Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN “HIPERTENSI”


DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
PADA PASIEN Ny.A
Di UPTD PUSKESMAS KEMALARAJA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN AJARAN 2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
- Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg
(Kodim Nasrin, 2003).
- Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
- Hipertensi Adalah Tekanan Darah sistolik > 140 mmHg Dan Tekanan Darah diastolik
> 90 mmHg, ATAU Bila Pasien memakai obat antihipertensi.
- Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal sampai hipertensi
maligna.
- Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen, 1996).
- Hipertensi dikategorikan ringan tekanan diastoliknya antara 95 - 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena peningkatan mutu sistolik (Smith Tom, 1995).

 Klasifikasi hipertensi menurut WHO


1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-
94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
 Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
1. Diastolik
a. <85 mmHg: Tekanan darah normal
b. 85 - 99: Tekanan darah normal tinggi
c. 90-104: Hipertensi ringan
d. 105 - 114: Hipertensi sedang
e. > 115: Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. <140 mmHg: Tekanan darah normal
b. 140 - 159: Hipertensi sistolik perbatasan
c. > 160: Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu peningkatan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan / atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang terbuang oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target ( otak, mata (retina),
ginjal, jantung, dan pembuluh darah). Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting
adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut
atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg kerusakan organ target yang progresif dan
membutuhkan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit / jam.
2. Hipertensi urgensi
Situasi dimana ada peningkatan tekanan darah yang gejala gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif yang tidak ada gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif dan tekanan darah perlu dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan
dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).
2. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik). Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan output kardiak atau peningkatan tekanan perifer. Namun
ada beberapa faktor yang mempengaruhi masa hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat
c. Stres Lingkungan
d. Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:


1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, sistem rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stres.

2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal / vaskuler renal.
Penggunaanepsi kontras lisan yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang tua adalah kondisi perubahan - perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena efektifitas pembuluh darah untuk oksigenasi Peningkatannya
alat bantu darah. Meskipun hipertensi primer belum diketahui pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang menyebabkan penyakit hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan
1. Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
3. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
4. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
5. Kebiasaan hidup
6. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkannya hipertensi adalah:
7. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
8. Kegemukan atau makan berlebihan
9. Stres
10. Merokok
11. Minum alkohol
12. Minum obat-obatan (efedrin, prednison, epineprin)

b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah:


1)      Ginjal 13)   Kelainan endokrin
2)      Glomerulonefritis 14)   DM
3)      Pielonefritis 15)   Hipertiroidisme
4)      Nekrosis tubular akut 16)   Hipotiroidisme
5)      Tumor 17)   Saraf
6)      Pembuluh darah 18)   Pukulan
7)       Aterosklerosis 19)   Ensepalitis
8)       Hiperplasia 20)   SGB
9)       Trombosis 21) Kontrasepsi lisan
10)   Aneurisma 22) obat-obatan
11)   Emboli kolestrol 23) Kortikosteroid
12)   Vaskulitis

 Faktor Risiko
- Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
- Pria usia 35 - 55 tahun dan wanita> 50 tahun atau sesudah menopause
- Kebanyakan mengkonsumsi garam / natrium
- Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti
merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, kafein, DM, dsb.
- Faktor emosional dan tingkat stres
- Gaya hidup yang monoton
- Sensitif terhadap angiotensin
- Kegemukan
- Pemakaian kontrasepsi lisan, seperti esterogen.

3. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat meningkatkan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arteri tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala yang terlazim yang menyertai hipertensi termasuk
nyeri kepala dan demam. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu: Mengeluh sakit kepala, pusing kepala, pusing, sakit, Sesak nafas, Gelisah, Mual
Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:


- Peningkatan tekanan darah> 140/90 mmHg 2.
- Sakit kepala
- Pusing / migrain
- Rasa berat ditengkuk
- Penyempitan pembuluh darah
- Sukar tidur
- Lemah dan lelah
- Nokturia
- Azotemia
- Sulit bernafas saat beraktivitas
4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti ketakutan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
Pada saat bersamaan di mana sistem saraf simpatis merangsang darah sebagai respons
yang merangsang emosi, adrenal juga terangsang, mengakibatkan penambahan aktivitas
vasokonstriksi. Mensekresi medula adrenal epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat menilai respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pesanan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang meningkatkan
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan udara
oleh tubulus ginjal, meningkatkan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan
fungsional pada sistem perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut termasuk aterosklerosis, elastisitas jaringan ikat dan
penurunan relaksasi otot, yang pada menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (sekuncup volume) yang
mengakibatkan penurunan lemak jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” yang
disebabkan oleh kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan diteruskan pada ginjal,
maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan angiotensinogen.
Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi
pada pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormon aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan
menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. (Suyono, Slamet. 1996).

5. PATHWAY

6. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik atau jasmani yang menyeluruh untuk diagnosis hipertensi dan
identifikasi HMOD dan/atau hipertensi sekunder. Adapun pemeriksaan jasmani tersebut
meliputi:
- Jantung dan sirkulasi: laju nadi/irama/karakter, tekanan vena juguler, denyut apeks,
suara jantung tambahan, rhonki di basal, edema perifer, bruits (karotis, abdominal,
femoral), radio-femoral delay.
- Organ/sistem lain: pembesaran ginjal, lingkar leher >40 cm (OSA), tiroid yang
membesar, indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, deposit lemak, striae
berwarna (penyakit/sindrom Cushing)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:


a) Pemeriksaan yang segera seperti:
- Darah rutin (Hematokrit / Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor risiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
- Unit Darah Nitrogen / kreatinin: memberikan informasi tentang kinerja / fungsi ginjal.
-  Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
-  Serum kalium: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
-  Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
- Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk / adanya pesanan plak ateromatosa (kardiovaskuler)
- Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
- Kadar aldosteron urin / serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
- Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
- Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor risiko hipertensi
- Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
- EKG: 12 Timbal, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
atau gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
- Foto dada: apakah ada edema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana)
untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
b) Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
- IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter .
- CT Scan: Mengkaji adanya tumor otak, encelopati.
- IUP:mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,perbaikan ginjal.
- Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Tab spinal, CAT scan.
- (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

8. KOMPLIKASI
Efek pada organ:
Otak
- Pemekaran pembuluh darah
- Perdarahan
- Kematian sel otak: stroke
Ginjal
- Malam banyak kencing
- Kerusakan sel ginjal
- Gagal ginjal
Jantung
- Membesar
- Sesak nafas (dispnoe)
- Cepat lelah
- Gagal jantung

9. PENATALAKSAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi


kardiovaskuler yang berhubungan dengan pemeliharaan dan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.
A. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi termasuk: Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat
digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada
hipertensi sedang dan berat.
1.. Terapi tanpa obat ini termasuk:
- Diet
2. Diet yang disarankan untuk penderita hipertensi adalah:
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr / jam menjadi 5 gr / jam
- Diet rendah kolesterol dan asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok
6. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai prinsip prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah
raga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik atau 72-87% dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 - 25 menit berada dalam zona
latihan frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
7. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi termasuk:
- Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dapat dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-
tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama untuk mengatasi gangguan somatik seperti sakit kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti gangguan dan gangguan.
- Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi atau
melemahkan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
B. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi hanya menurunkan tekanan darah, tetapi mengurangi dan
mencegah penyakit akibat hipertensi penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya harus menjalani hidup penderita.
Pengobatan standar yang disarankan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( KOMITE
NASIONAL BERSAMA DETEKSI, EVALUASI DAN PENGOBATAN TEKANAN
DARAH TINGGI, USA , 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya termasuk:
a. Langkah 1
Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Langkah 2
Alternatif yang bisa diberikan:
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Langkah 3: Alternatif yang bisa dicapai
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Langkah 4: Alternatif mempersembahkan obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Evaluasi ulang dan konsultasi
3) Tindak Lanjut untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang interaksi dan komunikasi yang baik antara
pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara mempersembahkan pendidikan
kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut:
a. Setiap kali penderita, penderita diukur dari hasil pengukuran darahnya
b. Bicarakan dengan penderita yang ingin dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan bahwa penderita tidak dapat meningkatkan tekanan darah atas dasar apa yang
dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter . Penderita tidak boleh diperbolehkan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita Ikut sertakan
keluarga penderita proses terapi.
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan kemungkinan kemungkinan perlunya dosis atau ganti obat untuk mencapai efek
samping minimal dan efektifitas maksimal saya. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
i. Melihat pentingnya kesadaran pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

10. CARA PENCEGAHAN


a. Pencegahan Primer
Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis
keluarga, ras (negro), diatas tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan untuk:
1. Jaga diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2. Dilarang merokok atau merokok.
3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4. Melakukan latihan untuk mengendalikan berat badan.

b. Pencegahan sekunder
Pencegahan yang harus dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:
1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun tindakan-
tindakan seperti pada pencegahan primer.
2. Harus dijaga dengan tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil
mungkin.
3. Faktor-faktor risiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol .
4. Batasi aktivitas.

Perawatan Hipertensi
- Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).
- Batasi pemakaian garam.
- Mulai kurangi Pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ADA faktor keturunan
hipertensi hearts Keluarga.
- Tidak merokok.
- Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
- kalimat minum kopi yang berlebihan.
- Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
- Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun
Bagi yang sudah sakit
- Berobat secara teratur.
- Jangan mengubah, dan menambah dosis, jenis obat tanpa petunjuk dokter.
- Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain
karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan merawat perawatan kunci utama kesembuhan, kunci
utama adalah:
1. Keaktifan penderita dalam pengendalian darah.
2. Penderita berusaha, petugas kesehatan membantu.
3. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan

Diit Hipertensi
a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
1) ukuran lemak tubuh
2) konsumsi kolesterol alkohol
3) kalori kalori bayi untuk yang terlalu gemuk atau gemuk
4) Makanan yang boleh dikonsumsi
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1) Sumber kalori
Beras, dongeng, kentang, makaroni, mie, bihun, tepung-tepungan, gula.
2) Sumber protein hewani
Daging, ayam, ikan, semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam, telur bebek
paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
3) Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu, tempe, oncom.
4) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5) Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam, kangkung, buncis, kacang panjang,
taoge, labu siam, oyong, wortel.
6) Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.

7) Bumbu
Pala, kayu manis, asam, gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih dari 15 gram
perhari.
8) Minuman
Thea encer, coklat encer, juice buah.

c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi


1) Makanan yang banyak mengandung garam
- Biskuit, kraker, kue dan kue lain yang memasak dengan garam dapur atau soda.
- Dendeng, abon, cornet beaf, daging asap, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden ikan
teri, telur asin.
- Keju, margarine dan mentega.
2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol
Makanan dari hewan seperti otak, ginjal, hati, limfadan jantung.
3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
- Lemak hewan: sapi, babi, kambing, susu jenuh, krim, keju, mentega.
- Kelapa, minyak kelapa, margarine, alpokat.
4) Makanan yang banyak menimbulkan gas
Kool, sawi, lobak, dll.

Bagaimana cara Diit


1) kalimat penggunaan kelapa, minyak kelapa, lemak hewan, margarine, mentega sebagai
penggunaan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2) Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram setiap
kali makan, makanlah ikan tawar sebagai sumber.
3) Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4) Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5) Gunakan sering tahu, tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola, limun,
permen, dodol, coklat, kolak, eskrim.
7) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.

Obat Tradisional Untuk Hipertensi


Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional untuk
mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada
masyarakat adalah cara penggunaan, dosis, serta kemungkinan efek samping yang tidak
diketahui. Obat - obat tradisional tersebut diantaranya:
1. Buah Belimbing
2. Daun Seledri
3. Bawang Putih
4. Buah Mengkudu / Pace
5. Avokad
6. Melon
7. Semangka
8. Mentimun

Anda mungkin juga menyukai