Kedokteran Keluarga
Pembimbing:
Disusun oleh:
Della Nabila
(112019248)
Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
lanjut usia. Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan
diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya. Selain secara global, hipertensi juga menjadi salah satu penyakit tidak
menular yang paling banyak di derita masyarakat Indonesia (57,6%). Hal ini dibuktikan
melalui jumlah kunjungan hipertensi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang terus
1.2 Tujuan
1.3 Sasaran
Pasien dan anggota keluarga pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang melewati
batas normal, yaitu apabila tekanan sistolik (SBP) adalah 140 mm Hg atau lebih dan atau
tekanan diastolik adalah 90 mm Hg atau lebih, atau pun kombinasi keduanya. Artinya,
tekanan dalam pembuluh darah secara konsisten berada di atas normal. Hipertensi terjadi bila
diameter arteri berkurang (terjadi penyempitan pembuluh darah) atau bila volume darah yang
melalui arteri meningkat. Berdasarkan JNC VII, terbagi atas beberapa klasifikasi hipertensi,
yaitu :
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa.
Normal ⪁ 120 ⪁ 80
Epidemiologi
Hipertensi merupakan penyebab paling umum meningkatkan risiko terjadinya
penyakit jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya, dan merupakan masalah utama di negara
maju maupun berkembang. Kardio vaskular juga menjadi penyebab nomor satu kematian di
dunia setiap tahunnya. Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia
menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi,
hanya 36,8%. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi
dan komplikasi. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 34,1%. Ini mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi hipertensi pada
Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%. Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan
Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada
pendudukusia 18 tahun keatas sebesar 32,4%. Diperkirakan hanya 1/3 kasus hipertensi di
Indonesia yang terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis. Insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya umur. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi
Etiologi
Penyebab hipertensi sekitar 90% penderita tidak diketahui (idiopatik). Hipertensi
esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab. Beberapa perubahan pada jantung dan
pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya, yaitu seperti Penyakit
ginjal (5-10%), Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB) (1-2%).
Contoh lain penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah stenosis arteri renalis,
pielonefritis, glomerulonefritis, terapi penyinaran yang mengenai ginjal, dan lain – lain.
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Contoh kelainan hormonal lainnya adalah hiperaldosteronisme dan sindroma cushing.
Kegemukan (obesitas), kurangnya aktivitas fisik, stres, alkohol atau garam dalam
makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,
jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang terdapat pada pasien dengan hipertensi yaitu :
a. Nyeri kepala
b. Terkadang disertai mual dan muntah (peningkatan TIK)
c. Pusing
d. Keluar darah dari hidung secara tiba-tiba
e. Tengkuk terasa pegal
f. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina.
g. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
h. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
i. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Faktor Resiko
Faktor risiko pada hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain : Umur, Jenis kelamin, dan
Keturunan (genetik)
2. Faktor risiko yang dapat diubah, antara lain: faktor risiko yang diakibatkan perilaku
tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, konsumsi
garam berlebih, kurang aktifitas fisik, berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi
alkohol, dislipidemia dan stress
Penyakit kardiovaskular memiliki faktor risiko multipel. Dalam kuantifikasi risiko penyakit
kardiovaskular pada pasien hipertensi, perlu diperhitungkan efek berbagai faktor risiko lain
yang dimiliki pasien.
Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance. Apabila
terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat
menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan
mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian
tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti reflex
kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf
pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem
pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga
intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan
sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem
pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan
tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid
yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
dan tekanan darah
Diagnosis
Penegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan kurang lebih sebanyak tiga kali pengukuran
tekanan darah selama tiga kali kunjungan terpisah, dengan 2-3 kali pengukuran dalam satu
kumjungan. Diagnosis hipertensi primer dapat dilakukan dengan sebagai berikut :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik lengkap, terutama pemeriksaan tekanan darah,
3. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah lengkap, tes urinalisis,
pemeriksaan kimia darah (untuk mengetahui kadar potassium, sodium, creatinin, High
Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), glukosa),
4. Pemeriksaan Elektrokardiografi
Penatalaksanaan
Penatalaksaan bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovaskuler dan ginjal. Fokus utama dalam penatalaksanaan hipertensi adalah pencapaian
tekanan darah target < 140/90 mmHg. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau
panyakit ginjal, target tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg.
a. Non Medikamentosa
● Intervensi pola hidup
Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan hipertensi dan dapat
mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup sehat telah terbukti menurunkan tekanan darah
yaitu pembatasan konsumsi garam dan alkohol, peningkatan konsumsi sayuran dan buah,
penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal, aktivitas fisik teratur seperti olahraga
3-4 kali dalam seminggu, serta menghindari rokok.
● Pembatasan konsumsi garam
Hindari makanan asin atau dengan kandungan tinggi garam. Terdapat bukti hubungan antara
konsumsi garam dan hipertensi. Konsumsi garam berlebih terbukti meningkatkan tekanan
darah dan meningkatkan prevalensi hipertensi. Rekomendasi penggunaan natrium (Na)
Sebaiknya menghindari makanan dengan kandungan tinggi garam.
● Perubahan pola makan
Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang mengandung sayuran,
kacang-kacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam
lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam
lemak jenuh.
● Penurunan berat badan dan menjaga badan ideal
Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah obesitas (IMT >25 kg/m3 ), dan
menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 - 22,9 kg/m) dengan lingkar pinggang <90 cm pada
laki-laki dan <80 cm pada perempuan, karena berat massa tubuh yang berlebih dapat
meningkatkan volume darah dan frekuensi curah jantung yang akan menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan darah.
● Olahraga teratur
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi, sekaligus
menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular. Olahraga teratur dengan intensitas dan
durasi ringan memiliki efek penurunan TD lebih kecil dibandingkan dengan jarang olahraga
dan sekali olahraga latihan intensitas sedang atau tinggi, sehingga berolahraga pasien
hipertensi disarankan untuk setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas sedang
(seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu.
● Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status merokok harus
ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita hipertensi yang merokok harus
diedukasi untuk berhenti merokok.
b. Medikamentosa
Penatalaksanaan medikamentosa pada penderita hipertensi merupakan upaya untuk
menurunkan tekanan darah secara efektif dan efisien. Strategi pengobatan yang dianjurkan
pada panduan penatalaksanaan hipertensi adalah dengan menggunakan terapi obat kombinasi
pada sebagian besar pasien, untuk mencapai tekanan darah sesuai target. Bila tersedia luas
dan memungkinkan, maka dapat diberikan dalam bentuk pil tunggal berkombinasi dengan
tujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan
Algoritma Terapi untuk Hipertensi :
● Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua obat. Bila
memungkinkan dalam bentuk SPC, untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
● Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker (Renin-angiotensin
system blocker), yakni ACEi atau ARB, dengan CCB atau diuretik.
● Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain dianjurkan bila ada
indikasi spesifik, misalnya angina, pasca infrark miokard akut, gagal jantung dan untuk
kontrol denyut jantung.
● Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1
dengan risiko rendah (TDS <150mmHg), pasien dengan tekanan
darah normal-tinggi dan berisiko sangat tinggi, pasien usia
sangat lanjut (≥80 tahun) atau ringkih.
● Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau ARB), CCB,
dan diuretik jika TD tidak terkontrol oleh kombinasi dua obat.
● Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten, kecuali ada
kontraindikasi.
BAB III
I. Identitas Pasien
a. Nama : Zainabun
b. Umur : 50 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : IRT (Cuci - Gosok)
e. Pendidikan : Tamat SMP
f. Alamat : Jl. Kp Baru, RT/RW 05/07, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
g. Agama : Islam
II. Anamnesis
Tanggal Pemeriksaan : 30 November 2022
Anamnesis : Autoanamnesis
1. Keluhan Pasien
Pasien mengeluhkan pusing pada seluruh kepalanya sejak tadi pagi
2. Keluhan Tambahan
Tengkuk terasa pegal dan pasien kurang tidur di malam hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh pusing terutama dirasakan dibagian belakang kepala seperti dipukul
beban berat. Nyeri dirasakan mulai dari dahi, ubun-ubun, dan seluruh kepala. Pasien
juga merasakan pegal di daerah tengkuk. Nyeri semakin memberat saat pasien sedang
melakukan aktivitas sehari-hari dan dirasakan terus menerus. Keluhan membaik jika
pasien beristirahat sejenak. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang
lalu dan sedang melakukan terapi atas keluhannya. Pasien rutin datang ke puskesmas
setiap bulannya. Pasien belum minum obat atas keluhannya. Saat ini pasien datang ke
Puskesmas untuk mengambil obat karena obat sudah habis dan harus kontrol ke
Puskesmas. Pasien menyangkal adanya buram pada matanya, mimisan, mual, muntah,
penurunan kesadaran, maupun trauma pada kepala.
XI. Genogram
Keterangan :
Laki-laki Normal :
Perempuan Normal :
Pasien :
a. Bentuk keluarga → Bentuk keluarga ini adalah Nuclear Family yaitu keluarga inti
yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak.
b. Hubungan anggota keluarga → Ny. Z dan Tn. M merupakan pasangan suami
istri dengan tiga orang anak. Hubungan antara anggota keluarga cukup baik,
yang diperlukan
1. Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat
kembali kepada keluarga saya,
bila saya menghadapi masalah
2. Partnership
Saya puas dengan cara – cara
keluarga saya membahas serta
membagi masalah dengan saya
3. Growth
4. Affection
5. Resolve
Saya puas dengan cara
keluarga saya membagi waktu
Bersama
Total Skor 8
Tabel APGAR diatas menunjukkan total skor 8, yang dapat diartikan menunjukkan
fungsi keluarga sehat.
sekitarnya
● Cultural → Pasien adalah orang indonesia yang makanan pokoknya adalah
nasi
● Religious → Pasien merupakan pemeluk agama islam dan rajin sholat setiap
suami dan anak pertama pasien juga sudah bekerja sehingga penghasilan
Perguruan Tinggi.
Ekstremitas : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik, tidak ada edema, tidak ada
sianosis, tonus otot baik,
XVI. Diagnosis
Biologis : Hipertensi Grade I
Banding : Dislipidemia, Cephalgia, Obstruktif Sleep Apnea
Psikologis : Hubungan pasien dengan anggota keluarga terjalin dengan baik
Sosial : Anggota keluarga bersosialisasi dengan tetangga sangat baik
Ekonomi : Keadaan ekonomi pasien baik dan cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
Keagamaan : Semua anggota keluarga menjalankan ibadah dengan baik sesuai
aturan agama
XVIII. Prognosis
a. Pasien
Prognosis pada pasien baik ad vitam, ad functionam, dan ad sanationam adalah
dubia ad bonam, dikarenakan pasien masih mengkonsumsi obat secara teratur setiap
harinya. Jika pasien melakukan pencegahan beberapa faktor yang dapat
memperburuk keluhan pasien, maka hasil dari penyakit ini juga akan menjadi lebih
baik.
b. Keluarga
c. Hubungan keluarga yang baik antar anggota keluarga dengan pasien. Keluarga
pasien juga sangat mendukung dalam kesehatan pasien sehingga dapat memantau
pengobatan pasien.
d. Masyarakat
Prognosis masyarakat baik jika masyarakat mengetahui faktor risiko dan gejala
hipertensi. Sehingga dapat mencegah adanya kecatatan serta juga mencegah adanya
kesenjangan hubungan masyakarat sekitar dengan pasien.
BAB IV
ANALISIS KASUS
Faktor Lingkungan
Berdasarkan faktor lingkungan rumah pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal pasien
terletak pada pemukiman cukup padat penduduk. Luas tempat tinggal pasien layak ditinggal
oleh 4 orang. Ventilasi dalam rumah tergolong cukup baik karena jumlahnya yang cukup
memungkingkan cahaya yang masuk ke dalam rumah baik dan sirkulasi udara baik sehingga
rumah tidak terasa lembab. Pintu rumah pasien dibuka pada siang hari untuk membantu
pertukaran udara. Pencahayaan tempat tinggal baik karena setiap ruangan sudah terdapat
lampu yang menyala dan cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah. Terdapat jamban
keluarga di dalam rumah pasien yang merupakan jamban pribadi sehingga aspek kebersihan
lebih baik dan diperhatikan penghuni sehingga dapat mengurangi terjadi penularan penyakit
yang disebabkan secara fecal-oral. Sumber air minum dan air untuk memasak didapatkan
dari air galon dan untuk kebutuhan bersih-bersih menggunakan air PAM. Terdapat tempat
pembuangan sampah di dalam rumah yang nantinya dibuang diluar rumah setiap paginya.
Tidak ada pabrik di sekitar tempat tinggal pasien dan tidak ada hewan bersarang di dalam
rumah. Sehingga, tempat tinggal pasien saat ini sudah memenuhi syarat sebagai tempat
tinggal yang sehat karena sudah memiliki ventilasi udara yang cukup, pengoptimalan sinar
matahari yang masuk ke dalam ruangan, serta pencahayaan dan penggunaan air yang baik.
Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga merupakan salah satu faktor resiko bagi anggota
keluarga lainnya untuk terkena penyakit yang sama. Hal ini disebabkan oleh hipertensi
merupakan penyakit yang memiliki tingkat risiko tinggi pada seseorang yang memiliki faktor
genetik. Pada keluarga Ny. Z, ditemukan Ibu dari pasien dengan riwayat atau keluhan
penyakit yang sama. Suami dan anak pasien tidak mengalami masalah serupa. Pada pasien ini
diperkirakan faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah dikarenakan faktor genetik,
perilaku dan pola hidup yang tidak sehat. Selain itu, orang tua dan saudara pasien juga harus
lebih berhati – hati dan waspada karena ada kecenderungan menderita hipertensi.
Keluarga pasien juga berisiko menderita hipertensi, sehingga sangat dianjurkan untuk
berperilaku hidup sehat sedini mungkin secara teratur dan hidup dengan pola makan yang
sehat serta rutin berolahraga sehingga dapat menghindari dan mencegah faktor-faktor resiko
terjadinya hipertensi.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA