sebesar 37% dari masyarakat masyarakat tentang
176 sasaran bahwa obat obat antihipertensi
antihipertensi seumur hidup
harus dikonsumsi
seumur hidup
- Pasien sering lupa
mengkonsumsi
obat
antihipertensi dan
kontrol
pengobatan
- Kesibukan pasien
sehingga tidak
sempat berobat ke
fasyankes
- Pola hidup
masyarakat yang
memilih obat
tradisional
- Jarak tempat
tinggal
masyarakat yang
jauh dari
fasyankes primer
- Konseling
hipertensi masih
belum maksimal
- Posbindu PTM
yang tergabung
dengan posyandu
lansia saat ini
masih belum
dimanfaatka
dengan baik
- Efek samping san
reaksi pengobatan
yang dirasakan
tidak nyaman
oleh penderita
hipertensi
- Kurangnya
ketersediaan
media informasi
cetak yang
tersedia di sekitar
pasien
- Belum adanya
instrumen untuk
mengawasi
penggunaan obat
antihipertensi
pada penderita
hipertensi

4.4 Diagram Ischikawa


4.5. Perumusan Pendekatan Pemecahan Masalah

Perumusan pendekatan pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel 4.5

berikut.

Tabel 4.5. Perumusan Pendekatan Pemecahan Masalah

No Rumusan Inventarisasi Perumusan


Masalah alternative pendekatan pendekatan
pemecahan masalah pemecahan masalah
1 Rendahnya - Membuat Sehubungan dalam
angka pasien instrumen yang upaya meningkatkan
hipertensi dapat angka pasien hipertensi
yang berobat mengontrol yang berobat rutin
rutin di tekanan darah, dilakukan
wilayah kerja pengobatan, dan - Pemberian kartu
Puskesmas kepatuhan kontrol
Kolok, yaitu berobat pasien pengobatan
sebesar …% hipertensi kepada pasien
dari … - Menyediakan dan tenaga
sasaran media informasi kesehatan
cetak yang - Pembuatan
menarik dan kantong
dapat diakses hipertensi
pasien dengan - Pembentukan
mudah terkait pengawas
hipertensi menelan obat
- Melakukan (PMO) dan kartu
inovasi terhadap PMO
pelayanan pasien - Pemberian buku
hipertensi dalam saku hipertensi
memaksimalkan kepada pasien
konseling dan - Pembaruan alur
pengobatan pelayanan dan
hipertensi pengobatan
hipertensi di
fasyankes
- Penandaan
rekam medis dan
rumah pasien
dengan stiker
hipertensi

4.6 Inventarisasi Rencana Kegiatan

Inventarisasi rencana kegiatan dalam upaya untuk meningkatkan angka

pasien hipertensi yang berobat secara rutin di fasilitas pelayan kesehatan dapat di

lihat pada tabel 4.6. berikut.

Tabel 4.6. Inventarisasi Rencana Kegiatan

No Pendekatan Invetarisasi Rencana Rencana Kegiatan


Pemecahan Kegiatan
Masalah
1 Mentapkan - Menyusun data pasien Awal tahun
sasaran kegiatan hipertensi yang
disusun berdasarkan
kelurahan atau desa
- Kunjungan rumah
pasien hipertensi yang
baru dikenal
2 Pemberian kartu - Mendesain dan - Awal tahun
kontrol mencetak kartu (1x setahun)
pengobatan kontrol
kepada pasien dan - Distribusi dan - Sepanjang
tenaga kesehatan pengisian kartu tahun (1x
kontrol sebulan)
3 Pembuatan - Desain kantung dan - Awal tahun
kantong kartu kantong (1x setahun)
hipertensi hipertensi
- Pengisian dan monitor - Sepanjang
kantong hipertensi tahun
4 Pembentukan - Menentukan PMO - Sepanjang
pengawasan pasien dan distribusi tahun
menelan obat kartu PMO
(PMO) dan kartu
PMO
5 Pemberian buku - Mendesain dan - Awal tahun
saku hipertensi mencetak buku saku (1x setahun)
kepada pasien hipertensi
- Distribusi buku saku - Sepanjang
hipertensi tahun
6 Pembaruan alur - Pembaruan SOP alur - Awal tahun
pelayanan dan pelayanan dan (1x setahun)
pengobatan pengobatan hipertensi
hipertensi di - Sosialisasi perubahan
fasyankes SOP alur pelayanan - Awal tahun
dan pengobatan (1x setahun)
hipertensi
- Pembentukan
poliklinik pandu PTM
- Awal tahun

7 Penandaan rekam - Mendesain dan - Awal tahun


medis dan rumah mencetak stiker untuk
pasien dengan rekam medis dan
stiker hipertensi rumah pasien
- Penandaan dengan - Sepanjang
stiker tahun
BAB 5

RENCANA USULAN KEGIATAN

5.1. Rencana Usulan Kegiatan

Rencana usulan kegiatan untuk menigkatkan angka pasien hipertensi yang berobat rutin di wilayah kerja Puskesmas Kolok
dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Rencana Usulan Kegiatan

No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggung Kebutuhan Mitra Kerja Waktu Kebutuhan Indikator Sumber
Kesehatan Sasaran Jawab Sumber pelaksanaa anggaran kinerja Biaya
Daya n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 UKM Sosialisasi Seluruh petugas Seluruh 100 Orang PJ UKM Laptop, Lintas Januari Rp 100.000 Seluruh petugas BOX
program puskesmas, petugas printer, Sektor Puskesmas,
Waspadai lintas sektor, Puskesmas standing lintas sektor,
Hipertensi, dan warga lintas, sektor, banner dan warga
Kendalikan disekitar dan warga di wilayah kerja
Tekanan wilayah wilayah kerja mengetahui
Darah mengetahui Puskesmas program
program inovasi tersebut
tersebut
2 UKP Ddiskusi Pengobatan PJ UKP dan 9 orang PJ UKP Laptop PJ UKP dan januari Rp. 10.000 SOP alur BOK
perubahan Pasien Dokter Printer dokter pelayanan dan
SOP alur hipertensi Fungsional fungsional tatalaksanaan
pelayanan dan sesuai standart pasien
tatalaksanaan hipertensi telah
pasien diketahuioleh
hipertensi, seluruhstaff
distribusi serta puskesmas
sosialisasi
SOP baru
3 UKM Membuat Meningkatkan Petugas, Petugas PJ UKM Laptop, Kader dan Januari Rp. 5.000.000 Buku saku, BOK
desain dan pemahaman kader, dan petugas printer kepala kartu kontrol,
mencetak buku sasaran tentang seluruh Kader 25 desa/kelura kartu PMO,
saku hipertensi, kartu pasien orang han kantong
hipertensi, PMO, kanton, hipertensi Pasien Hipertensi, dan
kartu kontrol dan stiker esensial usia hipertensi stiker ada di
hipertensi, hipertensi ≥ 15 tahun 175 puskesmas
kartuPMO, sesuai
kantong, dan kebutuhan
stiker
hipertensi
4 UKM Kunjungan Sasaranyang Seluruh 176 orang PJ UKM Laptop,pri Kader dan januari Rp.500.000 Data pasien BOK
rumah pasien akan di pasien nte, kepala hipertensi
interventasi jels hipertesi tensimeter, desa/kelura esensial yang
esensial ≥15 stetoskop, han. dikelompokkan
tahun transportas berdasarkan
i. desa/ kelurahan
tempat tinggal
5 UKP Penerapan Mengoptimalka Pemegang Pemegang PJ UKP Spanduk PJ UKP dan Awal Rp.200.000 Seluruh pasien BOK
program “ n pelaynan program dan program dan dokter tahun hipertesi esensial
Waspadai hipertensi dokter 1orang standing fungsional ≥15 tahun ke
Hipertensi, esensial secara fungsional Petugas banner atas, hipertensi,
diabetes melitus,
Kendalikan komprehesif klinik PTM
dan gangguan
Tekanan 1orang jiwa dirujuk
Darah” di kepoliklinik PTM
poliklinik
pandu PTM
5.2 Analisa Hambatan Potensial

No Kegiatan Kemungkinan hambatan Langkah mencegah timbulnya


pelaksanaan hambatan
1 Sosialisasiprogram Masih ada petugas Publikasi program dimedia
“Waspadai Hipertensi, puskesmas dan wargayang sosial
Kendalikan Tekanan tidak mengetahui program
Darah” “Waspadai Hipertensi,
Kendalikan Tekanan Darah”
2 Diskusi perubahan SOP SOP alur pelayanan dan Sosialisasi alur pelayanan dan
alur pelayanan dan tatalaksanaan pasien tatalaksaan pasien hipertensi
tatalaksanaaan pasien hipertensi bbaru masih pada petugas
hipertensi, belum dimengerti oleh
distribusiserta sosialisasi tenaga kesehatan terkait
SOP baru
3. Membuat desain dan Bahaasa buku sakukurang Membuat bahasa yang lebih
mencetak buku saku mnegrti oleh pasien dimengerti
hipertensi, kartu kontrol hipertensi
hipertensi, kartu PMO, Penggunaan kantong Sosialisasi penggunaan kantong
kantong, dan stiker hipertensi yang tidak hipertensi
hipertensi dimengerti oleh petugas
Pengggunaan kartu kontrol Sosialisasi penggunaan kartu
yang tidak dimengerti oleh kontrol kepada petugas dan
petugas dan pasien edukasi bpada pasien
4 Kunjungan rumah Rumah sasaran yang tidak Koordinasi dengan kader lurah
pasien hipertensi diketahuiatau pindah rumah atau kepala desa, serta pihak
terkait lainnya.
5 Pembentukan program Petugas puskesmas masih Sosialisasi poliklinik pandu
“Waspadai Hipertensi, belum mengetahui peran PTM kepadapetugas puskesmas
Kendalikan Tekanan poliklinik pandu PTM
Darah” di poliklinik Tidak semua PMO mampu PMO dipilih berdasarkan orang
pandu PTM dan mau melakukan yang dekat dan dipercaya oleh
pengawasan konsumsi obat pasienserta kader
hipertensi oleh sasaran mengontrolkartu PMO setiap
bulan
BAB 6

RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM PDCA

6.1. Plan (Tahap Persiapan)

Pada tahap persiapan ini, dilakukan wawancara dan tinjauan terhadap laporan

Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) tahun 2021 kepada pemegang program untuk

mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di Puskesmas. Kegiatan ini berlangsung dari

tanggal September 2021. Dari hasil tinjauan dan diskusi dengan Kepala Puskesmas dan

pemegang program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), didapatkan salah satu prioritas

masalah adalah rendahnya angka penderita hipertensi yang berobat rutin sehingga

penatalaksanaan hipertensi esensial di tingkat Puskesmas belum optimal.

Pada tanggal akhir Agustus 2021, dilakukan analisa terhadap faktor-faktor penyebab

rendahnya angka kontrol penderita hipertensi di wilayah Puskesmas bersama pemegang

program PTM (Penyakit Tidak Menular). Pada tanggal 17 Oktober 2021, dilakukan diskusi

dengan Kepala Puskesmas, koordinator program UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan), dan

pemegang program PTM terkait perencanaan program inovasi PTM dalam menghadapi

permasalahan rendahnya angka penderita hipertensi yang berobat rutin, yaitu “Waspadai

Hipertensi, kendalikan Tekanan Darah".

Program “Waspadai Hipertensi, kendalikan Tekanan Darah" awalnya merupakan

singkatan dari buku saku hipertensi, kantong kontrol hipertensi, kartu kontrol hipertensi,

pengawas menelan obat antihipertensi, kaderisasi, dan pengobatan terstandarisasi untuk

hipertensi. Pada pertengahan perencanaan program, stikerisasi hipertensi juga ikut

dimasukkan dalam kegiatan setelah memperoleh masukan dari Kepala Puskesmas dan

koordinator program UKP.


6.2. Do (Tahap Pelaksanaan)

6.2.1. Sosialisasi Program Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah

Sosialisasi dilakukan di ruang program Puskesmas Kolok pada tanggal 20 Oktober

2021 yang dihadiri oleh Kepala Puskesmas dan pemegang program. Selanjutnya, launching

program dilakukan di acara lokakarya mini lintas sektor pada tanggal 20 Oktober 2021 di

aula Puskesmas Kolok.

6.2.2. Perubahan SOP Hipertensi Esensial

Diskusi perubahan SOP dan sosialisasi SOP baru hipertensi esensial dilakukan pada

tanggal 23 Oktober 2021 di ruang kepala Puskesmas yang dihadiri oleh Kepala Puskesmas,

koordinator UKP, dan seluruh dokter fungsional. Perubahan diagnosis dan penatalaksanaan

hipertensi esensial mengikuti guideline ESC 2018. Diskusi selanjutnya dengan koordinator

program UKP dimulai dari tanggal 23 Oktober 2021 sampai 10 November 2021.

6.2.3. Membuat Desain dan Mencetak Buku Saku, Kartu Kontrol, Kartu PMO, Kantong

Desain buku saku hipertensi, kartu kontrol hipertensi, kartu PMO, kantong hipertensi,

serta kartu kantong hipertensi dimulai dari tanggal 25 Oktober 2021 hingga 27 Oktober 2021

dan direvisi beberapa kali hingga tanggal 28 Oktober 2021. Seluruh hasil cetakan buku, kartu,

dan kantong selesai pada tanggal 08 November 2021.

6.2.4. Kunjungan Rumah Pasien atau Posyandu Lansia Hipertensi

Kunjungan rumah pasien atau posyandu lansia hipertensi dilakukan pada tanggal 28

Oktober 2021 hingga 13 November 2021 di seluruh kelurahan atau desa.

6.2.5. Penerapan Program Waspada Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah di Poliklinik

Pandu PTM

Sosialisasi poliklinik Pandu PTM akan dilakukan pada tanggal 4 Maret 2019 di aula

Puskesmas. Penerapan program “Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah" di

poliklinik pandu PTM dimulai sejak tanggal 6 Maret 2019.


6.3. Check (Tahap Evaluasi)

Evaluasi dapat dinilai dengan telah dicetaknya buku saku hipertensi, kartu kontrol,

kantong, dan stiker hipertensi, terbentuknya kader hipertensi, serta SOP hipertensi terbaru

yang terintegrasi dalam pelayanan di poliklinik pandu PTM. Keberhasilan pelaksanaan dapat

dilihat dari indikator berikut:

1. Sosialisasi Program Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah

Diharapkan sejak sosialisasi dilakukan, seluruh staf Puskesmas, lintas sektor, dan

masyarakat di wilayah Puskesmas Kolok telah mengetahui dilaksanakannya program

"Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah"

2. Perubahan SOP Hipertensi Esensial

Adanya berkas SOP hipertensi esensial terbaru yang telah disetujui oleh Kepala

Puskesmas

3. Membuat Desain dan Mencetak Buku Saku, Kartu Kontrol, Kartu PMO, Kantong, dan

Stiker Hipertensi

a. Adanya buku saku hipertensi di poliklinik pandu PTM

b. Adanya kartu kontrol hipertensi di poliklinik umum

c. Adanya kartu PMO di poliklinik pandu PTM

d. Adanya kantong hipertensi dan kartu kantong hipertensi di poliklinik pandu PTM

4. Kunjungan Posyandu Lansia

Adanya data sasaran penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kolok setelah

kunjungan ulang

5. Penerapan Program Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah di Poliklinik Pandu

PTM

a. Setiap pasien hipertensi yang dirujuk ke poliklinik pandu PTM mendapatkan buku saku

hipertensi
b. Setiap pasien hipertensi yang dirujuk ke poliklinik pandu PTM mendapatkan satu lembar

kartu kartu kontrol hipertensi dan satu lembar lainnya dilampirkan di dalam rekam medis

pasien

c. Setiap pasien hipertensi yang dirujuk ke poliklinik pandu PTM memiliki PMO dan

diberikan kartu PMO kepada PMO pasien

d. Adanya kartu kantong hipertensi yang telah diisi jika pasien dirujuk ke poliklinik pandu

PTM dan dimasukkan ke dalam kantong hipertensi di poliklinik pandu PTM

6.4. Action (Rencana Berkelanjutan)

6.4.1. Penerapan Program Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah Berkelanjutan

yang Terintegrasi di Poliklinik Pandu PTM

Program "Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah" diharapkan terus

diterapkan dan terintegrasi di poliklinik pandu PTM sebagai upaya untuk meningkatkan

angka pasien hipertensi yang berobat rutin di wilayah kerja Puskesmas Kolok.

6.4.2. Evaluasi Tingkat Puskesmas

Evaluasi program "Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah" dapat dilakukan

seperti program Puskesmas lainnya di dalam Lokakarya Mini Puskesmas Kolok dan

melibatkan koordinasi dari lintas program serta lintas sektor untuk menilai kekurangan dan

perkembangan program tersebut. Lokakarya mini dapat berupa lokakarya mini bulanan, tiga

bulanan, semester, dan tahunan.


6.5. Matriks Kegiatan

No Kegiatan September Oktober November


I II III IV V I II III IV V VI I II III IV V
PERSIAPAN
1 Diskusi Prioritas
Masalah dengan
Pemegang
Program dan
Kepala Puskesmas
Kolok
2 Analisa Faktor
Penyebab
Rendahnya
Capaian Program
3 Diskusi dengan
Kepala Puskesmas
dan Pemegang
Program PTM
terkait Kegiatan
yang Akan
Dilaksanakan
4 Menyusun
Anggaran Dana
Kegiatan
PELAKSANAAN
1 Menetapkan
sasaran kegiatan
berdasarkan data
PIS PK
2 Desain buku saku
hipertensi, kartu
control hipertensi,
kartu PMO,
kantong hipertensi,
serta kartu kantong
hipertensi
3 Sosialisasi
program waspadai
hipertensi,
kendalikan tekanan
darah kepada
seluruh pemegang
program
4 Diskusi dan
sosialisasi
perubahan SOP
hipertensi esensial
5 Cetak buku saku
hipertensi, kartu
kontrol hipertensi,
kartu PMO,
kantong hipertensi,
serta kartu kantong
hipertensi.
6 Kunjungan
posyandu lansia
7 Sosialisasi
poliklinik pandu
PTM kepada
seluruh petugas
puskesmas
8 Penerapan
waspadai
hipertensi,
kendalikan tekanan
darah di poliklinik
pandu PTM
MONITORING DAN EVALUASI
1 Evaluasi jumlah
pasien hipertensi
yang dirujuk ke
poliklinik pandu
PTM
BAB 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

7.1. Sosialisasi Program Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah

7.1.1. Persiapan

Persiapan dilakukan dengan diskusi dan permohonan izin kepada kepala Puskesmas

Kolok dan pemegang program untuk persetujuan dilakukannya sosialisasi dengan pihak

puskesmas (expose mini project) dan lintas sektor (lokakarya mini lintas sektor). Kami juga

mendiskusikan tentang materi yang akan kami jelaskan kepada peserta sosialisasi nantinya.

Selain itu, kami juga mendesain standing banner (terlampir) yang memuat kegiatan program

“Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah".

7.1.2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan sosialisasi program "Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah"

dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2021 pukul 09.00-10.00 di ruang program Puskesmas

Kolok melalui kegiatan expose mini project. Sosialisasi ini dihadiri oleh kepala Puskesmas,

koordinator program UKM, pemegang program, dan seluruh dokter internsip. Materi

sosialisasi meliputi latar belakang program, sasaran program, dan penjelasan masing-masing

kegiatan program. Terdapat beberapa masukan dari peserta sosialisasi untuk perbaikan

program.

7.1.3. Evaluasi

Acara sosialisasi program "Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah"

berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta yang hadir dan masukan-

masukan positif dari peserta, yang menggambarkan antusias dan dukungan yang baik dari

berbagai pihak supaya terlaksananya program ini.

7.2. Perubahan SOP Hipertensi Esensial

7.2.1. Persiapan
Perubahan SOP hipertensi esensial diawali dengan diskusi kepada kepala Puskesmas

dan dokter fungsional dokter tentang rencana perubahan SOP hipertensi esensial di

Puskesmas karena adanya pembaruan guideline internasional, yaitu ESC 2018. Selanjutnya,

kami mencari guideline ESC 2018 dan memberikannya kepada seluruh dokter di Puskesmas

Kolok.

7.2.2. Tahap Pelaksanaan

Pada tanggal 15 Oktober 2021, kami melakukan revisi SOP hipertensi esensial dengan

penyesuaian menggunakan guideline ESC 2018. Pada tanggal 16 Oktober 2021, kami

melakukan diskusi terkait perubahan SOP dan sosialisasi SOP baru hipertensi esensial di

ruang kepala Puskesmas. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Puskesmas, koordinator

UKP, dan seluruh dokter fungsional. Diskusi selanjutnya dengan koordinator program UKP

dimulai dari tanggal 17 Oktober 2021 sampai 20 Oktober 2021 untuk dilakukan revisi

penyesuaian dengan sistem akreditasi Puskesmas.

7.2.3. Evaluasi

Pada awalnya, sosialisasi perubahan SOP hipertensi esensial akan dilakukan saat

expose mini project di ruang program Puskesmas Kolok. Kegiatan sosialisasi perubahan SOP

hipertensi esensial berjalan dengan lancar. Dokter terlibat secara aktif dalam perubahan SOP

hipertensi esensial yang terbaru dan memberikan masukan serta pertanyaan terkait SOP

tersebut.

7.3. Membuat Desain dan Mencetak Buku Saku, Kartu Kontrol, Kartu PMO, Kantong,

7.3.1. Persiapan

Desain buku saku, kartu kontrol, kartu PMO, kantong hipertensi, awalnya didahului

dengan diskusi dengan Kepala Puskesmas terkait fungsi dan penggunaannya. Buku saku

hipertensi dalam cara perencanaannya akan didesain dengan bahasa yang mudah dimengerti,
warna menarik, dan memuat sejumlah informasi tentang hipertensi sehingga pasien hipertensi

dapat memahami tentang buku tersebut.

Kartu kontrol didesain berbentuk leaflet yang memuat informasi tentang status

kesehatan pasien hipertensi dan follow up selama satu tahun. Kartu kontrol ini diharapkan

dicetak sebanyak dua buah di mana salah satunya untuk dilampirkan di rekam medis pasien

dan lainnya diberikan kepada pasien agar pasien selalu membawa kartu ini jika berobat ke

fasyankes lain serta meminta tenaga kesehatan di tempat tersebut untuk mengisi status

kesehatan pasien.

Kartu PMO didesain dalam bentuk kalender selama satu tahun dan memuat informasi

tentang nama obat, frekuensi, dan dosis obat antihipertensi yang dikonsumsi oleh pasien

hipertensi. Tanggal akan diberikan tanda centang (√) jika pasien ingat mengkonsumsi obat

dan tanda silang (x) jika lupa mengkonsumsi obat. Kartu ini akan dijemput oleh kader setiap

akhir bulan untuk dilaporkan kepada pemegang program.

Kantong hipertensi didesain dalam bentuk 31 kantong yang mewakili 31 tanggal.

Pada masing-masing kantong, berisi kartu yang memuat informasi tentang tanggal kontrol

pasien untuk mengambil obat antihipertensi. Kantong ini berfungsi sebagai monitoring pasien

berobat rutin atau tidak. Pemegang program akan melakukan pengecekan setiap bulan dan

melakukan intervensi jika pasien tidak datang pada saat tanggal kunjungan ulang.

7.3.2. Tahap Pelaksanaan

Desain buku saku hipertensi, kartu kontrol hipertensi, kartu PMO, kantong hipertensi,

serta kartu kantong hipertensi dimulai dari tanggal 17 Oktober 2021 hingga 20 Oktober 2021.

Desain tersebut direvisi beberapa kali hingga tanggal 23 Oktober 2021 terkait perubahan

warna, isi kartu, dan pemilihan bahasa. Seluruh hasil cetakan buku, kartu, stiker, dan kantong

selesai pada tanggal 8 November 2021. Buku saku hipertensi, kartu PMO, kantong hipertensi,
dan kartu kantong hipertensi diletakkan di poliklinik pandu PTM. Kartu kontrol diletakkan di

poliklinik umum.

7.3.3, Evaluasi

Desain buku saku hipertensi, kartu kontrol hipertensi, kartu PMO, kantong hipertensi,

kartu kantong hipertensi, dan stiker hipertensi berjalan dengan baik namun membutuhkan

waktu yang cukup lama karena banyaknya komponen- komponen yang harus disesuaikan

terkait program. Perbedaan antara desain mb dengan hasil ditemukan pada kantong hipertensi

karena warna bahan yang tidak ada.

7.4. Kunjungan Posyandu Lansia

7.4.1. Persiapan

Persiapan dilakukan dengan diskusi dan permohonan izin kepada kepala puskesmas

dan pemegang progam puskesmas Kolok untuk persetujuan dilakukannya Posyandu Lansia

pada pasien hipertensi yang baru dikenali yaitu di wilayah Lumindai dan Talago Gunung.

Kami juga mendiskusikan tentang hal yang akan dilakukan saat kunjungan posyandu lansia

nantinya. Kemudian kami menghubungi kader untuk memberitahukan maksud dan tujuan

dilakukannya kunjungan Posyandu Lansia. Kami juga menyiapkan alat pengukur tekanan

darah untuk nantinya memastikan pasien benar-benar penderita hipertensi atau tidak. Kami

juga menjelaskan persiapan sebelum dilakukannya pemeriksaan tekanan darah yaitu

memastikan bahwa pasien tidak melakukan aktivitas fisik berat, merokok, atau meminum

kopi sebelum melakukan pemeriksaan.

7.4.2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan posyandu lansia dilaksanakan pada wilayah Lumindai dan Talago Gunung. Pada

tanggal 15 Oktober 2021, dilakukan kunjungan rumah di wilayah kelurahan Lumindai

dengan jumlah sasaran 34 orang.


Pada tanggal 25 Oktober 2021, dilakukan kunjungan Posyandu Lansia di Talago Gunung

dengan jumlah sasaran 30 orang.

Gambar : Kunjungan Posyandu Lansia (A), (B). Desa wilayah Lumindai


(C), (D). Desa wilayah Talago Gunung
7.5.3. Evaluasi

Kunjungan posyandu lansia berjalan dengan baik. Berbagai proses dalan tahapan yang

dilakukan, meminta izin kepala puskesmas, pihak kelurahan dan berbagai respon positif dari

warga sekitar. Kendala yang didapatkan selama tahap ini ialah jarak dan kondisi jalan yang

susah ditempuh, lokasi rumah warga yang jauh, warga yang tidak ada kendaraan. Namun,

pada akhirnya pelaksanaan kunjungan posyandu lansia dapat berjalan dengan baik.

7.6. Penerapan Program Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah di Poliklinik

Pandu PTM

7.6.1. Persiapan
Persiapan dilakukan dengan diskusi dan permohonan izin kepala puskesmas mengenai

program “ Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah di poliklinik pandu PTM.

Mengenai acara tersebut, dilakukan diskusi dan kerja sama dengan pemegang program PTM

dan berbagai staff di puskesmas Kolok. Selanjutnya dilakukan persiapan berbagai kebutuhan

seperti buku saku hipertensi, kertas skrining, kantong dan kartu kontrol, timbangan, alat ukur

lingkar pinggang serta meletakkan meja untuk pemberian konseling kepada pasien meja yang

tersedia berupa untuk konseling gizi, konseling PTM, konseling berhenti merokok.

7.6.2. Tahap Pelaksanaan

Sosialisasi poliklinik Pandu PTM dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2021 di aula

Puskesmas Kolok yang dihadiri seluruh staff puskesmas Kolok, pada saat sosialisasi kami

menjelaskan alur dan penerapan program saat di poliklinik nanti. Seluruh pasien yang

berumur 15 tahun keatas dari seluruh poli akan dikirmkan ke Poliklinik Pandu PTM sebagai

skrining awal penyakit tidak menular. Di Poliklinik Pandu PTM pasien akan ditanyakan

beberapa pertanyaan yang sesuai dengan langkah-langkah skrining dan dianjurkan untuk

pemeriksaan skrining seperti gula darah sewaktu, kolesterol, dll. Lalu dilakukan

penimbangan berat badan dan lingkar perut. Untuk pasien yang terdiagnosis Hipertensi akan

diberikan buku saku, kartu PMO. Setelah itu pasien akan diarahkan ke meja konseling sesuai

dengan keluhan dan kebutuhan pasien. Jelaskan pada pasien bahwa skrining dilakukan setiap

setahun sekali. Dan untuk menambahkan sedikit wawasan kepada pasien yang di Ruang

tunggu diberikanlah Sedikit penyuluhan.

7.6.3. Evaluasi

Penerapan Program “ Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah “ di Poliklinik

Pandu PTM berjalan dengan lancar, meskipun terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan

harapan. Contohnya : antrian ke poliklinik Pandu PTM yang tidak terkontrol karna kondisi

tempat yang tidak memungkinkan , masih banyak pasien yang bingung ketika diarahkan
untuk ke Poliklinik Pandu PTM. Namun dari beberapa pasien yang diarahkan ke Poliklinik

Pandu PTM banyak yang memberikan dukungan yang baik atas adanya program ini.

Gambar : (A). Pengukuran Tensi untuk program Waspadai Hipertensi

(B). Pengenalan Program Waspadai Hipertensi


BAB 8

PENUTUP

8.1. Kesimpulan

1) Masalah kesehatan yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Kolok adalah

cakupan PHBS rumah tangga yang masih rendah, rendahnya capaian K4 ibu hamil

dari target, kasus TB paru BTA (+) masih belum banyak yang terjaring, pasien

hipertensi yang berobat rutin masih rendah, dan indeks keluarga sehat Puskesmas

Kolok masih rendah.

2) Prioritas masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kolok adalah rendahnya

angka pasien hipertensi yang berobat rutin sehingga masih banyak pasien yang

tekanan darahnya tidak terkontrol.

3) Faktor yang menyebabkan belum tercapainya cakupan pasien hipertensi yang berobat

sesuai standar di wilayah kerja Puskesmas Kolok yaitu pasien merasa sehat, sering

lupa mengkonsumsi obat, efek samping dan reaksi pengobatan yang tidak nyaman

dirasakan, Pola hidup masyarakat yang masih mengkonsumsi obat tradisional, jarak

ke fasyankes yang relatif jauh, konseling belum maksimal, Posbindu PTM yang

tergabung dengan posyandu lansia belum dimanfaatkan dengan baik, dan faktor-

faktor lainnya

4) Alternatif upaya penyelesaian masalah yang dapat dilaksanakan untuk permasalahan

utama di wilayah kerja Puskesmas Kolok yaitu mengadakan program "Waspadai

Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah" yang melibatkan berbagai pihak di dalam

wilayah kerja Puskesmas Kolok seperti kepala Puskesmas, dokter, pemegang program

PTM, seluruh staf puskesmas, kader, dan keluarga pasien.

5) Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan pasien

hipertensi yang berobat sesuai standar melalui program "Waspadai Hipertensi,


Kendalikan Tekanan Darah" di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kolok adalah

mengadakan sosialisasi program "Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah",

perubahan SOP hipertensi esensial, membuat desain dan mencetak buku saku, kartu

kontrol, kartu PMO, kantong hipertensi, penerapan program "Waspadai Hipertensi,

Kendalikan Tekanan Darah" di poliklinik pandu PTM.

8.2. Saran

8.2.1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto

Memberikan dukungan untuk setiap kegiatan yang diadakan oleh Puskesmas Kolok

mengenai program " Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah “ dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kolok.

8.2.2. Kepada Puskesmas Kolok

Mengadakan pembinaan setahun sekali oleh pihak Puskesmas Kolok untuk para PTM

di setiap kelurahan dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan terkait dengan

permasalahan yang ada di sekitar wilayah kerja Puskesmas Kolok.

8.2.3. Kepada Lintas Sektor

Memberikan dukungan untuk setiap kegiatan yang diadakan oleh Puskesmas Kolok

mengenai Program “ Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah “ dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kolok.

Anda mungkin juga menyukai