Anda di halaman 1dari 20

Struktur dan Mekanisme Pernapasan pada Manusia

Kelompok C7
Ary Adolf Mananue, Feby Sondang Junita Siburian, Dwi Afriani, Keisha Deandra Christie,
Nur Latifah Kurnia Fachrudin, Glorya Natasha Ahab, Swingli Yosua R. M

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 1151

Abstrak

Bernapas merupakan kebutuhan yang paling utama untuk kelangsungan hidup


seseorang.Sistem pernapasan merupakan pengambilan O2 dari udara dan mengeluarkan
CO2dari dalam alveoli ke udara luar. Bernapas memerlukan proses difusi antara O 2 dgn CO2.
Dalam bernapas ada beberapa bagian organ pernapasan atas yang harus dilalui seperti hidung
dan sinus paranasal, pharynx, dan larynx. Sisanya ialah organ-organ respirasi. Oleh karena itu
penting untuk kita mengetahui proses pertukaran yang terjadi didalam tubuh kita.

Kata Kunci : Sistem pernapasan, saluran pernapasan bagian atas, transport O2 dan CO2.

Abstract

Breathing is the most important requirement for a person's survival. The respiratory
system is taking O2 from the air and remove CO2 from the alveoli to the outside air.
Breathing requires the diffusion process between O2 with CO2. In breathing there are several
parts of the upper respiratory organs that must be passed as the nose and paranasal sinuses ,
pharynx , and larynx . The rest is the organs of respiration. It is therefore important for us to
know the exchange process that occurs in our body.

Keywords : Respiratory system , upper respiratory tract , O2 and CO2 transport .

1
Pendahuluan

Sistem pernapasan merupakan sebuah sistem yang memungkinkan terjadinya


pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Dalam proses
respirasi ini berperan berbagai macam organ yang berfungsi untuk mengangkut udara dan
sebagai alat pertukaran udara.Di organ-organ tersebut pun tentunya akan berhubungan
dengan bagian-bagian lain yang kemudian akan membentuk suara, berperan dalam proses
menelan, dan proses batuk. Sesak napas merupakan perasaan sulit untuk bernapas. Sesak
napas berhubungan dengan adanya gangguan pada sistem pernapasan  pada waktu inspirasi
ataupun ekspirasi. Namun, dalam kasus ini sesak napas yang terjadi disebabkan oleh
batuk.Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan struktur makro dan mikro
dari organ pernafasan, serta mekanisme pernafasan.

Sistem Repirasi1
Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua
cara, yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara
secara langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara
yang dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak
langsung. Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paru-paru. Dengan lain
kata, kita melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu,
proses difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang
meng alami proses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus. Oleh
karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap
mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni
mekanisme pernapasan eksternal dan internal.
1.Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam
paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi.
Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses
pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru
dinamakan pernapasan eksternal. Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler
paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3). Dengan
bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit
dalam darah akan segera berdifusi keluar.

2
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan Hb) melepaskan ion-ion
hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin
akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).

Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena ada perbedaan tekanan parsial
antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan
karbondioksida pada darah dan udara berbeda. Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan
lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain,
konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh
karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan
parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan
lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida
pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.

2. Pernafasan Internal

Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan
internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan
karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler. Setelah oksihemoglobin (HbO2)
dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan
tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel.

Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi.
Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan
karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan
jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi
oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir
menuju cairan jaringan. Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah
daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh
berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan
berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Namun, sebagian
besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan bergabung dengan air
menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai
menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- ). CO2 yang diangkut

3
darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan tetapi hanya 10%-
nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah. Ion-ion
bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bufer atau larutan penyangga. Lebih tepatnya,
ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH (derajat keasaman) darah.1

Hidung dan Sinus Paranasal

Hidung memiliki fungsi sebagai saluran udara, saringan udara dari partikel debu kasar
maupun halus, menghangatkan udara pernapasan, melembabkan udara pernapasan, dan
sebagai alat pembau.Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian
luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas, struktur hidung luar dibedakan
atas tiga bagian antara lain dibagian palaing atas terdapat kubah tulang yang tak dapat
digerakkan, di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan serta
dipaling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk hidung luar seperti
piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah yaitu pangkal hidung (bridge), batang
hidung (dorsum nasi), puncak hidung (hip), ala nasi, kolumela, dan lubang hidung (nares
anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri seperti tulang hidung (os nasal),
prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os frontal sedangkan kerangka tulang
rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu
sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang
disebut juga sebagai kartilago ala mayor dan tepi anterior kartilago septum.2
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os. internum di sebelah
anterior hingga koana di posterior yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Kavum
nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka
inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior,
berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas
konka media disebut meatus superior.3

Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus paranasalis. Sinus
paranasalis terdiri atas frontalis, ethmoidalis, sphenoidalis dan maxillaries. Sinus berfungsi
untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal

4
untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk, memproduksi mukus, dan
memberi efek resonansi dalam produksi wicara.4

 Sinus frontalis. Letak kedua sinus frontalis di sebuah posterior terhadap arcus
superficialis, antara tabula externa dan tabula interna os.frontale. Pendarahan disuplai
oleh cabang-cabang A. opthalmica, yakni A. supraorbitalis, dan A. ethmoidalis
anterior. Darah balik bermuara ke dalam vena anastomotik pada incisura
supraorbitalis yang menghubungkan vena-vena supraorbitalis dan opthalmica
superior. Persarafannya disuplai oleh N. supraorbitalis.
 Sinus ethmoidalis. Tersusun sebagai rongga-rongga kecil tak beraturan, sehingga
disebut juga cellulae ethmoidales. Rongga-rongga kecil ini berdinding tipis di dalam
labyrinth ossis ethmoidalis, disempurnakan oleh tulang-tulang frontale, maxilla,
lacrimale, sphenoidale, dan palatinum. Pendarahan disuplai oleh Aa. ethmoidales
anterior dan posterior serta A. sphenopalatina. Pembuluh baliknya lewat vena-vena
yang senama dengan arteri. Persarafannya oleh, Nn. Ethmoidales anterior dan
posterior serta cabang orbital ganglion pterygopalatinum.
 Sinus sphenoidalis. Kedua sinus ini terletak di sebelah posterior terhadap bagian atas
rongga hidung, di dalam corpus ossis sphenoidalis, bermuara ke dalam recessus
spheno-ethmoidalis. Pendarahan disuplai oleh A. ethmoidalis posterior dan cabang
pharyngeal A. maxillaries interna. Persarafannya oleh N. ethmoidalis posterior dan
cabang orbital ganglion pterygopalatinum.
 Sinus maxillaries. Sebagian besar sinus ini menempati tulang maxilla. Berbentuk
pyramid, berbatasan dengan dinding lateral rongga hidung. Puncaknya meluas ke
dalam processus zygomaticus ossis maxillae. Atap berbatasan dengan dasar orbita,
sedangkan lantai berbatasan dengan processus alveolaris ossis maxillae. Pendarahan
disuplai oleh A. facialis, A. palatine major, A. infraorbitalis yang merupakan lanjutan
A. maxillaries interna dan Aa. alveolaris superior anterior dan posterior cabang A.
maxillaris interna. Persarafannya oleh N. infraorbitalis dan Nn. Alveolaris superior
anterior, medius dan posterior.4

Setiap bronkus primer bercabang 9-12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tertier
dengan diameter yang semakin kecil. Saat tuba semakin menyempit, batang atau lempeng
kartilago mengganti cincin kartilago. Bronki disebut juga ekstrapulmonar sampai memasuki
paru-paru, setelah itu disebut intrapulmonar. Struktur mendasar dari kedua paru-paru adalah

5
percabangan bronchhial yang selanjutnya bronchi, bronchiolus, bronchiolus terminal,
bronchiolus respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli.5
Epitel hidung terdiri atas sel-sel kolumnar bersilia, sel goblet, dan sel-sel basofilik kecil pada
dasar epitel, yang dianggap sebagai sel-sel induk bagi penggantian jenis sel yang lebih
berkembang. Pada msnusia, jumlah sel goblet berangsur bertambah dari anterior ke posterior.
Selain mukus, epitel juga mensekresi sedikit cairan yang membentuk laposan di antara
bantalan mukus dan permukaan epitel. Silia melecut di dalam lapis cairan yang membentuk
laposan di antara bantalan mukus dan permukaan epitel. Dibawah epitel terdapat lamina
propria tebal yang mengandung kelenjar submukosa, terdiri atas sel-sel mukosa dan serosa.
Di dalam lamina propia juga terdapat sel plasma, sel mast, dan kelompok jaringan lomfoid.
Dibawah epitell konka inferior tedapat pelksus vena luas yang merupakan tempat terjadinya
mimisan.6
Reseptor bagi sensai mencium terdapat di dalam epitelolfaktoria, daerah khusus pada
mukosa hidung, yang terdapat di atap rongga hing dan meluas ke bawah sampai 8-10 mikro
meter pada kedua sisi septum.dan sedikit ke atas konka nasalis superior. Daerah khusus pada
epitel ini tidak rata dan mencakup sekitar 500 mm5.
Epitel olfaktorius adalah epitel bertingkat tinggi dengan tebal sekitar 60 mikro meter. Ia
terdiri atas tiga jenis sel yaitu sel sustentakular, sel basal dan sel olfaktorius. Sel olfaktorius
adlah neuron bipolar , tersebar merata di antara sel-sel sustentakular. Inti bulatnya menempati
zona lebih rendah dari yang berasal dari sel-sel penyokong. Terdapat kompleks Golgi
supranuklear kecil dan beberapa elemen tubuvestibular dan retikulum endoplasma licin.
Bagian apikal sel menyempit menjadi juluran silindris yang halus yang meluas ke atas ke
permukaan epitel tempatnya berakhir dengan melebar yang disebut bulbus olfaktorius. Merka
sedikit menonjol di atas permukaan sel-sel penyokong sekitarnya dan mengandung badan-
badan basal daro enam sampai delapan silia olfaktoria yang memancardari paralel terhadap
permukaan epitel.
Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung tersusun dari
M.nasalis dan M.depressor septum nasi. Pendarahan hidung bagian luar disuplai oleh cabang-
cabang A.facialis, A.dorsalis nasi cabang, A.opthalamica dan A.infraorbitalis cabang
A.maxillaries interna. Pembuluh baliknya menuju V.facialis dan V.opthalamica. persarafan
otot-otot hidung oleh N.facialis, kulit sisi medial punggung hidung sampai ujung hidung
dipersarafi oleh cabang-cabang infratrochlearis dan nasil externus N.opthalmicus. Kulit sisi
lateral hidung dipersarafi oleh cabang infraorbitalis N.maxillaries. Pembuluh-pembuluh nadi
yang mendarahi rongga hidung adalah: Aa.etmoidalis anterior dan posterior, cabang

6
A.opthalmica yang mendarahi pangkal hidung, sinus-sinus ethmoidalis dan forntalis.
A.sphenopalatina, cabang A.maxillaries interna, mendarahi mukosa dinding-dinding lateral
dan medial hidung. A.palatina major, cabang palatina descendens A.maxillaries interna, yang
melewati foramen palatinum majus dan canalis incisivus serta beranastomosis dengan
A.sphenopalatina. A.labialis superior, cabang A.facialis, yang mendarai septum nasi daerah
vestibulum, beranastomosis dengan A.sphenopalatina dan seringkali menjadi lokasi kejadian
epistaxis.7

Faring

Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan esofagus dan ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung
(naso-farinx), di belakang mulut (oro-farinx) dan di belakang larinx (faring-laringeal). Nares
posterior adalah muara rongga-rongga hidung ke naso-farinx.8 Faring adalah tabung muskular
berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai
esofagus.Faring terbagi menjadi naofaring, orofaring, dan laringofaring.5

 Nasofaring 
Nasofaring bersama orofaring, dan laringofaring merupakan bagian dari faring.Faring
sendiri merupakan percabangan dua saluran yakni traktus digestivus dan
traktusrespiratorius. Faring berperan dalam proses menelan makanan. 7Rongga
nasofaring initidak pernah tertutup, berbeda dari orofaring dan laringofaring.
Nasofaring berhubungan dengan rongga hidung melalui choanae. Sedangkan yang
berhubungan dengan orofaring melalui isthimus pharingeum. 8 Pada nasofaring ini
terdapat pharyngeal tonsil dan tuba eustachius. Nasofaring ini tersusun atas epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet.9
 Orofaring
Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, disini terdapat
pula pangkal lidah. Pada dinding lateralnya terdapat tonsilla palatina yang masing-
masingnya terletak disinus tonsillaris. Berhubungan dengan rongga mulut melalui
isthmus oropharingeum. Makanan dalam bentuk bolus dari rongga mulut didorong
masuk keorofaring. Bolus menekan uvula (tekak) sehingga menutup saluran menuju
ke hidung. Hal ini menjaga supaya makanan yang masuk tidak keluar ke hidung.
Proses dilanjutkandengan menurunnya epiglotis yang menutup glotis. Bolus melalui

7
laringofaring danmasuk ke esophagus.Orofaring tersusun atas epitel berlapis gepeng
tidak bertanduk.9

  
 Laringo faring
Pada laringofaring ini terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran
makanan.Laringofaring terdiri dari epitel bervariasi tetapi sebagian besar terdiri dari
epitel berlapis gepeng tidak bertanduk. Laringo faring akan berhubungan dengan
laring melalui aditus laringis. 9

Laring

Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu
rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV –
VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya
selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan. Lokasi
laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya kartilago tiroid
yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia Laring atau disebut
juga Adam’s apple atau jakun.10

Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukan salah satu fungsinya,yaitu
berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakea.
Laringmemungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat
agar tidak masuk ke dalam trakea. Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh
tulang rawan. Terdiri atas cartilago threoidea, cartilago cricoidea dan cartilago arytaenoid
yang merupakan tulang rawan hialin dan cartilago epiglotis, cartilago cuneiformis dan
cartilago corniculata yang merupakan tulang rawan elastis. Laring berada diantara orofaring
dan trakea, dianterior laringofaring. Tersusun atasepitel bertingkat thorak bersilia bersel
gepeng kecuali ujing plika vokalis meerupakan epitel berlapis gepeng tidak bertanduk.9

Laring dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Epiglotis atau kartilago
epligotik adalah kartilago yang paling atas, bentuknya seperti lidah dan keseluruhannya
dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke atas dan epiglotis
tertekan ke bawah menutup glotis.Gerakan ini mencegah masuknya makanan atau cairan ke
dalam laring. Dibagian bawah epiglotis terdapat dua lipatan mukosa yang menonjol ke arah
lumen laring. Pasangan lipatan mukosa bagian atas menutupi ligamentum ventriculare dan

8
membentuk plica vestibularis, celah antara kedua plica ventricularis disebut rima vestibuli.
Pasangan lipatan mukosa dibagian bawah menutupi ligamentum vocale dan membentuk plica
vocalis yang berkaitan dengan pembentukan suara. Kedua plica vocalisini bersama
permukaan medial kedua cartilago arytaenoid membentuk rima glotidis/glotis.Dimana
terdapat bagian yang sejajar dengan ligamnetum vocale terdapat otot skelet yangdisebut
musculus vokalis yang berfungsi untuk mengatur ketengan pita suara dan ligamentum
sehingga udara yang melalui pita suara dpat menimbulkan suara dengan nadayang berbeda-
beda.5 Otot pada laring terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok ekstrinsik dan
kelompok intrinsik. Otot-otot ekstrinsik menghubungkan laring dengan sekitarnya
dan berperan dalam proses menelan; termasuk otot-otot tersebut adalah musculus
sternothyreoideus, musculus thyreohyoid dan musculus constrictor pharingis
inferior.Sedangkan musculus intrinsik laring berperan untuk fonasi. Otot yang termasuk
dalam musculus intrinsik laring adalah musculus cricoarytaenoid posterior,
musculuscricoarytaenoid lateral, musculus arytaenoid obliquus, musculus arytaenoid
transversus,musculus thyreoarytaenoid, musculus aryepigloticcus dan sekitarnya.Perdarahan
utama laring berasal dari cabang-cabang artery thyreodea superior danarteri thyroidea
inferior. Persarafan berasal dari cabang-cabang internus dan externusnervus laringeus
superior dan nervus reccuren dan saraf simpatis.11

Trakea

Trakea adalah tuba dengan panjang 10-12cm dan diameter 2,5cm serta terletak di atas
pemukaan anterior esophagus. Tuba ini merentang dari laring pada area vertebra serviks
keenam sampai area vertebra toraks kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus
utama. Trachea dapat tetap terbuka karena adanya 16-20 cincin kartilago berbentuk C. Ujung
posterior mulut cincin diubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga memungkinkan
ekspansi esophagus. Trakea juga dilapisi oleh epithelium repiratorik yang mengandug banyak
sel goblet. Susunan demikian memberi trakea keleluasan gerak yang besar, sedangkan cincin-
cincin tulang rawabnnya memungkinkannya menahan tekanan dari luar yang dapat menutup
jalan napas. Di luar tulang wan terdapat lapis jaringan ikat padat dengan banyak serta elastin.
Dinding posterior trakea tidak dilengkapi tuang rawan terdapat lapis jaringan ikat padat
dengan banyak serat elastin. Dinding posterior trakea tidak dilengkapi tulang rawan. Seagai

9
gantinya terdapat pita tebal dari otot poloss yang terorientasi melintang, yang ujung-ujungnya
berbaur dengan lapis jaringan ikat padat di luar ruang rawan tadi.

Dengan mikroskop elektron dapat dilihat 6 jenis sel. Yaitu sel bersilia, sel goblet, sel sikat,
sel basal, dan sel sekretorik/bergranula. Sel bersilia mempunyai silia yang panjang, aktif,
motil yang bergerak kearah faring. Sel goblet mensintesa dan mensekresi lendir, mempunyai
apparatus golgi dan retikulum endoplasma kasar di basal sel. Pada sel goblet ada mikrovili di
apex dan mengandung tetesan mukus yang kaya akan polisakarida. Sel sikat mempunyai
mikrovilli di apex yang berbentuk seperti sikat. Ada dua macam sel sikat, yaitu sel sikat 1
(mempunyai mikrovili sangat panjang) dan sel sikat 2 (dapat berubah menjadi sel pendek).
Sel basal merupakan sel induk yang akan bermitosis dan beruba menjadi sel lain. Sel
sekretorik/bergranula memiliki diameter 100-300 milimikron.6,7

Bronkus

Trakea yang berbifurkasio menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Bronkus kanan lebih lebar, pendek, dan lebih vertikal dari bronkus kiri.Setiap bronkus sekitar
setengah dari diameter trakea dan terdiri dari kartilago yang sama, hanya dengan skala lebih
kecil, yang dihubungkan dengan jaringan fibrosa.Dindingnya dilapisi hanya sedikit otot polos
dan dilapisi epitel bersilia yang mengandung kelenjar mukus dan serosa. Struktur bronkus
sama dengan trakea, hanya dindingnya lebih halus, kedudukan bronkus kiri lebih mendatar
dibandingkan bronkus kanan sehingga bronkus kanan lebih mudah terserang penyakit. Kedua
bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis
kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan di lapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping kearah tampak paru-paru. Bronkus
kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yangkiri, sedikit lebih tinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yangdisebut bronkus pulmonaris. Trakea
terbelah menjadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru,
bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali. Saluran besar yang
mempertahankan struktur serupadengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot
yahng mengandung bahantulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil
salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot
dan lapisan silia. Bronkus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang
disebutvestibula, dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya, lapisan
epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih. Dari vestibula berjalan

10
beberapainfundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong
udara atau alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan disinilahdarah
hampir langsung bersentuhan dengan udara suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari
alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.11

Bronkiolus

Ini adalah segmen intraloburalis dengan garis tengah 1 mm atau kuarang. Bronkiolus
tidak mempunyai rawan atau kelenjar pada mukosanya dan hanya menunjukkan sel-sel goblet
yang tersebar dalam epitel segmen permulaan. Pada bronkiolusyang lebih besar , epitelnya
bertingkat toraks tinggi bersilia dan kekomplekkannya berkurang dan menjadi epitel kubis
bersilia pada bronkiolus terminalis.selain sel-sel barsilia , bronkus terminalis juga mempunyai
sel-sel yang permukaan apikalnya berbentuk kubah yang menonjol ke dalam lumen.
Pemeriksaan pada sel-sel Clara manusia berkesimpulan bahwa meraka adalah sel-sel
sekretoris akan tetapi  hingga sekarang fungsinya tidak diketahui.

Sebagian besar lamina propia adalah oto polos dan serabut-serabut elastin. Otot
bronkus dan bronkiolus dibawah pengawasan nervus vagus dan sistem simpatis.
Perangsangan nervus vagus mengurangi garis tengah susunan tersebut, sedangkan
perangsangan simpatis menimbulkan efek yang berlawanan.11

Bronkiolus Terminalis

Bronkiolus terminalis memiliki diameter kecil. Terdapat banyak lipatan mukosa yang
menyolok dan epitelnya bertingkat semua silindris rendah bersilia dan sedikit sel goblet. Pada
bronkiolus terminal, epitelnya silindris bersilia tanpa sel goblet. Lapisan otot polos yang
berkembang baik mengelilingi lamina propia tipis, yang pada gilirannya dikelilingi ole
adventisia. Di dekat bronkiolus terdapat sebuah cabang kecil yaitu arteri pulmonaris.
Bronkiolus ini dikelilingi ole alveoli paru.11

Bronkiolus Respiratorius

Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus atau lebih yang


berperanan sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan respirasi sistem respirasi.
Mukosa bronkiolus respiratorius terminalis kecuali bahwa dindingnya diselilingi oleh banyak
sakus alveolaris. Bagian-bagian bronkiolus respiratorius dibatasi oleh epitel kubis bersilia,
tetapi pada pinggir lubang-lubang alveolaris, epitel bronkiolus dilanjutkan dengan epitel
pembatas alveolus, selapis gepeng. Makin ke distal bronkiolus , jumlah alveoli bertambah
dgn nyata, dan jarak antara alveoli jelas makin dekat. Antara alveoli, epitel bronkiolus terdiri
11
atas epitel kubis bersilia: akan tetapi, pada bagian yg lebih distal, silia mungkin tdk ada.
Sepanjang dinding yg sangat banyak mengandung alveoli, sifat bronkiolus hanya trdpt antara
alveoli dan terdiri atas sekelompok kubis-kubis yg terletak siatas pita otot poloss dan jaringan
penyambung elastin. Karna alveoli merupakan tempat pertukaran gas digunakan utk
menggambarkan fungsi ganda segmen jalan pernapasan ini.

Dinding bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Pada bagian
proksimalnya terdapat silia, namun hulang di bagian disatal bronkiolus respiratorius. Sebuah
duktus alveolaris muncul dari bronkiolus respiratorius dan banyak alveoli bermuara ke dalam
duktus alveolaris. Pada setiap pintu masuk ke alveolus terdapat epitel selapi gepeng.11

Duktus Alveolaris

Duktus alveolaris dan alveoli dibatasi oleh sel-sel epitel selapis gepeng yg sangat
tipis. Dalam lamina propria sekitar pinggir alveoli merupakan suatu jala-jala sel-sel otot polos
yg saling menjalin. Berkas-berkas halus yg menyerupai sinkter ini tampak sbg tombol-tombol
antara alveoli yg berdekatan. Hanya matriks yg kaya akan serabut elastin dan kolagen yg
menyokong duktus dan alveolinya.

Duktus alveolaris bermuara ke dalam atria, ruang yg menghubungkan sakus


multilokularis alveoli, dua sakus alvelolaris atau lbh terbentyuk dari tia-tiap atrium. Serabut
elastin dan kolagen yg banyak sekali trdpt membentuk jaringan kompleks yg melingkari
lubang2 atria, sakus alveolaris, dan alveoli. Serabut2 elastin memungkinkan alveoli
mengembang wkt inspirasi dan secara pasif berkontraksi waktu ekspirasi. Kolagen
berperanan sbg penyokong yg mencegah peregangan berlebihan dan kerusakanbkapiler2
halus dan septa alveoli yg tipis.

Dari ujung duktus alveolaris terbuka pintu lebar menuju beberapa sakus alveolaris.
Saluran ini terdiri atas beberapa alveolus yang bermuara bersama membentuk ruangan serupa
rotunda yang disebut atrium. Alveolus paru merupakan kantong yang dibatasi oleh epitel
selapis gepeng yang sangat tipis, yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa
atau mirip sarang tawaon.11

Alveoli

12
Secara struktural, alveoli menyerupai kantong kecil yg terbuka pd salah satu sisinya,
mirip sarang tawon. Dalam struktur yg menyerupai mangkok ini, oksigen CO2 mengadakan
pertukaran antara udara dan darah.
Paru-paru (Pulmo)

Ada dua buah paru, yaitu pau kanan dan kiri. Paru kanan mempunyai tiga
lobus dan paru kiri mempunyai dua lobus. lobus paru terbagi lagi menjadi beberapa segmen.
Paru kanan mempunyai 10 segmen sedangkan paru kiri mempunyai 8 segmen.
Paru kanan batas anterior paru kanan menuju ke bawah dimulai di belakang sendi
sternoclavicular d a n m e n c a p a i l i n e a m e d i a n a p a d a k e t i n g g i i a n a n g u l u s
s t e r n i . B a t a s p a r u i n i t e r u s k e  bawah melalui belakang sternum pada ketinggian
sternocondralis keenam" disini batas bawah melengkung ke lateral dan sedikit ke inferior,
memotong iga keeenam di linea medioclavicularis dan memotong iga ke delapan
pada linea medioaksilaris. Batas ini k e m u d i a n m e n u j u k e b a g i a n p o s t e r i o r
s p i n o s u s v e r t e b r a t h o r a c i c a k e s e p u l u h . P a d a keadaan inspirasi, batas inferior
kira-kira turun dua iga. Bagian inferior fissura obliques paru kanan berakhir di batas bawah
paru pada linea medioclavicularis. Lokasi Fissura horizontalis pada ketinggian cartilago ke
empat.Paru kiri atas anterior paru kiri hampir sama dengan batas anterior paru kanan
tetapi pada ketinggian cartilago iga keempat paru kiri berdeviasi ke lateral karena
terdapat jantung. 9atas bawah paru kiri lebih inferior dibandingkan paru kanan karena paru
kanan terbatas oleh hepar. Fissura obli que paru kiri letaknya sama dengan paru
kanan. Tidak seperti pleura" paru jarang meluas ke in ferior. Pleura parietalis
costalis sering bertemu  berdempetan dengan pleura parietalis diafragmatica membentuk
sulcus costophrenicus. vaskularisasi paru mendapat darah dari dua system arteri, yaitu arteri
pulmonalis dan arteri bronchialis. Arteri pulmonalis bercabang dua mengikuti bronchus
utama kanan dankiri untuk kemudian bercabang-cabang membentuk ramifikasi
yang memasok darah ke intersisial paru memungkinkan pertukaran gas dengan baik.
Tekanan darah pada pembuluh yang berasal dari arteri bronchialis lebih tinggi
dibandingkan tekanan pada arteri pulmonalis. Darah yang dipasok oleh arteri
bronchialis sampai ke saluran pernapasan, serta interlobular, dan pleura. Sepertiga darah yang
meninggalkan paru melalui vena azygos menuju vena cavasedangkan yang dua per tiga lagi
melalui vena pulmonalis ke atrium kiri.11

13
Mekanisme Pernapasan12
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Fungsi
utama sistem pernapasan adalah penyediaan oksigen untuk kelangsungan proses metabolism
sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida hasil metabolisme secara terus-menerus.
Pernapasan pada manusia berlangsung dengan cara mengubah tekanan udara didalam paru-
paru.perubahan tekanan ini menyebabkan udara dapat keluar dan masuk dari luar ke dalam
paru-paru yang disebut bernapas.16 Proses bernapas pada manusia melalui 2 (dua) tahap :

 Inspirasi
Tahap inspirasi terjadi akibat otot tulang rusak dan diafragma berkontraksi.Volume
rongga dada dan paru-paru meningkat ketika diafragma bergerak turun ke bawah dan
sangkar tulang rusuk membesar. Tekanan paru-paru akan turun dibawah tekanan
udara atmosfer dan udara akan mengalir ke dalam paru-paru.

 Ekspirasi
Tahap ekspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berelaksasi.Volume
rongga dada dan paru-paru mengecil ketika diafragma bergerak naik dan sangkar
tulang rusuk mengecil. Tekanan udara dalam paru-paru akan naik melebihi tekanan
udara atmosfer, dan udara akan mengalir keluar dari paru-paru.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara
dalam rongga dada dengan tekanan udara diluar tubuh. Jika tekanan di luar rongga
dada lebih besar maka udara akan masuk, dan sebaliknya jika tekanan dalam rongga
dada lebih besar maka udara akan keluar. Dalam pemasukan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua
macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan
pernapasan perut terjadi secara bersamaan.

Difusi Gas
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen di jaringan, proses difusi gas pada saat respirasi
haruslah optimal. Difusi gas merupakan bergeraknya gas oksigen dan karbondioksida atau

14
partikel lain dari area yang bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Didalam aleoli,
O2 melintasi membran alveoli-kapiler dari arah alveoli ke darah karena adanya perbedaan
tekanan PO2 yang tinggi di alveoli (100 mmHg) dan tekanan pada kapiler yang lebih rendah
(PO2 40 mmHg), CO2 berdifusi dengan arah berlawanan akibat perbedaan tekanan PCO2
Darah 45 mmHg dan di alveoli 40 mmHg. Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan,
luas permukaan, dan komposisi membran; koefisien difusi O2 dan CO2, serta perbedaan
tekanan gas O2 dan CO2. Dalam difusi gas ini, organ pernapasan yang berperan penting
adalah alveoli dan darah. Adanya perbedaan tekanan parsial dan difusi pada sistem kapiler
dan cairan interstisial akan menyebabkan pergerakan O2 dan CO2 yang kemudian akan
masuk pada zona respirasi untuk melakukan difusi respirasi.13

Transpor O2
Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi di antara paru-paru dan darah.
Sebagian besar dari oksigen berdifusi ke dalam darah dan pada saat yang sama, karbon
dioksida berdifusi keluar. Berikut pertanyaannya adalah di mana oksigen akan pergi. Yang
paling bagian oksigen (sekitar 97%) kini dilakukan oleh eritrosit atau BPR Cs. Yang
menggabungkan dengan hemoglobin, pigmen yang mengandung besi pernapasan bawah
konsentrasi tinggi membentuk senyawa kimia longgar oxy-hemoglobin. Hemoglobin adalah
berwarna ungu tapi oxy-hemoglobin warna merah terang.Seiring aliran darah selama
sirkulasi, oxy-hemoglobin mencapai jaringan, memecah melepaskan sebagian oksigen, dan
mendapatkan kembali warna normal ungu sebagai hemoglobin, ada oleh darah bertindak
sebagai pembawa oksigen yang efisien.Sebagian kecil dari oksigen (sekitar 3%) juga larut
dalam plasma dan dilakukan dalam bentuk solusi untuk aliran darah jaringan.Sekarang ini
oksigen bebas, sebelum masuk ke dalam melewati jaringan tepat pertama ke dalam cairan
jaringan dan kemudian memasuki jaringan dengan difusi.Sebagai imbalannya, karbon
dioksida diberikan oleh jaringan, larut dalam cairan jaringan dan akhirnya masuk ke dalam
aliran darah dan disampaikan dari darah 10-26 volume oksigen per 100 volume darah.
Pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan tercapai karena hemoglobin memiliki afinitas
tertinggi untuk oksigen pada 100 mm Hg PO2 (yang hampir hadir di udara alveolar) dan
afinitas rendah untuk oksigen pada 40 mm Hg PO 2 yang lazim di jaringan.Jadi oksigen siap
dikombinasikan dengan hemoglobin darah yang berkurang Venus di paru-paru dan ini mudah
dilepaskan ke jaringan oleh darah arteri. Pelepasan oksigen dari darah lebih jauh meningkat
oleh penurunan pH meningkat CO 2 ketegangan, dan kenaikan suhu dll.14

15
Transpor CO2
Karbon dioksida yang dihasilkan, yang dihasilkan dari metabolisme dan diberikan oleh
jaringan, dilewatkan ke dalam darah melalui cairan jaringan dan disampaikan kembali ke
permukaan pernafasan bersama dengan aliran darah.Tapi dengan plasma dan hemoglobin
darah. Darah mengangkut karbon dioksida dalam tiga cara,yaitu:
 Sebagai asam karbonat
 Sebagai bikarbonat natrium dan kalium
 Sebagai carbominohemoglobin
Semua senyawa ini adalah senyawa reversibel. Sekitar 10% dari total karbon dioksida dibawa
oleh darah dalam keadaan terlarut sebagai asam karbonat (CO 2 +H 2 O-H 2 CO 3) tetapi
80% CO 2 sebagai bikarbonat Natrium bikarbonat dalam plasma dan sebagai kalium dalam
plasma dan sebagai kalium bikarbonat dalam sel darah dan 10% sisanya sebagai karbamino-
hemoglobin (suatu senyawa longgar dibentuk oleh hemoglobin + CO2).
Sekarang pertanyaannya adalah jika mereka disampaikan di kompleks dari tapi tidak
di Free State bagaimana cara menjadi bebas. Dalam darah ada enzim yang disebut karbonat
anhidrase terbentuk dalam eritrosit.Enzim ini meningkatkan konversi bikarbonat menjadi
karbonat, karbon dioksida dan air dengan katalis selain dari enzim ini, oxy-hemoglobin juga
membantu dalam melepaskan karbon dioksida dari berbagai senyawa.Karena oxy-
hemoglobin sangat asam dan keasaman menyebabkan pelepasan karbon dioksida dari
bikarbonat,asam karbonat dan carbamonohemoglobin. Oleh karena itu, karbon dioksida
sehingga terbentuk akan dihapus oleh difusi sebelum darah meninggalkan paru-paru. Ini
transportasi gas juga berada di bawah respirasi eksternal.14

Keseimbangan Asam Basa


Pengaturan asam basa tubuh merupakan salah satu mekanisme penting
tubuh untuk mempertahankan tingkat keasaman pH cairan tubuh. secara umum keasaman
cairan tubuh ditentukan berdasarkan pengaturan kadar H+ dalam tubuh karena kadar H+
merupakan faktor utama yang mempengaruh pH tubuh. Ada tiga faktor utama yang
mengatur konsentrasi ionhidrogen dalam tubuh guna mencegah terjadinya
asidosis atau alkalosis, antara lain sistem  penyangga asam-basa (buffer), pusat

16
pernapasan, dan ginjal. Mekanisme tubuh dalam m e n j a g a k e s e i m b a n g a n p H t u b u h
m e l a l u i t i g a m e k a n i s m e d i a t a s b e r l a n g s u n g s e c a r a  berurutan. Saat terjadi
gangguan keseimbangan asam-basa, sistem bufferer langsung diaktifkan s e b a g a i b e n t u k
pertahanan tahap pertama. Apabila gangguan tidak dapat
d i k o m p e n s a s i , selanjutnya tubuh mengaktifkan pertahanan tahap kedua melalui
mekanisme pernapasan, dan terakhir melalui mekanisme ginjal. Karena konsentrasi ion
hidrogen darah mempengaruhi konsentrasi ion hidrogen cairan tubuh dan karena darah
mudah diambil untuk analisa kimia, darah arteri digunakan sebagaicontoh cairan
tubuh dalam mengkaji keseimbangan asam-basa. ,valuasi klinis terhadap status
asam-basa individu mencakup penentuan Ph darah arteri, PCO2 dan HCO3-.15
Beberapa gangguan keseimbangan asam basa, yaitu :15
 Asidosis respiratorik
Merupakan keadaan turunnya pH darah yang disebabkan oleh proses abnormal pada
paru. Keadaan ini dapat digolongkan menjadi asidosis respiratorik akut atau asidosis
respiratorik kronik. Jika kejadiannya baru berlangsung beberapa jam dan belum
terjadi kompensasi oleh ginjal, keadaan ini disebut asidosis respiratorik akut. Karena
belum terdapat hasil upaya kompensasi ginjal, perubahan konsentrasi ion H (∆pH)
masih sesuai dengan perubahan tekanan parsial CO2 (∆PaCO2). Asidosis respiratorik
kronik biasanya telah terjadi lebih dari 12 jam sampai 5 hari, dan upaya kompensasi
oleh ginjal telah terjadi. Karena sudah terdapat kompensasi ginjal, ∆pH aktual tidak
sesuai dengan ∆pH sebelum kompensasi. Setelah terjadi kompensasi, nilai ∆pH tidak
lagi besar. Jika pengeluaran CO2 dari paru ke atmosfer menurun, PaCO2 akan
meningkat → akan terjadi asidosis respiratorik akut atau kronik. Pada respiratorik
akut, peningkatan konsentrasi HCO3- hanya sedikit, sedangkan pada yang kronik
konsentrasi HCO3- meningkat lebih banyak.

 Asidosis metabolik
Disebabkan karena adanya akumulasi asam selain asam karbonat. Penyebab
asidosis metabolik, antara lain adalah pemberian asam yang berlebihan, produksi
asam yang berlebihan (asidosis laktat ketika shock atau henti jantung), berkurangnya
ekskresi asam oleh ginjal, dan hilangnya bikarbonat, baik melalui usus maupun
ginjal. Asidosis metabolik ditandai oleh turunnya HCO3-. Penderita akan bernapas
dengan cepat (hiperventilasi) agar CO2 dapat cepat dikeluarkan.

17
 
 Alkalosis respiratorik
Merupakan suatu kelainan klinis yang menyebabkan peningkatan keasaman
darah (pH) karena hiperventilasi alveolar (hipokapnia). Hipokapnia terjadi karena
eliminasi CO2 melebihi produksi CO2 pada jaringan. Penyebab alkalosis respiratorik
meliputi pnemonia, penyakit paru interstisial, penyakit vaskular paru dan asma akut.
Penyebab di luar paru meliputi gangguan cemas (alkalosis sendiri sering
menyebabkan gangguan cemas), demam, keracunan salisilat, asidosis metabolik
(sebagai kompensasi), radang otak atau tumor, gagal hati. Pada alkalosis respiratorik
akut, PaCO2 berada di batas bawah nilai normal dan serum berada dalam keadaan
alkalemia, sedangkan pada alkalosis respiratorik kronik, PaCO2 juga dibatas bawah
nilai normal tetapi pH tidak terlalu jauh dari batas normal. Alkalosis respiratorik
banyak terdapat pada pasien yang menderita penyakit yang berat dan sering ditemui
pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik.

 Alkalosis metabolik,
Penyebab primer adalah konsentrasi serum HCO3- . Kejadian in diakibatkan
oleh hilangnya ion H+. Sebagai upaya kompensasi, paru akan berusaha menciptakan
keadaan hipoventilasi sehingga CO2 tertimbun dan PaCO2. naik, dengan demikian
pH akan naik kembali. PaCO2 akan meningkat sebesar 0,5-0,7 mmHg setiap ada
peningkatan konsentrasi HCO3- sebanyak 1 mEq/L. Peningkatan HCO3- lebih dari
35 mEq/L selalu disebabkan oleh alkalosis metabolik.

Sesak Napas Sebagai Gangguan Sistem Pernapasan yang Disebabkan Batuk-Pilek


Batuk pilek atau flu yang terjadi terus menerus dapat menimbulkan sesak napas.
Bronkitis dan pneumonia adalah dua jenis penyakit yang memiliki gejala awal batuk-pilek
hingga akhirnya mengalami sesak napas. Bronkitis sendiri adalah suatu peradangan pada
bronkus (saluran udara ke paru-paru. Bronkitis merupakan akibat beberapa keadaan lain
saluran pernapasan atas dan bawah, dan biasanya melibatkan trakea juga.16

Secara umum bronkitis sibagi menjadi dua jenis, yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronis.
Bronkitis akut timbul karena flu atau infeksi lain pada saluran napas dan dapat membaik
dalam beberapa hari atau beberapa pekan. Brunkitis akut biasanya didahului dengan infeksi
pernapasan atas. Infeksi bakteri sekonder dengan streptococcus pneumoniae atau

18
H.influenzae dapat terjadi. Khasnya, anak datang dengan batuk yang sering, pendek, dan
kering. Infeksi yang dialami ini akan membuat penderita mengalami kekurangan oksigen.
Komplikasi pada penyakit ini dapat menimbulkan pneumonia.

 Peneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung


kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh
tidak bisa bekerja. Selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa
meninggal. Mengingat Pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya
merupakan gejala batuk dan pilek, kemudian terasa sesak napas, ada baiknya anak segera
dibawa ke dokter.16

Kesimpulan

Manusia bernapas untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh
dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke
atmosfer. Sistem pernapasan sendiri terdiri dari hidung, faring, laring, trachea, bronkus,
bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar
maka udara akan masuk. Sebaliknya apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka
udara akan keluar. Batuk pilek adalah gejala awal sebelum akhirnya menimbulkan sesak
napas. Penyakit yang memiliki gejala seperti itu adalah bronkitis dan juga pneumonia.

Hipotesis yang dibuat adala batuk pilek yang terus menerus dapat menyebabkan sesak
napas pada anak. Berdasarkan materi diatas, maka dapat dilihat bahwa ada dua jenis
gangguan atau penyakit pada saluran pernapasan yang memiliki gejala seperti itu. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa batuk pilek merupakan gejala awal yang dapat
menyebabkan sesak napas pada anak.

Daftar Pustaka

1) Di unduh dari :

19
http://www.academia.edu/5366296/BAB_VI_PARU_PARU_DAN_SISTEM_RESPIRA
SI_MANUSIA. 22 Mei 2015.
2) Soetjipto, Wardani RS. Hidung. Dalam: Buku ajar llmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007. h.118-22.
3) Ballenger JJ. Aplikasi klinis anatomi dan fisiologi hidung dan sinus paranasal. Dalam:
Penyakit telinga hidung telinga tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-13. Jakarta:
Binarupa Aksara; 1994. h.3-4
4) Ethel Sloane. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi pertama. Jakarta: EGC;
2004.h.266-274.
5) Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
6) Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktreran EGC;
2002.
7) Santoso G. Anatomi sistem pernapasan. Edisi I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
8) Woodburne RT. Essential of human anatomy. 6th ed. New York: Oxford Universty;2007;
181-200.
9) Singh I. Teks dan atlas histologi manusia. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006; 115-20.
10) Ballenger, J.J. Anatomy of the larynx. In: Diseases of the nose, throat, ear, head and neck.
13th ed. Philadelphia, Lea & Febiger. 1993.
11) Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
12) Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC; 2008; 669-708
13) Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta :
Salemba Medika;2008.h.24-31
14) http://pelajaranilmu.blogspot.com/2012/05/transportasi-oksigen-dan-karbon.html
15) Asam Horne M. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Edisi ke-2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2004.h.134-5
16) Misnadiarly. Penyakit infeksi saluran napas pneumonia pada anak, oranng dewasa, usia
lanjut, penumonia atipik & penumonia atypik mycobacterium. Jakarta: Pustakan Obor
Populer; 2008.

20

Anda mungkin juga menyukai