Anda di halaman 1dari 19

SKILL LAB FAMILY FOLDER

BLOK 26

Laporan Kasus Hipertensi


dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga
di Puskesmas Jelambar Baru
jl. Jelambar Ilir RT 13/10
11 Juli 2013

Dedeh Anggreyani
102010192
De_reyani@yahoo.com

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
Jalan Arjuna Utara No.6 – Jakarta Barat 11510
Telephone: (021) 56942061
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas)
dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran
tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum
adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya
adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan
tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau
berolahraga.

Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan


pengobatan dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini dapat membawa si
penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian.
Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja
extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh
darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab
umum terjadinya stroke dan serangan jantung.

Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu,
akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi,
merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian
penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan
gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti
gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara

2
tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan
keluhan lain. 1

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar


kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah
mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi.2

1.2. Tujuan
Tujuan umum: Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Tujuan khusus: Dalam rangka anjangsana / silaturahmi khususnya terhadap pasien
dan juga keluarganya untuk mendapatkan informasi tambahan baik secara
autoanamnesis maupun alloanamnesis tentang kondisi pasien, kondisi keluarga
serta kondisi sosial dan lingkungan pasien.
1.3. Sasaran
Sasaran utama: Semua Masyarakat khusus nya orang tua.
Sasaran lainnya: masyarakat sekitar, agar mereka mengetahui penyakit hipertensi.
1.4. Manfaat
Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien.
Meningkatkan hubungan antara dokter dan pasien.
Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
Menjamin terpenuhinya kebutuhan pasien.

3
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Dasar Hipertensi
Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga
dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di
arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras
dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah
melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung
berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah
normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100–
140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi
terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.

2.2. Jenis – Jenis Hipertensi

Penyakit hipertensi dikenal dengan 2 type klasifikasi, diantaranya Hipertensi


Primer dan Hipertensi Sekunder:

Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan
berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena
penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam
lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan
darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami
tekanan darah tinggi.

Hipertensi Sekunder
4
Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh.
Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat
kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas
normal atau gemuk (gendut).

2.3. Etiologi

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner
untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi
masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa
negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah
pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar
80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah
639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan
penduduk saat ini (Armilawati et al, 2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di
Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak
penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding
maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian
besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara
6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa
Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar
0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8%.

5
2.3. Etiologi

Seperti penjelasan sebelumnya bahwa berdasarkan penyebab hipertensi, dapat


diklasifikasikan sebagai :

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak disebabkan oleh kondisi
lingkungan seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang, keramaian, stress, dan
pekerjaan. Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti konsumsi tinggi lemak, garam,
aktivitas yang rendah, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein. Sebagian besar
hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan dari aorta.

Sebenarnya ada beberapa penyebab hipertensi memang sering tidak kita ketahui dan merasa
hipertensi tersebut datang dengan sendirinya, Oleh karena itu berikut ini adalah penyebab
penyakit hipertensi tersebut yang di bagi dalam 2 kategori:

1. Penyebab hipertensi yang bisa kita kendalikan

Usia

Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan
meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan
sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati
batas atas yang normal.

Keturunan

Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki penyakit hipertensi, maka
kemungkinan ia menderita hipertensi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah
6
hipertensi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah hipertensi.

2. Penyebab hipertensi yang bisa kita kendalikan

Kolesterol

Kandungan lemak yang berlebih dalam darah Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol
pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan
akibatnya tekanan darah akan meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin. Untuk
tips mengendalikan kolesterol, silahkan lihat artikel berikut: kolesterol.

Rokok

Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat
meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok
yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang
sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan penyakit
jantung dan darah.

Garam

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya
bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang
berkulit hitam.

Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola penyebab hipertensi.

Alkohol

Konsumsi alkohol secara berlebihan juga penyebab hipertensi.

7
Obesitas / Kegemukan

Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan
lebih besar menderita hipertensi.

Stres

Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu hipertensi.

Kurang Olahraga

Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat.
Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan melakukan
olahraga yang berat jika Anda menderita penyakit hipertensi.

2.4. Mekanisme Patogenesis

Bagi kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer), peningkatan resistensi terhadap
aliran darah (resistensi perifer total) bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi itu
sementara curah jantung tetap normal. Ada bukti bahwa beberapa orang muda yang
menderita prahipertensi atau “hipertensi perbatasan” memiliki curah jantung yang tinggi,
denyut jantung meningkat, dan resistensi perifer yang normal. Kondisi ini disebut sebagai
hipertensi perbatasan hiperkinetik Para penderita ini mengembangkan fitur yang khas dari
hipertensi esensial tetap di kemudian hari saat curah jantung menurun dan resistensi perifer
meningkat seiring bertambahnya usia. Masih diperdebatkan apakah pola ini biasa dialami
oleh semua orang yang pada akhirnya mengalami hipertensi. Peningkatan resistensi perifer
pada hipertensi tetap terutama disebabkan oleh penyempitan struktur arteri dan arteriol
kecil. Penurunan jumlah atau kepadatan pembuluh kapiler juga bisa ikut berperan dalam
resistensi perifer. Hipertensi juga dikaitkan dengan penurunan kelenturan vena perifer, yang
bisa meningkatkan venous return (volume darah yang kembali ke jantung), meningkatkan
preload jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi diastolik. Masih belum jelas apakah
peningkatan konstriksi aktif pembuluh darah memegang peranan dalam hipertensi esensial.
8
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik) sering meningkat pada
orang lanjut usia dengan hipertensi. Pada keadaan ini dapat terjadi tekanan sistolik sangat
tinggi di atas normal, tetapi tekanan diastolik mungkin normal atau rendah. Kondisi ini
disebut hipertensi sistolik terisolasi.Tekanan nadi yang tinggi pada orang lanjut usia dengan
hipertensi atau hipertensi sistolik terisolasi disebabkan karena peningkatan kekakuan arteri,
yang biasanya menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh tekanan darah tinggi.

Banyak mekanisme yang sudah diajukan sebagai penyebab peningkatan resistensi yang
ditemukan dalam sistem arteri pada hipertensi. Sebagian besar bukti menunjukkan
keterlibatan salah satu atau kedua penyebab beriku:

 Gangguan dalam penanganan garam dan air pada ginjal, khususnya gangguan sistem renin-
angiotensin intrarenal
 Abnormalitas sistem saraf simpatis

Mekanisme tersebut tidak berdiri sendiri dan tampaknya keduanya ikut berperan sampai
batas tertentu dalam kebanyakan kasus hipertensi esensial. Juga diduga bahwa disfungsi
endotel (gangguan fungsi dinding pembuluh darah) dan peradangan vaskular juga ikut
berperan dalam meningkatkan resistensi perifer dan kerusakan pembuluh darah pada
hipertensi.

2.5. Gejala Klinis

Pada umumnya gejala hipertensi tidak diketahui dengan pasti. Sebagian besar penderita
baru menyadari jika ia telah mengidap penyakt hipertensi setelah terjadi komplikasi pada
organ lain seperti ginjal, mata, otak, dan jantung. Sakit kepala, mimisan,limbung dan
mabuk sering dianggap sebagai ciri-ciri hipertensi. Data pada sebuah klinik di Paris
menyebutkan bahwa dari 1771 penderita penyakit hipertensi yang tidak diobati, mengalami
sakit kepala 40,5 %, berdebar 28,5 %, sering buang air kecil waktu malam 20,4 %, rasa
limbung 20,8 %, dan sering mengalami telinga berdengung 13,8 %.

9
Gejala hipertensi yang sudah terjadi komplikasi bisa berupa gangguan penglihatan,
gangguan saraf, lemah jantung dan gejala lain karena penurunan fungsi ginjal. lemah
jantung yang lebih dikenal gagal ginjal biasanya diikuti rasa sesak di dada. Sementara itu
gangguan penglihatan sering dutemui pada penderita hipertensi berat.

Pada umumnya gejala komplikasi hipertensi berbeda-beda antara satu tempat dan dan
tempat lainnya.

Gejala hipertensi yang terjadi komplikasi pada jantung bisa menyebabkan gagal jantung ,
pada otot bisa menyebabkan stroke yang membuat anggota badan lumpuh. Serangan isekmi
pada otak bisa ditandai dengan kesemutan pada wajah dan anggota badan atau kehilngan
kesadaran dan kembali pulih setelah 24 jam.

Peningkatan tekanan darah mendadak pada orang yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal bisa menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami penciutan mendadak.
Sebagian lagi mengalami pelebaran disertai merembesnya serum atau cairan dari dinding
pembuluh darah otak yang menyebabkan otak menjadi lembap yang biasanya disebut
dengan stroke yang berakibat pada kelumpuhan saraf otak.

Komplikasi hipertensi pada gagal jantung bisa mempercepat proses arterosclerosis pada
penyakit jantung koroner. Salah satu teori menyebutkan bahwa sel intima dari dinding
pembuluh darah koroner yang mempercepat timbulnya pengendapan kolesterol pada bagian
dalam dinding pembuluh darah.

Hipertensi juga bisa menyebabkan tekanan sistolik dalam bilk kiri bertambah. Hal ini
menyebabkan tekanan otot jantung naik, sehingga kebutuhan oksigen pada otot jantung
meningkat. selanjutnya terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dan darah
yang dialirkan sehingga terjadi angina pectoris. Dengan mengobati hipertensi maka proses
penyakit jantung koroner dapat dikurangi atau dihambat.

10
BAB III

LAPORAN KASUS

a. Pengumpulan Data
Puskesmas : Puskesmas Jelambar Baru
Nomor Register : 1974/10
b. Data Riwayat Keluarga
1. Identitas Pasien
Nama : Ny Titin
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru Ngaji
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Jelambar Ilir Raya Rt 013/010.
Telepon: -
2. Riwayat Biologis Keluarga
Keadaan kesehatan sekarang : Sedang
Kebersihan perorangan : Baik
Penyakit yang sering diderita : Hiperteensi
Penyakit keturunan : Disangkal (-)
Penyakit kronis / menular : Disangkal (-)
Kecacatan anggota keluarga : Disangkal (-)
Pola makan : Sedang
Pola istirahat : Baik
Jumlah anggota keluarga : 4 orang
3. Psikologis Keluarga
Kebiasaan buruk : Merokok (Bapak)
Pengambilan keputusan : Bapak
Ketergantungan obat : Tidak ada (-)
Tempat mencari kesehatan : Puskesmas

11
Pola rekreasi : Kurang
2. Keadaan Rumah / Lingkungan
Jenis bangunan : Semi Permanen
Lantai rumah : Keramik
Luas rumah : 6 x 7 m2
Penerangan : Baik
Kebersihan : Kurang
Ventilasi : Sedang
Dapur : Ada
Jamban keluarga : Tidak Ada
Sumber air minum : Air ledeng
Sumber pencemaran air : Ada
Pemanfaatan pekarangan : Ada
Sistem pembuangan limbah : Tidak Ada
Tempat pembuangan sampah : Ada
Sanitasi lingkungan : Sedang
3. Spiritual Keluarga
Ketaatan beribadah : Baik
Keyakinan tentang kesehatan : Baik
4. Keadaan Sosial Keluarga
Tingkat Pendidikan : Sedang
Hubungan antar anggota keluarga : Baik
Hubungan dengan orang lain : Baik
Kegiatan organisasi sosial : Baik
Keadaan ekonomi : Sedang
5. Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh : Adat Sunda

12
6. Daftar Anggota Keluarga

N Nama Hub Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan Keadaa Imuni KB


o dgn kesehatan n gizi sasi
KK
1 HJ. Bap 47th SMA Guru Ngaji Islam Baik Sedang - -
Bahrudin ak
2 Titin Ibu 46 SMA Ibu rumah Islam Baik Sedang - -
tangga dan
Guru gaji
3 Isbahul Ana 17 SMA Pelajar Islam Baik Baik lengk -
Anam k (Pesantren) ap
4 Isbahul Ana 13 SMP Pelajar Islam Baik Baik lengk -
Ghufran k (Pesantren) ap

7. Keluhan Utama
Pusing, Kepala Berputar
8. Keluhan Tambahan
Kram kaki di pagi hari selama setengah jam
9. Riwayat Penyakit Sekarang
Hipertensi 170 / 120 mmHg
10. Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal (-)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital : Tensi : 170 / 90 mmHg

Suhu 36,10C

Nadi : 45 x / menit

13
Pernafasan : 14 x / menit

3. Diagnosis Penyakit
Hipertensi
4. Diagnosis Keluarga
Anggota keluarga pasien dalam kondisi sehat. Tetapi adik nya ibu titin yang sedang
berkunjung mempunyai tensi 130 / 90 mmHg
5. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit (dibahas pada bagian C)
Pada kasus Hipertensi, kita akan membahas bagaimana pendekatan dokter keluarga pada
pasien ini.

 Promotif
Promotif merupakan suatu tindakan yang lebih memberikan informasi – informasi
sebagai edukasi mengenai kesehatan, termasuk masalah penyakit, sehingga keluarga
mengetahui bahaya dari suatu penyakit dan bagaimana cara untuk menghindari dan
mengatasinya termasuk tindakan preventifnya yang bertujuan untuk meningkatkan taraf
kesehatan anggota keluarga.

Tindakan promotif yang dapat dilakukan adalah berupa penyuluhan mengenai Hipertensi
:

- Ibu Titin harus membiasakan diri nya untuk rajin ke Puskesmas untuk mengontrol
tekanan darah nya.
 Preventif
Tindakan preventif merupakan tindakan atau program yang dilakukan untuk mencegah
agar tidak terjadi penyakit. Berbagai tindakan preventif yang bisa dilakukan supaya
hipertesni terkontrol adalah sebagai berikut:

1. Hindari makanan yang berlemak, berkolestrol tinggi dan asin


2. Hindari stress atau banyak pikiran
 Kuratif
Tindakan kuratif adalah mengobati suatu penyakit dan komplikasi :

14
1. Rutin mengkonsumsi obat hipertensi
2. Banyak minum air putih
 Rehabilitatif
Tindakan rehabilitatif adalah program untuk meminimalisasi dampak suatu penyakit.
Pada kasus dapat dikatakan tindakan rehabilitatif yang penting adalah untuk mencegah
komplikasi dari penyakit hipertensi yakni terjadinya stroke, ginjal, hepar. tindakan yang
dapat diberikan adalah :
- Kontrol keadaan pasien secara berkala
- Meningkatkan aktifitas untuk memulihakn kembali fungsi-fungsi tubuh yang
terganggu karena penyakit hipertensi.

Prognosis:

Secara umum prognosis untuk hipertensi bergantung pada penyakit penyerta/komplikasi


yang terjadi. Jika hipertensi sering di kontrol tentu komplikasi hipertensi tidak akan terjadi..
Yang paling penting adalah mengontrol tekanan darah agar tekanan darah terkontrol dengan
menjaga pola makan karena mengingkat penyakit hipertensi ibu titin disebabkan oleh gaya
hidup dan pola makan.

Resume:

Pasien ibu Titin , 46 Tahun, datang ke Puskesmas Jelambar Baru dengan keluhan sering
pusing. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien memiliki tekanan darah tinggi, tetapi terlihat
tingkat pengetahuan ibu cukup baik mengenai penyakit nya karena beliau semasa belum
menikah pernah menjadi ibu kader puskesmas. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah cukup
tinggi, didapatkan suhu tubuh anak 36,1OC, nadi 45 x / menit, nafas 14 x / menit. Pada
pemeriksaan kunjungan kedokteran keluarga, didapatkan lingkungan yang cukup padat
dengan perumahan penduduk dan sanitasi yang cukup sehat.

15
BAB IV

PENUTUP

2.1. Kesimpulan
Dari hasil kunjungan yang dilakukan di Puskesmas Jelambar Baru,Jakarta Barat pada
tanggal 11 Juli 2013, maka dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan penyakit
kronis yang masih menjadi masalah yang sering terjadi di Indonesia ini. Etiologi
hipertensi kebanyakan karena pola makan dan gaya hidup.
Oleh karena penyakit hipertesni masih banyak terjadi terutama mengenai usia lanjut,
maka kita sebagai seorang dokter, kita harus menjelaskan dengan baik kepada Ibu-Ibu
dan bapak-bapak mengenai apa itu penyakit hipertensi, penyebab yang dapat
menimbulkan hipertensi, pengobatan baik secara farmakologi dan non-farmakologi, dan
komplikasi yang terjadi pada penderita hipertensi. Sebagai seorang dokter keluarga, kita
melihat pasien sebagai bagian dari unit keluarga. Dokter keluarga harus menggunakan
prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga diantaranya Promotif, Preventif, Kuratif,
Rehabilitatif.2
2.2. Saran
- Diperlukan pendekatan kedokteran keluarga yang serupa dengan cakupan yang lebih
luas meliputi daerah pedesaan mengingat sebagian besar penduduk Indonesia tinggal
di daerah itu.
- Perlunya pembuatan poster atau leaflet oleh pemerintah tentang hipertensi
- Perlunya program penyuluhan kesehatan masyarakat di puskesmas maupun di
posyandu untuk memperbaiki pola makan dan gaya hidup terutama kelompok orang
tua.
- Perlunya dilakukan pelatihan menensi tekanan darah terhadap kader-kader agar dapat
memantau tekanan darah di masyarakat tersebut. Berikan penyuluhan kepada ibu-ibu
tentang bahaya nya hipertensi maupun memberikan motivasi agar pola makan dan
gaya hidup ibu-ibu dan bapak-bapak dapat berubah.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III.


Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Bakti Husada. 1991; 62-65.
2. Aswar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi III. Keterampilan Dokter Keluarga.
Jakarta: FK UI. 2008; 109-119.
3. Behram, Kliegman, Arvin. Dalam Nelsom Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2. Edisi 15.
Jakarta: EGC. 2000; 889-893.
4. Tatalaksana penderita diare. Diunduh dari
http://www.ppmplp.depkes.go.id/images_data/Pedoman%20Tata%20Laksana%20Diare.
pdf.
5. Widoyono. Diare. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasan. Jakarta: Erlangga. 2008.

17
Lampiran:

18
19

Anda mungkin juga menyukai