Anda di halaman 1dari 33

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G bailon dan Aracelis Maglaya 1989).
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
a) Unit terkecil masyarakat
b) Terdiri dari dua orang atau lebih
c) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d) Hidup dalam satu rumah tangga
e) Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f) Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga
g) Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h) Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Tipe keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami atau istri

4. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lngkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat perkembangannya baik fisik,
mental, social dan spiritual

5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih saying dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk memnuhi kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang
misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilkinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

6. Ciri – Ciri Keluarga


a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam suatu rumah.

7. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus,
melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat
dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak,
karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orangtuanya. Dan
kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan
teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana
yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh
lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-
norma agama, norma-norma social budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-
tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yan paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas
diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orangtua
sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengerti antara kedua orangtua dengan anak perlu
dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap
selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang
sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri
berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat menerima
kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orangtua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia yang fana ini.

8. Tugas – Tugas Keluarga


Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

9. Tugas –Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai
tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman
(1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan,
yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

10. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah
keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut
:
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit keturunan
b. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil :
1) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun)
2) Menderita kekurangan gizi/anemia, hipertensi
3) Primipara atau multipara
4) Riwayat persalinan dengan komplikasi
c. Keluarga dimana anak manjadi risiko tinggi, karena :
1) Lahir premature/BBLR
2) Berat badan sukar naik
3) Lahir dengan cacat bawaan
4) ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga
1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga sehingga sering timbul cekcok dan
ketegangan
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit
Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai, atau lari meninggalkan keluarga.
B. Konsep Dasar Penyakit Asma
1. Pengertian
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The American
Thoracic Society ).

2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik
seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.

3. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
• Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
• Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan, logam dan jam tangan
• Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
• Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
• Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
• Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

4. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini
terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E
orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik
dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran
napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama
ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi
paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.
5. Pathway
Alergen aktifitas>> lingkungan polusi debu bulu binatang cuaca

Asma

Jalan udara dalam paru meradang

Jalan nafas menyempit

Aliran udara <

Sesak bunyi nafas wheezing batuk cemas


Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asma
Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan pada
anggota keluarga yang menderita penyakit asma
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat tentang cara
pencegahan serangan asma
Ketidakmampuan keluarga mengenal resiko tinggi terjadinya serangan ulang
Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Ketidakmampuan keluarga dalam melakukan perawatan klien

6. Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala
klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian
penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai
bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak,
antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan
pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

7. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
 Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
 Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
 Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
 Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.

8. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat
dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
 perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle
branch block).
 Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari
20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
9. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas

10. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma,
baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti
tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisiotherapy
 Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
 Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin) Nama obat : - Orsiprenalin (Alupent) -
Fenoterol (berotec) - Terbutalin (bricasma) Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia
dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered
dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan
Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin)
yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk
selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian :
Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan
perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk
tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga
dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah
atau lambungnya kering).
 Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak- anak. Kromalin biasanya diberikan
bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu
bulan.
 Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan
dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian data dasar
Dalam pengkajian keluarga menurut Friedman (2010), terdiri dari : Data identitas, riwayat
dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress
dan koping keluarga, harapan keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Skala Prioritas Asma
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asma sehubungan dengan kurangnya informasi
masalah pengertian, penyebab, tanda dan gejala asma.
b. Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan
perawatan dan tindakan yang tepat berhubungan dengan dampak penyakit asma yang tidak
diatasi.
c. Ketidakmampuan keluarga dalam melakukan perawatan klien dengan asma, berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga tentang cara perawatan penyakit asma.
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan pada
anggota keluarga yang menderita penyakit asma berhubungan dengan ketidak tahuan
keluaraga tentang pengaruh lingkungan terhadap peningkatan kesehatan pada klien.
e. Ketidakmampuan keluarga mengenal resiko tinggi terjadinya serangan ulang karena tidak
tahu faktor pencetus asma.
f. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat tentang cara
pencegahan serangan asma.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan / keperawatan yang telah
diidentifikasikan (Effendy, 1995).
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma meliputi kegiatan yang
bertujuan:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan.
1) Tujuan: Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Asma
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma, faktor pencetus, tanda dan gejala,
serta penanganannya.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan
c) Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
1) Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya masalah
b) Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang tepat
c) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pemilihan tindakan
yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
1) Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang mengalami
asma
2) Intervensi:
a) Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma
b) Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
c) Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat
d) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan
e) Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
keluarga
1) Tujuan: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang proses
penyembuhan dan pencegahan asma.
2) Intervensi:
a) Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang berpengaruh untuk menunjang proses
penyembuhan asma
b) Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan lingkungan yang dapat menunjang
proses pencegahan dan penyembuhan penyakit asma.
c) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungannya.
1) Tujuan: Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakit
asma
2) Intervensi
Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada untuk pemeriksaan dan
pengobatan Asma

DAFTAR PUSTAKA

Firshein, Richard N. 2006. Memulihkan Asma: Cara Menghentikan Gangguan Asma Secara
Menyeluruh. Alihbahasakan Ali Akbar. Yogyakarta: Indeks.

Friedman, M. Marilyn. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi
ke-5. Jakarta: EGC.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gagguan Sistem
pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda. 2012. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan NANDA Nort American Nursing
Diagnosis Association NIC-NOC. Yogyakarta : Media Hardy

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem pernapasan.
Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika.
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G bailon dan Aracelis Maglaya 1989).
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
a) Unit terkecil masyarakat
b) Terdiri dari dua orang atau lebih
c) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d) Hidup dalam satu rumah tangga
e) Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f) Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga
g) Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h) Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Type keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami atau istri
4. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lngkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat perkembangannya baik fisik,
mental, social dan spiritual
5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih saying dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk memnuhi kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang
misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku
anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilkinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
6. Ciri – Ciri Keluarga
a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam suatu rumah.
7. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus,
melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat
dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak,
karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orangtuanya. Dan
kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul
dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui
mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap
pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan,
norma-norma agama, norma-norma social budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-
tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yan paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari
identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengerti antara kedua orangtua dengan
anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka
tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang
sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami
istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat menerima
kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orangtua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia yang fana ini.
8. Tugas – Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
9. Tugas –Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
Freeman (1981) membagi5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan,
yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
10. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah
keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut :
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit keturunan
b. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil :
1) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun)
2) Menderita kekurangan gizi/anemia, hipertensi
3) Primipara atau multipara
4) Riwayat persalinan dengan komplikasi
c. Keluarga dimana anak manjadi risiko tinggi, karena :
1) Lahir premature/BBLR
2) Berat badan sukar naik
3) Lahir dengan cacat bawaan
4) ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga
1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga sehingga sering timbul cekcok dan
ketegangan
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit
Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai, atau lari meninggalkan keluarga.
B. Konsep Dasar Penyakit Asma
1. Pengertian Asma
Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru meradang hingga lebih
sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang menyebabkan jalan udara menyempit hingga
aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengikik (Professor
Jon Ayres, 2003).
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan napas, inflamasi
jalan napas dan jalan napas yang hiperresponsif atau spasme otot polos bronchial.
(Cecily,2002)
Sistem pernafasan meliputi :
a. Rongga hidung : yang menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara inspirasi.
b. Laring (Adam’s apple atau jakun) : yang berperan untuk pembentukan suara dan untuk
melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan karena ini dapat
menyebabkan batuk bila terangsang.
c. Trakea yang bercabang menjadi dua bronkus
d. Saluran utama bronkus
Merupakan percabangan trakea bercabang menjadi bagian kanan dan kiri. Panjang kira-kra
5cm, diameter 11-13 mm. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea. Bronkus
bercabang-cabang menjadi bronkeolus. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan.
Bronkiolus berakhir pada kantung udara (alveolus).
e. Alveolus
Terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil terdiri atas selapis sel epitel pipih
dan banyak bermuara kapiler darah yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas.
f. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut. Pada waktu bernafas oksigen masuk melalui trakea dan pada pipa
bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonalis.
Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah
merah dan dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-
paru, karbondioksida merupakan hasil buang metabolisme, menembus membran alveoli, dari
kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui membran pipa bronkhial dan trakea, dikeluar
melalui hidung dan mulut.
g. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner :
1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara
luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah.
Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler, CO2 lebih mudah berdifusi
dari pada O2. (Pearce, Ec, 2000).

2. Klasifikasi Derajat Asma


Tabel 2.1
Klasifikasi Derajat Asma
Derajat Asma Gejala Gejala Malam
1. Gejala < 1x/minggu
2. Tanpa gejala di luar serangan
INTERMITEN
3. Serangan singkat ≤ 2 kali sebulan
Mingguan
4. Fungsi paru asimtomatik dan
normal luar serangan
1. Gejala > 1x/minggu tapi <
PERSISTEN RINGAN 1x/hari
Mingguan 2. Serangan dapat mengganggu >2 kali seminggu
aktivitas dan tidur
1. Gejala harian
2. Menggunakan obat setiap
hari
PERSISTEN SEDANG
3. Serangan mengganggu >sekali seminggu
Harian
aktivitas dan tidur
4. Serangan 2x/minggu, bisa
berhari-hari
PERSISTEN BERAT 1. Gejala terus-menerus Sering
Kontinu 2. Aktivitas fisik terbatas

3. Etiologi Asma
Ada beberapa faktor predisposisi dan predispetasi timbulnya serangan asma bronchial
yang dapat digolongkan pada 2 faktor terdiri dari :.
a. Faktor predisposisi, meliputi :
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penularannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena ada bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronchial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersensitifitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Predispetasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut
Ex : makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Ex : perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi timbulnya asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Selain
itu juga kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau, musim bunga, arah angina serbuk bunga serta debu.
3) Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum teratasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati
4) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, terkena bulu-bulu binatang industry tekstil, pabrik abses, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti
5) Olahraga / aktivitas jasmani yang berat
Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau olahraga yang berat, seperti lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma kerena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus.
Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun dengan pengobatan.
Gejala-gejala asma antara lain :
a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
b. Batuk produktif, sering terjadi pada malam hari
c. Napas atau dada seperti tertekan
d. Pasien menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas dan mungkin membungkuk ke
depan untuk bernafas dengan lebih baik.
e. Dispnea dengan ekspirasi memanjang
f. Cuping hidung melebar
g. Sianosis
h. Ansietas, iritabilitas sampai penurunan tingkat kesadaran.
Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam
hari.
Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya satu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu
jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas maka akan terjadi
serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan
emfisema.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergi
dan non-alergi
5. Patofisiologi
Pencetus serangan asma bermacam-macam., bisa dari alergen, emosi/stress,
keturunan. Pencetus serangan ini mempengaruhi munculnya antibodi dan antigen. Dengan
adanya alergi pula menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya, seperti
bradikinin, dan anafilatoxin. Pengeluaran zat-zat mediator ini menyebabkan 3 hal, yaitu
kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan sekresi mukus.
Peningkatan sekresi mukus ini mengakibatkan peningkatan produksi mukus dan menurunkan
nafsu makan sehingga ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Asma juga ditandai dengan kontraksi dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-
benda asing di udara. Selama serangan asmatik, bronkiolus menjadi meradang dan terjadi
peningkatan sekresi mucus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak,
kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distress pernafasan.
Orang yang mengalami asma akan mengalami kesulitan bernafas. Hal ini menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang
kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2 sehingga terjadi penurunan po2 (hipoksia).
Selama seranagan asmatik, Co2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama
ekspirasi dan menyebabkan asidosis respiratory. Kemudian system pernafasan akan
mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (takipnea).

6. Komplikasi
a. Status asmatikus
b. Pneumonia
c. Pneumothoraks
d. Emfisema kronik
e. Gagal nafas
f. Bronchitis
g. Fraktur iga
h. Kematian
7. Pencegahan
Diharapkan dengan mencegah dan mengendalikan faktor pencetus serangan asma makin
berkurang atau derajat asma semakin ringan. Pada dasarnya obat-obat anti asma dipakai
untuk mencegah dan mengendalikan gejala asma.
a. Pencegahan (controller) yaitu obat yang dipakai setiap hari, dengan tujuan agar gejala asma
persisten tetap terkendali.
b. Penghilang gejala (reliever) yaitu obat penghilang gejala yang dapat merelaksasi
bronkontruksi dan gejala-gejala yang menyertainya segera.
8. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah kekambuhan
b. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
c. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
d. Menghindari efek samping obat asma
e. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel
Strategi pengobatan pada asma bronchial terbagi 2, yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik :
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilata : obat yang dapat melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
1) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Adapun nama-nama obat yang termasuk golongan ini adalah : Orsiprenalin (alupent),
Fenoterol (Berotec) dan Terbutalin (bricasma). Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia
dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan adalah MDI
(Metered Dose Inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, Brivasma
serta Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat
halus) untuk selanjutnya dihirup.
2) Santin (teofilin), jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan ini adalah: Aminofilin
(Amicam supp) dan Teofilin (Amilix). Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan
efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : dalam bentuk injek digunakan obat
teofilin/aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikkan perlahan-lahan
langsung ke pembuluh darah dan ada juga obat yang diberikan peroral seperti tablet dan
sirupnya. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya berhati-
hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria ini digunakan jika
penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya
kering).

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang diajukan atau
dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai
tujuan melalui perawatan sebagai sarana/penyalur. (effendy1998:38)
Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting dalam upaya
menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik sebagai sasaran keluarga sendiri , sasaran
individu maupun sasaran kelompok bahkan sasaran yang lebih luas yaitu masyarakat.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama lainnya dan
bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari
tahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan
klien dan keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang
merupakan sistem yang berintegrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya.
Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber informasi dari anggota
keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga dan biasanya adalah ibu. Sedangkan
informasi tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dalam
keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang orangtua. Pengumpulan data
dapat dilakukan melalui cara :
a. Wawancara
Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial
budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya.
b. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah dianggap cukup
melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya
ventilasi, penerangan, keberhasilan dan sebagainya.
c. Studi Dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa, diantaranya melalui kartu
menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lain.
d. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya kehamilan dan tanda-tanda penyakit.
Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Data Umum
a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
b) Tipe keluarga
c) Suku bangsa dan agama
d) Status sosial ekonomi keluarga
e) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat kesehatan keluarga inti
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
b) Nilai dan norma keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
d) Struktur kekuatan keluarga
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status sosial
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :
(1) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa kesehatan
(2) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenal tindakan kesehatan
yang tepat
(3) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
(4) Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
(5) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat
f) Fungsi religius
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
i) Fungsi afeksi
6) Stress dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
d) Disfungsi strategi adaptasi
7) Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga meliputi pemeriksaan kebutuhan
dasar individu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu.
8) Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan
status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang
mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, nilai, norma, kultur yang dianut oleh
keluarga mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta berbagai alasan
dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang
kesehatan.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Yang termasuk didalamnya adalah :
1) Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa
2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan normal.
b. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) adalah masa keperawatan yang belum terjadi
tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila
tidak segera mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kemampuan kesehatannya dan mempunyai suumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
3. Prioritas Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan
pada beberapa criteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi:
1) Keadaan tidak atau kurang sehat
2) Ancaman kesehatan
3) Keadaan sejahtera
b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi
masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan:
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani masalah
2) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
3) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu
4) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan

c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan
dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan. Yang perlu
diperhatikan:
1) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
2) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
3) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal
beratnya dan diatasi melalui intervensi keperawatan, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga menilai masalah keluarga tersebut. Dalam menentukan prioritas
kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tabel Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
No. Kriteria Nilai Bobot
Sifat masalah 1
Skala : Ancaman kesehatan 2
1
Tidak atau kurang sehat 3
Krisis 1
Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2
Skala : dengan mudah 2
2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
Potensi masalah dapat dicegah tinggi 1
Skala : tinggi 3
3
Cukup 2
Rendah 1
Menonjolnya masalah 1
Skala : masalah berat harus ditangani 2
4
Masalah tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot
c) Jumlah skor untuk semua kriteria
d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
4. Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan
a. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena:
1) Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta
2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
3) Sifat dan falsafah hidup
b. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,
disebabkan karena:
1) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3) Keluarga tidak sanggup mememcahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya
sumber daya manusia.
4) Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga
5) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
6) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
7) Takut dari akibat tindakan
8) Sikap negative terhadap masalah kesehatan
9) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
10) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena:
1) Tidak mengetahui keadaan penyakit
2) Tidak mengetahui tentang perawatan yang dibutuhkan
3) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
4) Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam keluarga.
5) Konflik
6) Sikap dan pandangan hidup
d. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena:
1) Sumber keluarga tidak cukup
2) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara kebersihan rumah
3) Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan
4) Sikap dan pandangan hidup
5) Ketidak kompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan,
acuh terhadap yang mempunyai masalah
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan,
disebabkan karena:
1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
3) Kurang percaya pada petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
4) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
5) Rasa takut pada akibat dari tindakan
5. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan / keperawatan yang telah
diidentifikasikan (Effendy, 1995).
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma meliputi kegiatan yang
bertujuan:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan.
1) Tujuan: Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Asma
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma, faktor pencetus, tanda dan gejala,
serta penanganannya.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan
c) Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
1) Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya masalah
b) Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang tepat
c) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pemilihan tindakan
yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
1) Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang mengalami
asma
2) Intervensi:
a) Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma
b) Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
c) Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat
d) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan
e) Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
keluarga
1) Tujuan: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang proses
penyembuhan dan pencegahan asma.
2) Intervensi:
a) Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang berpengaruh untuk menunjang proses
penyembuhan asma
b) Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan lingkungan yang dapat menunjang
proses pencegahan dan penyembuhan penyakit asma.
c) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungannya.
1) Tujuan: Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakit
asma
2) Intervensi
Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada untuk pemeriksaan dan
pengobatan Asma
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun.
Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan
masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah :
a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
c. Tidak mau mengatasi situasi
d. Adat istiadat yang berlaku
e. Mempertahankan suatu pola tingkah laku
f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran
g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan
Faktor lain yang bersumber dari perawat:
a. Menggunakan pola pendekatan yang tidak tepat (kaku)
b. Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya
c. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga:
a. Sumber daya keluarga (keuangan) dan tingkat pendidikan keluarga
b. Adat istiadat yang berlaku
c. Respon dalam penerimaan keluarga
d. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

7. Evaluasi
Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dan kriteria yang
telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil
sebagian, perlu disusun rencana perawatan yang baru.
Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga penting
diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Asma diharapkan :
a. Keluarga mampu mengenal masalah Asma
b. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat
c. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang penyembuhan dan pencegahan
penyakit Asma
e. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
penatalaksanaan Asma

Anda mungkin juga menyukai