Disusun oleh:
Erni Day Ngana (20121110011)
A. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Hipertensi didefinisikan oleh Joint
National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
(Luckman Sorensen,1996).
B. Klasifikasi
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik
91-94 mmHg.
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
1. Diastolik
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina),
ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target
akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang
progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu
menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan
dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai
hari).
C. Etiologi
a. Geneti : Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas : Terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b) Hipertensi Sekunder
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
· Ciri perseorangan
1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
5) Kebiasaan hidup
6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
8) Kegemukan atau makan berlebihan
9) Stress
10) Merokok
11) Minum alcohol
12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid
D. Faktor Resiko
2. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
4. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti
merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.
8. Kegemukan
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smelttzer, 2014).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi ( Price)
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal,
maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen.
Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi
pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan
menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah,
epistaksis, kesadaran menurun.
I. Pemeriksaan Penunjang
J. Komplikasi
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya
3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
g. Edukasi Psikologis
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan
( Penyuluhan )
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain.
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah
atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan
lebih dahulu. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita.
Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi.
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah.
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari.
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi.
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat
untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal.
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin.
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.
B. KONSEP DASAR MASSAGE
A. Pengertian Massage(Pijat)
Pijat punggung adalah tipe massage pada punggung yang terdiri dari usapan panjang,
lambat, dan meluncur (Setiawan & Prasetyo, 2014). Massage adalah teknik manipulasi jaringan
lunak melalui tekanan dan peregangan yang dilakukan secara ritmis dan dapat dilakukan pada
seluruh tubuh maupun pada bagian tertentu (Wahyuni, 2014). Massage adalah melakukan
tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan
gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi atau
memperbaiki sirkulasi (Mander,2004).Massage adalah pengurutan dan pemijatan yang
menstimulasi sirkulasi darah serta metabolisme dalam jaringan (Kusyati, 2006).
Tehnik ini meliputi: tehnik hacking, clapping, beating, pounding, dan vibration. Tehnik ini
secara spesifik lebih banyak digunakan untuk kegiatan olahraga.
1) Hacking
Manipulasi ini dilakukan dengan cara lengan diabduksikan dengan siku yang lebih
dibengkokan. Tehnik ini bertujuan untuk menstimulasi aliran arah lokal dan menstimulasi
otot.
2) Clapping
Dilakukan dengan cara tangan dibuat melengkung tetapi tidak rapat dan daerah yang
diterapi hanya terkena telapak tangan dan jari-jari, sedangkan pergelangan tangan
melakukan gerakan fleksi dan ekstensi.
3. Tehnik friction
Friction (menggerus), yaitu gerakan menggerus yang arahnya naik dan turun secara
bebas. Friction menggunakan ujung jari atau dengan ibu jari dengan cara menggeruskan
secara melingkar seperti spiral pada bagian otot tertentu. Tujuannya adalah membantu
menghancurkan myogeloasis, yaitu timbunan sisa-sisa pembakaran energi (asam laktat) yang
terdapat pada otot yang menyebabkan pengerasan pada otot (Wahyuni, 2014).
Manfaat pijat seperti yang dikutip dari allwornestalk, adalah sebagai berikut:
1. Pijat mempengaruhi jaringan tubuh untuk memperluas kapiler dan kapiler cadangan,
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan dan organ, meningkatkan
proses reduksi oksidasi,memfasilitasi jantung dan berkontribusi terhadap redistribusi darah
dalam tubuh.
2. Pijat juga memberikan sedikit jumlah peningkatan trombosit, leukosit, eritrosit dan
hemoglobin tanpa menganggu keseimbangan asam basa.
3. Jika dilakukan secara tepat, pijat dapat mempengaruhi sistem saraf perifer, meningkatkan
rangsangan dan konduksi implus saraf, melemahkan dan menghentikan rasa sakit dengan
mempercepat proses pemulihan saraf yang cedera.
4. Pijat mempercepat aliran getah bening yang meningkatkan gizi jaringan, mengurangi statis
pada sendi serta organ dan jaringan lain.
5. Pijat memiliki efek fisiologis yang beragam terhadap kulit dan fungsinya,
sepertimembersihkan saluran keringat, kelenjar sebaceous, meningkatkan fungsi sekresi,
eksresi dan pernapasan kulit.
6. Pijat bisa membuat otot menjadi fleksibel, meningkatkan fungsi kontraktil yang mempercepat
keluarnya metabolit yang merupakan hasil dari metabolisme.
7. Pijat membantu mengeluarkan cairan yang terdapat didalam otot-otot dan memulihkan
keadaan normalnya.
8. Pijat membantu memperbaiki sirkulasi dan menurunan tekanan darah. Karena sirkulasi
membaik, maka organ-organ yang ada dalam tubuh akan berfungsi dan bekerja lebih baik
(Padila, 2013).
Efek yang ditimbulkan dari pemberian slow stroke back massage adalah dapat membantu
aliran vena balik dan menghilangkan produk sampah yang terakumulasi didalam jaringan.
Massage yang diberikan dapat menstimulasi sirkulasi lokal dan mobilisasi jaringan lunak.
Manfaat psikologi yaitu berhubungan dengan timbal balik sentuhan dan proses relaksasi
(Basford, 2006). Dampak dari respon relaksasi yang ditimbulkanmemperpanjang serat otot,
mengurangi pengurangan impuls neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktifitas otak juga
sistem tubuh lainnya. Penurunan denyut jantung dan frekuensi pernapasan, tekanan darah, dan
konsumsi oksigen serta peningkatan aktivitas otak alpha dan suhu kulit perifer (Perry & Potter,
2010). Massagedapat meningkatkan rangsangan dan konduksi impuls saraf yang dapat
menurunkan aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis. Respon
yang ditimbulkan aktivitas parasimpatis adalah penurunan tekanan arteri melalui mekanisme
perlambatan jantung sehingga terjadi penurunan curah jantung dan vasodilatasi dengan
penurunan tonus simpatis sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
v Gejala :
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
v Tanda :
- Takipnea
2. Sirkulasi
v Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup,
penyakit serebrovaskuler
v Tanda :
- Kenaikan TD
- Ekstermitas
3. Integritas Ego
v Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
v Tanda :
- Gelisah
4. Eliminasi
v Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal).
5. Makanan / Cairan
v Gejala :
- Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
- Mual
- Muntah
v Tanda :
- Edema
- Kongesti vena
- Peningkatan JVP
- Glikosuria
6. Neurosensori
v Gejala :
- Episode kebas
- Episode epistaksis
v Tanda :
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optic
7. Nyeri/ketidaknyamanan
v Gejala :
- nyeri abdomen
8. Pernapasan
v Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
v Tanda :
- Sianosis
9. Keamanan
v Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
v Tanda : Episode parestesia unilateral transien
10. Pembelajaran / Penyuluhan
v Gejala :
C. Rencana Keperawatan
- -
Auryn, virzara. 2009. Mengenal dan Memahami Hipertensi. Jogjakarta : Kata Hati
Widyanto dan Triwibowo. 2013. Trend Disease (trend penyakit saat ini). Jakarta : CV. Trans
Info Media
Depkes. 2015. Stroke Pembunuh Nomor Satu di Indonesia. Jakarta: tersedia dalam
www.litbang.depkes.go.id/node/639).
Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F & Geissler, A.C. 2000. Rencana Asuhan
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2012. Handbook Health Student. Yogyakarta. Media Action
Publishing.
Nursalam. 2011. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep Dan Praktik. Jakarta: Salemba
Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. I
DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI DI RUANG
MELATI RS DHARMA KERTI
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Nama : Ny. I
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Usia : 40
Agama : Hindu
Genogram :
x x
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
x : Meninggal
: Pasien
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
C. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan :
v Inspeksi : pasien nampak sesak nafas,adanya pernafasan cuping hidung
v Palpasi : tekanan darah 180/90 mmhg
v Perkusi : suara dullnes pada jantung
v Auskultasi : terdengar suara jantung,terdengar suara crackles pada paru.
2. Sistem kardiovaskuler :
v Inspeksi: Kunjungtiva tidak pucat (ananemis)
v Palpasi: KGB tidak teraba
v Perkusi: tidak terjadi peningkatan JVP
v Auskultasi: bunyi jantung regular
3. Sistem pencernaan :
v Inspeksi: bibir simetris
v Palpasi: abdomen datar tidak teraba
v Perkusi: reflek kunyah membaik
v Auskultasi: pada anus tidak terdapat keluahan
4. Sistem persyarafan :
a) Sistem Syaraf Krassnial
Nervus I : Penciuman baik ditandai dapat memrasakan bau minyak kayu
putih.
Nervus II : Penglihatan baik, ditandai dapat meliha disampingnya dengan
lirikan.
Nervus III : Klien dapat mengangkat kelopak mata ke atas.
Nervus IV : Klien dapat menggerakkan mata ke atas dan ke bawah.
Nervus V : Klien dapat mengunyah dengan baik.
Nervus VI : Klien dapat menggerakkan mata kanan dan kiri mengikuti jari
telunjuk perawat.
Nervus VII : Fungsi pengecapan baik, ditandai dengan klien mengatakan tidak
ada keluhan pada waktu makan dan
napsu makan baik. Klien dapat tersenyum.
Nervus VIII : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dengan perawat dan
lingkungannya.
Nervus IX : Klien dapat menelan dengan baik.
Nervus X : Fungsi menelan baik, pada saat diinstruksikan mengatakan “
aaa.aaa “ uvula terangkat dan tetap berada di median.
Nervus XI : Gerakan kepala dan bahu terganggu karena nyeri di kepala.
Nervus XII : Klien dapat menggerakkan lidahnya (terkontrol).
b) Sistem Motorik
Fungsi tubuh klien tegak, tonus otot mulai lemah
c) Sistem Motorik
Klien mampu berespon terhadap rangsangan dapat mengidentifikasi benda dan pantulan
d) Sistem Serbral
Klien tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi, komunikasi klien dengan
menggunakan bahasa verbal
e) Reflek – Reflek
v Reflek Patela : Baik
v Reflek Trisep : Baik
v Reflek Babinski : Baik
v Reflek Pupil : Baik
5. Sistem Endokrin :
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid. Klien mempunyai riwayat Hipertensi
6. Sistem Muskuloskeletal :
Kekuatan otot klien penuh : tidak terdapat adanya oedema.
7. Sistem integumen dan imunitas :
Akral hangat, suhu 36,5C,kulit kering terutama di ekstremitras bawah, terdapat beberapa
bekas luka-luka kecil dan kulit berwarna kecoklatan, rambut tampak kusam.
8. Sistem wicara dan THT :
Klien dapat bicara secara normal dan baik serta pendengaran nya sudah berkurang.
9. Sistem penglihatan : Penglihatan kabur kalau melihat jauh
D. Data Psikologis
Pola koping : koping klien dalam menghadapi penyakit baik dengan cara selalu
menceritakan masalah nya kepada keluarga dan bermusyawarahdengan
istri dan anak-anak nya.
Gaya komunikasi : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif.
E. Data sosial :
Klien dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
F. Data spiritual :
G. Data penunjang:
Glukosa sewaktu : 83mg/dl
Kolesterol : 180 mg/dL
Rencana pengobatan :Diet rendah garam, lemak, amlodipin 5mg, ibuproven 400 mg
H. Analisis data
Fungsi perawatan kesehatan keluarga
Kemampuan keluarga mengenal masalah
Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi
Keluarga Ny.I mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih
Keluarga Ny. I mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin.
Hasil pengkajian :
1. Ny. I dan keluarga kurang dapat mengingat
2. Keluarga Ny. I tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya mengenai penyakit
hipertensi.
I. ANALISIS DATA
DO : Ny. I
P : aktifitas berlebihan
Q : seperti di tusuk-tusuk
S:5
T : Setelah beraktifitas
Kurangnya
pengetahuan
penyakit
I. Diagnosa Keperawatan
K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
T : Setelah beraktifitas
S:4
T : Setelah beraktifitas
Total
A. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
Perawat : Selamat pagi ibu, perkenalkan saya perawat Erni Day Ngana, ibu bisa
panggil saya perawat Erni , saya yang bertugas pada pagi ini. Kalau boleh tahu
nama ibu siapa?
Pasien : nama saya Irma sus
Perawat : iya ibu, nama yang bagus.
2. Evaluasi/validasi
Perawat: baiklah ibu, bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimna istirhat hari ini
ibu?
Pasien : istirhat cukup menenangkan sus tapi terasa nyeri di pungung saya sus.
Perawat : baik ibu, hari ini saya akan melakukan tindakan back massage atau rasa
nyaman
Pasien : iya baik sus
B. Fase kerja
Perawat : sebelumnya ada yang ingin di tanyakan sebelum dimulai ibu?
Pasien : Tidak ada sus
Perawat : baik ibu sekarang saya akan memulai tindakan, dimana pertama saya
akan meletakan alat dan mengubah posisi tidur ibu ke posisi tengkurap
Pasien : baik sus
Perawat : selanjutnya saya akan menutupi tubuh ibu menggunakan selimut
Pasien : baik sus
Perawat : kemudian saya akan menuangkan lation dengan gerakan menggosok
punggung ibu dari bokong hingga bahu ibu
Pasien : baik sus
Perawat : baik ibu saya akan mengakhiri tindakan messagge ibu, dan saya akan
membersihkan sisa lation dari punggung ibu dan kemudian saya akan membantu
ibu untuk memakai baju
Pasien : baik sus
C. Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan perawat.
Perawat : setelah saya melakukan tindakan bagaimana perasaan ibu sekarang?
Pasien : sudah sedikit lebih nyaman sus.
Perawat : baik ibu trimakasih atas kerjasamanya sehingga proses tindakan back
massage atau rasa nyaman berjalan dengan baik
Pasien : sama sama sus
Perawat : baik ibu jika nanti ibu merasa nyeri bisa meminta keluarga ibu untuk
mengulangi kegiatan seperti tadi ibu
Pasien : baik sus
Perawat : sebelum saya tinggalkan mungkin ada yang ingin ibu tanyakan?
Pasien : tidak ada lagi sus
Perawat : baik ibu saya izin meninggalkan ruangan
A. Proses keperawatan
Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
Om Swastyastu selamat pagi? Perkenalkan nama saya Erni Day Ngana, saya mahasiswa
dari STIKES Advaita Tabanan, di sini saya akan melakukan penyuluhan kepada Bapak
dan Ibu.
2. Evaluasi
Bagaimana perasaan bapak dan ibu ? Apakah baik-baik saja atau ada keluhan hari ini ?
3. Kontrak
a. Topik
Baiklah Bapak dan Ibu, maksud kedatangan saya kesini adalah untuk memberikan
tindakan back massage atau rasa nyaman
b. Waktu
Saya akan melakukan tindakan ini sekitar 1x20 menit.
c. Tempat
Dalam tindakan ini kita lakukan di sini ya di rumah Bapak dan Ibu.
C. Fase Kerja
Baiklah Bapak dan Ibu langsung kita mulai saja tindakan ini
D. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu saat ini setelah saya memberikan tindakan back
massage atau rasa nyaman
b. Evaluasi objektif
Apakah ibu/bapak bersedia jika nanti salah satu keleuarga ibu melakukan tindakan
tersebut?
2. Terminasi Akhir
Baiklah Bapak dan Ibu, sekian tindakan dari saya mudah-mudahan nyeri ibu
berkurang
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui Tabanan,
Pembimbing clinical Teacher mahasiswa