S DENGAN DIAGNOSIS
MEDIS HIPERTENSI DI RUANG FLAMBOYAN 302 RUMAH SAKIT
MELATI TANGERANG
Disusun Oleh :
Nama : Kholida Fitriana
Nim : (212030121873)
Jurusan : Keperawatan
Dosen pembimbing: Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep
2.1.2 Klasifikasi
Ada tiga klasifikasi hipertensi yang digunakan, yakni menurut Joint National Committee
(JNC) High Blood Pressure, American Heart Association (AHA), atau Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO)
2.1.2.1 Dikutip dari Kementerian Kesehatan, klasifikasi hipertensi menut JNC pencegahan,
deteksi, evalasi, dan penanganan tekanan darah tinggi seri 7 yakni:
Tekanan darah normal: sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg
Tekanan darah pra-hipertensi: sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg
Tekanan darah hipertensi tingkat 1: sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99 mmHg
Tekanan darah hipertensi tingkat 2: sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari 100
mmHg
2.1.2.2 Dilansir dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), klasifikasi
hipertensi menurut American Heart Association (AHA) atau American College of Cardiology
adalah:
Tekanan darah normal: sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg
Tekanan darah naik atau pra-hipertensi: sistolik 120-129 mmHg atau diastolik kurang dari 80
mmHg
Tekanan darah hipertensi: sistolik 130 mmHg atau lebih atau diastolik 80 mmHg atau lebih
2.1.2.3 WHO membuat klasifikasi hipertensi lebih sederhana berdasarkan data epidemiologi,
yakni:
Tekanan darah hipertensi: sistolik 140 mmHg atau lebih atau diastolik 90 mmHg atau lebih
hipertensi dapat di kelomokkan menjadi dua golongan yaitu Menurut (WHO, 2014):
Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer
Sebanyak 90% kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa
penyebabnya. Beberapa factor yang diduga berkitan dengan berkembangnya hipertensi
enesial adalah genetic, jenis kelamin dan usia, diit konsumsi tinggi garam atau kandungan
lemak, obesitas, gaya hidup merokok dan mengkonsumsi alcohol. (Ar-diansyah M.,2012).
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya diketahui. Hipertensi sekunder
meliputi sekitar 5–10% kasus hipertensi.
2.1.3 Etiologi
1) Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara
penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga belum dapat ditemukan. Pada
hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penya-
kit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esen-
sial termasuk stress, intake alcohol moderat, merokok, lingkungan dan gaya hidup (Tri-
yanto, 2014)
2) Hipertensi skunder
Hipertensi skunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh
darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit
parenkimal (Buss & Labus, 2013).
d) Nutrisi
Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam pengembangan hipertensi
esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi akan sensitif
terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi penyebab pencetus
hipertensi pada individu ini diet tinggi garam mungkin menyebabkan pelpasan
hormon natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung mening-
katkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vasopressor
di dalam sistem saraf pusat (SSP). Penelitian juga menunjukkan bahwa asupan diet
rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam pengem-
bangan hipertensi.
e) Penyalagunaan obat
Merokok sigaret, mengonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan obat
terlarang merupakan faktor-faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin da-
lam rokok sigret serta obat seperti kokan dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah secara langsung namun bagaimanapun juga, kebiasaan memakai zat ini telah
turut meningkatkan kejadian hipertensi dari waktu ke waktu. Kejadian hipertensi
juga tinggi diantara orang yang minum 3 ons etnol per hari. Pengaruh dari kafein
adalah kontroversial. Kafein meningkatkan tekanan darah akut tetapi tidak
menghasilkn efek berkelanjutan.
2) Faktor yang tidak dapat dirubah
a) Riwayat Keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifactorial yaitu, pada seseorang dengan ri-
wayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin berinteraksi dengan lainnya dan
juga lingungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu.
Kecendrungan genetis yang membuat keluarga tertentu lebih rentan terhadap
hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan kadar natrium intraseluler
dan penurunan rasio kalsium-natrium, yang lebih sering ditemukan pada orang
berkulit hitam. Klien dengan orang tua yang memlki hipertensi berada padarisiko
hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
b) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30- 50 tahun. Peristiwa hipertensi
meningkat dngan usia 50- 60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Penelitian epidemologi, bagaimanapun
juga, telah menunjukan prognosis yang lebih buruk pada klien yang hipertensinya
mulai pada usia muda. Hipertensi sistolik terisolasi umumnya terjadi pada orang
yang berusia lebih dari 50 tahun, dengan hamper 24% dari semua orang terkena
pada usia 80 tahun. Diantara orang dewasa, pembacaan TDS lebih baik daripada
TDD karena merupakan pediktor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian di-
masa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit
ginjal.
c) Jenis kelamin
Pada keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
dengan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria dan wanita hamper
sama antara usia 55 sampai 74 tahun, kemudian setelah usia 74 tahun wanita
berisiko lebih besar.
2.1.4 Patofisiologi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total tesistensi atau tahapan
perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil cardiac output didapatkan melalui
perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan
hearth rate (denyut jantung). System otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk
mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari
kedua faktor tersebut yang ditandai dengan adanya peningkatancurah jantung dan resistensi
perifer yang juga meningkat (Kowalak, 2011).
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien hipertensi dapat
menyebabkan beban kerja jantung yang akan meningkat. Hal ini terjadi karena peningkatan
resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi jantung meningkat,
ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan bebankerja jantung juga
meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hiper- trofi tidak dapat
mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis
arteri koronia, maka jantung bisa mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran darah yang
menurun menuju ke miokardium, sehingga timbul an- gina pectoris atau infark miokard.
Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan pada pem-buluh darah yang semakin mempercepat
proses aterosklerosis dan kerusakan organ- organ vitalsepertistroke, gagal ginjal, aneurisme,
dan cidera retina (Kowalak, 2011).
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.7.1 Penatalaksanaan non farmalogi
Pengobatan non farmakologi lebih berfous pada perubahan gaya hidup, yang dapat
dilakukan seperti; pengurangan berat badan, berhenti merokok, menghindari alcohol,
mengurangi asupan garam, dan melakukan aktivitas fisik.
1. Diuretic (Hidroklorotiazid)
Diuretic bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh se-
hingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktivitas
saraf simpatis.
3. Betablokar (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung,
dengan kontraindikasi pada pederita yang mengalami gangguan pernafasan sep-
erti asma bronkial.
4. Vasodilator (Prasosin,Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah.
5. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor(Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensinII dengan
efek samping penderita hipertensi akan mengalai batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
6. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angi-
otensin II pada reseptor.
7. Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai berikut (Ir- wan,
2016):
2.1.8.1 Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, dmensia vaskuler, ense-
falopati.
2.1.8.2 Mata: retinopati hipertensif.
2.1.8.3 Kardiovaskuler: penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel
kiri, penyakit coroner, disfungsi baik sistolik maupun diastolic dan berakhir pada
gagal jantung (heart failure).
2.1.8.4 Ginjal: nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.
2.1.8.5 Arteri perifer; klaudikasio intermiten.
2.3 Pathway Hipertensi
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Fokus pengkajian menurut (Wijayaningsih, 2013)Asuhan Keperawatan padaklien
hipertensi dilaksanakan melalui proses keperawatan yang terdiri dari:
2.2.1.1 Aktivitas atau istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek
Tanda: frekuensi jantung meningkat dan perubahan irama jantung.
2.2.1.2 Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit selebravaskular
Tanda: kenaikan tekanan darah, takkikardi, distritmia, kulit pucat, sianosis, diaphoresis.
2.2.1.3 Integritas ego
Gejala: perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik Tanda:gelisah,
otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola bicara
2.2.1.4 Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal
2.2.1.5 Makanan atau cairan:
Gejala: makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mualdan
muntah, perubahan berat badan, adanya edema
2.2.1.6 Neurosensori
Gejala: pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, ori- entasi
pola atau isi bicara efek proses pikir atau memori (ingatan), perubahan retina optic.
2.2.1.7 Nyeri atau kenyamanan
Gejala: angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai klaudikasi, sakit kepala, nyeri
abdomen.
2.2.1.8 Pernapasan
Gejala: dispnea, takipnea
Tanda: distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan.
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Th
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Penanggung Biaya : BPJS
Identitas
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Kp.lebak Rt.003/022 Kab,Tangerang
Keluhan utama :
Riwayat penyakit saat ini : os mengatakan demam sudah 3 hari, sesak nafas 2 hari yang lalu dan sering Lelah jika
melakukan aktivitas, kepala terasa berat, mual jika mencium bau masakan dan tidak nafsu makan karena perut
Riwayat Sakit dan Kesehatan
terasa begah
Penyakit yang pernah diderita : os mengatakan mempunyai darah tinggi ( hipertensi) sudah 5 th lamanya, dan
sedang menjalani cuci darah rutin 2x perminggu setiap senin-kamis sudah berjalan 4 bulan lamanya
Riwayat penyakitkeluarga : os mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan yang
diderita saat ini
Pendengaran/Telinga :
Gangguan pendengaran : Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman : Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah:
Tidak ada
Kebersihan: Bersih Kotor
Urin: Jumlah: 500 cc/hr Warna: pekat Bau: menyengat
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Perkemihan
Masalah:
- Resiko deficit nutrisi
- konstipasi
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat Hiperpigmentasi
Turgor: Baik Sedang Jelek
Odema: Ada Tidak ada Lokasi : kaki
Luka Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :
Masalah:
Penurunan curah jantung
Masalah:
Tidak ada
Orang yang paling dekat: suami
Psiko-sosio-spiritual Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: setelah sakit os membatasi kegiatan di lingkungannya
Kegiatan ibadah: sholat tepat waktu
Lain-lain :
Masalah:
Tidak ada
Laboratorium
Darah Rutin
HB ( Bayi : 16-24g/dl, P: 14-16g/dl, W: 12-14g/dl) 6,4*
Eritrosit ( P: 4,5 -5,5juta, W: 4,0 – 5,0juta) 5,27
MCV (80-100 fl)
MCH ( 27-34 pg)
MCHC ( 32-36 g/dl)
Leukosit ( 5000 – 10000/ull) 12.600*
Eosinofil (80 – 360/ull )
Hitung Jenis Leukosit:
Ba Eo Btg
0-1% 1-3% 2-6%
Segm Lim Mo
50-70 20-40 2-8
Hematokrit ( P: 40-48%, W: 37-48% ) 17,7*
Retikulosit ( 0,5 – 1,5%)
Trombosit ( 150.000 – 500.000) 168.000
Pemeriksaan penunjang
Fungsi Ginjal
Ureum ( 10 -50 ul) 66*
Creatinin ( 0,8 – 1,1gr/dl) 1,9*
Gambaran Ro Thorax : Cardiomegali, Pleural Effusion
Radiologi/ USG, dll
Th/
ivfd venflon
Omeprazole inj 1x40 mg
Ondansentron inj 3 x 4 mg
Amlodipin tab 1x10mg
Paracetamol tab 3x500mg
Terapi:
Data Fokus
no Data Subyektif Data Obyektif
1 Os mengatakan kepala terasa berat - TD:185/97 mmHg Nadi: 138 x/mnt
Suhu : 38 RR: 32 x/mnt Spo2 : 96%
02: 3lpm
2 Os mengatakan cepat lelah saat beraktivitas
- Hb : 6,4 gr/dl
- CRT > 3 dtk
- Conjuctiva anemis
- Kulit bewarna pucat
- Nilai rom 4 4
4 4
3 os mengatakan susah tidur sejak tahu bahwa dia gagal - Istirahat / tidur: 3-4 jam/hari
ginjal dan harus cuci darah
4 Os mengatakan kakinya sering bengkak jika - TD:185/97 mmHg Nadi: 138 x/mnt
aktivitas Suhu : 38 RR: 32 x/mnt Spo2 : 96%
02: 3lpm
- Oedem kaki
- Akral dingin
- Kulit pucat
Analisa Data
no Data Problem Etiologi
1 Ds : Os mengatakan kakinya sering Penurunan curah jantung Perubahan after load di tandai
bengkak jika aktivitas dengan tekanan darah
meningkat/menurun, CRT >
Do : - TD:185/97 mmHg Nadi: 138 3detik, warna kulit pucat / sianosis
x/mnt Suhu : 38 RR: 32 x/mnt
Spo2 : 96% 02: 3lpm
- Hb : 6,4 gr/dl
- CRT > 3 dtk
- Conjuctiva anemis
- Kulit bewarna pucat
- Oedem kaki
- Akral dingin
B. Diagnosa Keperawatan
Terapeutik
- posisikan pasien
semi fowler
- berikan diet
jantung
- berikan terapi
relaksasi
- berikan 02 untuk
mempertahankan
sp02 >94%
Edukasi
- anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
- anjurkan
berhenti
merokok
- ajarkan pasien
dan keluarga
untuk mengukur
intake dan
output cairan
harian
Kolaborasi
- rujuk ke
program
rehabilitasi
jantung
D. CATATAN PERAWATAN
Nama Klien : Ny.S
Diagnosis Medis : CKD + HT
Ruang Rawat : Flamboyan 302
Edukasi
- ajarkan Teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu