Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN DIAGNOSIS
MEDIS HIPERTENSI DI RUANG FLAMBOYAN 302 RUMAH SAKIT
MELATI TANGERANG

Disusun Oleh :
Nama : Kholida Fitriana
Nim : (212030121873)
Jurusan : Keperawatan
Dosen pembimbing: Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik ditas batas normal yaitu lebih dari 140 mmhg dengan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmhg (WHO, 2013; Ferri, 2017). Peningkatan tekanan darah
dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko antara lain meliputi umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, obesitas, kadar garam tinggi, kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman
beralkohol. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya
terus meningkat.
Data (WHO, 2015) menunjukkan sekitar 1.13 miliar orang di dunia menderita
hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderia hipertensi, hanya 36.8%
diantaranya yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1.5 miliar orang yang terkena hipertensi.
Diperkirakan juga setiap tahun ada 9.4 juta orang meninggal akibathipertensi dan komplikasi
(Kemenkes RI, 2018).
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi pengujian, peru- musan
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan evaluasi keperawatan yang bertujuan agar
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan menjadi efektif dan kompre- hensif. (Irianto, 2014).
Meskipun bukan penyakit menular namun penyakit ini cukup berbahaya jika tidak ditangani
segera. Klien dan keluarga belum mengetahui mengenai penyakit hipertensi secara lebih
mendalam mengenai penyebab, aktivitas, maupun diet pada pasien
hipertensi. Dari uraian tersebut diatas, penulis berharap akan mendapat gambaran 
pelaksanaan terhadap “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi  di Ruang Flamboyan Rs
Melati Tangerang.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Penulis dapat memahami konsep dan teori yang berkaitan dengan hipertensi serta
memperoleh gambaran yang nyata terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan diagnosis medis Hipertensi di Ruang Flamboyan Rs Melati Tangerang,
melalui proses pendekatan asuhan keperawatan secara holistik dan komperhensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Melaksanakan proses keperawatan dengan diagnosis Hipertensi
2) Membandingkan antara teori dan kasus asuhan keperawatan dengan diagnosis Hipertensi
3) Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan proses
keperawatan dengan diagnosis Hipertensi
BAB 2
TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Hipertensi


2.1.1 Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada
nilai 140/90 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jan-tung dipaksa
memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkantimbulnya barbagai
penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung (Willy 2018). Hipertensi adalah
keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal sehingga
mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik
140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedangdipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
mmHg menunjukan fase darah yang kem-bali ke jantung (Karlina, Herman Djewarut, 2018).
Hipertensi merupakan gangguan pada systemperedaran darah yang sering terjadi pada lansia,
dengan kenaikan tekanandarah sistolik lebih dari 150 mmHg dengan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap masih normal pada lansia
(Sudarta,2013).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskuler. Apabila
tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimen- sia, gagal
jantung, infark miokard, gangguan penglihatan (Patican, 2016). Brdasarkanpengertian dari
beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah pening- katan tekanan darah
dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg, hipertensi juga merupakan resiko penyakit kardi- ovaskuler aterosklorosis, gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal.

2.1.2 Klasifikasi
Ada tiga klasifikasi hipertensi yang digunakan, yakni menurut Joint National Committee
(JNC) High Blood Pressure, American Heart Association (AHA), atau Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO)
2.1.2.1 Dikutip dari Kementerian Kesehatan, klasifikasi hipertensi menut JNC pencegahan,
deteksi, evalasi, dan penanganan tekanan darah tinggi seri 7 yakni:
Tekanan darah normal: sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg
Tekanan darah pra-hipertensi: sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg
Tekanan darah hipertensi tingkat 1: sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99 mmHg
Tekanan darah hipertensi tingkat 2: sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari 100
mmHg
2.1.2.2 Dilansir dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), klasifikasi
hipertensi menurut American Heart Association (AHA) atau American College of Cardiology
adalah:
Tekanan darah normal: sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg
Tekanan darah naik atau pra-hipertensi: sistolik 120-129 mmHg atau diastolik kurang dari 80
mmHg
Tekanan darah hipertensi: sistolik 130 mmHg atau lebih atau diastolik 80 mmHg atau lebih
2.1.2.3 WHO membuat klasifikasi hipertensi lebih sederhana berdasarkan data epidemiologi,
yakni:
Tekanan darah hipertensi: sistolik 140 mmHg atau lebih atau diastolik 90 mmHg atau lebih
hipertensi dapat di kelomokkan menjadi dua golongan yaitu Menurut (WHO, 2014):
Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer
Sebanyak 90% kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa
penyebabnya. Beberapa factor yang diduga berkitan dengan berkembangnya hipertensi
enesial adalah genetic, jenis kelamin dan usia, diit konsumsi tinggi garam atau kandungan
lemak, obesitas, gaya hidup merokok dan mengkonsumsi alcohol. (Ar-diansyah M.,2012).
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya diketahui. Hipertensi sekunder
meliputi sekitar 5–10% kasus hipertensi.

2.1.3 Etiologi
1) Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara
penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga belum dapat ditemukan. Pada
hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penya-
kit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esen-
sial termasuk stress, intake alcohol moderat, merokok, lingkungan dan gaya hidup (Tri-
yanto, 2014)

2) Hipertensi skunder
Hipertensi skunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh
darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit
parenkimal (Buss & Labus, 2013).

2.1.3.1 Faktor resiko


1) Faktor resiko yang bisa dirubah
a) Diabetes
Hipertensi telah terbukti menjadi lebih dari dua kali lipat pada klien diabetes
menurut beberapa studi penelitian terkini. Diabetes mempercepat aterosklerosis
dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar. Oleh
karena itu hipertensi akan menjadi diagnosis yang lazim pada diabetes, meskipun
diabetesnya terkontrol dengan baik. Ketika seorang klien diabetes didiagnosis
dengan hipertensi, keputusan pengobatan dan perawatan tindak lanjut harus benar-
benar individual dan agresif.
b) Stres
Stres meningkatkan resistensi vaskular perifer dan curah jantung serta menstimu-
lasi aktivitas sistem saraf simpatis. Dari waktu ke waktu hipertensi dapat berkem-
bang. Stresor bisa banyak hal, mulai dari suara, infeksi, peradangan, nyeri, berku-
rangnya suplai oksigen, panas, dingin, trauma, pengerahan tenaga berkepanjangan,
respons pada peristiwa kehidupan, obesitas, usia tua, obat-obatan, penyakit, pem-
bedahan dan pengobatan medis dapat memicu respons stres. Rangsangan berba-
haya ini dianggap oleh seseorang sebagai ancaman atau dapat menyebabkan ba-
haya; kemudian, sebuah respons psikopatologis “melawan-atau-lari” (fight or
flight) diprkarsai di dalam tubuh. Jika respons stres menjadi berlebihan atau
berkepanjangan, disfungsi organ sasaran atau penyakit akan dihasilkan. Sebuah
laporan dari Lembaga Stres Amerika (American Institute of Stress) mem-
perkirakan 60% sampai 90% dari seluruh kunjungan perawatan primer meliputi
keluhan yang berhubungan dengan stres adalah permasalahan persepsi, interpretasi
orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stresor dan respon stres.
c) Obesitas
Obesitas, terutama pada tubuh bagian atas (tubuh berbentuk “apel”), dengan
dengan meningkatnya jumblah lemak sekitar diafragma, pinggang, dan perut, di-
hubungkan dengan pengembangan hipertensi. Orang dengan kelebihan berat ba-
dan tetapi mempunyai kelebihan berat badan paling banyak dibokong, pinggul, dan
paha (tubuh berbentuk “pear”) berada pada resiko jauh lebih sedikit untuk
pengembangan hipertensi skunder dari pada peningkatan berat badan saja. Kom-
binasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindom metabolis,
yang juga meningkatkan risiko hipertensi.

d) Nutrisi
Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam pengembangan hipertensi
esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi akan sensitif
terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi penyebab pencetus
hipertensi pada individu ini diet tinggi garam mungkin menyebabkan pelpasan
hormon natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung mening-
katkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vasopressor
di dalam sistem saraf pusat (SSP). Penelitian juga menunjukkan bahwa asupan diet
rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam pengem-
bangan hipertensi.
e) Penyalagunaan obat
Merokok sigaret, mengonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan obat
terlarang merupakan faktor-faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin da-
lam rokok sigret serta obat seperti kokan dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah secara langsung namun bagaimanapun juga, kebiasaan memakai zat ini telah
turut meningkatkan kejadian hipertensi dari waktu ke waktu. Kejadian hipertensi
juga tinggi diantara orang yang minum 3 ons etnol per hari. Pengaruh dari kafein
adalah kontroversial. Kafein meningkatkan tekanan darah akut tetapi tidak
menghasilkn efek berkelanjutan.
2) Faktor yang tidak dapat dirubah
a) Riwayat Keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifactorial yaitu, pada seseorang dengan ri-
wayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin berinteraksi dengan lainnya dan
juga lingungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu.
Kecendrungan genetis yang membuat keluarga tertentu lebih rentan terhadap
hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan kadar natrium intraseluler
dan penurunan rasio kalsium-natrium, yang lebih sering ditemukan pada orang
berkulit hitam. Klien dengan orang tua yang memlki hipertensi berada padarisiko
hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
b) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30- 50 tahun. Peristiwa hipertensi
meningkat dngan usia 50- 60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Penelitian epidemologi, bagaimanapun
juga, telah menunjukan prognosis yang lebih buruk pada klien yang hipertensinya
mulai pada usia muda. Hipertensi sistolik terisolasi umumnya terjadi pada orang
yang berusia lebih dari 50 tahun, dengan hamper 24% dari semua orang terkena
pada usia 80 tahun. Diantara orang dewasa, pembacaan TDS lebih baik daripada
TDD karena merupakan pediktor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian di-
masa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit
ginjal.
c) Jenis kelamin
Pada keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
dengan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria dan wanita hamper
sama antara usia 55 sampai 74 tahun, kemudian setelah usia 74 tahun wanita
berisiko lebih besar.

2.1.4 Patofisiologi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total tesistensi atau tahapan
perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil cardiac output didapatkan melalui
perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan
hearth rate (denyut jantung). System otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk
mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari
kedua faktor tersebut yang ditandai dengan adanya peningkatancurah jantung dan resistensi
perifer yang juga meningkat (Kowalak, 2011).

Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien hipertensi dapat
menyebabkan beban kerja jantung yang akan meningkat. Hal ini terjadi karena peningkatan
resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi jantung meningkat,
ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan bebankerja jantung juga
meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hiper- trofi tidak dapat
mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis
arteri koronia, maka jantung bisa mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran darah yang
menurun menuju ke miokardium, sehingga timbul an- gina pectoris atau infark miokard.
Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan pada pem-buluh darah yang semakin mempercepat
proses aterosklerosis dan kerusakan organ- organ vitalsepertistroke, gagal ginjal, aneurisme,
dan cidera retina (Kowalak, 2011).

2.1.5 Manifestasi Klinik


Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki tanda atau
gejala kusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamatiseperti terjadi pada gejala ringan yaitu
pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan, tengkuk terasapegal, cepat marah,
telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang (Fauzi, 2014; Ignatavicus, Workman, & Reber, 2017).
Menurut Pudiastuti (2011), gejala dari penyait hipertensi adalaah pengelihatan kabur
karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual muntah akibat meningkatnya tekananintra
kranial, edema dependent, adanya pembengkakan akibat adanya pening-katan kapiler.
Manifestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain:
1. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tidak
menetap
2. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningkatan
tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah
3. Epitaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita
4. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah
akibat vasokonstriksi pembuluh darah
5. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi
6. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan aliran
darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


2.1.6.1 Pemeriksaan laboratorium
1. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia
2. BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjl
3. Glucosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran
4. arah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
5. CT Scanz: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6. EKG: dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombangP
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
7. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal
8. Photo dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katub, pembesaran jan-
tung. (Huda Nurarif Amin, 2015).

2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.7.1 Penatalaksanaan non farmalogi
Pengobatan non farmakologi lebih berfous pada perubahan gaya hidup, yang dapat
dilakukan seperti; pengurangan berat badan, berhenti merokok, menghindari alcohol,
mengurangi asupan garam, dan melakukan aktivitas fisik.

2.1.7.2 Penatalaksanaan farmakologi


Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan pe-
nanganan menggunakan obat-obatan, antara lain:

1. Diuretic (Hidroklorotiazid)
Diuretic bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh se-
hingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktivitas
saraf simpatis.
3. Betablokar (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung,
dengan kontraindikasi pada pederita yang mengalami gangguan pernafasan sep-
erti asma bronkial.
4. Vasodilator (Prasosin,Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah.
5. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor(Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensinII dengan
efek samping penderita hipertensi akan mengalai batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
6. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angi-
otensin II pada reseptor.
7. Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.

2.1.8 Komplikasi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai berikut (Ir- wan,
2016):
2.1.8.1 Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, dmensia vaskuler, ense-
falopati.
2.1.8.2 Mata: retinopati hipertensif.
2.1.8.3 Kardiovaskuler: penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel
kiri, penyakit coroner, disfungsi baik sistolik maupun diastolic dan berakhir pada
gagal jantung (heart failure).
2.1.8.4 Ginjal: nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.
2.1.8.5 Arteri perifer; klaudikasio intermiten.
2.3 Pathway Hipertensi
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Fokus pengkajian menurut (Wijayaningsih, 2013)Asuhan Keperawatan padaklien
hipertensi dilaksanakan melalui proses keperawatan yang terdiri dari:
2.2.1.1 Aktivitas atau istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek
Tanda: frekuensi jantung meningkat dan perubahan irama jantung.
2.2.1.2 Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit selebravaskular
Tanda: kenaikan tekanan darah, takkikardi, distritmia, kulit pucat, sianosis, diaphoresis.
2.2.1.3 Integritas ego
Gejala: perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik Tanda:gelisah,
otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola bicara
2.2.1.4 Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal
2.2.1.5 Makanan atau cairan:
Gejala: makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mualdan
muntah, perubahan berat badan, adanya edema
2.2.1.6 Neurosensori
Gejala: pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, ori- entasi
pola atau isi bicara efek proses pikir atau memori (ingatan), perubahan retina optic.
2.2.1.7 Nyeri atau kenyamanan
Gejala: angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai klaudikasi, sakit kepala, nyeri
abdomen.
2.2.1.8 Pernapasan
Gejala: dispnea, takipnea
Tanda: distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan.

2.2.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respons seserang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupanyang
aktual dan potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengankesehatan.
Tujuan pencatatan diagnosis keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi tentang
masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan merupakan tanggung jawab
seseorang
perawat terhadap masalah yang di identifikasi berdasarkan data serta men- gidentifikasi
pengembangan rencana intervensi keperawatan (PPNI, 2017). Berdasar- kan (PPNI 2018)
diagnosis keperawatan yang muncul pada klien dengan hipertensi adalah:
2.2.2.1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan tekanan arah meningkat dibuk-tikan
dengan perubahan afterload
2.2.2.2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dibuktikan dengan dyspnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas
2.2.2.3 Nyeri (akut) berhubungan cedera fisiologis (iskemia) dihubungkan dengan mengeluh
nyeri kepala bagian belakang, meringis
2.2.2.4 Defisit nutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme dihubungkan dengan berat badan menurun
2.2.2.5 Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola koping yang ber-beda
diantara klien dan orang terdekat dihubungkan dengan tidak memenuhi kebutuhan
anggota keluarga
2.2.2.6 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dihubungkan
dengan menanyakan masalah yang dihadapi, bingung

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, dan memecahkan masalahyang tertulis
(Bulchek, 2017). Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain un- tuk mencegah,
menurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi pada diagnosis
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam,2011).
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, dan memecahkan masalahyang tertulis
(Buchek, 2017).
Dari diagnosis keperawatan yang disusun diatas, berikut rencana keperawatan yang
dilakukan pada pasien dengan hipertensi berdasarkan diagnosis yang telah diten-tukan adalah
sebagai berikut:
2.2.3.1 Curah jantung, penurunan, resiko tinggi dapat dihubungkan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas (kekuatan)ventricular.
Kemungkinan dibuktikkan oleh: tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dangejala
yang menetapkan diagnosis aktual).
Rencana Tindakan
1. Monitor tekanan darah.
2. Pertahankan tirah baring
3. Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
4. Kaloborasi pemberian morfin
2.2.3.2 Intoleran aktivitas dapat dihubungkan dengan kelemahan umum, ketidakseim-
bangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1. Laporan verbal tentang keletihan atau kelemahan
2. Frekuensi jantung atau respons tekanan darah terhadap aktivitas abnormal
3. Rasa tidak nyaman saat bergerak atau dispnea
4. Perubahan-perubahan Elektrokardiogram (EKG) mencerminkan iskemia, dis-
ritmia.
Rencana Tindakan:
1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalamaktivitas
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,spiritual, dan kognitif dalam men-
jaga fungsi dan kesehatan
4. Kalaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitori pro-
gram aktivitas, jika perlu
2.2.3.3 Nyeri (akut), sakit kepala dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1. Melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada region suboksipital, ter-
jadi pada saat bangun, dan hilang secara spontan beberpa waktu berdiri.
2. Segan untuk menggerakkan kepala, menggaruk kepala, menghindari sinar ter-
ang dan keributan, mengerutkan kening, menggenggam tangan.
3.Melaporkan kekakuan leher pusing, penglihatan kabur, mual danmuntah.
Rencana Tindakan:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyaman
3. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
4. kalaborasi pemberian analgetik
2.2.3.4 Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh dapat dihubungkan dengan masukan
berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton,keyakinan
budaya

Kemunginn dibuktikan oleh:


1. Berat badan 10%-20% lebih ideal dari tinggi dan bentuk tubuh.
2. Lipatan kulit trisep lebih besar 15 mm pada pria dan 25mm pada wanita (maksimum untuk
usia dan jenis kelamin).
3. Dilaporkan atau terobsevasi disfungsipola makan.
Rencana Tindakan
1. Identifikasi status nutri
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan).
3. Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kalaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrein
yang dibutuhkan.
2.2.3.5 Koping, individu, infektif dapat dihubungkan dengan krisissituasional/maturasional,
perubahan hidur beragam, relaksasi tidak adekuat, sys-tem pendukung tidak adekuat,
sedikit atau tidak pernah olahraga, nutrisi buuk, harapan yang tak terpenuhi, kerja
berlebihan, persepsi tidak realistic, metode koping tidak efektif.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1. Menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan.
2. Ketidak mampuan untuk memenuhi harapan peran/kebutuhan dasar atau
pemecahan masalah.
3. Prilaku merusak terhadap diri sendiri, makanan berlebihan, hilang napsu
makan, merokok/ minum berlebihan, cenderung melakukan penyalah gunaan alkohol.
4. Kelemahan/insomnia kronik, ketegangan otot, sering sakit kepala/leher, kekua-
tiran, gelisah, cemas, tegang, emosi kronik, depresi.
Rencana Tindakan:
1. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
2. Diskusikan perubahan peran yang dialami
3. Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
2.2.3.6 Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana pengobatan dapat
dihubungkan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, misinprestasi informasi,
keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosis.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1. Menyatakan masalah.
2. Meminta informasi.
3. Menyatakan miskonsepsi.
4. Mengikuti instruksi tidak adekuat, inadekuat kinerja prosedur.
5. Prilaku tidak tepat atau aksagregas, mis bermusuhan, agitasi,apatis.
Rencana Tindakan:
1. Edukasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Menurut Koizer (2010) implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat
melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan
terminology NIC implementasi terdiri dari melakukan dan mendokumen- tasikan yang
merupakan tindakan keperawata khusus yang digunakan untuk melakukan intervensi.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana intervensi, dan imple-
mentasinya (Nursalam, 2011).

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


A. PENGKAJIAN
Jam : 08.00
Pengkajian tgl : 17/10/2022 NO. RM : 10188756
Tanggal MRS : 16/10/2022 Dx. Masuk : CKD + HT
Ruang/Kelas : flamboyan 302/2 Dokter yang merawat : Dr. eka SpPd

Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Th
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Penanggung Biaya : BPJS
Identitas

Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Kp.lebak Rt.003/022 Kab,Tangerang
Keluhan utama :

Riwayat penyakit saat ini : os mengatakan demam sudah 3 hari, sesak nafas 2 hari yang lalu dan sering Lelah jika
melakukan aktivitas, kepala terasa berat, mual jika mencium bau masakan dan tidak nafsu makan karena perut
Riwayat Sakit dan Kesehatan

terasa begah

Penyakit yang pernah diderita : os mengatakan mempunyai darah tinggi ( hipertensi) sudah 5 th lamanya, dan
sedang menjalani cuci darah rutin 2x perminggu setiap senin-kamis sudah berjalan 4 bulan lamanya

Riwayat penyakitkeluarga : os mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan yang
diderita saat ini

Riwayat alergi:  ya  tidak Jelaskan :


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:  baik  sedang  lemah Kesadaran: compos mentis
Tanda vital TD:185/97 mmHg Nadi: 138 x/mnt Suhu : 38 RR: 32 x/mnt Spo2 : 96% 02: 3lpm
Pola nafas irama:  Teratur  Tidak teratur
Pernafasan Jenis  Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain:
Suara nafas:  verikuler  Stridor  Wheezing  Ronchi Lain-lain:
Sesak nafas  Ya  Tidak  Batuk  Ya  Tidak
Masalah:
pola nafas tidak efektif

Irama jantung:  Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal  Ya  Tidak


Nyeri dada:  Ya  Tidak
Kardiovaskuler

Bunyi jantung:  Normal  Murmur  Gallop lain-lain


CRT:  < 3 dt  > 3 dt
Akral:  Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah
Masalah:
Fungsi perifer tidak efektif

GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik:6 Total: 15


Refleks fisiologis:  patella  triceps  biceps lain-lain:
Persyarafan

Refleks patologis:  babinsky  budzinsky  kernig lain-lain:


Lain-lain:
Istirahat / tidur: 3-4 jam/hari Gangguan tidur: ada, os mengatakan susah tidur sejak tahu bahwa dia gagal
ginjal dan harus cuci darah
Masalah:
Gangguan pola tidur
Penglihatan (mata)
Pupil :  Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva :  Anemis  Ikterus  Lain-lain:
Lain-lain :
Penginderaan

Pendengaran/Telinga :
Gangguan pendengaran :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk :  Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah:
Tidak ada
Kebersihan:  Bersih  Kotor
Urin: Jumlah: 500 cc/hr Warna: pekat Bau: menyengat
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Perkemihan

Kandung kencing: Membesar  Ya  Tidak


Nyeri tekan  Ya  Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi
 Nokturia  Inkontinensia  Lain-lain:
Masalah:
Gangguan eliminasi urine
Nafsu makan:  Baik  Menurun Frekuensi: 1-2 x/hari
Porsi makan:  Habis  Tidak Ket: mual
Diet :
Minum : 500-600 cc/hari Jenis: air putih, teh manis
Mulut dan Tenggorokan
Mulut:  Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa  Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain:
Pencernaan

Abdomen  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi:


Peristaltik 25 x/mnt
Pembesaran hepar  Ya  Tidak
Pembesaran lien  Ya  Tidak
Buang air besar 1 x/3hari Teratur:  Ya  Tidak
Konsistensi : keras Bau: menyengat Warna: coklat pekat
Lain-lain:

Masalah:
- Resiko deficit nutrisi
- konstipasi

Kemampuan pergerakan sendi:  Bebas  Terbatas


Kekuatan otot: 4 4
4 4
Muskuloskeletal/ Integumen

Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan  Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor:  Baik  Sedang  Jelek
Odema:  Ada  Tidak ada Lokasi : kaki
Luka  Ada  Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada  Tidak ada Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :

Masalah:
Penurunan curah jantung

Pembesaran Tyroid  Ya  Tidak


Endokrin

Hiperglikemia  Ya  Tidak Hipoglikemia  Ya  Tidak


Luka gangren  Ya  Tidak Pus  Ya  Tidak
Masalah:
Tidak ada
Mandi : 3x/hari Sikat gigi : iya
Keramas: 3x/hari Memotong kuku: 1x/minggu
Personal
Higiene

Ganti pakaian : 2x/hari

Masalah:
Tidak ada
Orang yang paling dekat: suami
Psiko-sosio-spiritual Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: setelah sakit os membatasi kegiatan di lingkungannya
Kegiatan ibadah: sholat tepat waktu
Lain-lain :

Masalah:
Tidak ada
Laboratorium

Darah Rutin
HB ( Bayi : 16-24g/dl, P: 14-16g/dl, W: 12-14g/dl) 6,4*
Eritrosit ( P: 4,5 -5,5juta, W: 4,0 – 5,0juta) 5,27
MCV (80-100 fl)
MCH ( 27-34 pg)
MCHC ( 32-36 g/dl)
Leukosit ( 5000 – 10000/ull) 12.600*
Eosinofil (80 – 360/ull )
Hitung Jenis Leukosit:
Ba Eo Btg
0-1% 1-3% 2-6%
Segm Lim Mo
50-70 20-40 2-8
Hematokrit ( P: 40-48%, W: 37-48% ) 17,7*
Retikulosit ( 0,5 – 1,5%)
Trombosit ( 150.000 – 500.000) 168.000
Pemeriksaan penunjang

Fungsi Ginjal
Ureum ( 10 -50 ul) 66*
Creatinin ( 0,8 – 1,1gr/dl) 1,9*
Gambaran Ro Thorax : Cardiomegali, Pleural Effusion
Radiologi/ USG, dll

Th/
 ivfd venflon
 Omeprazole inj 1x40 mg
 Ondansentron inj 3 x 4 mg
 Amlodipin tab 1x10mg
 Paracetamol tab 3x500mg
Terapi:

Data Fokus
no Data Subyektif Data Obyektif
1 Os mengatakan kepala terasa berat - TD:185/97 mmHg Nadi: 138 x/mnt
Suhu : 38 RR: 32 x/mnt Spo2 : 96%
02: 3lpm
2 Os mengatakan cepat lelah saat beraktivitas
- Hb : 6,4 gr/dl
- CRT > 3 dtk
- Conjuctiva anemis
- Kulit bewarna pucat
- Nilai rom 4 4
4 4
3 os mengatakan susah tidur sejak tahu bahwa dia gagal - Istirahat / tidur: 3-4 jam/hari
ginjal dan harus cuci darah

4 Os mengatakan kakinya sering bengkak jika - TD:185/97 mmHg Nadi: 138 x/mnt
aktivitas Suhu : 38 RR: 32 x/mnt Spo2 : 96%
02: 3lpm
- Oedem kaki
- Akral dingin
- Kulit pucat
Analisa Data
no Data Problem Etiologi
1 Ds : Os mengatakan kakinya sering Penurunan curah jantung Perubahan after load di tandai
bengkak jika aktivitas dengan tekanan darah
meningkat/menurun, CRT >
Do : - TD:185/97 mmHg Nadi: 138 3detik, warna kulit pucat / sianosis
x/mnt Suhu : 38 RR: 32 x/mnt
Spo2 : 96% 02: 3lpm

- Hb : 6,4 gr/dl
- CRT > 3 dtk
- Conjuctiva anemis
- Kulit bewarna pucat
- Oedem kaki
- Akral dingin

2 Ds : Os mengatakan kepala terasa Nyeri Akut Mengeluh nyeri di tandai dengan


berat tampak meringis, sulit tidur

Do : : TD:185/97 mmHg Nadi: 138


x/mnt Suhu : 38 RR: 32 x/mnt
Spo2 : 96% 02: 3lpm

Pengkajian status nyeri: -


Paliativ/pemicu: melakukan aktivitas
fisik
Quality/kualitas: nyeri seperti
tertusuk
Region/lokasi: dirasakan pada kepala
belakang
Scale/skala: skala nyeri 5 (nyeri
sedang)
Time/waktu: nyeri hilang timbul
sejak 3 hari yang lalu

3 Ds : Os mengatakan cepat lelah saat Intoleransi Aktivitas Kelemahan di tandai dengan


beraktivitas merasa tidak nyaman setelah
Do : - Hb : 6,4 gr/dl beraktivitas
- CRT > 3 dtk
- Conjuctiva anemis
- Kulit bewarna pucat
- Nilai rom 4 4
4 4

B. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan Curah Jantung ( D.0008) b.d afterload d.d tekanan darah


meningkat
2. Nyeri akut (D.0077) b.d agen pencedera fisiologis d.d sulit tidur
3. Intoleransi Aktivitas ( D.0056) b.d kelemahan d.d merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama pasien : Ny. S Nama Mahasiswa : kholida fitriana
Ruang : Flamboyan 302 NPM : 212030121873
No.M.R. : 10188756

No Tanggal dan jam Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan (PES) Hasil
1. 17/10/2022 Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan Perawatan jantung
Jam : 08:20 ( D.0008) tindakan keperawatan I.02075:
2 x 24 jam Observasi
diharapkan Curah - Identifikasi
jantung L.02008 tanda/ gejala
meningkat dengan primer
kriteria hasil : penurunan curah
- Tekanan jantung meliputi
darah dispnea,
membaik 5 kelelahan ,
- CRT edema, ortopnea,
membaik 5 peningkatan cvp
- Edema - identifkasi
menurun 5 tanda/gejala
- Takikardi sekunder
menurun 5 penurunan curah
jantung meliputi
penigkatan BB,
hepatomegaly,
ronki basah,
oliguria, batuk,
kulit pucat
- monitor tekanan
darah
- monitor intake
output cairan
- monitor spo2
- monitor keluhan
nyeri dada
- periksa tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum dan
sesudah aktivitas
- periksa tekanan
darah dan
frekuensi
sebelum
pemberian obat

Terapeutik
- posisikan pasien
semi fowler
- berikan diet
jantung
- berikan terapi
relaksasi
- berikan 02 untuk
mempertahankan
sp02 >94%
Edukasi
- anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
- anjurkan
berhenti
merokok
- ajarkan pasien
dan keluarga
untuk mengukur
intake dan
output cairan
harian
Kolaborasi
- rujuk ke
program
rehabilitasi
jantung

2. 17/10/2022 Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri I.08238


Jam : 08:28 tindakan keperawatan Observasi
2 x 24 jam - identifikasi
diharapkan tingkat lokasi,
nyeri L.08066 krakteristik,
menurun dengan durasi,
kriteria hasil : frekuensi,
- Keluhan kualitas,
nyeri intensitas nyeri
menurun 5 - identifikasi skala
- Meringis nyeri
menurun 5 - identifikasi
- Kesulitan factor yang
tidur memperberat
menurun 5 dan
- Frekuensi memperingan
nadi nyeri
membaik 5 Terapeutik
- Pola tidur - berikan Teknik
membaik 5 nonfarmakologis
( aromaterapi)
- control
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
( pencahayaan)
- fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
- anjurkan
memonitor nyeri
mandiri
- ajarkan Teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi
- kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

3. 17/10/2022 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan manajemen energi


Jam : 08:30 ( D.0056) Tindakan ( I.05178)
keperawatan 2x24 Observasi :
jam di harapkan - monitor pola dan
toleransi aktivitas jam tidur
L.05047 di tandai - monitor
dengan kriteria hasil : kelelahan fisik
- frekuensi dan emosional
nadi Terapeutik :
meningkat - sediakan
5 lingkungan
- Spo2 nyaman dan
meningkat rencana stimulus
5 mis: cahaya,
- Kemudahan suara,
dalam kunjungan)
melakukan - berikan aktivitas
aktvitas distraksi yang
sehari-hari menenangkan
meningkat - fasilitasi duduk
5 di sisi tempat
- Kekuatan tidur, jika tidak
tubuh dapat berpindah
bagian atas atau berjalan
meningkat Edukasi :
5 - anjurkan tirah
- Kekuatan baring
tubuh - anjurkan
bagian melakukan
bawah aktivitas secara
meningkat bertahap
5 - ajarkan strategi
- Keluhan koping untuk
Lelah mengirangi
menurun 5 kelelahan
- Dispnea Kolaborasi :
saat - kolaborasi
beraktivitas dengan ahli gizi
menuun 5 tentang cara
- Sianosis meningkatkan
menurun 5 asupan makanan
- Warna kulit
membaik 5
- Tekanan
darah
membaik 5
- Frekuensi
nafas
membaik 5

D. CATATAN PERAWATAN
Nama Klien : Ny.S
Diagnosis Medis : CKD + HT
Ruang Rawat : Flamboyan 302

Tanggal / No. DK Implementasi EVALUASI


jam
17/10/202 D.0008 Perawatan jantung: S : Os mengatakan kakinya sering
Observasi bengkak jika aktivitas
Jam : - Monitor tekanan darah
- Monitor SPO2 O : k/u sedang, kes cm , ivfd venflon,
Terapeutik oedem kaki (+), sianosis (+), CRT
- posisikan pasien semi fowler >3’, TD:185/97 mmHg Nadi: 138 x/mnt
- berikan diet jantung Suhu : 38 RR: 32 x/mnt Spo2 : 96%
- berikan terapi relaksasi 02: 3lpm, akaral teraba dingin
- berikan 02 untuk
A : Masalah tearatasi Sebagian
mempertahankan sp02
>94% P: intervensi dilanjutkan :
Edukasi
- anjurkan beraktivitas fisik - Monitor tekanan darah
sesuai toleransi - Monitor SPO2
- anjurkan beraktivitas fisik - posisikan pasien semi fowler
secara bertahap - berikan diet jantung
Kolaborasi - berikan 02 untuk
- rujuk ke program mempertahankan sp02
rehabilitasi jantung >94% : 3lpm
- anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap

D.0077 Manajemen Nyeri:


Observasi S : Os mengatakan kepala terasa berat,
17/10/202 - identifikasi lokasi, nteri seperti tertusuk sejak 3 hari yang
krakteristik, durasi, allau
Jam : frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri O : K/u sdg, Kes cm, ivfd venflon
TD:185/97 mmHg Nadi: 138 x/mnt
- identifikasi skala nyeri
Suhu : 38 RR: 32 x/mnt Spo2 : 96%
02: 3lpm, skala nyeri 5
Terapeutik A : Masalah teratasi Sebagian
- berikan Teknik P: Intervensi dilanjutkan
nonfarmakologis - identifikasi skala nyeri
( aromaterapi) - berikan Teknik
- fasilitasi istirahat dan tidur nonfarmakologis
( aromaterapi)
Edukasi - fasilitasi istirahat dan tidur
- ajarkan Teknik non - ajarkan Teknik non
farmakologis untuk farmakologis untuk
mengurangi nyeri mengurangi nyeri
Kolaborasi - kolaborasi pemberian
- kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
analgetik, jika perlu paracetamol tab 3x500mg

D.0056 manajemen energi S : Os mengatakan cepat lelah saat


Observasi : beraktivitas
- monitor pola dan jam tidur
Terapeutik : O: K/u sedang, kes cm, ivfd venflon
17/10/202 - sediakan lingkungan - Nilai rom 4 4
2 nyaman dan rencana 4 4
Jam : stimulus mis: cahaya, suara, - Jam tidur < 4 jam
08:40 kunjungan)
Edukasi : A: Masalah teratasi Sebagian
- anjurkan tirah baring P: Intervensi dilanjutkan
- anjurkan melakukan - monitor pola dan jam tidur
aktivitas secara bertahap - sediakan lingkungan
Kolaborasi : nyaman dan rencana
- kolaborasi dengan ahli gizi stimulus mis: cahaya, suara,
tentang cara meningkatkan kunjungan)
asupan makanan - anjurkan tirah baring
- anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Tanggal / No. DK Implementasi EVALUASI


jam
18/10/2022 D.0008 Perawatan jantung: S: os mengatakan badannya
Jam : 09:00 Observasi sudah mulai enak, bengkak di
- Monitor tekanan darah kakinya sudah berkurang
- Monitor SPO2
Terapeutik O: k/u sdg, kes cm, ivfd venflon
- posisikan pasien semi fowler Td : 148/98 , N: 100 x/mnt, S:
- berikan diet jantung 36,8 ‘c, Rr : 25 x/mnt, Spo2 :
- berikan terapi relaksasi 99%, sianosis (-), oedem
- berikan 02 untuk berkurang, CRT : 4’
mempertahankan sp02 >94%
Edukasi A: masalah teratasi Sebagian
- anjurkan beraktivitas fisik sesuai P: Intervensi dilanjutkan
toleransi - Monitor tekanan
- anjurkan beraktivitas fisik secara darah
bertahap - Monitor SPO2
Kolaborasi - posisikan pasien semi
- rujuk ke program rehabilitasi fowler
jantung - anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
- rujuk ke program
rehabilitasi jantung
-

18/10/2022 D.0077 Manajemen Nyeri: S : Os mengatakan pusing


Jam : 09:15 Observasi berkurang
- identifikasi lokasi, krakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, O : K/u sdg, Kes cm, ivfd
intensitas nyeri venflon
- identifikasi skala nyeri Td : 148/98 , N: 100 x/mnt, S:
36,8 ‘c, Rr : 25 x/mnt, Spo2 :
Terapeutik 99%,, skala nyeri 2
- berikan Teknik nonfarmakologis A : Masalah teratasi
( aromaterapi) P: Intervensi dihentikan,
- fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
- ajarkan Teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

18/10/2022 D.0056 manajemen energi S : Os mengatakan badan sudah


Jam : 09:25 Observasi : enak di buat jalan
- monitor pola dan jam tidur
Terapeutik : O: K/u sedang, kes cm, ivfd
- sediakan lingkungan nyaman dan venflon
rencana stimulus mis: cahaya, - Nilai rom 4 4
suara, kunjungan) 4 4
Edukasi : - Jam tidur kurang lebih
- anjurkan tirah baring 5 jam
- anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap A: Masalah teratasi Sebagian
Kolaborasi : P: Intervensi dilanjutkan
- kolaborasi dengan ahli gizi - monitor pola dan jam
tentang cara meningkatkan tidur
asupan makanan - sediakan lingkungan
nyaman dan rencana
stimulus mis: cahaya,
suara, kunjungan)
- anjurkan tirah baring
- anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

Tanggal / No. DK Implementasi EVALUASI


jam
19/10/2022 D.0008 Perawatan jantung: S: os mengatakan badannya
Jam : 09:00 Observasi sudah enak, bengkak di kakinya
- Monitor tekanan darah sudah banyak berkurang
- Monitor SPO2
Terapeutik O: k/u sdg, kes cm, ivfd venflon
- posisikan pasien semi fowler Td : 138/97 mmhg, N: 99
- berikan diet jantung x/mnt, S: 36,5’c, Rr : 20 x/mnt,
- berikan terapi relaksasi Spo2 : 99%
- berikan 02 untuk sianosis (-), oedem berkurang,
mempertahankan sp02 >94% CRT : 4’
Edukasi
- anjurkan beraktivitas fisik sesuai A: masalah teratasi
toleransi P: Intervensi dihentikan
- anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
Kolaborasi
- rujuk ke program rehabilitasi
jantung

19/10/2022 D.0056 manajemen energi S : Os mengatakan sudah enak


Jam : 09:20 Observasi : di buat jalan dan beraktivitas
- monitor pola dan jam tidur yang ringan
Terapeutik :
- sediakan lingkungan nyaman dan O: K/u sedang, kes cm, ivfd
rencana stimulus mis: cahaya, venflon
suara, kunjungan) - Nilai rom 5 5
Edukasi : 5 5
- anjurkan tirah baring - Jam tidur kurang lebih
- anjurkan melakukan aktivitas 5 jam
secara bertahap
Kolaborasi : A: Masalah teratasi
- kolaborasi dengan ahli gizi P: Intervensi dihentikan
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Anda mungkin juga menyukai