Anda di halaman 1dari 17

Sakit Saat Menelan dan Peradangan pada Faring dengan Struktur dan Fungsi

Delpi Elta Putri Zebua (102012145), M Dahrul Arifin (102013224), Regina Renatan
(102014012), Silma Yuniarty Rammang (102014037), Ery Lione Manulaitta (102014052),
Kiky Rizkillah (102014123), Muhammad Reynaldi (102014157), Indah Eka Putri
(102014203)

Kelompok A7

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 5694-2061
Abstrak

Faringitis adalah radang tenggorokan (faring) disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Faringitis kronis adalah merupakan suatu peradangan kronik dari mukosa faring dengan
melibatkan struktur kelenjar limfe setempat dan disertai dengan inflamasi pada tonsil dan
daerah sekitarnya disebabkan oleh infeksi sinus kronis. Penularannya dapat terjadi melalui
udara maupun sentuhan.
Faring dan laring adalah organ yang dilalui makanan untuk bisa mencapai esofagus yang
seterusnya akan proses secara kimiawi. Epiglotis yang merupakan bagian inferior laring
berfungsi sebagai katup agar makanan tidak masuk ke sistem pernafasan.
Faring terdiri atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring yang
berhubungan dengan hidung (nasal) dan laringofaring yang berhubungan dengan laring.
Sedangkan laring berada setelah laring. Pada laring terdapat pita suara yang bisa membuat
kita berbicara sehingga menghasilkan bunyi.
Peradangan pada salah satu bagian ini, yang mana juga ada sebagai saluran untuk proses
pemasukan makanan, akan menyebabkan sakit saat menelan.
Kata Kunci : faring, laring, proses menelan, faringitis

Abstract
Pharyngitis is an inflammation of the throat (pharynx) is caused by a virus or bacteria.
Chronic pharyngitis is a chronic inflammation of the pharyngeal mucosa, involving the
structure of local lymph nodes and is accompanied by inflammation of the tonsils and
surrounding areas caused by chronic sinus infection. Transmission can occur through air
and touch.
Pharynx and larynx is the organ through which the food to reach the esophagus which will
thereafter chemically process. Epiglottis which is the inferior part of the larynx serves as a
valve so that the food does not get into the respiratory system.
Pharynx consists of three parts, namely the nasopharynx, oropharynx and laringofaring.
Nasopharynx related to the nose (nasal) and laringofaring associated with the larynx. While
larynx was after larynx. In the larynx are the vocal cords that can make us speak resulting
sound.
Inflammation of one of this section, which also exists as a conduit for the entry of food,
would cause pain when swallowing.
Keywords: pharynx, larynx, ingestion, pharyngitis

Pendahuluan
Salah satu ciri-ciri dari makhluk hidup adalah bernapas. Dalam proses bernapas, manusia
memerlukan oksigen. Oksigen sangat diperlukan karena oksigen berfungsi membantu
perombakan bahan makanan dalam tubuh. Dimana perombakan makanan tersebut akan
menghasilkan energi yang digunakan oleh manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas
sehari-hari.1
Sistem pernapasan berfungsi untuk mengambil O2 dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan
untuk mentransport CO2 yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. 1 Sistem
pernapasan merupakan system utama, sehingga apabila system ini tidak berfungsi maka
system lain pun tidak dapat berfungsi. 2
Pernapasan pada manusia tidak terjadi secara langsung, artinya udara tidak berdifusi langsung
masuk ke dalam sel pada tubuh manusia melalui seluruh permukaan kulit. Udara dapat masuk
ke dalam sel pada tubuh dengan melalui saluran pernapasan dan adanya organ-organ
pernapasan untuk pertukaran gas. Alat-alat pernapasan manusia secara garis besar antara lain
hidung, faring, laring, trakea dan paru-paru.1 Dengan adanya mekanisme pernapasan ini,
maka manusia dapat hidup dan beraktivitas dengan baik.1
Peradangan pada daerah yang juga merupakan jalan proses pernafasan yaitu faring dan laring
yang juga dilalui makanan akan menyebabkan proses menelan terganggu. Seperti pada
skenario ini, pasien mengeluh sakit saat menelan yang disebabkan adanya peradangan pada
daerah faring.
Pada makalah ini akan dijelaskan susunan makroskopik dan mikroskopik organ faring dan
laring yang meliputi bagian- bagian, persarafan, pendarahan dan otot – otot yang terdapat
pada organ tersebut serta mekanisme menelan secara fisiologis.

Rumusan Masalah
Wanita 25 tahun dengan keluhan demam dan sakit saat menelan dinyatakan menderita
faryngitis.

Tujuan
- Untuk mengetahui susunan makroskopik dan mikroskopik faring dan laring
- Untuk mengetahui vaskularisasi faring dan laring
- Untuk mengetahui persarafan faring dan laring
- Untuk mengetahui otot – otot persarafan faring dan laring

Pembahasan
Makroskopik Faring dan Laring
Faring
Faring terletak di belakang cavum nasi, mulut dan laring. Bentuknya mirip corong dengan
bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian bawahnya yang sempit
dilanjutkan sebagai esofagus setinggi vertebra cervicalis enam. Faring mempunyai dinding
musculomembranosa yang tidak sempurna di bagian depan. Di sini, jaringan
musculomembranosa diganti oleh apertura nasalis posterior, isthmus faucium (muara ke
dalam rongga mulut) dan aditus laryngis. Dinding faring terdiri atas tiga lapis yaitu mukosa,
fibrosa dan muscular.

Gambar 1. Struktur system pernapasan


Faring terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :3
a. Nasofaring
Nasofaring terletak di belakang rongga hidung, diatas palatum mole. Nasofaring
mempunyai atap, dasar, dinding anterior, dinding posterior dan dinding lateral.
- Atap : dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis.
Kumpulan jaringan limfoid yang disbut tonsila faringealis terdapat di dalam
submukosa daerah ini.
- Dasar : dibentuk oleh permukaan atas palatum mole yang miring. Isthmus faringeus
adalah lubang di dasar nasofaring di antara pinggir bebas palatum mole dan dinding
posterior faring. Selama menelan, hubungan antara naso dan orofaring tertutup oleh
naiknya palatum mole dan tertariknya dinding posterior faring ke depan.
- Dinding anterior : Dibentuk oleh apertura nasalis posterior, dipisahkan oleh pinggir
posterior septum nasi.
- Dinding posterior : membentuk permukaan miring yang berhubungan dengan atap.
Dinding ini ditunjang oleh arcus anterior atlantis.
- Dinding Lateral : pada tiap – tiap sisi mempunyai muara tuba auditiva ke faring.
Pinggir posterior tuba membentuk elevasi yang dibentuk elevasi tuba. M.
Salphingopharyngeus. Recessus pharyngeus adalah lekukan kecil pada dinding lateral
di belakang elevasi tuba. Kumpulan jaringan limfoid di dalam submukosa di belakang
muara tuba auditiva disebut tonsila tubaria.
Nasofaring yang merupakan bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga
nasal melalui dua naris internal (koana) :
1. Dua tuba eustachius (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga
tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi
gendang telinga.
2. Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak di
dekat naris internal. Pembesaran adenoid dapat menghambat aliran udara.

b. Orofaring
Orofaring terletam di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai ke
pinggir atas epiglotis. Orofaring mempunyai atap, dasar, dinding anterior, dinding
posterior dan dinding lateral.
- Atap : dibentuk oleh permukaan bawah palatum molle dan isthmus pharyngeus.
Kumpulan kecil jaringan limfoid terdapat di dalam submukosa permukaan bawah
palatum molle.
- Dasar : dibentuk oleh sepertiga posterior lidah (yang hampir vertikal) dan celah antara
lidah dan permukaan anterior epiglotis. Membrana mukosa yang meliputi sepertiga
posterior lidah berbentuk irregular, yang disebabkan oleh adanya jaringan limfoid di
bawahnya, disebut tonsila linguae. Membrana mukosa melipat dari lidah menuju ke
epiglotis. Pada garis tengah terdapat elevasi, yang disebut plica glosso epiglotica
mediana dan dua plca glossoepiglotica lateralis. Lekukan kanan – kiri plica
glossoepiglotica mediana disebut vallecula.
- Dinding anterior : terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus orofaring (isthmus
faucium). Di bawah isthmus ini terdapat pars pharyngeus linguae.
- Dinding posterior : disokong oleh corpus vertebra cervicalis kedua dan bagian atas
corpus vertebra cervicalis ketiga.
Pada kedua sisi dinding lateral terdapat arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus
dengan tonsila palatina di antaranya.

Tonsila Palatina
Tonsila Palatina merupakan dua masa jaringan limfoid yang terletak pada dinding lateral
orofaring di dalam fossa tonsilaris. Setiap tonsil diliputi oleh membrana mukosa dan
permukaan medialnya yang bebass menonjol ke dalam faring. Pada permukaannya terdapat
banyak lubang kecil, yang membentuk crypta tonsillaris. Permukaan lateral tonsila palatina
ini diliputi oleh selapis jaringan fibrosa disebut capsula. Tonsila mencapai ukuran terbesarnya
pada masa anak-anak , tetapi sesudah pubertas akan mengecil dengan jelas.4

c. Laringofaring
Laringofaring terletak di belakang aditus laryngis dan permukaan posterior laring dan
terbentang dari pinggir atass epiglotis sampai dengan pinggir bawah cartilago cricoidea.
Laringoparing mempunyai dinding posterior, anterior dan lateral.
- Dinding anterior : dibentuk aditus laringis dan membrana mukosa yang meliputi
permukaan posterior laring.
- Dinding posterior : disokong oleh corpus vertebra cervicalis 3-6.
- Dinding lateral : disokong oleh cartilago thyroidea dan membrana thyrohyoidea.
Sebuah alur kecil yaitu fossa piriformis yang terletak di kanan kiri aditus laryngis dan
berjalan miring ke bawah dan belakang dari dorsum linguae menuju ke esofagus.
Fossa piriformis dibatasi di medial oleh plica aryepiglotica dan di lateral oleh lamina
cartilago thyroidea dan membrana thyrohyoidea.

Otot – Otot Faring


Otot – otot faring terdiri atas m. conctrictor pharyngis superior, medius dan inferior yang
serabut – serabutnya berjalan hampir melingkar dan m. stylopharingeus serta m
salphingopharyngeus yang serabut – serabutnya berjalan dengan arah hampir longitudinal
(lihat tabel 1). Kontraksi otot – otot constrictor secara berturut – turut mendorong bolus ke
bawah masuk ke dalam esofagus. Serabut – serabut paling bawah dari otot ini kadang –
kadang disebut juga m. cricopharyngeus. Otot ini diyakini melakukan efek sfingter pada
ujung bawah faring yang mencegah masuknya udara ke dalam esofagys selama gerakan
menelan.3

Tabel 1. Daftar Otot- otot yang terdapat pada Faring


Nama Otot Fungsi Persarafan
Membantu palatum molle dalam
M. Constrictor pharyngis
menutup nasofaring , mendorong
superior
bolus kebawah
M. constrictor pharyngis
Mendorong bolus ke bawah
medius Plexus pharyngeus
M. constrictor pharyngis
Mendorong bolus ke bawah
inferior
Sebagai sfingter pada ujung bawah
M. cricopharyngeus
laring
Mengangkat laring selama proses
M. stylopharyngeus N. glossopharyngeus
menelan
M. salphingopharyngeus Mengangkat faring
Mengangkat dinding faring, menarik Plexus pharyngeus
M. palatopharyngeus
plica palatopharyngeal ke medial

Persarafan Faring
Persarafan faring berasal dari pleksus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-cabang n.
glossopharyngeus, n. vagus dan n. symphaticus.
Persarafan motorik berasal dari pars cranialis n. accesorius yang berjalan melalui cabang n.
vagus menuju ke pleksus pharyngeus, dan mempersarafi semua otot faring kecuali m.
stylopharyngeus yang dipersarafi n. glossopharyngeus.
Persarafan sensorik membrana mukosa nasofaring terutama berasal dari n. maxillaris.
Membrana mukosa orofaring terutama dipersarafi oleh n. glossopharyngeus. Membrana
mukosa di sekitar aditus laringeus dipersarafi oleh n. ramus laryngeus internus n. vagus.4

Pendarahan Faring
Suplai arteri faring berasal dari cabang – cabang a. pharyngea ascendens, a. palatina
ascendens, a. facialis, a. maxillaris dan a. lingualis. Vena bermuara ke pleksus venosus
faringeus yang kemudian bermuara ke vena jugularis interna.3

Susunan Makroskopik Laring


Laring adalah organ khusus yang mempunyai sfingter pelindung pada pintu masuk jalan
nafas dan berfungsi untuk pembentukan suara. Di atas laring terbuka ke dalam laringofaring
dan dibawah faring berlanjut sebagai trakea. Kerangka laring adalah dibentuk oleh beberapa
kartilago yang dihubungkan oleh membrana dan ligamentum dan digerakkan oleh otot.
Laring dilapisi oleh membrana mukosa. Laring merupakan penghubung antara faring dengan
trakea. Kartilago yang menyusun laring terdiri dari sembilan kartilago, tiga berpasangan dan
tiga tidak berpasangan. Adapun yang berpasangan adalah kartilago arytenoidea, corniculata
dan cuneiform dan yang tidak berpasangan yaitu kartilago thyroidea, cricoidea dan epiglotis.
Tulang – tulang rawan yang menyusun laring :3
1. Cartilago thyroidea terdiri atas dua lamina cartilago hyalin yang bertemu di garis tengah
pada tonjolan sudut V yaitu jakun (adam’s apple). Pinggir posterior dari setiap lamina
menjorok ke atas membentuk cornu superior dan ke bawah membentuk cornu inferior.
Pada permukaan luar setiap lamina terdapat linea obliqua sebagai tempat lekat m.
sternothyroideus, m. thyrohyoideus dan m. constrictor pharyngis inferior.
2. Cartilago cricoidea berbentuk cincin cartilago yang utuh. Bentuknya mirip cincin cap dan
terletak di bawah cartilago thyroidea. Cartilago ini mempunyai arcus anterior yang sempit
dan lamina posterior yang lebar. Pada masing – masing permukaan lateral terdapat facies
articularis sirkular untuk bersendi dengan cornu inferior cartilago thyroidea. Pada pinggir
atas masing-masing sisi terdapat facies articularis untuk bersendi dengan basis cartilago
arytenoideae. Semua sendi ini adalah sendi synovialis.
3. Cartilago arytenoidea merupakan cartilago kecil, dua buah dan berbentuk piramid.
Keduanya terletak di belakang laring, pada pinggir atas lamina cartilago cricoidea.
Masing – masing cartilago mempunyai apex di atas dan bassis di bawah. Apex
menyangga cartilago cricoidea. Dua tonjolan menjorok dari basis. Processus vocalis
menonjol horizontal ke depan dan merupakan tempat lekat dari ligamentum vocale.
Proceessus muscularis menonjol ke lateral menjadi tempat lekat m. cricoarytenoideus
lateralis dan posterior.
4. Cartilago corniculata adalah dua buah nodulus kecil yang bersendi dengan apex
cartilaginis arytenoideae dan merupakan tempat plica aryepiglotica.
5. Cartilago cuneiformis
Merupakan dua cartilago kecil berbentuk batang yang terletak sedemikian rupa sehingga
masing-masing terdapat di dalam satu plica aryepiglotica. Cartilago ini berfungsi
menyokong plica tersebut.
6. Epiglotis
Adalah sebuah cartilago elastis berbentuk daun yang terletak di belakang radix linguae.
Di depan berhubungan dengan corpus ossis hyoidei dan di belakang dengan cartilago
thyroidea melalui tangkainya. Sisi epiglotis berhubungan dengan cartukafi arytenoidea
melalui plica aryepiglotica. Pinggir atas epiglotis bebas dan membrana mukosa yang
melapisinya melipat ke depan melanjutkan diri meliputi permukaan posterior lidah. Di
sini, terdapat plica glossoeppiglotica mediana dan lateralis. Vallecula adalah cekungan
pada membrana mukosa di kanan kiri plica glossoepiglotica.

Gambar 2. Laring tampak anterior Gambar 3. Laring tampak posterior

Membrana dan Ligamentum Laring


Membrana Thyrohyoidea
Menghubungkan pinggir atas cartilago thyroidea di sebelah bawah dengan permukaan
posterior corpus dan cornu majus ossis hyoidei di sebelah atas. Pada garis tengah membrana
ini menebal, membentuk ligamentum thyrohyoideum mediana, pinggir posterior menebal
membentuk ligamentum thyrohyoideum laterale. Pada kedua sisi, membrana ditembus oleh v.
laryngea superior dan n. laryngeus internus.4

Membrana Fibroelastica
Membrana fibroelastica laryngis terletak di bawah membrana mukosa yang melapisi laring.
Bagian atas membrana disebut membrana quadrangularis, yang terbentang antara epiglotis
dan cartilago arytenoidea. Pinggir bawahnya membentuk ligamentum vestibulare. Bagian
bawah membrana disebut ligamentum cricothyroideum. Bagian anterior ligamentum
cricothyroideum tebal dan menghubungkan cartilago cricoidea dengan pinggir bawah
cartilago thyroidea. Bagian lateral ligamentum ini tipis dan melekat kebawah pada pinggir
atas cartilago cricoidea. Pinggir superior ligamentum ini tidak melekat pada pinggir inferior
cartilago thyroidea, tetapi berjalan terus ke atas pada facies medialis cartilago thyroidea.
Pinggir atasnya kanan dan kiri menebal dan membentuk ligamentum vocale yang penting.
Ujung anterior masing – masing ligamentum vocale melekat pada permukaan dalam cartilago
thyroidea. Ujung posterior melekat pada processus vocalis cartilago arytenoidea.3

Ligamentum Cricotracheale
Menghubungkan pinggir bawah cartilago cricoidea dengan cincin trachea pertama.

Ligamentum Hyoepiglotticum
Menghubungkan epiglotis dengan os hyoideum. Ligamentum thyroepiglotticum
menghubungkan epiglotis dengan cartilago thyroidea.

Aditus Laryngis
Aditus laryngis menghadap ke belakang dan atas ke arah laringofaring. Pintu ini di batasi di
depan oleh pinggir atas epiglotis, di lateral oleh plica epiglotica yaitu lipatan membrana
mukosa yang menghubungkan epiglotis dengan cartilago arytenoidea dan di posterior dan
bawah oleh membrana mukosa yang terbentang antara kedua cartilago arytenoidea. Cartilago
corniculatas pada apex cartilaginis arytenoideae dan cartilago cuneiformis yang berbentuk
batang kecil, menyebabkan pinggir atas plica aryepiglotica kanan dan kiri sedikit meninggi.3
Cavum Laryngis
Cavitas laryngis terbentang dari aditus sampai ke pinggir bawah cartilago cricoidea, dan
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :3
- Bagian atas atau vestibulum laryngis
Terbentang dari aditus laryngis sampai ke plica vestibularis. Plica vestibularis yang
berwarna merah muda menonjol ke medial. Rima vestibuli adalah diantara plica
vestibularis. Ligamentum vestibulare terletak di dalam setiap lica vestibularis merupakan
pinggir bawah membrana quadrangularis yang menebal. Ligamentum ini terbentang dari
cartilago thyroidea sampai cartilago arytenoidea.
- Laring bagian tengah
Terbentang dari plica vestibularis sampai setinggi plica vocalis. Plica vocalis berwarna
putih dan berisi ligamentum vocale. Masing – masing ligamentum vocale merupakan
penebalan dari pinggir atas ligamentum vocale cricothyroideum. Ligamentum ini
terbentang dari cartilago thyroidea di depan sampai ke processus vocalis cartilaginis
arytenoideae di belakang. Rima glottidis adalah celah di antara plica vocalis cartilaginis
arytenoideae di belakang. Diantara plica vocalis dan plica vestibularis terdapat sinus
laryngis dan dari sinus ini terdapat diverticulum kecil yang berjalan ke atas antara plica
vestibularis dan cartilago thyroidea yang disbut sacculus laryngis.
- Laring bagian bawah
Terbentang dari plica vocalus sampai ke pinggir bawah cartilago cricoidea. Dindingnya
dibentuk oleh permukaan dalam ligamentum cricothyroideum dan cartilago cricoidea.
Membrana mukosa laring melapisi cavitas laryngis dan ditutupi oleh epitel silindris bersilia.
Namun, pada plica vocalis tempat membrana mukosa sering mengalami trauma saat fonasi
maka membrana mukosanya dilapisi epitel berlapis gepeng.

Pita suara
Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring. Pasangan bagian atas adalah lipatan
ventrikuler (pita suara semu) yang tidak berfungsi saat produksi suara. Pasangan bagian
bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada kartilago thyroidea dan arytenoidea serta
cricoidea. Pembuka di antara kedua pita ini adalah glotis.5
Perubahannya :
Saat bernafas, pita suara terabduksi (tertarik membuka) oleh otot laring dan glotis berbentuk
triangular.
Saat menelan, pita suara teradduksi (tertarik menutup) dan glotis membentuk celah sempit.
Otot – Otot Laring
Otot – Otot Ekstrinsik
1. Otot Elevator Laring
Otot – otot elevator laring meliputi m, digastricus, n, stylohyoideus, m. mylohyoideus dan
m. geniohyoideus. M. stylopharyngeus, m. salphingopharyngeus dan m. palatopharyngeus
juga mengangkat laring.3
2. Otot Depresor Laring
Otot – otot depresor laring meliputi m. sternothyroideus, m. sternohyoideus dan m.
omohyoideus. Kerja otot –otot ini dibantu oleh daya pegas trakea yang elastis.3

Otot – Otot Instrinsik


Otot – otot intrinsik dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang mengendalikan
aditus laryngis dan kelompok yang menggerakkan plica vocalis (lihat tabel 2).3

Tabel 1. Daftar Otot- otot yang terdapat pada Laring


Nama Otot Fungsi Persarafan

Menyempitkan aditus dengan


M. arytenoideus obliquus
mendekatkan plica aryepiglotica.

Melebarkan aditus dengan


M. thyroepiglottica
memisahkan kedua plica
aryepiglotica.

M. cricothyroideus Menegangkan plica vocalis. N. laryngis reccurent

M. thyroarytenoideus (vocalis) Relaksasi plica vocalis.

M. cricoarytenoideus posterior Adductio plica vocalis dengan


lateralis memutar cartilago arytenoidea.

Abductio plica vocalis dengan


M. cricoarytenoideus posterior
memutar cartilago arytenoidea.
Menutup bagian posterior rima
M. arytenoideus transversus glottidis dengan mendekatkan
kedua cartilago arytenoidea.

Fungsi Sfingter Laring


Terdapat dua sfingter pada laring yaitu pada aditus laryngis dan rima glottidis. Sfingter pada
aditus laryngis hanya berfungsi pada saat menelan. Ketika bolus makanan dipindahkan ke
belakang di antara lidah dan palatum durum, laring tertarik ke atas di bawah bagian belakang
lidah. Aditus laryngis menyempit akibat kontraksi m. arytenoideus obliquus dan m.
aryepiglotica. Epiglotis didorong ke belakang oleh lidah dan berfungsi sebagai sungkup di
atas aditus laryngis. Bolus makanan atau cairan kemudian masuk ke dalam esofagus dengan
berjalan di atas epiglotis atau turun ke bawah lewat alur pada sisi – sisi aditus laryngis yaitu
fossa piriformis.5
Ketika batuk atau bersin, rima glotidis berfungsi sebagai sfingter. Setelah inspirasi, plica
vocalis adductio dan otot – otot ekspirasi berkontraksi dengan kuat. Akibatnya, tekanan di
dalam toraks meningkat dan dalam waktu yang bersamaan plica vokalis mendadak abduksi.
Pelepasan mendadak dari udara yang terkompresi sering melepaskan partikel asing atau
mukus dari pernafasan dan akhirnya masuk ke faring. Disini, partikel ditelan atau
dikeluarkan.
Pada keadaan abdomen tegang seperti pada miksi, defekasi dan melahirkan, udara sering
ditahan sesaat di saluran pernafasan dengan cara menutup rima glotidis . Sesudah inspirasi
dalam, rima glotidis ditutup. Kemudian otot-otot dinding anterior abdomen berkontraksi dan
gerak naik diafragma dicegah oleh adanya udara yang tertahan di saluran pernafasan.3

Pembentukan Suara di Laring


Frekuensi rendah atau tinggi suara ditentukan oleh perubahan panjang dan tegangan
ligamentum vocale. Kualitas suara bergantung pada resonator di atas laring, yaitu faring,
mulut dan sinus paranasal.
Bicara normal bergantung pada kemampuan modifikasi suara menjadi konsonan – konsonan
dan vocal yang dikenali dengan menggunakan lidah, gigi dan bibir. Bunyi vocal biasanya
murni dari mulut dengan palatum molle terangkat yaitu udara disalurkan melalui mulut dan
bukan melalui hidung. Bicara melibatkan pelepasan udara ekspirasi secara terputus – putus
melalui plica vocalis yang teraduksi.3
Gerakan Plica Vocalis Saat Respirasi
Pada respirasi lemah, rima glotidis berbentuk segitiga dengan apex di depan. Pada inspirasi
kuat, rima glotidis dianggap berbentuk ketupat, karena rotasi cartilago arytenoidea ke lateral.3

Persarafan Laring
Saraf sensoik yang mempersarafi membrana mukosa laring di atas plica vocalis berasal dari
n. laryngeus internus, cabang dari n. laryngeus superior (cabang n. vagus). Dibawah plica
vocalis, membrana mukosa dipersarafi oleh nervus laryngeus recurrens.
Saraf motorik ke otot – otot instrinsik laring berasal dari n. laryngeus recurrens, kecuali m.
cricothyroideus yang dipersarafi oleh ramus laryngeus externus dari n. laryngeus superior (n.
vagus).3,5

Pendarahan Laring
Suplai arteri ke setengah bagian atas laring berasal dari ramus laryngeus superior a. thyroidea
superior. Setengah bagian bawah laring di darahi oleh ramus laryngeus inferior a. thyroidea
inferior.5

Susunan Mikroskopik Faring dan Laring

Faring
Faring merupakan suatu ruang pipih depan belakang yang dilalui dengan baik oleh udara
maupun makanan. Dapat dibagi menjadi nasofaring, terletak di bawah dasar tengkorak,
belakang nares posterior dan di atas pallatum molle;orofaring, di belakang rongga mulut dan
permukaan belakang lidah, dan laryngofaring, belakang laring.6
Dinding bagian samping dan belakang terdiri dari otot, karenanya ruangan dapat melebar
(dilatasi) atau menutup bila otot berkontraksi. Nasofaring tidak dapat tertutup sama sekali
walaupun ukurannya dapat berubah-ubah. Melalui aposisi palatum mole dan dinding
belakang faring, nasofaring dapat dipisahkan secara sempurna dari orofaring, gerakan ini
terjadi sewaktu menelan, sehingga dalam keadaan normal tidak mungkin bahkan makanan
masuk ke dalam nasofaring.6
Epitel yang membatasi nasofaring dapat merupakan epitel bertingkat silindris bersilia atau
epitel berlapis gepeng yang terdapat pada daerahyang mengalami pergesekan yaitu tepi
belakang palatum mole dan dinding belakang faring tempat kedua permukaan tersebut
mengalami kontak langsung sewaktu menelan. Daerah-daerah lainnya mempunyai jenis
epitel seperti saluran napas disertai dengan sel goblet. Lamina propria di daerah ini
mengandung banyak jaringan elastin, terutama di bagian luar yang berhubungan dengan otot
rangka di faring.6
Suatu submukosa hanya terdapat di bagian lateral nasofaring. Didalam lamina propria
terdapat kelenjar, terutama kelenjar mukosa. Namun dapat pula dijumpai kelenjar serosa dan
kelenjar campuran. Jaringan limfatik banyak dijumpai di seluruh bagian faring dan folikel-
folikel limfatik yang sebenarnya terdapat di bagian belakang nasofaring (adenoid atau tonsil
faringea), di bagian lateral pada masing-masing sisi tempat peralihan rongga mulut dan
orofaring (tonsil palatina) dan pada akar lidah (tonsil lingua). Kumpulan jaringan limfoid di
sebelah lateral bagian nasofaring di sekitar muara saluran faringotimpni (eustachii) seringkali
cukup besar hingga mendapat sebutan “tonsil tuba”.6

Nasofaring, Orofaring dan Laringofaring (Faring)


Nasofaring menghubungkan rongga hidung ke laring dan sisa sistem respirasi. Mukosa
nasofaring tipis sekali dan mempunyai sedikit kelenjar.7
- Nasofaring berbatasan dengan orofaring dimana sistem respirasi dan sistem cerna
menjadi satu di faring. Namun, batas antara nasofaring dan orofaring secara histologis
tidak berbeda.
- Kebanyakan mukosa nasofaring ditutupi oleh epitel bertingkat kolumnar bersilia.
- Tonsila faringea yang kecil (adenoid) terletak di bagian dorsomedial nasofaring.
- Epitel berlapis gepeng menutupi faring bawah dan epiglotis.
Orofaring epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan terdapat tonsila palatina (amandel)
sedangkan laringofaring tersusun atas epitel yang bervariasi yang sebagian besar epitel
selapis gepeng tanpa lapisan tanduk.7

Laring
Laring merupakan bagian saluran napas yang menghubungkan faring dan trakea. Selain
berfungsi sebagai bagian sitem konduksi pernapasan, laring memainkan peranan penting
dalam pembentukan suara (fonasi). Pada dindingnya terdapat suatu kerangka tulang rawan
hialin dan tulang rawan elastis, sejumlah jaringan ikat, otot rangka, dan kelenjar mukosa. 8
Tulang rawan utama pada laring (tiroid, trikoid,arytenoid) adalah tulang rawan hialin; yang
lebih kecil (kornikulata, kuneiformis, dan ujung arytenoid) adalah elastis, seperti tulang
rawan epiglottis. Tulang-tulang rawan bersama-sama tulang hyoid, dihubungkan oleh 3
selaput pipih dan lebar : 8
1. Tirohyoid
2. kuadratus
3. krikovokal

Selaput-selaput tersebut terdiri atas jaringan ikat padat fibrosa dengan banyak serat-serat
elastin, terutama pada selaput krikovokal.
Pita suara sejati dan pita suara palsu (ligament vocal dan vestibular), masing-masing
merupakan tepi bebas atas selaput krikovokal (krikotiroid) dan tepi bebas bawah selaput
kuadratus (ariepiglotika). Menjulur ke lateral dari tiap-tiap sisi di antara pita suara sejati dan
pita suara palsu terdapat sinus dan kantung laring, yaitu sebuah celah kecil seperti
diverticulum. Tulang rawan krikoid berbentuk cincin cap lebih lebar di belakang daripada
depan dan rongga di dalamnya bersambung ke bawah dengan lumen trakea. Di belakang
tulang rawan krikoid dan tulang rawan arytenoid, dinding belakang faring dibentuk oleh otot
rangka muskulus intrinsik esophagus. Jadi, dari laring udara mengalir di antara kedua pita
suara (rima glotidis) melalui ruang krikoid ke trakea dan makanan berjalan melewati
permukaan belakang krikoid kearah lumen esophagus.8
Epitel mukosa yang membatasi laring bermacam-macam sesuai dengan tempatnya. Pada
permukaan depan dan sepertiga atas sampai setengah permukaan belakang epiglotis,
kelipatan ariepiglotika (tepi atas selaput kuadratus) dan pita suara, epitelnya adalah berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk. Seluruh permukaan yang basah ini mengalami gesekan. Bagian
laring selebihnya mempunyai epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet, yaitu epitel
khas untuk saluran nafas walaupun jenis epitel diatas pita suara terutama bertingkat silindris
bersilia, umumnya dijumpai pula bercak-bercak epitel berlapis gepeng. Pada pita suara,
lamina propria dibawah epitel berlapis gepeng itu pada dan terikat erat dengan jaringan ikat
ligamentum vokalis dibawahnya. Di dalam laring tidak ada submukosa, tetapi lamina propria
dari membrane mukosanya tebal dan mengandung banyak serat elastin. Di dalamnya terdapat
kelenjar tubuloasinosayang kebanyakan adalah mukosa. Beberapa asini mengandung bulan
sabit serosa dan sebagian lagi merupakan kelenjar (bersekresi) serosa murni. Pada permukaan
epiglotis terutama ditemui kelenjar liur campur, yang terbanyak di permukaan posterior atau
laryngeal, terdapat beberapa kuncup kecap di dalam epitelnya. Limfonodulus tersebar di
dalam lamina propria.8
Silia epitel bagian laryngeal, seperti halnya di seluruh saluran napas, menyapu kearah faring.
Pada setiap potongan laring terdapat serat otot rangka. Di dinding posterior dan posterolateral
dijumpai serat-serat muskulus konstriktor. Berhubungan dengan selaput kuadratus dan
krikovokal terdapat serat-serat muscular intrinsic laring yaitu otot-otot yang berkaitan dengan
fonasi, bernafas, dan menelan.8

Hipotesis
Sakit saat menelan disebabkan terjadinya peradangan pada faring.

Kesimpulan
System saluran pernapasan manusia dimulai dari hidung lalu masuk ke faring, laring, trakea,
bronchus, bronchiulus dan alveolus. Jika terdapat gangguan pada saluran pernapasan maka
dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan seperti sakit saat menelan, demam, dsb.
Penularannya dapat terjadi melalui udara maupun sentuhan. Droplet masuk melalui saluran
pernapasan atau mulut kemudian masuk ke lapisan faring. Faring bereaksi terhadap proses
infeksi tersebut hingga menyebabkan radang . Proses menelan yang merupakan masuknya
makanan ke dalam saluran makanan yang diawali dari mulut, pengunyahan makanan dan
seterusnya akan dilanjutkan ke faring dan laring dan masuk ke esofagus untuk seterusnya ke
lambung. Jika terjadi peradangan pada salah satu organ yang merupakan jalan masuknya
makanan, dapat mengakibatkan rasa sakit saat menelan.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.266.


2. Suryo J. Herbal penyembuh gangguan sistem pernapasan. Yogyakarta: Penerbit B First;
2010.h.2-3.
3. Hartanto H, Listiawati E, Suyono J, Susilawati, Nisa MT et al. Anatomi klinik untuk
mahasiswa kedokteran, Ed.6 diterjemahkan dari Snell RS. Clinical anatomy for medical
students, 6thed.USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.h.795-805.
4. Saputra L. Buku atlas anatomy grant diterjemahkan dari Agur AMR. Grant atlas of
anatomy. USA: Williams & Wilkins; 1996.h. 588-602.
5. Dharma A, Wijaya C. Atlas anatomi klinik diterjemahkan dari Moore KL. Clinically
oriented anatomy, 2nd ed. USA: Williams & Wilkins; 1994.h.773-8.
6. Hartanto H. Histologi dasar junqueira : teks & atlas. Ed.12 diterjemahkan dari Mescher
AL. Junqueira’s basic histology : text & atlas, 12th ed. USA: McGraw-Hill Companies;
2009.h.294-6.
7. Dharmawan D, Yesdelita N. Atlas histologi difiore : dengan korelasi fungsional. Ed.11
diterjemahkan dari Eroschenko. Difiore’s atlas of histology with functional correlations,
11th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.h.350-3.
8. Carlos JL. Histologi dasar. Jakartaa: EGC; 2005.

Anda mungkin juga menyukai