“HIPERTENSI”
OLEH :
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
1
1. Definisi
Sistolik Diastolik
2
2. Epidemiologi
3. Patogenesis
3
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
4. Faktor Resiko
- Genetik : Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di Negara barat
lebih banyak menderita hipertensi, lebih tinggi tingkat morbiditas atau
mortalitasnya. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen
angitensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik.
- Jenis Kelamin : Pria pada umumnya lebih mudah terserang hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal ini mungkin disebabkan pria lebih
banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi stress,
kelelahan, dan makan tidak terkontrol.
- Umur : Pada umumnya, hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31 tahun,
sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 tahun (setelah masa
menopause).
- Janin : Factor ini dapat memberikan pengaruh karena berat lahir rendah
tampaknya merupakan predisposisi hipertensi di kemudian hari, karena
sedikitnya jumlah nefron dan lebih rendahnya kemampuan mengeluarkan
natrium pada bayi dengan berat lahir rendah.
4
- Natrium : asupan garam berlebih menyebabkan retensi natrium di ginjal
sehingga volume cairan meningkat.
- System renin-angiotensin : Renin memicu produksi angiotensin (zat
penekan) dan aldosteron (yang memacu natrium dan terjadinya retensi
sebagai akibat). Beberapa studi menunjukan sebagian pasien hipertensi
primr mempunyai kadar renin meningkat.
- Hiperaktivitas simpatis : dapat terlihat pada hipertensi umur muda.
Katekolamin akan memacu produksi rennin, menyebabkan konstriksi
arteriol dan vena dan meningkatkan curah jantung.
- Hiperinsulinemia : insulin merupakan zat penekan, karena meningkatkan
kadar katekolamin dan reabsorpsi natrium.
- Disfungsi endotel : Penderita hipertensi mengalami penurunan respons
vasodilatasi terhadap nitrit oksida, dan endotel mengandung vasodilator
seperti endotelin-I, meskipun kaitannya dengan hipertensi tidak jelas.
- Obesitas : orang yang obesitas lebih mudah terkena hipertensi. Wanita yang
sangat gemuk pada usia 30 tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7
kali lipat dibandingkan wanita langsing pada usia yang sama. Selain itu,
dikatakan bahwa lebih dari 50% hipertensi, baik pada pria maupun wanita,
berhubungan dengan obesitas.
- Merokok atau konsumsi alkohol : merokok dapat menaikkan tekanan darah.
Nikotin yang yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan.
Selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah,
nikotin juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh
darah. Alkohol dapat meningkatkan sintesis katekholamin. Adanya
katekholamin dalam jumlah besar akan memicu kenaikan tekanan darah.
5
menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskuler dari pada yang
tekanan darahnya rendah.1
5. Kriteria Diagnosa
Gejala Klinis
Anamnesis meliputi :
6
c. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
(feokromositoma)
d. Episode lemah ototdan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor resiko8
Faktor Resiko
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal pribadi dan di keluarga
Riwayat faktor risiko pribadi dan di keluarga (contoh: hiperkolesterolemia familial)
Riwayat merokok
Riwayat diet dan konsumsi garam
Konsumsi alkohol
Kurang aktivitas fisik/ gaya hidup tidak aktif
Riwayat disfungsi ereksi
Riwayat tidur, merokok, sleep apnoea (informasi juga dapat diberikan oleh pasangan)
Riwayat hipertensi pada kehamilan/pre-eklampsia
7
Pemeriksaan Fisik :
Penderita dapat terlihat sakit ringan hingga berat jika terjadi komplikasi.
Tekanan darah meningkat. Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah,
juga untuk evaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta
kemungkinan adanya hipertensi sekunder. Pemeriksaan lain seperti status
neurologis dan pemeriksaan fisik jantung. 1
Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan
Non Farmakologis
8
Gambar 1. Intervensi non-farmakologis dalam tatalaksana hipertensi.3
Farmakologi
9
Gambar 2. Obat Antihipertensi Oral.2
Algoritma Terapi Obat Untuk Hipertensi
Algoritma farmakoterapi telah dikembangkan untuk memberikan rekomendasi
praktis pengobatan hipertensi. Beberapa rekomendasi utama, yaitu:
1. Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua
obat. Bila memungkinkan dalam bentuk SPC, untuk meningkatkan
kepatuhan pasien.
10
2. Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker (Renin-
angiotensin system blocker), yakni ACEi atau ARB, dengan CCB atau
diuretik.
3. Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain
dianjurkan bila ada indikasi spesifik, misalnya angina, pasca IMA, gagal
jantung dan untuk kontrol denyut jantung.
4. Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko
rendah (TDS <150mmHg), pasien dengan tekanan darah normal-tinggi
dan berisiko sangat tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80 tahun) atau
ringkih.
5. Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau
ARB), CCB, dan diuretik jika TD tidak terkontrol oleh kombinasi duaobat.
6. Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten, kecuali
ada kontraindikasi.
7. Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum
terkendali dengan kombinasi obat golongan di atas.
Kombinasi dua penghambat RAS tidak direkomendasikan. 2
8. Komplikasi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika TDS ≥ 130
mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi mendadak dan tinggi.
Hipertensi akan menimbulkan komplikasi atau kerusakan organ target yaitu pada
mata, jantung, pembuluh darah otak, dan ginjal. Ada 2 jenis komplikasi
hipertensi:
11
misalnya peningkatan kolesterol, merokok, DM, dll. Komplikasi ini berupa
PJK, infark mikard, thrombosis serebral.8
9. Prognosis
Kematian akibat hipertensi yang tidak diobati terutama berupa (1) stroke
pada penderita dengan hipertensi berat dan resisten, (2) gagal ginjal pada
retinopati lanjut dn kerusakan ginjal, (3) penyakit jantung (gagal jantung dan PJK)
pada sebagian penderita hipertensi sedang. Penyakit jantung merupakan penyebab
kematian utama. Kematian akibat infark miokard 2-3 kali lipat kematian akibat
stroke.8
12
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien (Parida)
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga
nuclear. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa keluarga
nuclear adalah keluarga yang terdiri dari suami,istri dan anak kandung.
3. GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
: Penderita (Istri)
STATUS PENDERITA
Identitas Pasien :
13
Nama : Sucipto
Umur : 69 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Karya 11 no.3
Status : Menikah
1. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) YA ( ) TIDAK (√ )
- Penggunaan alat bantu YA ( ) TIDAK (√ )
- Gangguan keseimbangan YA ( ) TIDAK (√ )
- Gangguan sensoris YA ( ) TIDAK ( √ )
2. Nutrisi
Pasien makan hanya ketika lapar dan waktu yang tidak tentu.
a. Dapur
1. Beras : Beras cap kelinci
2. Ikan : Ikan tongkol, ikan dencis, ikan nila, ikan gembung dll
3. Daging : Ayam, sapi (jarang)
4. Sayur : Kangkung, daun pepaya, sawi pahit, kacang panjang, dll
5. Buah : Pisang, nenas, dll
b. Kulkas
Terdapat bahan bahan makanan seperti ikan dan sayuran yang
disimpan di dalam kulkas.
14
Status Nutrisi
a. Berat badan : 70 kg
b. Tinggi badan : 168cm
c. IMT : 19,8
d. Kesan : Normoweight
3. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : baik
Eksterior rumah
a. Atap : Asbes plafon
b. Pintu Rumah : Kayu
c. Dinding Rumah : Tembok
d. Jendela : Besi + kayu. Jendela ditutup dengan gorden
e. Ventilasi : Jendela dan pintu
f. Halaman : lumayan luas halaman depan rumah
Interior Rumah
a. Kepadatan : Sedang
b. Kebersihan : Sedang
c. Kenyamanan : Sedang
d. Privasi : Baik
e. Hewan peliharaan: Terdapat hewan peliharaan kucing dan burung
f. Buku-buku : Tidak ada
g. Televisi : Ada
h. Pernak-pernik : Ada
15
d. Pencahayaan : Baik
e. Listrik : Baik
f. Tangga : Tidak ada
g. Perabotan : Ada
h. Sumber air : PDAM
i. Kesehatan spiritual: beribadah di rumah dan di mesjid
j. Pelayanan kesehatan di rumah: tidak ada
4. Orang Lain
5. Medikasi
6. Pemeriksaan
Berat Badan : 70 kg
Tinggi Badan : 168 cm
Tekanan Darah : 150/100 mmHg (16 April 2022)
150/90 mmHg (20 April 2022)
Nama : Sucipto
16
Umur : 69 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Karya 11 no.3
Status : Menikah
1. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
1. Tekanan Darah : 150/100 mmHg (16-04-2022) ; 150/90 mmHg (20-04-
2022)
17
2. Frek Nadi : 67x/i (16-04-2022) ; 60x/i (20-04-2022)
3. Frek Napas : 19x/i (16-04-2022) ; 18x/i (20-04-2022)
4. Suhu : 36,6 (16-04-2022) ; 36,4 (29-04-2022)
b. Status Generalisata
1. KU/KP/KG : Ringan/Sedang/Berlebih
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera icterus (-), pupil iosokor,
diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya (+).
4. Leher : Pembesaran KGB (-).
5. Thoraks
o Inspeksi : Simetris,
o Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama,
o Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru,
o Auskultasi : Versikuler pada kedua lapangan paru
6. Abdomen
o Inspeksi : Simetris,
o Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-) epigastrium
o Perkusi : Timpani
o Auskultasi : Peristaltik (+) normal
7. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), bengkak (-), hangat (+),
nyeri tekan (-), nyeri gerak(-).
8. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
2. Tatalaksana dan Edukasi
Terapi Medikamentosa
R/ Amlodipin 10mg N0.X
S 1 dd tab I
R/ Vit B Complex Tab No. X
S 2 dd Tab 1
18
Edukasi:
1. Minum obat teratur
2. Hindari makanan yang dapat memicu naiknya darah tinggi, seperti
makanan asin
3. Jadwal makan teratur
4. Kelola stress
5. Olahraga teratur
3. Pembahasan Kasus
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg secara
kronis. Berdasarkan etiologinya, hipertensi diklasifikasikan menjadi hipertensi
primer/esensial yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan
hipertensi sekunder yaitu hipertensi akibat suatu penyakit atau kelainan
mendasar seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma, hiperaldoteronisme dan sebagainya.
Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik. Beberapa pasien
mengalami sakit kepala, rasa berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat
menunjang kecurigaan ke hipertensi sekunder, antara lainpengguanaan obat-
obatan (kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan, OAINS): sakit
kepala paroksismal, berkerinagat atau takikardi.
Nilai tekanan darah diambil dari rerata dua kali pengukuran pada setiap
kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah >140/90 mmHg pada dua
atau lebih kunjungan, hipertensi dapat ditegakkan.
Terdapat beberapa panduan dalam penggunaan antihipertensi. Menurut
National Institute for Health and Care Excellence (NICE) 2013, usia pasien
<55 tahun lebih disarankan memulai terapi dengan penghambat ACE atau
ARB (Angiotension Reseptor Blocker) , sementara usia >55 tahun dengan
CCB (calcium Channel Blocker).
19
DAFTAR PUSTAKA
20