Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

“Laporan Pendahuluan Hipertensi”

Dosen Pengampu :
Ns. Fatimah, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. Kom
Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Aldi Syahputra (1032191003)
Alfigo Florianus PT (1032101005)
Dhea Dela Pratiwi (1032191012)
Mega Laras Ningrum (1032191039)
Miftakhul Nurjanah (1032191031)
Windy Lestari (1032191049)
Zuhriyana Nilam Sari (1032191051)
Riska Alya Alawiyah (1032191054)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MH THAMRIN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2022
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Pasien Hipertensi

1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagai
besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi esenial).
Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembukuh darah dari tepi dan
peningkatan volume aliran darah.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistoliik 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. Penderita
hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas normal,
dimana tekanan darah normal sebesar 110/90 mmHg. Teknan darah
dipengaruhi oleh curah jantung, tekanan perifer pada pembuluh darah dan
volume atau isi darah yang bersirkulasi. Hipertensi dapat menyebabkan
komplikasi seperti penyakit jantung koroner, left ventricle hypertrophy dan
stroke yang merupakan pembawa kematian tertinggi.
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup berbahaya
di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama yang
mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal
jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit
jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia
(WHO, 2018).
2. Klasifikasi
1) Klasifikasi menurut Joint National Commite 8.
2) Klasifikasi menurut WHO

3) Klasifikasi berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler


Indonesia
Klasi
fikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan primer.
Hipertensi sekunder meruupakan jenis yang penyebab spesifikasinya dapat
diketahui. (Sustranidan Alam, 2004).

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi


benigna dan hipertensi maligna. Hipertenso baligna aadalah keadaan hipertensi
yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita di
cek up. Hipertensi maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan
biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan akibat komplikasi
organ seperti otak, jantung dan ginjal (Azam, 2005).

3. Etiologi
berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1) Hipertensi primer ( Esensial)
Disebut juga hipertensi idapotik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis renin. Angiptensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.
Fakroe-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol,
dan polisitemia
2) Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu : penggunaan esterogen, penyakit ginjal sindrom
chusing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
a. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
- Hupertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
- Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
b. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
- Elastisitas dinding aorta menurun
- Katup jantung menbal dan menjadi kaku
- Kemampuan jantung memompa menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan turunnya kontraksi dan volume
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
- Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi 2 :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering kali dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan, dalam kenyataan ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasienn yang mencari
pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
- Mengeluh sakit kepala
- Lemas
- Kelelahan
- Sesak nafas
- Gelisah
- Mual
- Muntah
- Epitakis
- Telinga berdering
- Dunia terasa berputar
- Rasa berat di tengkuk
- Sukar tidur
- Cepat marah
- Mata berkunang-kunang dan pusing
5. Patofisiologi

6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengidikasikan faktor resiko seperti :
hipovolemik, anemia
2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
4) Urinalisasi : darah, protesin, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM
a. CTS scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
b. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
c. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu
ginjal, perbaikan ginjal
d. Foto dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katub,
pembesaran jantung

7. Penatalaksaan
1) Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
motalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg
2) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi dengan obat : terapi dengan obat bisa menggunakan
amlodpine, karena amlodipine obat calsium channel clockres untuk
menurunkan tekanan darah tinggi. Amlodipine bekerja melebar
pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah. Obat ini
dapat digunakan sebagai mandiri. Menurunkan tekanan darah tinggi
membantu mencegah stroke, serangan jantung dan masalah ginjal
b. Terapi tanpa obat : terapi tanpa obat digunkan sebgai tindkan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat, tetapi tanpa obat ini meliputi : diet destriksi garam secara
moderat dari 10 gr/hari menjadi diet rendah 5gr/hari. kolesterol dan
rendah asam lemak jenuh
c. Berhenti merokok
d. Latihan fisik/ olahraga
8. Masalah yang sering muncul
1) Penurunan penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vaskontriksi, hipertropi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokrad
2) Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
3) Intolerasi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
4) Ketidakefektifan koping
5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6) Resiko cedera
7) Defisit pengetahuan
8) Ansientas
9. Faktor Resiko Hipertensi
faktor resiko terjadinya hipertensi terdiri dari faktor yang dapat di modifikasi
dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. riwayat keluarga/keturunan
jika seseorang yang memiliki riwayat hipertensi di dalam keluarga, maka
kecenderungan menderita hipertensi juga lebih besar dibandingkan dengan
keluarga yang tidak memiliki hipertensi. (Siyad, 2011)
b. jenis kelamin
angka jejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki (5-47%)
daripada wanita (7-38%).
c. Umur

Insiden hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur. Sebanyak 50-600%


dari penderita hipertensi berusia 60 tahun. Memiliki tekanan darah >140/90
mmHg. Pada kelompok usia >70 tahun berpotensi 2,97 kai terjadinya hipertensi.
Tingginya hipertensi pada lanjut usia disebabkan oleh perubahan struktur pada
pembuluh dasar besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dibandingkan
pembuluh darah menjadi kaku sehingga menimbulkan tekanan darah sistolik.

2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi


a. Diet
Modifikasi diet dapat dilakukan dengan mengatur pola makan. Angka
kejadian hipertensi hipertensi lebih banyak terjadii pada pasien yang
memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak dan garam secara berlebihan.
b. Obesitas
Obesitas dapat menimbulkan resiko penyakit kardio vaskular. Dari
berbagai penelitian bahwa peningkatan tekanan berat badan dapat
meningkatkan tekanan darah. Hal ini karena terjadi sumbatan di pembuluh
darah yang diakibatkan oleh penumpukan lemak dalam tubuh.
c. Kurangnya aktivitas fisik/olahraga
Aktivitas fisik dikaitkan dengan pengelolaan pasien hipertensi. Pada
individu dengan hipertensi dengan melakukan olahraga aerobik seperti
jalan kaki dengan teratur, joging, bersepeda akan menurunkan tekanan
darah.
d. Merokok dan mengonsumsi alkohol
Merokok merupakan faktor resiko penyebab kematian yang dilakukan oleh
penyakit jantung, kanker, stroke dan penyakit paru.
e. Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi adalah karena adanya aktivitas
syaraf simpatif yang dapat meingkatkan tekanan darah. Individu yang
sering mengalami stress, akan cenderung lebih mudah terkena hipertensi
sehigga stress merupakan salah satu faktor resiko pencetus.

Sumber:

Ebook hipertensi, 2022.

Ebook hipertensi, 2021.

Ebook self management hipertensi, 2021.

Anda mungkin juga menyukai