Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN dan

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI pada PASIEN


HIPERTENSI Ny. I di RS DHARMA BAKTI

Disusun oleh:
Erni Day Ngana (20121110011)

STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN


TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Definisi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Hipertensi didefinisikan oleh Joint
National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
(Luckman Sorensen,1996).

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95–104 mmHg,


hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat
bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan
tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

B. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik
91-94 mmHg.
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
1. Diastolik

v Tekanan darah normal : < 85 mmHg

v Tekanan darah normal tinggi : 85 – 99

v Hipertensi ringan : 90 -104

v Hipertensi sedang : 105 – 114

v Hipertensi berat : >115

2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)

· Tekanan darah normal : < 140 mmHg

· Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi : 140 – 159

· Hipertensi sistolik teriisolasi : > 160

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina),
ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Dibagi menjadi dua:

a. Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target
akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang
progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu
menit/jam.

b. Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan
dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai
hari).

C. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).


Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi. (Udjianti,
2013).

a. Geneti : Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas : Terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a) Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.

b) Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan


kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

a. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data


penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
· Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

· Ciri perseorangan
1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
5) Kebiasaan hidup
6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
8) Kegemukan atau makan berlebihan
9) Stress
10) Merokok
11) Minum alcohol
12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid

D. Faktor Resiko

1. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi

2. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause

3. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium

4. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti
merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.

5. Factor emosional dan tingkat stress

6. Gaya hidup yang monoton

7. Sensitive terhadap angiotensin

8. Kegemukan

9. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.


E. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda Nic-Noc (2016). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak Nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis (mimisan)
h. Kesadaran menurun
F. Pathway
G. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smelttzer, 2014).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi ( Price)

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional


pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal,
maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen.
Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi
pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan
menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

H. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah,
epistaksis, kesadaran menurun.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.


b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :


1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan
ginjal. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

J. Komplikasi

Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :


a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya membran glomelurus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan
edema
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal
sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang.
d. mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga kebutaan.
e. kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau yang
sering disebut dengan ateroklorosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
K. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat


komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya
3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
g. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan
( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang


penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain.
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah
atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan
lebih dahulu. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita.
Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi.
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah.
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari.
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi.
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat
untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal.
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin.
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.
B. KONSEP DASAR MASSAGE
A. Pengertian Massage(Pijat)
Pijat punggung adalah tipe massage pada punggung yang terdiri dari usapan panjang,
lambat, dan meluncur (Setiawan & Prasetyo, 2014). Massage adalah teknik manipulasi jaringan
lunak melalui tekanan dan peregangan yang dilakukan secara ritmis dan dapat dilakukan pada
seluruh tubuh maupun pada bagian tertentu (Wahyuni, 2014). Massage adalah melakukan
tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan
gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi atau
memperbaiki sirkulasi (Mander,2004).Massage adalah pengurutan dan pemijatan yang
menstimulasi sirkulasi darah serta metabolisme dalam jaringan (Kusyati, 2006).

B. Jenis-jenis Terapi Massage


Beberapa jenis terapi massage antara lain :
1. Swedish massage
Teknik massage ini merupakan teknik massage yang paling banyak digunakan, dilakukan
dengan mengoleskan minyak atau krim untuk melemaskan kulit dan di kombinasikan dengan
memberikan tekanan yang dalam untuk merelaksasikan otot. Teknik ini dapat memperlancar
aliran darah untuk mengeluarkan sampah metabolisme otot. Teknik ini juga dapat
merelaksasikan ligamen dan tendon, menstimulasi saraf dan mengurangi stres. Secara umum
teknik ini bertujuan untuk merelaksasikan otot. Pada dasarnya teknik masase yang digunakan
dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Stroking manipulations
Terdiri dari teknik effleurage dan stroking
1) Effleurage (menggosok), yaitu gerakan ringan berirama yang dilakukan pada seluruh
permukaan tubuh. Effleurage menggunakan seluruh permukaan telapak tangan dan jari-
jari untuk menggosok daerah tubuh tertentu. Efek yang timbulkan adalah dapat
memperlancar aliran balik vena maupun limfatik, membantu pertukaran cairan jaringan,
membantu pembuangan sampah hasil metabolisme dan mengurangi ketegangan otot.
2) Stroking (mengurut) yaitu manipulasi dengan menggunakan ujung-ujung jari, terutama
tiga jari tengah, atau hanya ibu jari, pelaksanaannya seperti manipulasi effleurage.
Teknik ini dapat meningkatkan sensori analgesia.
b. Tehknik ini terdiri dari tehnik picking up, wringing, rolling, dan shaking.
1) Shaking atau kneading (menggoncang) dilakukan dengan seluruh permukaan telapak
tangan dan jari-jari, dua tangan bersama-sama atau satu tangan saja pada otot yang
lebar dan tebal dengan digoncangkan. Teknik ini dapat menstimulasi aliran darah vena
dan limfatik, meningkatkan gerakan jaringan fibrus, mengeluarkan sampah hasil
metabolisme dan membantu jaringan lunak agar siap melakukan latihan (exercise).
2) Picking up dilakukan dengan melakukan penekanan pada jaringan selanjutnya jaringan
diangkat, diperas dan kemudian dilepaskan. Tehnik ini memberikan efek yang sama
dengan tehnik shaking dan biasanya digunakan setelah melakukan tehnik effleurage
dan kneading. Tehnik ini juga baik digunakan untuk mobilisasi jaringan lunak.
3) Wringing pada tehnik ini dilakukan penekanan pada jaringan dengan cara satu tangan
menekan kearah fisiotherapis dan tangan lainnya menekan kearah samping. Efek yang
diberikan sama dengan tehnik kneading.
4) Rolling tehnik ini dapat dilakukan menggunakan seluruh jari-jari tangan. Terdapat dua
tehnik rollingyaitu skinrolling dan muscle rolling. Tujuan dari tehnik ini untuk
meloggarkan atau memisahkan kembali lengketan-lengketan yang terjadi antara kulit
dengan jaringan-jaringan dibawahnya.
c. Percussive or tapotement manipulations

Tehnik ini meliputi: tehnik hacking, clapping, beating, pounding, dan vibration. Tehnik ini
secara spesifik lebih banyak digunakan untuk kegiatan olahraga.

1) Hacking

Manipulasi ini dilakukan dengan cara lengan diabduksikan dengan siku yang lebih
dibengkokan. Tehnik ini bertujuan untuk menstimulasi aliran arah lokal dan menstimulasi
otot.

2) Clapping

Dilakukan dengan cara tangan dibuat melengkung tetapi tidak rapat dan daerah yang
diterapi hanya terkena telapak tangan dan jari-jari, sedangkan pergelangan tangan
melakukan gerakan fleksi dan ekstensi.

2. Terapi trigger point


Terapi ini diberikan pada otot-otot yang membentuk nodul-nodul pada yang
menyebabkan nyeri yang menjalar. Tujuannya adalah mengurangi spasme otot,
meningkatkan sirkulasi darah dan melepaskan trigger point. Setelah trigger point terlepas,
lalu disemprotkan bahan pendingin yaitu jenis fluorimethane yang bermanfaat sebagai
anastesi lokal dan meregangkan otot. Efek terapi ini adalah menghilangkan nyeri,
mengurangi spasme otot dan meregangkan jaringan.

3. Tehnik friction

Friction (menggerus), yaitu gerakan menggerus yang arahnya naik dan turun secara
bebas. Friction menggunakan ujung jari atau dengan ibu jari dengan cara menggeruskan
secara melingkar seperti spiral pada bagian otot tertentu. Tujuannya adalah membantu
menghancurkan myogeloasis, yaitu timbunan sisa-sisa pembakaran energi (asam laktat) yang
terdapat pada otot yang menyebabkan pengerasan pada otot (Wahyuni, 2014).

C. Manfaat Massage (Pijat)

Manfaat pijat seperti yang dikutip dari allwornestalk, adalah sebagai berikut:

1. Pijat mempengaruhi jaringan tubuh untuk memperluas kapiler dan kapiler cadangan,
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan dan organ, meningkatkan
proses reduksi oksidasi,memfasilitasi jantung dan berkontribusi terhadap redistribusi darah
dalam tubuh.
2. Pijat juga memberikan sedikit jumlah peningkatan trombosit, leukosit, eritrosit dan
hemoglobin tanpa menganggu keseimbangan asam basa.
3. Jika dilakukan secara tepat, pijat dapat mempengaruhi sistem saraf perifer, meningkatkan
rangsangan dan konduksi implus saraf, melemahkan dan menghentikan rasa sakit dengan
mempercepat proses pemulihan saraf yang cedera.
4. Pijat mempercepat aliran getah bening yang meningkatkan gizi jaringan, mengurangi statis
pada sendi serta organ dan jaringan lain.
5. Pijat memiliki efek fisiologis yang beragam terhadap kulit dan fungsinya,
sepertimembersihkan saluran keringat, kelenjar sebaceous, meningkatkan fungsi sekresi,
eksresi dan pernapasan kulit.
6. Pijat bisa membuat otot menjadi fleksibel, meningkatkan fungsi kontraktil yang mempercepat
keluarnya metabolit yang merupakan hasil dari metabolisme.
7. Pijat membantu mengeluarkan cairan yang terdapat didalam otot-otot dan memulihkan
keadaan normalnya.
8. Pijat membantu memperbaiki sirkulasi dan menurunan tekanan darah. Karena sirkulasi
membaik, maka organ-organ yang ada dalam tubuh akan berfungsi dan bekerja lebih baik
(Padila, 2013).

D. Pengaruh Slow Stroke Back Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah.

Efek yang ditimbulkan dari pemberian slow stroke back massage adalah dapat membantu
aliran vena balik dan menghilangkan produk sampah yang terakumulasi didalam jaringan.
Massage yang diberikan dapat menstimulasi sirkulasi lokal dan mobilisasi jaringan lunak.
Manfaat psikologi yaitu berhubungan dengan timbal balik sentuhan dan proses relaksasi
(Basford, 2006). Dampak dari respon relaksasi yang ditimbulkanmemperpanjang serat otot,
mengurangi pengurangan impuls neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktifitas otak juga
sistem tubuh lainnya. Penurunan denyut jantung dan frekuensi pernapasan, tekanan darah, dan
konsumsi oksigen serta peningkatan aktivitas otak alpha dan suhu kulit perifer (Perry & Potter,
2010). Massagedapat meningkatkan rangsangan dan konduksi impuls saraf yang dapat
menurunkan aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis. Respon
yang ditimbulkan aktivitas parasimpatis adalah penurunan tekanan arteri melalui mekanisme
perlambatan jantung sehingga terjadi penurunan curah jantung dan vasodilatasi dengan
penurunan tonus simpatis sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

A. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
v Gejala :

- Kelemahan

- Letih

- Napas pendek
- Gaya hidup monoton

v Tanda :

- Frekuensi jantung meningkat

- Perubahan irama jantung

- Takipnea

2. Sirkulasi
v Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup,
penyakit serebrovaskuler
v Tanda :

- Kenaikan TD

- Nadi : denyutan jelas

- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

- Bunyi jantung : murmur

- Distensi vena jugularis

- Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler


mungkin lambat.

3. Integritas Ego
v Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
v Tanda :

- Letupan suasana hati

- Gelisah

- Penyempitan kontinue perhatian


- Tangisan yang meledak

- otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )

- - Peningkatan pola bicara

4. Eliminasi
v Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal).
5. Makanan / Cairan
v Gejala :

- Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol

- Mual

- Muntah

- Riwayat penggunaan diuretik

v Tanda :

- BB normal atau obesitas

- Edema

- Kongesti vena

- Peningkatan JVP

- Glikosuria

6. Neurosensori
v Gejala :

- Keluhan pusing / pening, sakit kepala

- Episode kebas

- Kelemahan pada satu sisi tubuh

- Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

- Episode epistaksis
v Tanda :
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optic
7. Nyeri/ketidaknyamanan
v Gejala :

- nyeri hilang timbul pada tungkai

- sakit kepala oksipital berat

- nyeri abdomen

8. Pernapasan
v Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
v Tanda :

- Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan

- Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )

- Sianosis

9. Keamanan
v Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
v Tanda : Episode parestesia unilateral transien
10. Pembelajaran / Penyuluhan
v Gejala :

- Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,


penyakit serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

- Penggunaan obat / alkohol

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita
klien
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

C. Rencana Keperawatan

NO DX DIANGOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

- -

2 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan dengan - Energy conservation Energy Management
kelemahan, - Self Care : ADLs - Observasi adanya pembatasan
ketidakseimbangan - Kriteria Hasil : klien dalam melakukan
suplai dan kebutuhan - Berpartisipasi dalam aktivitas
oksigen. aktivitas fisik tanpa - Dorong anal untuk
disertai peningkatan mengungkapkan perasaan
tekanan darah, nadi dan terhadap keterbatasan
RR - Kaji adanya factor yang
- Mampu melakukan menyebabkan kelelahan
aktivitas sehari hari - Monitor nutrisi dan sumber
(ADLs) secara mandiri energi tangadekuat
- Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
- Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
- Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
- Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yangsesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
- Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
- Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
- Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
- Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan - Pain Level, Pain Management
peningkatan tekanan - Pain control, - Lakukan pengkajian nyeri
vaskuler serebral - Comfort level secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
- Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu - Observasi reaksi nonverbal
menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk - Gunakan teknik komunikasi
mengurangi nyeri, terapeutik untuk mengetahui
mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
- Melaporkan bahwa nyeri - Kaji kultur yang
berkurang dengan mempengaruhi respon nyeri
menggunakan - Evaluasi pengalaman nyeri
manajemen nyeri masa lampau
- Mampu mengenali nyeri - Evaluasi bersama pasien dan
(skala, intensitas, tim kesehatan lain tentang
frekuensi dan tanda ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri) masa lampau
- Menyatakan rasa - Bantu pasien dan keluarga
nyaman setelah nyeri untuk mencari dan
berkurang menemukan dukungan
- Tanda vital dalam - Kontrol lingkungan yang
rentang normal dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi
nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)

- Kaji tipe dan sumber nyeri


untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
- Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
- Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
- Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)
Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
dengan krisis keperawatan selama 3 x 24 - Gunakan pendekatan yang
situasional sekunder jam, cemas pasien menenangkan
adanya hipertensi berkurang dengan kriteria - Nyatakan dengan jelas
yang diderita klien hasil: harapan terhadap pelaku
Anxiety Control pasien
- Coping - Jelaskan semua prosedur dan
- Vital Sign Status apa yang dirasakan selama
- Menunjukan teknik prosedur
untuk mengontrol cemas - Temani pasien untuk
teknik nafas dalam memberikan keamanan dan
- Postur tubuh pasien mengurangi takut
rileks dan ekspresi wajah - Berikan informasi faktual
tidak tegang mengenai diagnosis, tindakan
- Mengungkapkan cemas prognosis
berkurang - Dorong keluarga untuk
TTV dbn menemani anak
TD = 110-130/ 70-80 - Lakukan back / neck rub
mmHg - Dengarkan dengan penuh
RR = 14–24 x/ menit perhatian
N = 60 -100 x/ menit - Identifikasi tingkat
S = 365 – 375 0C kecemasan
- Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
- Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan - -Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
kurangnya informasi process - Berikan penilaian tentang
tentang proses - -Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
penyakit Behavior tentang proses penyakit yang
- Kriteria Hasil : spesifik
- Pasien dan keluarga - Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan penyakit dan bagaimana hal
- Pemahaman tentang ini berhubungan dengan
penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi, dengan
prognosis dan program cara yang tepat.
pengobatan - Gambarkan tanda dan gejala
- Pasien dan keluarga yang biasa muncul pada
mampu melaksanakan penyakit, dengan cara yang
prosedur yang dijelaskan tepat
secara benar - Gambarkan proses penyakit,
- Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan - Identifikasi kemungkinan
kembali apa yang penyebab, dengna cara yang
dijelaskan perawat/tim tepat
kesehatan lainnya. - Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
- Hindari harapan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
- Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
- Rujuk pasien pada grup atau
agensi di
DAFTAR PUSTAKA

Auryn, virzara. 2009. Mengenal dan Memahami Hipertensi. Jogjakarta : Kata Hati

Widyanto dan Triwibowo. 2013. Trend Disease (trend penyakit saat ini). Jakarta : CV. Trans
Info Media

Batticaca, F. B. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba


Medika.

Depkes. 2015. Stroke Pembunuh Nomor Satu di Indonesia. Jakarta: tersedia dalam

www.litbang.depkes.go.id/node/639).

Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F & Geissler, A.C. 2000. Rencana Asuhan

Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:


EGC.

Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2012. Handbook Health Student. Yogyakarta. Media Action
Publishing.

Nursalam. 2011. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep Dan Praktik. Jakarta: Salemba
Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. I
DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI DI RUANG
MELATI RS DHARMA KERTI
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas

Nama : Ny. I

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Usia : 40

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Lasem, Penarungan, Banjar Umah Poh

Diagnosa Medis : Hipertensi

Tanggl masuk : 26 Juni 2021

Tanggal pengkajian : 27 Juni 2021


B. Riwayat kesehatan sekarang
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke puskesmas tgl 26-06-2021 jam 08.00 dengan keluhan utama:sakit
kepala, pusing, tengkuk terasa berat, susah tidur, pemara,
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Klien sudah di diagnosa penyakit hipertensi dan klien pernah di rawat dengan hipertensi
pada dua tahun yang lalu di RS Dharma Kerti
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Klien menyatakan ibu kandung klien menderita hipertensi dan terkena strok sementara
keluarga yang lain tidak ada yang menderita hipertensi

Genogram :

x x

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

x : Meninggal

: Pasien

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah

d. Pola aktivitas sehari-hari (ADL).


1) Pola nutrisi :
v Sehat :
- Makan : nasi lauk sayur
- Minum : 5-6 gelas sehari,air putih,kopi
v Sakit :
- Makan : 2 kali sehari
- Minum : 3-4 gelas sehari
2) Pola Eliminasi :
v Bab : 1 kali sehari
v Bak : 4-5 kali/hari
3) Pola tidur dan istirahat : Tidur siang ada tetapi tidur malam susah dan sering
terbangun di malam hari.
4) Pola bekerja : Klien bekerja sebagai petani, berangkat ke sawah di pagi hari dan
pulang di sore hari.

C. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan :
v Inspeksi : pasien nampak sesak nafas,adanya pernafasan cuping hidung
v Palpasi : tekanan darah 180/90 mmhg
v Perkusi : suara dullnes pada jantung
v Auskultasi : terdengar suara jantung,terdengar suara crackles pada paru.
2. Sistem kardiovaskuler :
v Inspeksi: Kunjungtiva tidak pucat (ananemis)
v Palpasi: KGB tidak teraba
v Perkusi: tidak terjadi peningkatan JVP
v Auskultasi: bunyi jantung regular
3. Sistem pencernaan :
v Inspeksi: bibir simetris
v Palpasi: abdomen datar tidak teraba
v Perkusi: reflek kunyah membaik
v Auskultasi: pada anus tidak terdapat keluahan
4. Sistem persyarafan :
a) Sistem Syaraf Krassnial
Nervus I : Penciuman baik ditandai dapat memrasakan bau minyak kayu
putih.
Nervus II : Penglihatan baik, ditandai dapat meliha disampingnya dengan
lirikan.
Nervus III : Klien dapat mengangkat kelopak mata ke atas.
Nervus IV : Klien dapat menggerakkan mata ke atas dan ke bawah.
Nervus V : Klien dapat mengunyah dengan baik.
Nervus VI : Klien dapat menggerakkan mata kanan dan kiri mengikuti jari
telunjuk perawat.
Nervus VII : Fungsi pengecapan baik, ditandai dengan klien mengatakan tidak
ada keluhan pada waktu makan dan
napsu makan baik. Klien dapat tersenyum.
Nervus VIII : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dengan perawat dan
lingkungannya.
Nervus IX : Klien dapat menelan dengan baik.
Nervus X : Fungsi menelan baik, pada saat diinstruksikan mengatakan “
aaa.aaa “ uvula terangkat dan tetap berada di median.
Nervus XI : Gerakan kepala dan bahu terganggu karena nyeri di kepala.
Nervus XII : Klien dapat menggerakkan lidahnya (terkontrol).
b) Sistem Motorik
Fungsi tubuh klien tegak, tonus otot mulai lemah
c) Sistem Motorik
Klien mampu berespon terhadap rangsangan dapat mengidentifikasi benda dan pantulan
d) Sistem Serbral
Klien tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi, komunikasi klien dengan
menggunakan bahasa verbal
e) Reflek – Reflek
v Reflek Patela : Baik
v Reflek Trisep : Baik
v Reflek Babinski : Baik
v Reflek Pupil : Baik
5. Sistem Endokrin :
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid. Klien mempunyai riwayat Hipertensi
6. Sistem Muskuloskeletal :
Kekuatan otot klien penuh : tidak terdapat adanya oedema.
7. Sistem integumen dan imunitas :
Akral hangat, suhu 36,5C,kulit kering terutama di ekstremitras bawah, terdapat beberapa
bekas luka-luka kecil dan kulit berwarna kecoklatan, rambut tampak kusam.
8. Sistem wicara dan THT :
Klien dapat bicara secara normal dan baik serta pendengaran nya sudah berkurang.
9. Sistem penglihatan : Penglihatan kabur kalau melihat jauh

D. Data Psikologis

Status emosional : Klien mengatakan mudah marah dan emosional

Kecemasan : klien mengatakan cemas dengan penyakit yang di derita sekarang.

Pola koping : koping klien dalam menghadapi penyakit baik dengan cara selalu
menceritakan masalah nya kepada keluarga dan bermusyawarahdengan
istri dan anak-anak nya.
Gaya komunikasi : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif.

E. Data sosial :
Klien dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
F. Data spiritual :

Klien sering mengikuti sholat berjamaah ke masjid.

G. Data penunjang:
Glukosa sewaktu : 83mg/dl
Kolesterol : 180 mg/dL
Rencana pengobatan :Diet rendah garam, lemak, amlodipin 5mg, ibuproven 400 mg
H. Analisis data
 Fungsi perawatan kesehatan keluarga
 Kemampuan keluarga mengenal masalah
 Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi
 Keluarga Ny.I mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih
 Keluarga Ny. I mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin.

Hasil pengkajian :
1. Ny. I dan keluarga kurang dapat mengingat
2. Keluarga Ny. I tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya mengenai penyakit
hipertensi.

I. ANALISIS DATA

Tanggal Data Etiologi Masalah


26 juni 2021 DS : Peningkatan tekanan Nyeri Akut
- Ny. I mengatakan sakit kepala terasa intraktanial
berat di tengkuk
- Ny. I mengatakan pusing

DO : Ny. I
P : aktifitas berlebihan

Q : seperti di tusuk-tusuk

R : kepala bagian belakang

S:5

T : Setelah beraktifitas

TD : Ny. I 150/70 mmHg


Kurangnya terpapar Kurang
Ds : Ny. I mengatakan kurang tau informasi pengatahuan
mengenai penyakit hipertensi

Do: Ny. I tampak bertanya tentang


penyakit hipertensi

Kurangnya
pengetahuan
penyakit

I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan intrakranial


2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit
hipertensi
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. 27 Juni Nyeri akut Setelah dilakukan 1. BHSP ( bina 1. Hubungan saling percaya
2021 berhubungan tindakan hubungan memudahkan klien
dengan keperawatan saling mengungkapkan masalah
peningkatan selama 3x24 jam percaya ) yang terjadi,
tekanan intranial diharapkan dengan klien. 2. Kualitas nyeri
kriteria hasil: 2. Kaji Kualitas memudahkan
- nyeri nyeri memudahkan dalam
berkurang 3. Kaji tekanan penentukan tindakan dan
- TTV dalam darah terapi.
batas normal 4. Kaji pola 3. Tekanan darah sebagai
- Skala nyeri 0-3 makan dan dasar diagnostic
diet yg 4. Dier yang dianjurkan
dijalankan menunjukkan resiko
5. Berikan penyakit yg diderita
kompres yg 5. Kompres hangat
hangat merileks/meregangkan
6. Motivasi klien ketengaangan otot
untuk 6. Olahraga dan diet yang
berolahraga tepat akan menurunkan
teratur tekanan darah
7. Berikan health 7. Health education penyakit
education menambahkan wawasan
penting dgn dan pengetahuan klkien
bahaya
hipertensi
2. 28 Juni Kurang Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Hubungan saling percaya
2021 pengetahuan tindakan saling percaya memudahkan klien
tentang keperawatan 2. Kaji tingkat menunjukkan maslah yang
hipertensi selama 1x24 jam pengetahuan terjadi
berhubungan diharapkan klien 3. Berikan 2. Menambahkan pengetahuan
dengan terpapar mengerti tentang Pendidikan klien memahami penyakit
infirmasi hipertensi dengan kesehatan yg dideritanya
tentang penyakit kriteria: tentang cara 3. Mengetahui sejauh mana
hipertensi - Klien mengerti mencegah dan klien memahami tentang
tentang mengatasi penyakit hipertensi
hipertensi hipertensi 4. Mengetahui sejauh mana
- Klien tidak lagi 4. Evaluasi tingkat klien memahami tentang
bertanya pengetahuan penyakit yg dideritanya
Mengenai klien
hipertensi

K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tgl Implementasi Tgl Evaluasi


1 Nyeri 29/06/2021 30/06/202 S:
berhubung 1 - Ny. I mengatakan nyeri
an dgn Jam 09.00 1. Membina hubungan saling 09.00 kepalanya mulai berkurang
peningkat WIB percaya dgn klien, WIB O : Ny. I
an berkenalan P : aktivitas berlebihan
intrakrani 09.30 WIB 2. Mengkaji kualitas nyeri Q : seperti di tusuk-tusuk
al 09.30 WIB 3. Mengobservasi tanda-tanda R : kepala bagian belakang
vital
S:3
13.00 WIB 4. Mengkaji pola makan dan
T : Setelah beraktifitas
diet yg dijalankan
13.30 WIB 5. Memberikan kompres TD : Ny. I 160/70 mmHg
hagat Ny. I
13.35 WIB 6. Memeberikan motivasi P : aktivitas berlebihan
klien untuk berolahraga Q : seperti di tusuk-tusuk
teratur dan menjalankan R : kepala bagian belakang
diet rendah garam
S:4
13.40 WIB 7. Memberikan education
T : Setelah beraktifitas
penting dgn bahaya
hipertensi. TD : Ny. I 170/80 mmHg
A : Masalah teratasi sebagian
B : intervensi dilanjutkan 2,3,5
2. Kurang 30/06/2021 01/07/202 S : Ny. I mengatakan sudah
pengetahu 14.00 WIB 1. Membina hubungan saling 1 mengerti tentang hipertensi
an percaya berkenalan dgn 10.00 O : Ny. I tidak lagi bertanya
berhubung klien WIB tentang hipertensi
an dgn 14.00 WIB 2. Mengkaji tingkat A: masalah teratasi
kurang pemahaman klien B : interversi dihentikan
terpapar 15.00 WIB 3. Memberikan Pendidikan
informasi kesehatan tentang cara
tentang mencegah dan mengatasi
penyakit hipertensi
hipertensi 15.30 WIB 4. Mengevaluasi tingkat
pengetahuan klien
3. Nyeri b.d 30/06/2021 30/06/202 S:
peningkat 10.00 WIB 1. Mengkaji skala nyeri klien 1 - Tn.S mengatakan nyeri
an 2. Mengobservasi tanda-tanda 10.00 kepalanya mulai berkurang
intrakrani vital WIB O :Ny. I
al 3. Mengkaji pola makan dan P : aktivitas berlebihan
diet yg dijalankan Q : seperti di tusuk-tusuk
4. Memberikan kompres R : kepala bagian belakang
hangat pada klien
S:3

T : Setelah beraktifitas

TD : Ny. I 160/80 mmHg


Ny. I
P : aktivitas berlebihan
Q : seperti di tusuk-tusuk

R : kepala bagian belakang

S:4

T : Setelah beraktifitas

TD : Ny. I 160/90 mmHg


A : Masalah teratasi sebagian
B : intervensi dilanjutkan
2,3,4,5

SOP BACK MASSAGE

No Aspek yang dinilai Skor


0 1 2
Preinteraksi
1 Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2 Siapkan alat-alat
3 Identifikasi fsktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontra indikasi
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6 Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
8 Menanyakan keluhan utama klien
9 Jaga privasi klien
10 Memulai kegiatan dengan cara yang baik
11 Letakkan peralatan di samping tempat tidur klien
12 Tinggikan kepala tempat tidur dan rendahkan side rail yang
berada di dekat perawat
13 Dekatkan klien ke arah dimana perawat berada
14 Minta klien untuk membuka pakaian atas sampai ke
bokong, bantu bila perlu
15 Atur klien ke posisi prone/side lying dengan pungung
menghadap ke arah perawat
16 Tutup bagian tubuh yang lain dengan memakai selimut
17 Letakkan handuk di bawah punggung klien
18 Tuangkan lotion secukupnya ke tangan
19 Tuangkan lotion di punggung klien
20 Mulai massage dengan gerakan stroking/effleurage,
bergerak dari bokong menuju bahu dengan gerakan yang
kuat, kemudian dari dari bahu menuju bokong dengan
gerakan yang lebih ringan
21 Ubah gerakan dengan menggunakan gerakan yang sirkuler,
khusnya pada daerah sakrum dan pinggang
22 Ubah gerakan dengan gerakan kneading/petrissage,
dimulai dari bokong menuju bahu dan kembali menuju
bokong dengan gerakan stroking.
23 Ubah gerakan dengan tehnik friction, dimulai dari bokong
menuju bahu. Ubah gerakan menjadi gerakan
stroking/effleurage saat bergerak dari arah bahu menuju
bokong dan kemudian ulangi gerakan friction saat menuju
bahu
24 Ubahlah gerakan dengan gerakan tapotement, dimulai dari
bokong menuju bahu. Ubah gerakan menjadi gerakan
stroking/effleurage 7saat bergerak menuju bokong
25 Lengkapi dengan gerakan stroking/effleurage beberapa kali
26 Katakan pada klien bahwa anda akan mengakhiri
massagenya
27 Bersihkan sisa lubrikasi dari punggung klien dengan handuk
28 Bantu klien memakai bajunya kembali dan mencapai posisi
yang nyaman
29 Tinggikan side rail dan turunkan kepala tempat tidur
Terminasi
30 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
31 Simpulkan hasil kegiatan
32 Berikan umpan balik positif
33 Kontrak pertemuan selanjutnya
34 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
35 Bereskan alat-alat
36 Cuci tangan
Dokumentasi
37 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

Total

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN


TINDAKAN KEPERAWATAN

A. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
Perawat : Selamat pagi ibu, perkenalkan saya perawat Erni Day Ngana, ibu bisa
panggil saya perawat Erni , saya yang bertugas pada pagi ini. Kalau boleh tahu
nama ibu siapa?
Pasien : nama saya Irma sus
Perawat : iya ibu, nama yang bagus.

2. Evaluasi/validasi
Perawat: baiklah ibu, bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimna istirhat hari ini
ibu?
Pasien : istirhat cukup menenangkan sus tapi terasa nyeri di pungung saya sus.
Perawat : baik ibu, hari ini saya akan melakukan tindakan back massage atau rasa
nyaman
Pasien : iya baik sus

3. Kontrak topik, waktu dan tempat.


Perawat : baik ibu saya akan menyita waktu ibu kurang lebih 15 menit saja ibu?
Dimulai dari sekarang pukul 08.00- 08.15 wita ibu.
Pasien : Baik sus saya setuju

B. Fase kerja
Perawat : sebelumnya ada yang ingin di tanyakan sebelum dimulai ibu?
Pasien : Tidak ada sus
Perawat : baik ibu sekarang saya akan memulai tindakan, dimana pertama saya
akan meletakan alat dan mengubah posisi tidur ibu ke posisi tengkurap
Pasien : baik sus
Perawat : selanjutnya saya akan menutupi tubuh ibu menggunakan selimut
Pasien : baik sus
Perawat : kemudian saya akan menuangkan lation dengan gerakan menggosok
punggung ibu dari bokong hingga bahu ibu
Pasien : baik sus
Perawat : baik ibu saya akan mengakhiri tindakan messagge ibu, dan saya akan
membersihkan sisa lation dari punggung ibu dan kemudian saya akan membantu
ibu untuk memakai baju
Pasien : baik sus

C. Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan perawat.
Perawat : setelah saya melakukan tindakan bagaimana perasaan ibu sekarang?
Pasien : sudah sedikit lebih nyaman sus.
Perawat : baik ibu trimakasih atas kerjasamanya sehingga proses tindakan back
massage atau rasa nyaman berjalan dengan baik
Pasien : sama sama sus
Perawat : baik ibu jika nanti ibu merasa nyeri bisa meminta keluarga ibu untuk
mengulangi kegiatan seperti tadi ibu
Pasien : baik sus
Perawat : sebelum saya tinggalkan mungkin ada yang ingin ibu tanyakan?
Pasien : tidak ada lagi sus
Perawat : baik ibu saya izin meninggalkan ruangan

STRATEGI PELAKSANAAN TERAPEUTIK

A.   Proses keperawatan

B.   Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Fase Orientasi

1. Salam Terapeutik
Om Swastyastu selamat pagi? Perkenalkan nama saya Erni Day Ngana, saya mahasiswa
dari STIKES Advaita Tabanan, di sini saya akan melakukan penyuluhan kepada Bapak
dan Ibu.
2. Evaluasi
Bagaimana perasaan bapak dan ibu ? Apakah baik-baik saja atau ada keluhan hari ini ?
3. Kontrak
a. Topik
Baiklah Bapak dan Ibu, maksud kedatangan saya kesini adalah untuk memberikan
tindakan back massage atau rasa nyaman
b. Waktu
Saya akan melakukan tindakan ini sekitar 1x20 menit.
c. Tempat
Dalam tindakan ini kita lakukan di sini ya di rumah Bapak dan Ibu.

C.   Fase Kerja

Baiklah Bapak dan Ibu langsung kita mulai saja tindakan ini

D.    Fase Terminasi

1. Evaluasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu saat ini setelah saya memberikan tindakan back
massage atau rasa nyaman
b. Evaluasi objektif
Apakah ibu/bapak bersedia jika nanti salah satu keleuarga ibu melakukan tindakan
tersebut?
2. Terminasi Akhir

Baiklah Bapak dan Ibu, sekian tindakan dari saya mudah-mudahan nyeri ibu
berkurang

Om Santih, Santih, Santih Om.


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ADVAITA MEDIKA TABANAN
SK. MENDIKNAS NO : 110/D/O/2009
Sekretariat : Jl. Perkutut No. 25 Pasekan Belodan Tabanan
Website : http//www.advaitamedika.ac.id
Telp. : (0361)814242, Email : stikes_ameta@yahoo.co.id

LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui Tabanan,
Pembimbing clinical Teacher mahasiswa

(Ns. Ni Made Sintha Pratiwi, S.Kep., M.Kep) (Erni Day


Ngana)
NIK. 090803.0.059 NIM.
20121110011

Anda mungkin juga menyukai