Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus Pasien Hipertensi dengan Pendekatan Pelayanan

Kedokteran Keluarga

Pembimbing:

Dr. dr. Djap Hadi Sutanto, M.Kes

Disusun oleh:

Della Nabila

(112019248)

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

17 Oktober – 24 Desember 2022

Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu peningkatan tekanan darah di


dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, penyakit
kardiovaskular, maupun kelainan ginjal. Hipertensi didefinisikan
sebagai dimana tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan/ atau
tekanan darah diastolik (TTD) ≥90 mmHg. Pengukuran tekanan darah
dilakukan sebanyak 2 kali diselingi pasien berisitrahat. Hipertensi
seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah
yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu
dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala.
Prevalensi hipertensi lebih sering dijumpai pada pasien usia ⩾35 tahun dan pasien

lanjut usia. Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan

sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia

terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,

diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan

diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasinya. Selain secara global, hipertensi juga menjadi salah satu penyakit tidak

menular yang paling banyak di derita masyarakat Indonesia (57,6%). Hal ini dibuktikan

melalui jumlah kunjungan hipertensi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang terus

meningkat setiap tahunnya


Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada
penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan
terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 35-44 tahun
(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi
sebesar 34,1% diketahui sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang
terdiagnosis hipertensi tidak minum obat, serta 31,3% tidak rutin minum obat. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya
hipertensi sehingga tidak melakukan pengobatan. Berdasarkan data diatas, didapatkan suatu
gambaran bahwa hipertensi merupakan masalah kesehatan yang potensial. Bila dibiarkan
tidak diobati, keadaan ini akan menimbulkan berbagai macam komplikasi berupa kerusakan
organ-organ target dan pada kasus yang fatal dapat mengakibatkan penyakit jantung, gagal
ginjal maupun stroke yang tidak jarang berujung pada kematian.

1.2 Tujuan

Dengan pendekatan pelayanan kedokteran keluarga dan melakukan kunjungan ke rumah


pasien, diharapkan dapat melakukan analisa kasus Hipertensi grade I dan melakukan
beberapa hal, yakni:
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh berdasarkan pendekatan kedokteran
keluarga, dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga
b. Menerapkan dan mengaplikasikan praktek pendekatan kedokteran keluarga kepada
pasien
c. Mengetahui adanya hubungan dan factor-faktor yang terkait dengan terjadinya penyakit
yang diderita pasien
d. Memantau perkembangan penyakit pasien serta kepatuhan pasien dalam menjalani
terapi.
e. Memberikan edukasi pencegahan serta penjelasan pentingnya kepatuhan minum obat
secara teratur.

1.3 Sasaran
Pasien dan anggota keluarga pasien
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang melewati
batas normal, yaitu apabila tekanan sistolik (SBP) adalah 140 mm Hg atau lebih dan atau
tekanan diastolik adalah 90 mm Hg atau lebih, atau pun kombinasi keduanya. Artinya,
tekanan dalam pembuluh darah secara konsisten berada di atas normal. Hipertensi terjadi bila
diameter arteri berkurang (terjadi penyempitan pembuluh darah) atau bila volume darah yang
melalui arteri meningkat. Berdasarkan JNC VII, terbagi atas beberapa klasifikasi hipertensi,
yaitu :
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa.

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal ⪁ 120 ⪁ 80

Pra Hipertensi 121-139 81-89

Hipertensi Grade I 140-159 90-99

Hipertensi Grade 2 ⩾ 160 ⩾ 100

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :


1) Hipertensi essensial atau primer yang biasanya tidak diketahui penyebabnya (idiopatik),
walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup (kurang aktivitas fisik,
alkohol, merokok, dan pola makan), faktor genetik, hiperaktif susunan saraf simpatik,
sistem rennin-angiotensin, dan lainnya. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
2) Hipertensi non essensial atau sekunder yang penyebabnya dapat ditentukan pada 5 -
10% kasus, antara lain penyakit ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), penggunaan estrogen, kelebihan kolesterol
(dislipidemia), dan hipertensi dalam kehamilan. .

Epidemiologi
Hipertensi merupakan penyebab paling umum meningkatkan risiko terjadinya
penyakit jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya, dan merupakan masalah utama di negara
maju maupun berkembang. Kardio vaskular juga menjadi penyebab nomor satu kematian di
dunia setiap tahunnya. Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia
menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi,
hanya 36,8%. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi
dan komplikasi. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 34,1%. Ini mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi hipertensi pada
Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%. Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan
Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada
pendudukusia 18 tahun keatas sebesar 32,4%. Diperkirakan hanya 1/3 kasus hipertensi di
Indonesia yang terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis. Insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya umur. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi

Etiologi
Penyebab hipertensi sekitar 90% penderita tidak diketahui (idiopatik). Hipertensi
esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab. Beberapa perubahan pada jantung dan
pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya, yaitu seperti Penyakit
ginjal (5-10%), Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB) (1-2%).
Contoh lain penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah stenosis arteri renalis,
pielonefritis, glomerulonefritis, terapi penyinaran yang mengenai ginjal, dan lain – lain.
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Contoh kelainan hormonal lainnya adalah hiperaldosteronisme dan sindroma cushing.
Kegemukan (obesitas), kurangnya aktivitas fisik, stres, alkohol atau garam dalam
makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,
jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang terdapat pada pasien dengan hipertensi yaitu :
a. Nyeri kepala
b. Terkadang disertai mual dan muntah (peningkatan TIK)
c. Pusing
d. Keluar darah dari hidung secara tiba-tiba
e. Tengkuk terasa pegal
f. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina.
g. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
h. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
i. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Faktor Resiko
Faktor risiko pada hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain : Umur, Jenis kelamin, dan
Keturunan (genetik)
2. Faktor risiko yang dapat diubah, antara lain: faktor risiko yang diakibatkan perilaku
tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, konsumsi
garam berlebih, kurang aktifitas fisik, berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi
alkohol, dislipidemia dan stress
Penyakit kardiovaskular memiliki faktor risiko multipel. Dalam kuantifikasi risiko penyakit
kardiovaskular pada pasien hipertensi, perlu diperhitungkan efek berbagai faktor risiko lain
yang dimiliki pasien.

Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance. Apabila
terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat
menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan
mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian
tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti reflex
kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf
pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem
pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga
intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan
sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem
pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan
tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid
yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
dan tekanan darah

Diagnosis

Penegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan kurang lebih sebanyak tiga kali pengukuran
tekanan darah selama tiga kali kunjungan terpisah, dengan 2-3 kali pengukuran dalam satu
kumjungan. Diagnosis hipertensi primer dapat dilakukan dengan sebagai berikut :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik lengkap, terutama pemeriksaan tekanan darah,
3. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah lengkap, tes urinalisis,
pemeriksaan kimia darah (untuk mengetahui kadar potassium, sodium, creatinin, High
Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), glukosa),
4. Pemeriksaan Elektrokardiografi

Penatalaksanaan
Penatalaksaan bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovaskuler dan ginjal. Fokus utama dalam penatalaksanaan hipertensi adalah pencapaian
tekanan darah target < 140/90 mmHg. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau
panyakit ginjal, target tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg.

a. Non Medikamentosa
● Intervensi pola hidup
Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan hipertensi dan dapat
mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup sehat telah terbukti menurunkan tekanan darah
yaitu pembatasan konsumsi garam dan alkohol, peningkatan konsumsi sayuran dan buah,
penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal, aktivitas fisik teratur seperti olahraga
3-4 kali dalam seminggu, serta menghindari rokok.
● Pembatasan konsumsi garam
Hindari makanan asin atau dengan kandungan tinggi garam. Terdapat bukti hubungan antara
konsumsi garam dan hipertensi. Konsumsi garam berlebih terbukti meningkatkan tekanan
darah dan meningkatkan prevalensi hipertensi. Rekomendasi penggunaan natrium (Na)
Sebaiknya menghindari makanan dengan kandungan tinggi garam.
● Perubahan pola makan
Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang mengandung sayuran,
kacang-kacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam
lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam
lemak jenuh.
● Penurunan berat badan dan menjaga badan ideal
Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah obesitas (IMT >25 kg/m3 ), dan
menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 - 22,9 kg/m) dengan lingkar pinggang <90 cm pada
laki-laki dan <80 cm pada perempuan, karena berat massa tubuh yang berlebih dapat
meningkatkan volume darah dan frekuensi curah jantung yang akan menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan darah.
● Olahraga teratur
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi, sekaligus
menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular. Olahraga teratur dengan intensitas dan
durasi ringan memiliki efek penurunan TD lebih kecil dibandingkan dengan jarang olahraga
dan sekali olahraga latihan intensitas sedang atau tinggi, sehingga berolahraga pasien
hipertensi disarankan untuk setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas sedang
(seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu.
● Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status merokok harus
ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita hipertensi yang merokok harus
diedukasi untuk berhenti merokok.

b. Medikamentosa
Penatalaksanaan medikamentosa pada penderita hipertensi merupakan upaya untuk
menurunkan tekanan darah secara efektif dan efisien. Strategi pengobatan yang dianjurkan
pada panduan penatalaksanaan hipertensi adalah dengan menggunakan terapi obat kombinasi
pada sebagian besar pasien, untuk mencapai tekanan darah sesuai target. Bila tersedia luas
dan memungkinkan, maka dapat diberikan dalam bentuk pil tunggal berkombinasi dengan
tujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan
Algoritma Terapi untuk Hipertensi :
● Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua obat. Bila
memungkinkan dalam bentuk SPC, untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
● Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker (Renin-angiotensin
system blocker), yakni ACEi atau ARB, dengan CCB atau diuretik.
● Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain dianjurkan bila ada
indikasi spesifik, misalnya angina, pasca infrark miokard akut, gagal jantung dan untuk
kontrol denyut jantung.
● Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1
dengan risiko rendah (TDS <150mmHg), pasien dengan tekanan
darah normal-tinggi dan berisiko sangat tinggi, pasien usia
sangat lanjut (≥80 tahun) atau ringkih.
● Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau ARB), CCB,
dan diuretik jika TD tidak terkontrol oleh kombinasi dua obat.
● Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten, kecuali ada
kontraindikasi.
BAB III

HASIL LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

I. Identitas Pasien
a. Nama : Zainabun
b. Umur : 50 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : IRT (Cuci - Gosok)
e. Pendidikan : Tamat SMP
f. Alamat : Jl. Kp Baru, RT/RW 05/07, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
g. Agama : Islam

II. Anamnesis
Tanggal Pemeriksaan : 30 November 2022
Anamnesis : Autoanamnesis

1. Keluhan Pasien
Pasien mengeluhkan pusing pada seluruh kepalanya sejak tadi pagi
2. Keluhan Tambahan
Tengkuk terasa pegal dan pasien kurang tidur di malam hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh pusing terutama dirasakan dibagian belakang kepala seperti dipukul
beban berat. Nyeri dirasakan mulai dari dahi, ubun-ubun, dan seluruh kepala. Pasien
juga merasakan pegal di daerah tengkuk. Nyeri semakin memberat saat pasien sedang
melakukan aktivitas sehari-hari dan dirasakan terus menerus. Keluhan membaik jika
pasien beristirahat sejenak. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang
lalu dan sedang melakukan terapi atas keluhannya. Pasien rutin datang ke puskesmas
setiap bulannya. Pasien belum minum obat atas keluhannya. Saat ini pasien datang ke
Puskesmas untuk mengambil obat karena obat sudah habis dan harus kontrol ke
Puskesmas. Pasien menyangkal adanya buram pada matanya, mimisan, mual, muntah,
penurunan kesadaran, maupun trauma pada kepala.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak mengetahui pasti kapan mulai terjadinya gejala hipertensi, tetapi waktu
diperiksa saat 4 tahun yang lalu pasien di diagnosis dengan hipertensi grade I dan
pasien sudah rutin mengkonsumsi obat amlodipine tablet 5 mg 1 hari 1 tab
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien memiliki riwayat Hipertensi dan Ayah pasien memiliki riwayat Diabetes
Melitus
6. Riwayat Pengobatan
Amlodipin 5 mg 1x1
7. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki Riwayat alergi apapun terhadap obat-obatan atau makanan.
8. Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien suka sekali makan makanan asin, seperti ikan asin hampir setiap hari. Pasien
juga rutin mengkonsumsi sayuran dan pasien sadar akan kebutuhan gizi yang baik
untuk dirinya dan keluarganya. Pasien memiliki kebiasaan olahraga yang buruk
karena pasien jarang berolahraga, olahraga yang sering dilakukan hanya jalan kaki di
sekitar rumah dengan durasi yang sebentar. Di lingkungan keluarga pasien, suami
pasien merokok setiap harinya. Tidak ada riwayat mengkonsumsi alkohol.
9. Hubungan Psikologis dengan Keluarga
Hubungan psikologis dengan keluarga terjalin dengan baik dan harmonis baik di
lingkungan keluarga ataupun tetangga. Pasien terlihat bahagia dengan keluarga yang
dimilikinya.
10. Aktivitas Sosial
Pasien bersosialisasi baik dengan lingkungan sekitar tempat pasien tinggal.
11. Kegiatan Kerohanian
Kegiatan kerohanian pasien baik, pasien melakukan sholat 5 waktu dalam sehari
bersama keluarganya dan melakukan ibadah di rumah, terkadang pergi ke masjid jika
pengajian.

III. Riwayat Biologis Keluarga


Ibu Zainabun tinggal dengan suami dan 2 anaknya. Anak pertama pasien sudah
menikah dan tinggal di kontrakan samping rumah pasien. Suami dan anak-anak pasien
dalam keadaan sehat.
a. Keadaan kesehatan sekarang : Sedang
Pasien mengalami pusing kepala dan diperberat
saat pasien sedang melakukan aktivitas ringan
sehari-hari serta terkadang leher merasa pegal
dan tegang.
b. Kebersihan perorangan : Baik
Terlihat dari rambut yang bersih, kuku jari
tangan dan kaki pendek dan terjaga bersih, serta
pakaian yang dipakai bersih dan mandi 2 kali
sehari.
c. Penyakit yang sering diderita : Hipertensi
d. Penyakit keturunan : Hipertensi dan Diabetes Melitus
e. Penyakit kronis/menular : Tidak Ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak Ada
g. Pola makan : Baik
Makan 3x sehari secara teratur (pagi, siang, dan
malam hari). Makanan yang dimakan juga
bervariasi seperti nasi, sayur, lauk pauk.
Namun, pasien sangat suka memakan ikan asin
dan dikonsumsi hampir setiap hari
h. Pola istirahat : Kurang
Pasien tidak cukup tidur. Setiap malam pasien
kurang istirahat dikarenakan sulit untuk tidur.
Waktu tidur pasien + 3-4 jam sehari. Pasien
tidak mengkonsumsi obat tidur. Suami dan anak
pasien merasa cukup tidur dan istirahat malam
hari selama + 5-6 jam.
i. Jumlah anggota keluarga : 5 orang

IV. Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan buruk : Tidak Ada
b. Pengambil keputusan : Ibu Zainabun (Pasien sendiri)
c. Ketergantungan obat : Obat Anti Hipertensi
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan :Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan
e. Pola rekreasi : Kurang

V. Keadaan Rumah / Lingkungan


Pasien tinggal bersama suami dan ke 2 anaknya di sebuah rumah kontrakan berderet.
a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Keramik (terpasang pada seluruh bagian rumah)
c. Luas rumah : + 10x5 m
Rumah ini terdiri dari kamar mandi, kamar tidur,
dapur, serta ruang tamu.
d. Penerangan : Baik
Penerangan di siang hari dapat menerangi beberapa
ruangan tertentu yang berhadapan dengan arah
datangnya cahaya matahari. Ruangan yang terkena
cahaya matahari pada bagian ruang tamu. Untuk
penerangan dimalam hari sudah cukup baik, dimana
setiap ruangan diterangi oleh lampu.
e. Kebersihan : Sedang
Pada bagian dapur terlihat banyak barang yang masih
berantakan dan tidak teratur pada tempatnya atau
diletakkan bertumpuk diatas meja. Pada bagian depan
rumah, terdapat jemuran baju yang tergantung tidak
teratur di tembok pembatas rumah dengan jalan.
f. Ventilasi : Baik
Terdapat pada bagian depan ruang tamu
g. Dapur : Ada
Terdapat dapur seluas 2x3 m. Di area sekitar dapur
terdapat juga satu ruang kamar mandi
h. Jamban keluarga : Ada
Pasien memiliki jamban rumah, terlihat bersih, dan
terpisah antara mandi dengan kakus. Dibersihkan
setiap 3 hari sekali.
i. Sumber air minum : Air PAM dan air galon
j. Sumber pencemaran air : Tidak Ada
k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak Ada
Pekarangan rumah merupakan tembok yang bebatasan
dengan jalan umum bagi warga untuk ke rumah
penduduk lainnya. Hal ini disebabkan kondisi rumah
kontrakan yang saling berdempetan satu dengan yang
lainnya
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
Sistem pembuangan limbah air bekas
pemakaian melalui selokan rumah yang akan
disalurkan ke kali pembuangan.
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
Sampah dikumpulkan di tempat sampah dalam
rumah dan dibuang setiap harinya di depan
rumah pasien, lalu diangkut oleh petugas
sampah 2 atau 3 hari sekali.
n. Sanitasi lingkungan : Sedang
Perilaku lingkungan sehat pada warga setempat
masih suka membuang air sisa cuci piring ke
selokan depan rumah yang mengakibatkan bau
tidak sedap. Lingkungan arena kondisi rumah
pasien yang berdempetan dan pekarangan
rumah yang tidak ada, menyebabkan situasi
yang kondusif untuk perkembangbiakan hewan,
seperti tikus, kecoak, dan nyamuk.

VI. Spiritual Keluarga


a. Ketaatan beribadah : Baik
Pasien beragama Islam dan rajin sholat 5 waktu
setiap harinya bersama keluarganya.
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik

VII. Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat pendidikan : SMP
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang
(Tidak mengikuti kegiatan organisasi atau
PKK)
e. Keadaan ekonomi : Cukup
VIII. Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Adat Betawi
b. Lain-lain : Tidak Ada

IX. Profil Keluarga


Ny Z merupakan seorang istri dari Tn M yang sudah menikah selama kurang lebih 20
tahun dan bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Mempunyai 3 orang anak, yaitu Evi S,
Eva A., Eky A. dan seorang cucu yaitu Sheila.

X. Daftar Anggota Keluarga

No Nama Hub dengan Usia Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan


KK Kesehatan
1. Muhammad Suami 56 th SMP Serabutan Islam Baik

2. Zainabun Isteri 50 th SMP IRT Islam Baik

3. Evi S. Anak 33 th SMK Pegawai Islam Baik

4. Eva A. Anak 27 th SMK Belum Islam Baik


Bekerja

5. Eky A. Anak 20 th Perguruan Mahasiswa Islam Baik


Tinggi

6. Sheila Cucu 3 th Beum Belum Islam Baik


Sekolah Bekerja

XI. Genogram

Keterangan :

Laki-laki Normal :

Perempuan Normal :

Pasien :

a. Bentuk keluarga → Bentuk keluarga ini adalah Nuclear Family yaitu keluarga inti
yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak.
b. Hubungan anggota keluarga → Ny. Z dan Tn. M merupakan pasangan suami

istri dengan tiga orang anak. Hubungan antara anggota keluarga cukup baik,

mereka sering berkumpul dan berkomunikasi.

XII. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Skor)


Merupakan suatu sistem fungsi yang menentukan sehat atau tidaknya suatu keluarga
yang dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok
keluarga, antara lain:
● Adaptasi → Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan

yang diperlukan

● Partnertship → Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi

dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah

● Growth → Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang

diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan

semua anggota keluarga.

● Affection → Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang

serta interaksi emosional yang berlangsung

● Resolve → Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan

dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.

Penilaian : Total Skor :


Hampir Selalu :2 8-10 = Fungsi keluarga sehat
Kadang-kadang :1 4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
Hampir Tidak Pernah : 0 0-3 = Fungsi keluarga sakit

No. Pertanyaan Penilaian

Hampir Kadang-kadang Hampir Tidak


Selalu (2) (1) Pernah (0)

1. Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat
kembali kepada keluarga saya,
bila saya menghadapi masalah

2. Partnership
Saya puas dengan cara – cara
keluarga saya membahas serta
membagi masalah dengan saya

3. Growth

Saya puas bahwa keluarga saya


menerima dan mendukung
keinginan saya melaksanakan
kegiatan dan ataupun arah
hidup yang baru

4. Affection

Saya puas dengan cara – cara


keluarga saya menyatakan rasa
kasih sayang dan menanggapi
emosi

5. Resolve
Saya puas dengan cara
keluarga saya membagi waktu
Bersama

Total Skor 8

Tabel APGAR diatas menunjukkan total skor 8, yang dapat diartikan menunjukkan
fungsi keluarga sehat.

XIII. Fungsi Patologis (SCREEM)


Aspek sumber daya patologis
● Social → Pasien memiliki hubungan yang cukup baik dengan tetangga

sekitarnya
● Cultural → Pasien adalah orang indonesia yang makanan pokoknya adalah

nasi

● Religious → Pasien merupakan pemeluk agama islam dan rajin sholat setiap

harinya sebanyak lima waktu sesuai aturan agama.

● Economy → Keadaan ekonomi keluarga pasien termasuk cukup, pasien,

suami dan anak pertama pasien juga sudah bekerja sehingga penghasilan

dapat dipastikan cukup untuk keperluan sehari-hari.

● Education → Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu

Perguruan Tinggi.

● Medication → Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan

kesehatan dari rumah sakit dan memiliki asuransi yaitu BPJS.

XIV. Fungsi Holistik


a. Fungsi Biologis
Ny. Z 50 tahun menderita Hipertensi Grade I
b. Fungsi Psikologis
Penderita tinggal dengan suami serta anak-anaknya. Jika ada anggota keluarga
yang sakit, mereka saling membantu dan memberi perhatian. Saat Ny. Z sakit,
anggota keluarganya sangat perhatian dan terkadang jika tidak sibuk bersedia
mengantar ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk melakukan
pemeriksaan.
c. Fungsi Sosial
Kehidupan sehari-hari, keluarga pasien sebagai anggota masyarakat biasa,
Keluarga pasien cukup aktif bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumahnya.
Namun, tidak mengikuti kegiatan organisasi seperti PKK atau arisan.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Suami pasien, pasien serta anak pasien bekerja. Pada ekonomi pasien memiliki
keadaan ekonomi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

XV. Pemeriksaan Fisik


● Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
● Kesadaran Umum : Compos Mentis
● GCS : E4V5M6
● Tekanan Darah : 150/90 mmHg
● Frekuensi Nadi : 90x/menit
● Frekuensi Nafas : 20x/menit
● Suhu : 36,7 C
● Berat Badan : 66 kg
● Tinggi Badan : 165 cm
Kepala : Normocephali, rambut berwarna hitam, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-

Kelenjar Getah Bening


Submandibula : Tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : Tidak ditemukan pembesaran
Lipat Paha : Tidak ditemukan pembesaran
Leher : Tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : Tidak ditemukan pembesaran

Jantung : BJ I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)


Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : mendatar, bekas luka operasi (-) massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normoperistaltic
Palpasi : Neri tekan (-)
● Hepar = Hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae
● Lien = Tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen

Ekstremitas : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik, tidak ada edema, tidak ada
sianosis, tonus otot baik,

XVI. Diagnosis
Biologis : Hipertensi Grade I
Banding : Dislipidemia, Cephalgia, Obstruktif Sleep Apnea
Psikologis : Hubungan pasien dengan anggota keluarga terjalin dengan baik
Sosial : Anggota keluarga bersosialisasi dengan tetangga sangat baik
Ekonomi : Keadaan ekonomi pasien baik dan cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
Keagamaan : Semua anggota keluarga menjalankan ibadah dengan baik sesuai
aturan agama

XVII. Penatalaksanaan Awal dan Edukasi


a. Health Promotion : memberikan penyuluhan ke keluarga dan pasien mengenai
penyakit hipertensi, tentang perjalanan penyakitnya, tentang gejala klinisnya, faktor
penyebabnya, hal berkaitan dengan pengobatan, serta edukasi pencegahan hipertensi,
seperti menjaga pola makan, gaya hidup sehat, minum obat secara teratur, serta atur
pola tidur.
b. Specific Protection : Seseorang/keluarga yang memiliki faktor risiko genetik perlu
meningkatkan kesadaran atas kesehatannya dan melakukan pola atau gaya hidup
sehat dengan istirahat yang cukup, hindari aktivitas yang berlebihan yang memicu
stress, menjaga makanan serta mengurangi faktor risiko, melakukan aktivitas fisik
seperti berjalan atau program Senam dan Jantung Sehat.
c. Early Diagnosis and Prompt Treatment : Seseorang yang memiliki faktor risiko
Hipertensi perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis penyakit
dalam. Dalam menegakkan diagnosis perlu dibantu dengan pemeriksaan skrining
awal seperti pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan fisik lengkap dari kepala
hingga ekstremitas, serta kontrol penyakit secara teratur. Selain pemeriksaan fisik,
dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan penunjang seperti CBC, Kadar ureum,
kreatinin, Gula darah, HbA1c, elektrolit, urinalisis, dan Ct-Scan, untuk melihat
komplikasi, faktor resiko dan menyingkirkan diagnosis lain. Hal ini dilakukan
sebagai early diagnosis sehingga jika ada perburukan penyakit dapat diketahui dan
ditangani sedini mungkin. Sedangkan tindakan prompt treatment pada penderita
hipertensi adalah dengan terapi medikamentosa sedini mungkin sesuai anjuran
dokter yang menangani, seperti obat terapi utama golongan calcium channel blocker
dan lainnya, serta mengkonsumsi vitamin dan suplemen yang diberikan secara rutin.
d. Disability Limitation : Pengobatan dan perawatan yang sempurna dilakukan untuk
mencegah terjadinya sequele atau komplikasi. Pada pasien ini dengan kondisi
menderita Hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi obat secara teratur yang
diberikan oleh dokter, atur pola makan dengan mengurangi konsumsi garam atau
makanan asin yang berlebih, menghindari stress dan olahraga rutin, istirahat yang
cukup untuk menghindari komplikasi lebih lanjut dan juga melihat apakah ada
munculnya perburukan penyakit atau komplikasi dari pemakaian obat.
e. Rehabilitation : Sasaran utamanya adalah penderita penyakit Hipertensi yang sudah
sembuh atau terkontrol dalam usaha memulihkan fungsinya serta program
rehabilitasi, untuk mengembalikan pasien ke masyarakat dan berfungsi sebaik
mungkin agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi
beban orang lain. Penggunaan obat seperti obat sistemik secara teratur sesuai dengan
anjuran dokter. Selain itu, lakukan pemeriksaan ke dokter secara berkala jika ada
mengalami keluhan lainnya atau tidak ada perbaikan, memperbaiki pola makan dan
nutrisi, serta menyarankan untuk menghindari faktor risiko agar tidak terjadi
berulang dan perburukan pada penyakit ini.

XVIII. Prognosis
a. Pasien
Prognosis pada pasien baik ad vitam, ad functionam, dan ad sanationam adalah
dubia ad bonam, dikarenakan pasien masih mengkonsumsi obat secara teratur setiap
harinya. Jika pasien melakukan pencegahan beberapa faktor yang dapat
memperburuk keluhan pasien, maka hasil dari penyakit ini juga akan menjadi lebih
baik.
b. Keluarga
c. Hubungan keluarga yang baik antar anggota keluarga dengan pasien. Keluarga
pasien juga sangat mendukung dalam kesehatan pasien sehingga dapat memantau
pengobatan pasien.
d. Masyarakat
Prognosis masyarakat baik jika masyarakat mengetahui faktor risiko dan gejala
hipertensi. Sehingga dapat mencegah adanya kecatatan serta juga mencegah adanya
kesenjangan hubungan masyakarat sekitar dengan pasien.
BAB IV
ANALISIS KASUS

Faktor Perilaku dan Sosialisasi


Pasien memiliki gaya hidup yang berisiko terkena penyakit Hipertensi yaitu pola makan
makanan tinggi garam, jarang berolahraga, dan istirahat yang tidak cukup. Pasien mempunyai
kebiasaan makan ikan asin sebagai menu harian. Selain itu, Ny. Z jarang berolahraga karena
dirinya menganggap bahwa pekerjaan yang dia lakukan saat ini itu termasuk dalam olahraga.
Pasien rutin meminum obat namun secara sosialisasi masih kurang karena pasien pernah
beberapa kali lupa dengan aturan minum obat yang cukup sering terutama untuk obat
amlodipine. Hal-hal ini menjadi faktor resiko penyebab terjadinya Hipertensi. Ny. Z juga
berencana untuk mengatur pola makannya dengan mengurangi makanan asin, menjaga pola
tidurnya, dan mulai melakukan olahraga ringan setiap hari minimal 15-30 menit dengan
melakukan senam.

Faktor Lingkungan
Berdasarkan faktor lingkungan rumah pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal pasien
terletak pada pemukiman cukup padat penduduk. Luas tempat tinggal pasien layak ditinggal
oleh 4 orang. Ventilasi dalam rumah tergolong cukup baik karena jumlahnya yang cukup
memungkingkan cahaya yang masuk ke dalam rumah baik dan sirkulasi udara baik sehingga
rumah tidak terasa lembab. Pintu rumah pasien dibuka pada siang hari untuk membantu
pertukaran udara. Pencahayaan tempat tinggal baik karena setiap ruangan sudah terdapat
lampu yang menyala dan cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah. Terdapat jamban
keluarga di dalam rumah pasien yang merupakan jamban pribadi sehingga aspek kebersihan
lebih baik dan diperhatikan penghuni sehingga dapat mengurangi terjadi penularan penyakit
yang disebabkan secara fecal-oral. Sumber air minum dan air untuk memasak didapatkan
dari air galon dan untuk kebutuhan bersih-bersih menggunakan air PAM. Terdapat tempat
pembuangan sampah di dalam rumah yang nantinya dibuang diluar rumah setiap paginya.
Tidak ada pabrik di sekitar tempat tinggal pasien dan tidak ada hewan bersarang di dalam
rumah. Sehingga, tempat tinggal pasien saat ini sudah memenuhi syarat sebagai tempat
tinggal yang sehat karena sudah memiliki ventilasi udara yang cukup, pengoptimalan sinar
matahari yang masuk ke dalam ruangan, serta pencahayaan dan penggunaan air yang baik.

Faktor Pelayanan Kesehatan


Pasien berkata bahwa sering melakukan pengobatan dan kontrol ke dokter puskesmas atau
klinik terdekat rumah pasien. Akses menuju ke pelayanan kesehatan juga mudah. Pengobatan
yang diberikan dokternya untuk penyakit ini sudah dilakukan dengan baik. Keluarga pasien
memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyakit pasien sehingga dapat mencari bantuan
medis untuk menangani keluhan pasien yaitu untuk berobat ke spesialis saraf rumah sakit
terdekat. Tingkat ekonomi pasien dapat dikatakan mampu sehingga bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan tersebut.

Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga merupakan salah satu faktor resiko bagi anggota
keluarga lainnya untuk terkena penyakit yang sama. Hal ini disebabkan oleh hipertensi
merupakan penyakit yang memiliki tingkat risiko tinggi pada seseorang yang memiliki faktor
genetik. Pada keluarga Ny. Z, ditemukan Ibu dari pasien dengan riwayat atau keluhan
penyakit yang sama. Suami dan anak pasien tidak mengalami masalah serupa. Pada pasien ini
diperkirakan faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah dikarenakan faktor genetik,
perilaku dan pola hidup yang tidak sehat. Selain itu, orang tua dan saudara pasien juga harus
lebih berhati – hati dan waspada karena ada kecenderungan menderita hipertensi.

Anjuran untuk Pasien dan Anggota Keluarga


Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
untuk mengurangi perburukan dari penyaktinya. Pasien merupakan penderita hipertensi dan
perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin seperti pemeriksaan tekanan darah dan
laboratorium. Kadar tekanan darah pasien harus terkontrol dengan baik, agar gejala hipertensi
tidak muncul kembali. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk mengamalkan pola hidup
yang sehat, merubah pola makan yang sehat dan bergizi seperti diet rendah garam,
berolahraga serta istirahat yang cukup setiap harinya sesuai dan pasien juga diharuskan untuk
minum obat dengan rutin sesuai anjuran dokter.

Keluarga pasien juga berisiko menderita hipertensi, sehingga sangat dianjurkan untuk
berperilaku hidup sehat sedini mungkin secara teratur dan hidup dengan pola makan yang
sehat serta rutin berolahraga sehingga dapat menghindari dan mencegah faktor-faktor resiko
terjadinya hipertensi.

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Diakses pada
tanggal 12 Desember 2022 melalui akses http://www.p2ptm.kemkes.go.id.
2. Lukito A. A, Harmewaty E, Hustrini N. M, dkk. Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi 2019. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI); Jakarta: 2019.
h. 9-53
3. Ansar J, Dwiana I, Apriani M. Determinan kejadian hipertensi pada pengunjung
posbindu di wilayah kerja puskesmas ballaparang kota makassar. Jurnal Nasional
Ilmu Kesehatan. 2019; 1(3): 29-32
4. Kemenkes RI. Laporan RISKESDAS 2018. Jakarta: Ditjen BP &PK Kemenkes RI;
2018. h. 158-9
5. Sartik, Tjekyan RMS, Zulkarnain M. Faktor-faktor resiko dan angka kejadian
hipertensi pada penduduk palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2017; 8(3):
180-91.
6. Norman M. Kaplan. Kaplan'sClinicalHypertension 9thedition. Philadelphia, USA:
Lippincott Williams & Wilkins:2009
7. 1. Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II edisi V. Jakarta: InternaPublishing; 2009
8. (PERHI. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021: Update Konsensus PERHI
2019. Jakarta: InaSH; 2021. h.5-6)
9. Fitri. Diagnose Enforcement and Treatment of High Blood Pressure. Vol.4. No. 3.
Lampung: Jmajority; 2015. h.47-51

Anda mungkin juga menyukai