Anda di halaman 1dari 20

HOME VISITE

“HIPERTENSI”

OLEH :

CUT NYAK NAHDAH (2008320025)

PEMBIMBING :

dr. Pinta Pudiyanti Siregar,M.Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022

1
1. Definisi

Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas di dunia,


sering disebut sebagai pembunuh diam-diam. Hipertensi didefinisikan sebagai
kondisi tekanan darah sistolik >130 mmHg atau diastolik >80 mmHg. Sekitar 80-
95% merupakan hipertensi esensial yang berarti tidak ada penyebab spesifik.
Kondisi ini umumnya jarang menimbulkan gejala dan sering tidak disadari,
sehingga dapat menimbulkan morbiditas lain seperti gagal jantung kongestif,
hipertrofi ventrikel kiri, stroke, gagal ginjal stadium akhir, atau bahkan kematian. 1
Berdasarkan Konsensus PERHI 2021 diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS
≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas
layanan kesehatan.2
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 71

Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prahipertensi 120 – 139 80 – 90

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

Klasifikasi Hipertensi pada Dewasa (ACC/AHA)3

Sistolik Diastolik

Normal <120 mmHg < 80 mmHg

Meningkat (Elevated) 120-129 mmHg <80 mmHg

Hipertensi stadium I 130-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stadium II >140 mmHg >90 mmHg

2
2. Epidemiologi

Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan bahwa


prevalensi hipertensi di dunia mencapai sekitar 1,13 miliar individu, artinya 1 dari
3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi diperkirakan
akan terus meningkat mencapai 1,5 miliar individu pada tahun 2025, dengan
kematian mencapai 9,4 juta individu. 1 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
menghasilkan prevalensi hipertensi pada usia >18 tahun di Indonesia mencapai
25,8%, yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau memiliki riwayat minum
obat hanya 9,5%, menunjukkan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau oleh tim pelayanan kesehatan.4
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-
masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.

3. Patogenesis

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin


II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)


dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

3
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.


Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.1

4. Faktor Resiko

Beberapa faktor resiko yang pernah dikemukan yang relevan dengan


mekanisme timbulnya peningkatan tekanan darah antara lain :5

- Genetik : Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di Negara barat
lebih banyak menderita hipertensi, lebih tinggi tingkat morbiditas atau
mortalitasnya. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen
angitensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik.
- Jenis Kelamin : Pria pada umumnya lebih mudah terserang hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal ini mungkin disebabkan pria lebih
banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi stress,
kelelahan, dan makan tidak terkontrol.
- Umur : Pada umumnya, hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31 tahun,
sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 tahun (setelah masa
menopause).
- Janin : Factor ini dapat memberikan pengaruh karena berat lahir rendah
tampaknya merupakan predisposisi hipertensi di kemudian hari, karena
sedikitnya jumlah nefron dan lebih rendahnya kemampuan mengeluarkan
natrium pada bayi dengan berat lahir rendah.

4
- Natrium : asupan garam berlebih menyebabkan retensi natrium di ginjal
sehingga volume cairan meningkat.
- System renin-angiotensin : Renin memicu produksi angiotensin (zat
penekan) dan aldosteron (yang memacu natrium dan terjadinya retensi
sebagai akibat). Beberapa studi menunjukan sebagian pasien hipertensi
primr mempunyai kadar renin meningkat.
- Hiperaktivitas simpatis : dapat terlihat pada hipertensi umur muda.
Katekolamin akan memacu produksi rennin, menyebabkan konstriksi
arteriol dan vena dan meningkatkan curah jantung.
- Hiperinsulinemia : insulin merupakan zat penekan, karena meningkatkan
kadar katekolamin dan reabsorpsi natrium.
- Disfungsi endotel : Penderita hipertensi mengalami penurunan respons
vasodilatasi terhadap nitrit oksida, dan endotel mengandung vasodilator
seperti endotelin-I, meskipun kaitannya dengan hipertensi tidak jelas.

Faktor yang dapat terkontrol

- Obesitas : orang yang obesitas lebih mudah terkena hipertensi. Wanita yang
sangat gemuk pada usia 30 tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7
kali lipat dibandingkan wanita langsing pada usia yang sama. Selain itu,
dikatakan bahwa lebih dari 50% hipertensi, baik pada pria maupun wanita,
berhubungan dengan obesitas.
- Merokok atau konsumsi alkohol : merokok dapat menaikkan tekanan darah.
Nikotin yang yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan.
Selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah,
nikotin juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh
darah. Alkohol dapat meningkatkan sintesis katekholamin. Adanya
katekholamin dalam jumlah besar akan memicu kenaikan tekanan darah.

Pasien dengan prehipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan


darah menjadi hipertensi, mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-
139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali resiko

5
menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskuler dari pada yang
tekanan darahnya rendah.1

5. Kriteria Diagnosa

Gejala Klinis

Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan.


Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi. Nyeri
kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital
terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung,
penyebab sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan untuk mengetahui penyebab.
Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan berat badan,
faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan
makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia
tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar
mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur,
prostatisme, kram otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi
panas, edema, gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral,
wajah membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan
tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi
sekunder.5,6

Anamnesis meliputi :

1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah


2. Indikasi adanya hipertensi sekunder

a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)


b. Adanya penyakit ginjal, ISK, hematuri, pemakaian obat-obatan
analgetik dan obat lain

6
c. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
(feokromositoma)
d. Episode lemah ototdan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor resiko8
Faktor Resiko
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal pribadi dan di keluarga
Riwayat faktor risiko pribadi dan di keluarga (contoh: hiperkolesterolemia familial)
Riwayat merokok
Riwayat diet dan konsumsi garam
Konsumsi alkohol
Kurang aktivitas fisik/ gaya hidup tidak aktif
Riwayat disfungsi ereksi
Riwayat tidur, merokok, sleep apnoea (informasi juga dapat diberikan oleh pasangan)
Riwayat hipertensi pada kehamilan/pre-eklampsia

4. Riwayat dan Gejala Hypertension Mediated Organ Damage (HMOD),


Penyakit kardiovaskuler, Stroke, Penyakit Ginjal : 8
• Otak dan mata: Nyeri kepala, vertigo, sinkop, gangguan penglihatan,
transient ischemic attact (TIA), defisit motorik atau sensorik, stroke,
revaskulerisasi karotis, gangguan kognisi, demensia (pada lanjut usia)
• Jantung: Nyeri dada, sesak napas, edema, infark miokard, revaskulerisasi
koroner, sinkop, riwayat berdebar-debar, aritmia (terutama AF), gagal
jantung
• Ginjal: Haus, poliuria, nokturia, hematuria, infeksi traktus urinarius
• Arteri perifer: Ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten, jarak berjalan
bebas nyeri, nyeri saat istirahat, revaskulerisasi perifer
• Riwayat Penyakit Ginjal Kronis (contoh: penyakit ginjal polikistik) pribadi
atau keluarga
5. Pengobatan anti hipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi dan lingkungan

Pada 70-80 % kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi


dalam keluarga meskipun belum dapat memastikan diagnosis. Jika didapatkan
riwayat hipertensi pada kedua orang tua dugaan terhadap hipertensi primer kuat.

7
Pemeriksaan Fisik :

Penderita dapat terlihat sakit ringan hingga berat jika terjadi komplikasi.
Tekanan darah meningkat. Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah,
juga untuk evaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta
kemungkinan adanya hipertensi sekunder. Pemeriksaan lain seperti status
neurologis dan pemeriksaan fisik jantung. 1

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari :

- Glukosa darah (untuk menyingkirkan diabetes mellitus)


- Kolesterol total serum, LDL dan HDL serum (untuk memperkirakan resiko
penyakit kardiovaskular )
- Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin (dapat
menunjukan penyakit ginjal sebagai penyebab atau disebabkan hipertensi.
- EKG (untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri). 1

Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukkan adanya


kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lainnya
hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala
pasien. 1

7. Penatalaksanaan

Non Farmakologis

Intervensi non-farmakologis merupakan salah satu cara efektif untuk


menurunkan tekanan darah; yang telah terbukti dengan uji klinis adalah
penurunan berat badan, Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), diet
rendah garam, suplemen kalium, peningkatan aktivitas fisik, dan pengurangan
konsumsi alkohol. Intervensi lain berupa konsumsi probiotik, diet tinggi protein,
serat, minyak ikan, suplemen kalsium atau magnesium, terapi perilaku dan
kognitif, belum banyak didukung data dan penelitian yang kuat.3

8
Gambar 1. Intervensi non-farmakologis dalam tatalaksana hipertensi.3

Farmakologi

Salah satu pertimbangan untuk memulai terapi medikamentosa adalah nilai


atau ambang tekanan darah. Pada Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021 ini,
disepakati target tekanan darah seperti tercantum pada diagram berikut ini: 2

Strategi pengobatan yang dianjurkan pada panduan penatalaksanaan


hipertensi saat ini adalah dengan menggunakan terapi obat kombinasi pada
sebagian besar pasien, untuk mencapai tekanan darah sesuai target. Bila tersedia
luas dan memungkinkan, maka dapat diberikan dalam bentuk pil tunggal
berkombinasi (single pill combination), dengan tujuan untuk meningkatkan
kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Lima golongan obat antihipertensi utama
yang rutin direkomendasikan yaitu: ACEi, ARB, beta bloker, CCB dan diuretik. 2

9
Gambar 2. Obat Antihipertensi Oral.2
Algoritma Terapi Obat Untuk Hipertensi
Algoritma farmakoterapi telah dikembangkan untuk memberikan rekomendasi
praktis pengobatan hipertensi. Beberapa rekomendasi utama, yaitu:
1. Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua
obat. Bila memungkinkan dalam bentuk SPC, untuk meningkatkan
kepatuhan pasien.

10
2. Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker (Renin-
angiotensin system blocker), yakni ACEi atau ARB, dengan CCB atau
diuretik.
3. Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain
dianjurkan bila ada indikasi spesifik, misalnya angina, pasca IMA, gagal
jantung dan untuk kontrol denyut jantung.
4. Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko
rendah (TDS <150mmHg), pasien dengan tekanan darah normal-tinggi
dan berisiko sangat tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80 tahun) atau
ringkih.
5. Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau
ARB), CCB, dan diuretik jika TD tidak terkontrol oleh kombinasi duaobat.
6. Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten, kecuali
ada kontraindikasi.
7. Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum
terkendali dengan kombinasi obat golongan di atas.
Kombinasi dua penghambat RAS tidak direkomendasikan. 2

8. Komplikasi

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika TDS ≥ 130
mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi mendadak dan tinggi.
Hipertensi akan menimbulkan komplikasi atau kerusakan organ target yaitu pada
mata, jantung, pembuluh darah otak, dan ginjal. Ada 2 jenis komplikasi
hipertensi:

1. Komplikasi hipertensif yaitu komplikasi langsung yang disebabkan oleh


hipertensi itu sendiri, misalnya perdarahan otak, ensefalopati hipertensi,
hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung kongestif, gagal ginjal, retinopati
hipertensi
2. Komplikasi aterosklerotik yaitu komplikasi akibat proses atelosklerosis, yang
tidak hanya disebabkan oleh hipertensi itu sendiri tapi oleh factor lain

11
misalnya peningkatan kolesterol, merokok, DM, dll. Komplikasi ini berupa
PJK, infark mikard, thrombosis serebral.8

9. Prognosis

Kematian akibat hipertensi yang tidak diobati terutama berupa (1) stroke
pada penderita dengan hipertensi berat dan resisten, (2) gagal ginjal pada
retinopati lanjut dn kerusakan ginjal, (3) penyakit jantung (gagal jantung dan PJK)
pada sebagian penderita hipertensi sedang. Penyakit jantung merupakan penyebab
kematian utama. Kematian akibat infark miokard 2-3 kali lipat kematian akibat
stroke.8

12
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien (Parida)

NO NAMA Kedudukan Jenis Tanggal Status Agama Keterangan


Dalam Kelamin Lahir Perkawinan
Keluarga
1 Sucipto Suami Laki-laki 09-09-1953 Menikah Islam Penderita
2 Siti Zam-Zam Istri Perempuan 06-11-1957 Menikah Islam -
2. BENTUK KELUARGA

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga
nuclear. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa keluarga
nuclear adalah keluarga yang terdiri dari suami,istri dan anak kandung.

3. GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

: Laki- Laki sehat (Suami)

: Penderita (Istri)

STATUS PENDERITA

Identitas Pasien :

13
Nama : Sucipto
Umur : 69 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Karya 11 no.3
Status : Menikah

Tanggal Home Visite:

Checklist Home Visite (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

1. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) YA ( ) TIDAK (√ )
- Penggunaan alat bantu YA ( ) TIDAK (√ )
- Gangguan keseimbangan YA ( ) TIDAK (√ )
- Gangguan sensoris YA ( ) TIDAK ( √ )
2. Nutrisi
Pasien makan hanya ketika lapar dan waktu yang tidak tentu.

Variasi dan Kualitas Makanan

a. Dapur
1. Beras : Beras cap kelinci
2. Ikan : Ikan tongkol, ikan dencis, ikan nila, ikan gembung dll
3. Daging : Ayam, sapi (jarang)
4. Sayur : Kangkung, daun pepaya, sawi pahit, kacang panjang, dll
5. Buah : Pisang, nenas, dll

b. Kulkas
Terdapat bahan bahan makanan seperti ikan dan sayuran yang
disimpan di dalam kulkas.

14
Status Nutrisi

a. Berat badan : 70 kg
b. Tinggi badan : 168cm
c. IMT : 19,8
d. Kesan : Normoweight

Konsumsi Alkohol YA ( ) TIDAK (√ )

3. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : baik
Eksterior rumah
a. Atap : Asbes plafon
b. Pintu Rumah : Kayu
c. Dinding Rumah : Tembok
d. Jendela : Besi + kayu. Jendela ditutup dengan gorden
e. Ventilasi : Jendela dan pintu
f. Halaman : lumayan luas halaman depan rumah

Interior Rumah

a. Kepadatan : Sedang
b. Kebersihan : Sedang
c. Kenyamanan : Sedang
d. Privasi : Baik
e. Hewan peliharaan: Terdapat hewan peliharaan kucing dan burung
f. Buku-buku : Tidak ada
g. Televisi : Ada
h. Pernak-pernik : Ada

Keselamatan dan Kesehatan Spiritual

a. Kamar mandi : Sedang


b. Dapur : Sedang
c. Lantai : Sedang, beralaskan keramik

15
d. Pencahayaan : Baik
e. Listrik : Baik
f. Tangga : Tidak ada
g. Perabotan : Ada
h. Sumber air : PDAM
i. Kesehatan spiritual: beribadah di rumah dan di mesjid
j. Pelayanan kesehatan di rumah: tidak ada

4. Orang Lain

Dukungan Sosial YA (√ ) TIDAK ( )

Semangat Hidup YA (√ ) TIDAK ( )

Sumber Penghasilan : Dari hasil kerja sendiri.

Sikap Pasien : Menyambut dengan ramah dan baik.

5. Medikasi

Obat Resep YA ( ) TIDAK ( √ )

Obat nonresep YA (√ ) TIDAK ( )

Suplemen diet YA ( ) TIDAK ( )

Obat tertata rapih YA ( ) TIDAK ( )

Kepatuhan minum obat YA ( √ ) TIDAK ( )

6. Pemeriksaan
Berat Badan : 70 kg
Tinggi Badan : 168 cm
Tekanan Darah : 150/100 mmHg (16 April 2022)
150/90 mmHg (20 April 2022)

Laporan Kasus Pasien Home Visite

Nama : Sucipto

16
Umur : 69 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Karya 11 no.3
Status : Menikah

a. Keluhan Utama : tegang pada leher


b. Telaah : seorang laki- laki datang ke puskesmas dengan
keluhan tegang pada leher dirasakan sejak 2 hari yang lalu, tegang pada leher
dirasakan terus- menerus. Tegang pada leher disertai dengan sakit kepala
dirasakan sejak 2 hari yang lalu, sakit kepala dirasakan terus- menerus, sakit
kepala tidak berdenyut. Nafsu makan dan tidur baik. Demam (-), Mual (-),
Muntah (-), nyeri ulu hati (-), BAB kuning biasa, BAB lancar.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu : Riwayat hipertensi 2 tahun yang lalu.
d. Riwayat pemakaian obat : Pasien mengkonsumsi obat antihipertensi
amlodipine 10mg.
e. Riwayat penyakit keluarga : Ayah memiliki penyakit yang sama
dengan pasien.
f. Riwayat Kebiasaan : Merokok (+), merokok sejak kelas 4 SD
hingga sekarang, dulu satu batang rokok sekarang sebungkus perhari.
Minum beralkohol (-) Makan tidak teratur (-)
g. Riwayat Gizi : Pasien makan 1-3 kali sehari dengan
teratur, lauk pauk bervariasi dan jarang makan buah.
h. Riwayat Lingkungan : Lingkungan pasien lumayan bersih

1. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
1. Tekanan Darah : 150/100 mmHg (16-04-2022) ; 150/90 mmHg (20-04-
2022)

17
2. Frek Nadi : 67x/i (16-04-2022) ; 60x/i (20-04-2022)
3. Frek Napas : 19x/i (16-04-2022) ; 18x/i (20-04-2022)
4. Suhu : 36,6 (16-04-2022) ; 36,4 (29-04-2022)
b. Status Generalisata
1. KU/KP/KG : Ringan/Sedang/Berlebih
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera icterus (-), pupil iosokor,
diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya (+).
4. Leher : Pembesaran KGB (-).
5. Thoraks
o Inspeksi : Simetris,
o Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama,
o Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru,
o Auskultasi : Versikuler pada kedua lapangan paru
6. Abdomen
o Inspeksi : Simetris,
o Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-) epigastrium
o Perkusi : Timpani
o Auskultasi : Peristaltik (+) normal
7. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), bengkak (-), hangat (+),
nyeri tekan (-), nyeri gerak(-).
8. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
2. Tatalaksana dan Edukasi
Terapi Medikamentosa
R/ Amlodipin 10mg N0.X
S 1 dd tab I
R/ Vit B Complex Tab No. X
S 2 dd Tab 1

18
Edukasi:
1. Minum obat teratur
2. Hindari makanan yang dapat memicu naiknya darah tinggi, seperti
makanan asin
3. Jadwal makan teratur
4. Kelola stress
5. Olahraga teratur

3. Pembahasan Kasus
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg secara
kronis. Berdasarkan etiologinya, hipertensi diklasifikasikan menjadi hipertensi
primer/esensial yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan
hipertensi sekunder yaitu hipertensi akibat suatu penyakit atau kelainan
mendasar seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma, hiperaldoteronisme dan sebagainya.
Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik. Beberapa pasien
mengalami sakit kepala, rasa berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat
menunjang kecurigaan ke hipertensi sekunder, antara lainpengguanaan obat-
obatan (kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan, OAINS): sakit
kepala paroksismal, berkerinagat atau takikardi.
Nilai tekanan darah diambil dari rerata dua kali pengukuran pada setiap
kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah >140/90 mmHg pada dua
atau lebih kunjungan, hipertensi dapat ditegakkan.
Terdapat beberapa panduan dalam penggunaan antihipertensi. Menurut
National Institute for Health and Care Excellence (NICE) 2013, usia pasien
<55 tahun lebih disarankan memulai terapi dengan penghambat ACE atau
ARB (Angiotension Reseptor Blocker) , sementara usia >55 tahun dengan
CCB (calcium Channel Blocker).

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, Konsensus Penatalaksanaan


Hipertensi 2021: Update Konsensus PERHI 2019, Jakarta;2021
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014 tentang panduan praktik klinis
bagi dokter di fasilitas pelayanan primer. 2014:202-8
3. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Hypertention
treatment.Harrison’s Principles of Internal Medcine. 19th ed.McGraw-Hill
Co,Inc 2015:1622-7
4. Nerenberg AK, Zarnke BK, Leung AA, DasguptaK, Hypertension
Canada’s 2018 guidelines for diagnosis, risk assesment prevention and
treatment of hypertention in adults and children. Can J Cardiol
2018;34(5):506-25
5. Muhadi, JNC 8: Evidance-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi
Dewasa, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. CDK
2016;43(1):54-59
6. Newcastle Guidline Development and Research Unit. Hypertension:
clinical management of primary hypertension: clinical management of
primary hypertension in adults. London: National Institute foe Health and
Clinical Excellent; 2013.

20

Anda mungkin juga menyukai