Oleh
dr. Aji Syaid Muammar
Pendamping:
dr. Auliansyah Aldisela Januar Sukamto
2.1 IDENTITAS
• Nama : Ny. X
• TTL : 31-12-1965
• Usia : 57 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : RT 8, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
• Pendidikan : SLTA
• Pekerjaan : BURUH
• Agama : Islam
• Suku : Bugis
• Status Perkawinan : Menikah
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kontrol rutin tekanan darah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli dewasa PKM damai, dengan keluhan bagian tengkuk dan
Pundak belakang terasa kaku
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien punya riwayat darah tinggi dan minum obat saat ada keluhan saja, kencing
manis tidak ada, stroke tidak ada, penyakit jantung tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (+), diabetes melitus (-)
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: Tampak lemah
Kesadaran/GCS : E4V5M6 (Compos Mentis)
Tanda Vital :
TekananDarah : 207/126 mmHg,
Respiration Rate: 20 x/menit,
DenyutNadi: 88 x/menit,
Suhu Aksila: 36,00C,
SpO2:98% Tanpa oksigen
Status Generalis
• Kepala :normochepali,
• Mata :konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),
• THT :dalam batas normal,
• Leher: JVP tidak meningkat, pembesaran tiroid (-)
• Toraks :
Pulmo → Inspeksi : Bentuk normal, Retraksi dinding dada (-), Palpasi : nyeri tekan
(-/-), fremitus vocal normal simetris, Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru,
Auskultasi: vesicular (+), wheezing (-), rhonki (-).
Cor Inspeksi: iktus cordis terlihat di ICS 5 mid clavikula sinistra, Palpasi: iktus
cordis teraba, Perkusi :dalam batas normal, Auskultasi:S1 (+), S2 (+) tunggal
• Abdomen: Inspeksi : luka bekas operasi (-) , Auskultasi : peristaltic usus (+)
normal, Perkusi: timpani diseluruh regio abdomen, Palpasi : nyeri tekan regio
suprapubic (-), distensi (-)
• Ekstremitas :Akral hangat ++/++, Udema -/-
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Gula Darah Sewaktu : 173
- Kolestrol : 132
- Asam Urat : 6.1
2.5 DIAGNOSIS KERJA
Hipetensi Urgensi
2.6 TATALAKSANA
AMLODIPIN 0-0-10 MG
HCT 25 MG-0-0
Pro Rujuk (Pasien Menolak)
KIE Bahaya Hipertensi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 EPIDEMIOLOGI
Duapuluh persen pasien hipertensi yang datang ke UGD adalah pasien hipertensi
krisis. Data di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi
dari 6,7% pada penduduk berusia 20-39 tahun, menjadi 65% pada penduduk
berusia di atas 60 tahun. Data ini dari total penduduk 30% diantaranya menderita
hipertensi dan hampir 1%-2% akan berlanjut menjadi hipertensi krisis disertai
kerusakan organ target (1).
Sebagian besar pasien dengan stroke perdarahan mengalami hipertensi
krisis. Pada JNC VII tidak menyertakan hipertensi krisis ke dalam tiga stadium
klasifikasi hipertensi, namun hipertensi krisis dikategorikan dalam pembahasan
hipertensi sebagai keadaan khusus yang memerlukan tatalaksana yang lebih agresif
(1)
.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII (2)
Kategori TD sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Stadium 2 > 160 Atau > 100
3.3 DEFINISI
Terdapat perbedaan dari beberapa sumber mengenai definisi peningkatan darah akut.
Definisi yang paling sering dipakai adalah :
1. Hipertensi emergensi (darurat)
Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg secara
mendadak disertai kerusakan organ target. Hipertensi emergensi harus ditanggulangi
sesegera mungkin dalam satu jam dengan memberikan obat-obatan anti-hipertensi
intravena.
2. Hipertensi urgensi (mendesak)
Peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi emergensi namun tanpa disertai
kerusakan organ target. Pada keadaan ini tekanan darah harus segera diturunkan
dalam 24 jam dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi oral.
Dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain :
1. Hipertensi refrakter
Respon pengobatan yang tidak memuaskan dan tekanan darah > 200/110 mmHg,
walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada penderita dan
kepatuhan pasien.
2. Hipertensi akselerasi
Peningkatan tekanan darah diastolik > 120 mmHg disertai dengan kelainan
funduskopi. Bilatidak diobati dapat berlanjut ke fase maligna.
3. Hipertensi maligna
Penderita hipertensi akselerasi dengan tekanan darah diastolik > 120-130 mmHg dan
kelainan funduskopi disertai papil edema, peninggian tekanan intrakranial,
kerusakan yang cepat dari vaskular, gagal ginjal akut, ataupun kematian bila penderita
tidak mendapatkan pengobatan. Hipertensi maligna biasanya pada penderita
dengan riwayat hipertensi esensial ataupun sekunder dan jarang pada penderita
yang sebelumnya mempunyai tekanan darah normal.
4. Hipertensi ensefalopati
Kenaikan tekanan darah dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan sakit kepala yang
hebat, penurunan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversibel bila tekanan
darah tersebut diturunkan.
Pada penelitian Stragard, dilakukan pengukuran MAP pada penderita hipertensi dengan yang
normotensi. Didapatkan penderita hipertensi dengan pengobatan mempunyai nilai diantara
grup normotensi dan hipertensi tanpa pengobatan. Orang dengan hipertensi terkontrol
cenderung menggeser autoregulasi ke arah normal(1).
Dari penelitian didapatkan bahwa baik orang yang normotensi maupun hipertensi,
diperkirakan bahwa batas terendah dari autoregulasi otak adalah kira-kira 25% di bawah
resting MAP. Oleh karena itu dalam pengobatan hipertensi krisis, penurunan MAP sebanyak
20%-25% dalam beberapa menit atau jam, tergantung dari apakah emergensi atau urgensi.
Penurunan tekanan darah pada penderita diseksi aorta akut ataupun edema paru akibat payah
jantung kiri dilakukan dalam tempo 15-30 menit dan bisa lebih cepat lagi dibandingkan
hipertensi emergensi lainya. Penderita hipertensi ensefalopati, penurunan tekanan darah 25%
dalam 2-3 jam. Untuk pasien dengan infark serebri akut ataupun perdarahan intrakranial,
penurunan tekanan darah dilakukan lebih lambat (6-12 jam) dan harus dijaga agar tekanan
darah tidak lebih rendah dari 170-180/100 mmHg (1,2,4,6,8).
3.7 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis krisis hipertensi berhubungan dengan kerusakan organ target
yang ada. Tabel 2. Prevalensi kerusakan target organ
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah setelah beristirahat pada
posisi (baring dan berdiri) pada kedua tangan. Begitu pula nadi diperiksa pada
keempat ekstremitas, auskultasi paru untuk mencari edema paru, auskutasi jantung
untuk mencari murmur/gallop, auskultasi arteri renalis untuk mencari bruit dan
pemeriksaan neurologis serta funduskopi. Dilakukan funduskopi untuk melihat :
edema retina, perdarahan retina, eksudat pada retina atau papil edema. Pemeriksaan
kardiovaskuler dinilai apakah ada peningkatan tekanan vena jugularis, bunyi jantung
3, diseksi aorta, defisit nadi. Pemeriksaan neurologi untuk menilai tanda perubahan
neurologis yang segera terjadi atau berkelanjutan. Tanda hipertensi ensefalopati
seperti disorientasi, gangguan kesadaran, defisit neurologis fokal dan kejang fokal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara, yaitu :
a. Pemeriksaan segera seperti :
□ Darah : Rutin, BUN, creatinine, elektrolit
□ Urine : Urinalisa
□ EKG : 12 lead : melihat tanda iskemi
□ Rontgen Thoraks : Rontgen thorax dapat dilakukan untuk menilai ukuran
jantung, tandaedema paru serta penapisan awal terjadinya diseksi aorta akut.
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung keadaan klinis dan hasil pemeriksaan pertama)
□ Dugaan kelainan ginjal : IVP, renal angiografi, biopsi renal
□ Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : CT scan
□ Bila disangsikan feokromositoma : urine 24 jam untuk khatekolamin,
metamefrin, Venumandelic Acid (VMA)
□ Echocardiografi dua dimensi : membedakan gangguan fungsi diastolik dari
gangguanfungsi sistolik ketika tanda gagal jantung didapatkan.
Berikut adalah bagan alur pendekatan diagnostik pada pasien hipertensi (1,2,5) :
Pasien dengan Hipertensi
Tidak Ya
- Pre-hipertensi 1. Neurologi
TDS 120-139 - Tanda Stroke Iskemik/Hemoragik
TDD 80-89 • Nyeri kepala
- Hipertensi stadium 1 • Muntah
TDS 140-159
• Penurunan kesadaran
TDD 90-99
• Kelumpuhan anggota gerak/paresis n. cranialis
- Hipertensi stadium 2
• Bicara pelo
TDS > 160
• Mulut mencong
TDD > 100
- Flapping Tremor
2. Jantung & Paru
- Nyeri dada
Tatalaksana - Perbedaan TD lengan kanan/kiri > 20 mmHg (diseksi aorta)
- Auskultasi : murmur/mitral regurgitasi/gallop
- Peninggian JVP
- Ronkhi basah/sesak napas
3. Ginjal
- Edema perifer
- Oliguria/anuria
- Hematuria/proteinuria
- Peningkatan ureum kreatinin
4. Mata
- Funduskopi Keith-Wagner (KW) III atau IV
Tidak Ya
2. Hipertensi Emergensi
A. Penatalaksanaan Umum
Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu tergantung pada kerusakan
organ target. Manajemen tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat
dan cepat. Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring tekanan darah bisa
dikontrol dan dengan pemantauan yang tepat. Tingkat ideal penurunan tekanan darah masih
belum jelas, tetapi penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal dan
15% pada 2-3 jam berikutnya. Penurunan tekanan darah secara cepat dan berlebihan akan
mengakibatkan jantung dan pembuluh darah orak mengalami hipoperfusi. Untuk menghindari
hal tersebut maka pemberian anti hipertensi yang lebih bisa dikontrol secara intravena lebih
dianjurkan dibanding terapi oral atau sublingual seperti Nifedipine. Tujuan penurunan TD
bukanlah untuk mendapatkan TD normal, tetapi lebih untuk mendapatkan penurunan tekanan
darah yang terkendali. Penurunan tekanan darah diastolik tidak kurang dari 100 mmHg.
Tekanan sistolik tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg
selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu (misal : disecting aortiic
aneurisma). Penurunan TD tidak lebih dari 20 % dari MAP ataupun TD yang didapat.
Kemudian dilakukan observasi terhadap pasien, jika penurunan tekanan darah awal dapat
diterima oleh pasien dimana keadaan klinisnya stabil, maka 24 jam kemudian tekanan darah
dapat diturunkan secara bertahap menuju angka normal.