Anda di halaman 1dari 47

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN GERONTIK
Dosen Pengampuh : Hilda N.Kondoy K.KST,MPH

Di susun oleh:
Nama

: Fitri Wulandari

Nim

: 144011.01.14.660

Kelas

:VB

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY
JAYAPURA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas makalah
keperawatan Gerontik tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak , oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
saya selanjutnya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta saya berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin

Jayapura,04 November 2016

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi.
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan..
Bab II Laporan Pendahuluan
A. Konsep Dasar Gerontik
B. Masalah Yang Ditemukan
Bab III Asuhan Keperawatan
Format Pengkajian Asuhan Keperawatan
Bab IV Penutup
Kesimpulan.
Saran..
Daftar Pustaka..
Lampiran...

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hidup sehat, bugar, dan tetap aktif sekalipun di usia lanjut merupakan dambaan
banyak orang. Namun, seiting bertambahnya usia, fungsi organ tubuh pun berangsur
angsur menurun dan berakibat timbulnya berbagai macam penyakit. Masalah kesehatan
pada usia lanjut yang sering di temui dan perlu mendapat perhatian adalah penyakit
osteoporosis. Osteoporosis atau pengoroposan tulang memang rawan menyerang orang orang berusia di atas 40 tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di
amerika serikat pada orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki
laki terkena osteoporosis. Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan
sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di
negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1
diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80
tahun. Sekitar 80% persen klien penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita
muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon
estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko
terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria
juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga
osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik
414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun
2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta
seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman
osteoporosis di Indonesia adalah Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70
tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70
tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di
seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Mereka. Satu dari tiga perempuan
dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. Dua dari
lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Berdasarkan data

Depkes, jumlah klien osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara
dengan klien osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar gerontik
2. Bagaimana contoh kasus osteoforosis pada lansia?
3. Apakah yang dimasud dangan osteoporosis?
4. Apa penyebab osteoporosis?
5. Apa gejala yang ditimbulkan osteoporosis?
6. Bagaimana pengobatan osteoporosis?
7. Bagaimanakah pencegahannya?
3. Tujuan Penulisan
Mahasiswa/i dapat melakukan asuhan keperawatan lansia dengan Osteoporosis.

Tujuan Umum :
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa
dalam memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami defenisi, etiologi,
manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta asuhan
keperawatan dari Osteoporosis.

Tujuan Khusus :
1. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada lansia dengan
osteoporosis.
2. Mampu melakukan masalah keperawatan yang muncul pada lansia dengan
osteoporosis.
3. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan lansia dengan osteoporosis.
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada lansia dengan osteoporosis.
5. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah di lakukan
6. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.

7. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung,penghambat,serta dapat mencari


solusi.
8. Mampu mengdokumentasikan asuhan keperawatan lansia dengan osteoporosis.

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Gerontik Secara Umum
I.
Definisi
Gerontik (lanjut usia) adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari
(Azwar,2006)
Lanjut usia adalah suatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis.Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea,2005)
Menurut WHO dan UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan
tua.Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan Kamulatif,merupakan proses menurunnya daya ingat tahan
II.

III.

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.


Batasan-Batasan Karakteristik
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkirasan antara
60-65 tahun.Berikut beberapa pendapat tentang batasan-batasan umur lansia:
1. Menurut WHO
- Usia pertengahan (Middle Age) : 45-49 tahun
- Lanjut usia (Elderly)
: 60-74 tahun
- Lanjut usia tua (old)
: 75-90 tahun
- Usia sangat tua (very old )
: >90 tahun
2. Menurut Depkes (2011)
- Pra Lansia
: 45-49 tahun
- Lansia
: 60-69 tahun
- Lansia beresiko
: >70 tahun
Proses Menua (Aging Proses)
Menjadi tua atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia.Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai dari permulaan kehidupan.Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap
kehidupannya,yaitu neonates,toodler,pra sekolah,remaja,dewasa dan lansia.Tahap
berbeda dimulai baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua banyak yang mengalami kemunduran misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan
lemak,rambut memutih,pendengaran berkurang,penglihatan memburuk,gigi mulai

ompong,aktivitas menjadi lambat,nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain
juga mengalami kemunduran.
Proses penuaan terdiri dari teori-teori tentang penuaan,aspek biologis pada
proses penuaan,proses penuaan pada tingkat sel ,proses penuaan menurut system tubuh
dan aspek psikologis pada proses penuaan
IV.

V.

Teori-Teori Proses Penuaan


1. Teori Biologis
a. Teori Jam Genetik
Teori cross-Linkage (rantai silang)
Teori radikal bebas
Teori genetic
Teori immunologi
Teori strees-adaptasi
Teori wear dan tear (pemakaian dn rusak)
b. Teori Psikososial
Teori Integritas Ego
Teori Stabilitas Personal
c. Teori Sosiokultural
Teori pembebasan (disengagement)
Teori aktivitas
d. Teori Konsekuensi Fungsional usia lanjut
Teori konsekuensi fungsional usia lanjut
Tanpa intervensi
Perubahan-Perubahan Fisik/Biologis(Fisiologis)
A. Perubahan Fisiologis Pada Lansia Secara Umum
Secara umum,menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang
menetap
2. Rambut kepala mulai memutih dan beruban
3. Gigi mulai melepas (ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang
5. Mudah lelah dan jenuh
6. Mudah teserang penyakit
7. Nafsu makan menurun
8. Penciuman mulai berkurang
9. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
10. Pola tidur berubah
B. Perubaham Dan Konsentrasi Fisiologis Pada Lansia
1. Kardiovaskuler
Elastis dinding aorta menurun

Perubahan miokara : atrofi menurun


Lemak sub endoicard menurun
Katub-katub jantung mudah fibrosis dan klasifikasi (kaku)
Peningkatan jaringan ikat pada sa Node
Penurunan denyut jantung
Cardiac output menurun
Jaringan kolagen bertambah dan jaringan elastic berkurang
Penurunan elastic pada dinding vena
2. Sistem gastrointestinal
Terjadi atropi pada mukosa
Ukuran lambung pada lansia mengecil
Proses perubahan protein menjadi pepton terganggu
3. System respiratori
Hilangnya silia dan menurunnya reflek batuk
- Perubahan anatomis seperti penurunan komplian paru dan dinding
dada turut berperan dalam peningkatan kerja penasaran sekitar 20%
pada usia 60 tahun.
- Atrofi otot-otot pernapasan
- menjadi kurang elastic dan lebih berserabut
4. Musculoskeletal
- Penurunan kekuatan otot yang di sebabkan oleh penurunan massa
-

otot (atropi otot)


Ukuran otot mengecil dan terjadi penurunan massa otot
Sel otot yang mati di gantikan oleh jaringan ikat dan lemak
Kekuatan/jumlah daya yang di hasilkan oleh otot menurun
Kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40% antara

usia 30-80 tahun


5.System endokrin
Perubahan-perubahan yang di alami oleh dewasa lanjut atau lansia yang
produksi hormone hamper semua menurun fungsi parantiroid dan
ekresinya tak berubah, pertumbuhan hormone pituitary ada tetapi lebih
rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi
dari ACTH,TSH,FSH dan LH, Dll.
6.System integument
Perubahan pada system integumenyang terjadi pada dewasa lanjut yaitu
kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemaak, kulit kering dan kurang
keelastisannya karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan
adipose kelenjar-kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik,
sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperature yang
tinggi,kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya

aliran

darah

menurunnya

sel-sel

yang

memproduksi

pigmen,menurunnya aliran darah dalam kulit yang menyebabkan


penyembuhan luka-luka kurang baik,kuku pada jari tangan jari kaki
menjadi tebal dan rapuh dan temperature tubuh menurun akibat
kecepatan metabolism turun.
7.System neurologi
Perubahan perubahan yang terjadi pada system saraf pada dewasa
lanjut atau lansia yaitu berat otak menurun lambat dalam berespon
dalam

waktu

untuk

berfiki,berkurangnya

penglihatan,hilangnya

pendengaran,mengecilnya saraf penciuman dan perasa lebih sensitive


terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin,kurang sensitive terhadap sentuhan,cepatnya menurunkan
hubungan koordinasi tubuh dan membuat dewasa lanjut cepat pikun
dalam mengingat sesuatu.
8.System Genetourinari
Dengan bertambahnya usia,ginjal akan kurang efisien dalam
memindahkan kotoran dari saluran darah konsisi kronik seperti diabetes
atau hipertensi dan beberapa pengobatan dapat merusak ginjal.Dewasa
lanjut yang berusia 65 tahun akan mengalami kelemahan dalam control
kandung kemih.Inkontinensia dapat disebabkan oleh beragam masalah
kesehatan,seperti obesitas,konstipasi dan batu kronik.
Perubahan yang terjadi pada system perkemihan pada dewasa
lanjut yaitu otot-otot pengatur fungsi saluran kencing menjadi
lemah,frekuensi
mengompol

buang

dan

air

aliran

kecil

darah

meningkat,terkadang

akibatnya

kurang

terjadi

kemampuan

mengkonsentrasi urine
9.System sensori (panca indra)
Perubahan pada panca indra.karena proses penuaan (aging) sel telah
mengalami

perubahan

bentuk

maupun

komposisi

sel

tidak

normal.Maka secara otomatis fungsi indrapun akan mengalami


penurunan,Hal ini dapat dilihat secara berangsur-angsur mengalami
penurunan kemampuan pendengaran dan mata kurang sanggup melihat
secara

focus

obyek

yang

dekat

bahkan

ada

yang

menjadi

rabun,demikian juga indra pengecap,perasa,penciuman berkurang


VI.

sensitivitasnya.
Perubahan Fisik/Biologis Patologis
A. Sistem Kardiovaskuler
1.Hipertensi
2.Penyakit jantung koroner
3.Disritmia
4.Penyakit vaskuler perifer
5.Penyakit katub jantung
B. Sistem Respiratori
1.Pneumonia
2.Tuberculosis paru
3.Penyakit Paru Obstruktif Menahun
4.Karsinoma Paru
C. Sistem Gastrointestinal
1.Produksi saliva menurun
2.Fungsi lidah sebagai pelicin berkurang
3.Penurunan fungsi kelenjar pencernaan
4.Intoleransi terhadap makanan terutama lemak
5.Kadar selulosa menurun
6.Gangguan motilitas otot polos eshophagus atau refluks disease
7.Penyakit yang sering diderita : gastritis,ulkus peptikum
D. Sistem musculoskeletal
1.Penyakit Sendi Degeneratif (PSD)
2.Nyeri leher dan Punggung
3.Nyeri Bahu
4.Nyeri bokong
5.Nyeri pada kaki
6.Nyeri pada tungkai
E. Sistem Penginderaan
1.Lensa mata kehilangan elastisitas dan kaku,otot penyangga lensa lemah
dan kehilangan tonus
2.Ketajaman penglihatan berkurang
3.Perbiopi(old sight)
4.Gangguan pendengaran. Penyebabnya : sindrom miniere dengan gejala
fertigo, mual, muantah, telinga terasa penuh, tinnitus dan hilangnya
daya pendengarannya.
F. Sistem Integumen
1.Kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastic, kering dan berkerut.
2.Atrofi gelandula sebasea dan sudori fera
3.Perubahan jaringan lemak kolagen dan jaringan elastissitas
4.Timbulnya pigmen berwarna coklat pada kulit
G. Sistem Neurologi
1.Dizines

VII.

2.Sinkop
H. Sistem Geneto urinary
1.Tonuss otot pada vesika berkurang
2.Hipertropi prostat
I. Sistem Sensori
1.Mata atau penglihatan
- Penurunan kemampuan penglihatan
- ARMD ( AGP-Rilaed Macular Degeneration)
- Glaukoma
- Katarak
- Entropin dan ekstropin
2.Telinga ( pendengaran )
- Tuli persepsi sensoris
- Tinnitus
3.Pengecap dan pembau
- Kerusakan pengecap dan pembau
J. Sistem endokrin
- Osteoporosis
- Tampak lesu
- Kurang bergairah
Masalah-masalah psikososial yang lazim pada lansia
A. Peristiwa-peristiwa hidup yang dialami lansia
- Pensiun
- Pindah tempat tinggal
- Menjanda atau mendduda
- Identitas sering dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
- Sadar akan kematian teman dan keluarga
- Kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family
- Penyakit kronis dan ketidakmampuan
- Perubahan terhadap gambaran diri , konsep diri
- Kesepian
Masalah psikososial lansia menurut kontjoro (2002)
- Aspek sosial lansia
- Ketergantungan
- Gangguan konsep diri
1. gangguan alam perasaan : depresi
B. Usia dihubungkan dengan perubahan yang berdampak pada fungsi kognitif
Berikut beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia sebagai berikut :
1.Tipe kepribadian konstruktif (contruction personality)
2.Tipe kepribadian mandiri ( independen personality )
3.Tipe kepribadian tergantung (dependen personalty)
4.Tipe kepribadian bermusuhan ( hostility personalty)
5.Tipe kepribadian kritik diri ( self Hate personalty)

C. Konsekuensi fungsional dihubungkan dengan fungsi kognitif lansia , teori


tentang penuaan dan fungsi psikologis
Berikut beberapa factor yang dihadapi para lansia yang mempengaruhi

VIII.

kesehatan jiwa lansia sebagai berikut :


1.Penurunan kondisis fisik
2.Penurunan fungsi dan potensio seksual
3.Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
4.Perubahan peran sosial dalam masyarakat
5.Perubahan tingkat depresi
6.Perubahan stabilitas emosi
Karasteritik lansia
Menurut Budiana Keliat (1999),lansia memiliki karasteristik sebagai berikut :
1. Berusia lebih dari 60 tahun .
2. Kebutuhan dn masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial hingga spiritual serta dari kondisi adaptif hingga

IX.

X.

maladaptive
3. Lingkungan tempat tinggal yang berfariasi
Tipe lansia
Berikut beberapa tipe lansia menurut Nugroho (2000) antara lain :
1. Tipe aktif bijaksana
2. Tipe mandiri
3. Tipe tidak puas
4. Tipe pasrah
5. Tipe bingung
Tipe perkembangan lansia
Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2. Mempersiapkan diri untuk pension
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial / masyarakat secara
santai.

B. Masalah Yang Ditemukan


a. Nyeri
1. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang actual dan potensial.
2. Jenis Jenis Nyeri
a. Nyeri akut adalah awitan yang tiba-tiba atau lambat dari itensites ringan hingga berat
dengan akhir dan dapat diantisipasi atau prediksi dan berlangsung < 6 bulan.

b. Nyeri kronis adalah awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan itensites ringan hingga
berat. Terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau
prediksi dan berlangsung > 6 bulan.
3. Penyebab Nyeri
- Pengalaman masa lalu
- Ansietas
- Usia
- Efek obat-obat
4. Skala Nyeri
- 0
: Tidak nyeri
- 1,2,3, : Nyeri ringan
- 5,6
: Nyeri sedang
- 7,8,9 : Nyeri berat
- 10
: Nyeri sangat berat
5. Cara Mengatasi Nyeri
Kompres hangat : kompres hangat pada bagian yang sakit mampu merendahkan
ketegangan otot pada tulang belakang mandi air hangat juga dapat mengurangi

ketegangan otot.
Pijatan ringan : pijatan dapat meredahkan perdarahan darah kebagian yang
dipijat.Minta bantuan keluarga atau orang lain untuk membantu memijat secara

ringan pada bagian kaki dan belakang


Streching (peregangan) : stretching (peregangan) dapat membantu mengembalikan
elastisitas otot pada tulanh belakang dan bagian kaki,sehingga rasa sakit akan

berkurang,lakukan stretching dengan perlahan untuk menghindari terjadinya cedera.


Gerakan terapetik (gerakan ROM)
Setelah melakukan stretching lanjutkan dengan gerakan badan dan kaki.Gerakan
yang benar dapat mempercepat penyembuhan
Gerakan tangan dipinggang dan posisi tidur sim kanan dan sim kiri posisi kaki
diangkat dan diputar-putar dengan dua arah, dan dilakukan dengan benar dan

berulang-ulang.
Pada saat menuduk, gerakan kepala kesamping kanan kiri gerakan ini akan
merenggangkan otot belakang leher badan, gerakkan memutar kaki dari dalam keluar

dan lakukan gerakan tersebut dengan perlahan-lahan.


6. Pencegahan
a. Gunakan bantal dsn tempat tidur yang empuk dan lembut selain menghindar iritasi
pada belakang badan bantal yang empuk dan tempat tidur yang lembut dapat
membuat peredaran darah mejadi lancer.

b. Posisis tidur miring, pada saat akan tidur sebaiknya posisi ubuh miring dengan
menjaga agar tulang punggung dan tulang belakang kaki tetap berada dalam garis
lurus posisi tubuh bagian belakang tidak terlalu sim kanan dan sim kiri.
b. Intoleransi Aktivitas
1. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup .
2. Epidemologi/InsidenKasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan
untuk

mobilisasi

secara

mandiri.

Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi
terjadi gangguan mobilisasi adalah pada orang yang lanjut usia, post cedera dan post
trauma.
3. Etiologi
Kelainan Postur
Gangguan Perkembangan Otot
Kerusakan Sistem Saraf Pusat
Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
Kekakuan Otot
4. Faktor Predisposisi
Pengobatan
Terapi pembatasan gerak
Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
IMT diatas 75% sesuai dengan usia
Kerusakan sensori persepsi
Nyeri, tidak nyaman
Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
Depresi mood dan cemas
Keengganan untuk memulai gerak
Gaya hidup menetap, tidak fit
Malnutrisi umum dan spesifik
Kehilangan integrasi struktur tulang
Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur.
5. Patofisiologi
Kaki tidak mampu menopang berat badan
Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat

Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri


Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri
6. GejalaKlinis
"Tidak mampu bergerak secara mandiri
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran
b. Postur / bentuk tubuh
Skoliosis
Kiposis
Lordosis
Cara Berjalan
c. Ekstermitas
Kelemahan
Gangguan Sensori
Tonus otot
Atropi
Tremor
Gerakan tak terkendali
Kekuataan otot
Kemampuan jalan
Kemampuan duduk
Kemampuan berdiri
Nyeri sendi
Kekakuan sendi
8. PemeriksaanPenunjang
"Pemeriksaan kekekuatan otot (neuthopografi)
9. Therapi (tindakan penanganan)
Fisiotheraphy
Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan - miring kiri
10. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Tingkatan aktivitas sehari-hari
Pola Aktifitas sehari-hari
Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
b. Tingkat kelelahan
Aktivitas yang membuat lelah
Riwayat sesak nafas
c. Gangguan pergerakan
Penyebab gangguan pergerakan
Tanda dan gejala
Efek dari gangguan pergerakan
d. Pemeriksaan fisik

Tingkat kesadaran
Postur bentuk tubuh
Ektermitas

Daftar Pustaka
http://www.kajian pustaka.com/2013/07/pengertian klasifikasi factor-faktor html.

BAB III
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama
: Ny. M
Umur
: 65 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: menikah
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Tidak ada
Alamat
: Arjowinangun RT 03/ RW 03, Malang
Tanggal pengkajian
: 27 Desember 2010
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
a. Pekerjaan saat ini
: tidak bekerja
b. Pekerjaan sebelumnya : tidak bekerja
c. Sumber pendapatan
: suami
d. Kecukupan pendapatan: cukup
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Dahulu klien pernah dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan, dan klien mengalami
fraktur ulna kiri.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Di keluarga klien tidak ada yang menderita osteoporosis.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri pada ulna kiri akibat fraktur, dan sulit untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
4. Pola fungsional
a. Biologis
Pola makan
Klien hanya menghabiskan porsi dari makanan yang tersedia.
Pola minum
Klien setiap harinya hanya menghabiskan 4-5 gelas air putih setiap harinya.
Pola tidur
Pada malam hari klien sulit untuk tidur dan gelisah, dan siangnya mengeluh nyeri

dan sulit untuk beraktivitas.


Pola eliminasi
Klien mengalami kesulitan dalam BAB, kadang-kadang BAB bisa 2 hari sekali
dengan konsistensinya agak keras, darah tidak ada, lendir tidak ada, klien juga

mengalami kesulitan dalam BAK, frekuensinya 3-5 x sehari.


Aktivitas sehari-hari
Klien lebih sering berdiam diri di dalam kamar karena sering merasa nyeri pada ulna

kiri
Rekreasi
Selama di panti klien tidak pernah mengikuti rekreasi dengan teman-temannya.

Psikologis
Klien terlihat sering cemas, dan gelisah.
Sosial
- Hubungan antar keluarga
Anggota keluarga klien jarang mengunjungi klien
- Hubungan dengan orang lain
Klien lebih suka menyendiri di dalam kamar.
5. Pemeriksaan
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 160/100 mmHg
Denyut nadi
: 90 x / menit
Nafas
: 22 x / menit
Suhu
: 36,5oC
Kesadaran
: Compos mentis
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bentuk simetris, lesi tidak ada, benjolan tidak ada, rambut klien hampir semuanya
putih dan terlihat kusut.
2) Mata
Bentuk simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, agak sedikit sembab di bawah
kelompak mata dan tampak lingkaran hitam, fungsi penglihatan kurang.
3) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada kelainan seperti polip, kebersihan hidung cukup bersih.
4) Telinga
Bentuk simetris kanan-kiri, tidak ada kelainan di telinga.
5) Mulut dan tenggorokan
Tidak ada gangguan menelan, mukosa mulut kering.
6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar telinga
7) Payudara
Bentuk simetris, tidak ada kelainan/masa abnormal
8) Abdomen
Tidak terdapat kelainan, bising usus 10x / menit
9) Pernafasan
Normal : 22 x / menit
10) Sistem kardiovaskuler
TD : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
Irama jantung teratur
11) Sistem gastro intestinal (GIT)
Bising usus 10 x / menit
BAB : 1 x sehari, kadang-kadang 2 hari sekali
12) Sistem genitor urinaria
Tidak terdapat kelainan, BAK 3-5 x sehari
13) Sistem musculoskeletal

a. Ekstremitas atas : pergerakan ekstremitas atas bagian kiri kurang aktif karena dulu
pernah mengalami fraktur ulnaris, pada persendian ekstremitas atas sering bunyi
bila digerakkan, kadang-kadang terasa nyeri bila mengangkat beban yang terlalu
berat.
b. Ekstremitas bawah : pergerakan kurang aktif, sering terasa nyeri pada tulang
ekstremitas bawahbila terlalu lama berjalan
c. Vertebra dan Panggul
Pada vertebra dan panggul sering terasa nyeri bila ingin berdiri, setelah duduk
terlalu lama, Ny .A terlihat agak membungkuk saat berjalan.

Pengkajian Fungsi Kognitif


Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ )
Bena
r

Salah

Nomo

Pertanyaan

Jawaban

r
1
2
3

Tanggal berapa hari ini ?


Hari apa sekarang ?
Apa nama tempat ini ?

18 Desember 2012
Selasa
Rumah

4
5
6
7
8

Dimana alamat anda ?


Berapa umur anda ?
Kapan anda lahir ?
Siapa presiden Indonesia ?
Siapa
presiden
Indonesia

9
10

sebelumnya ?
Siapa nama ibu anda ?
Kamsiyah
Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11, 8, 5,
pengurangan

dari

Arjowinangun
65 tahun
1947
SBY
Tidak tau

setiap

angka baru, secara menurun


JUMLAH

Benar : 9
Salah : 1

Interpretasi :
Salah 0 3

: Fungsi intelektual utuh

Salah 4 5

: Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 8

: Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 10

: Fungsi intelektual kerusakan berat

Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan hasil 9 benar dan 1
salah ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual Ny.M masih Utuh.

MMSE (Mini Mental Status Exam)


N

Aspek

Nilai

Nilai

Kognitif

Maksima

Klien

Orientasi

l
5

Kriteria

Menyebutkan dengan benar :


Tahun

: 2012 (Benar)

Musim

: hujan (Benar)

Tanggal

: 18 (Benar)

Hari

: selasa (Benar)

Orientasi

Bulan
: desember (Benar)
Dimana sekarang kita berada ?

Negara : Indonesia (Benar)


Propinsi : jawa (Benar)
Kabupaten/kota : malang (Benar)
Panti :3

Registrasi

Wisma:Sebutkan 3 nama obyek (misal :

kursi,

meja,

kertas),

kemudia

ditanyakan kepada klien, menjawab :


kursi
meja
kertas
4

Perhatian

Meminta klien berhitung mulai dari

dan

100 kemudia kurangi 7 sampai 5

kalkulasi

tingkat.
Jawaban :
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72

Menginga

t
6

Bahasa

5. 65
Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin

nilai 1)
Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
Minta klien untuk mengulangi kata

berkut :
tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :tidak ada, jika dan
tetapi.
Minta

klien

untuk

mengikuti

perintah berikut yang terdiri 3


langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
tutup mata anda
Perintahkan
menulis

kepada

kalimat

klien

dan

gambar.
Total nilai
Interpretasi hasil :

30

24

24 30

: tidak ada gangguan kognitif

18 23

: gangguan kognitif sedang

- 17

: gangguan kognitif berat

Pengkajian Status Fungsional


Index Kemandirian Katz
No Kegiatan
.
1.
2.
3.
4.

Mandi
Berpakaian
Ke Kamar Kecil
Berpindah Tempat

Mandiri

Bantuan

Bantuan

Sebagian

Penuh

untuk

menyalin

5. BAK/BAB

6. Makan/Minum

Ny. M dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari
orang lain.

KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif
Pasien mengatakan :
-

Data Objektif
Pasien tampak :

lengan kirinya nyeri dan rasa nyeri itu -

meringis karena nyeri pada ulna kirinya

akan bertambah berat bila tangan kirinya


-

bila mengangkat beban yang terlalu berat.


menahan nyeri bila ingin berdiri setelah

duduk terlalu lama.Skala nyeri 4-6


kesulitan saat melakukan aktifitas yang

melibatkan tangan kiri.


kesulitan saat ingin berdiri setelah duduk

mengangkat beban yang terlalu berat.


nyeri pada lutut bila terlalu lama berdiri
dan jalan terlalu jauh.
nyeri pada vertebra dan daerah panggul

bila duduk terlalu lama.


kesulitan untuk melakukan aktifitas yang -

terlalu lama.
lebih banyak

banyak melibatkan tangan kirinya.


tidak dapat mengangkat beban yang terlalu -

kanannya saat beraktifitas.T


TTV :

menggunakan

berat terutama bila menggunakan tangan TD : 160/80 mmHg


-

kirinya
tidak sanggup untuk berjalan terlalu jauh.

N : 90 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5oC

ANALISA DATA
N
o
1

Analisa Data

Penyebab

DS :
-

dampak sekunder Nyeri

Klien mengatakan lengan kirinya dari fraktur ulna akut


nyeri dan rasa nyeri itu akan ditandai

klien

bertambah berat bila tangan kirinya mengeluh

nyeri

mengangkat beban yang terlalu pada lengan kiri.


-

berat.
Klien mengatakan nyeri pada lutut
bila terlalu lama berdiri dan jalan

Masalah

terlalu jauh.
Klien mengatakan

nyeri

pada

vertebra dan daerah panggul bila


duduk terlalu lama.

tangan

DO :
-

Klien tampak meringis karena nyeri


pada ulna kirinya bila mengangkat

beban yang terlalu berat.


Klien tampak menahan nyeri bila
ingin berdiri setelah duduk terlalu

lama.
Skala nyeri 4-6
TTV :

TD : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5oC
2

DS :
-

Gangguan

Klien mengatakan kesulitan untuk muskuloskeletal

melakukan aktifitas yang banyak

aktifitias

melibatkan tangan kirinya.


Klien mengatakan tidak

dapat

mengangkat beban yang terlalu


berat terutama bila menggunakan
-

intolerans

tangan kirinya.
Klien mengatakan tidak sanggup
untuk berjalan terlalu jauh.

DO :
- Klien tampak kesulitan saat melakukan
aktifitas yang melibatkan tangan kiri.
- Klien tampak kesulitan saat ingin
berdiri setelah duduk terlalu lama.
- Klien
tampak
lebih
banyak
menggunakan tangan kanannya saat
beraktifitas.

- TTV :
TD : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5oC

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No
1

Rencana Asuhan Keperawatan


Tujuan
Intervensi
Rasional
berhubungan Setelah perawatan 3 x 24 1. Kaji tingkat nyeri yang 1. mengetahui tingkat nyeri

Diagnosa Keperawatan
Nyeri

akut

dengan dampak

sekunder jam diharapkan nyeri akut

dari fraktur ulna ditandai pasien

dapat

dirasakan pasien

yang dirasakan pasien dan

teratasi

menentukan

tindakan

klien mengeluh nyeri pada dengan criteria hasil :


2. kompres sendi- sendi yang
selanjutnya
Klien tidak merasakan lagi
2. Membantu
dalam
lengan kiri yang ditandai
sakit dengan kompres hangat
nyeri pada ulnaris bagian
menentukan
kebutuhan
dengan:
dan anjurkan klien untuk
kiri
manajemen nyeri dan
mandi air hangat
DS :
keefektifan program.
3. berikan masase yang lembut
- Klien mengatakan ulna
3. Panas
meningkatkan
kirinya nyeri dan rasa

relaksasi

nyeri itu akan bertambah

4. ajarkan teknik relaksasi dan

berat bila tangan kirinya

distraksi
sakit.
5. kolaborasi pemberian obat 4. Meningkatkan

mengangkat beban yang


-

sesuai

terlalu berat.
Klien mengatakan nyeri

diberikan

lama berdiri dan jalan


terlalu jauh.
Klien mengatakan nyeri
pada vertebra dan daerah

indikasi

yang

dan

mobilitas,menurunkan rasa
relaksasi/

mengurangi tegangan otot


5. Memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi dan

pada lutut bila terlalu

otot

2.

mengurangi
otot / spasme.

tegangan

panggul

bila

duduk

1.1.1.

terlalu lama.
DO :
-

Klien tampak meringis


karena nyeri pada ulna
kirinya bila mengangkat

beban yang terlalu berat.


Klien tampak menahan
nyeri bila ingin berdiri
setelah

duduk

terlalu

lama.
Skala nyeri 4-6
TTV :

TD : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5oC

2.Intoleransiaktivitas
berhubungan
gangguan

Setelah
dengan tindakan

musculoskeletal diharapkan

dilakukan Kaji tingkat kemampuan


klien yang masih ada.
keperawatan,
intoleransi

1. Dasar

untuk

alternative

memberikan
dan

latihan

gerak yang sesuai dengan

yang ditandai dengan :


DS :
-

Klien

aktivitas pasien teratasi


dengan criteria hasil :

mengatakan

untuk klien mampu melakukan


melakukan aktifitas yang aktivitas hidup sehari
banyak
melibatkan hari secara mandiri
kesulitan

kemapuannya.
2. Rencanakan

pemberian program latihan:


Bantu
klien
jika2. Latihan akan meningkatkan

tangan kirinya.
Klien mengatakan tidak
terlalu

terutama
menggunakan
-

berat

hari

bila
tangan

kirinya.
Klien mengatakan tidak
sanggup untuk berjalan
terlalu jauh.

DO :
- Klien tampak kesulitan saat

yang

dikerjakan
ajarkan

3. Bantu

otot

dan

stimulasi sirkulasi darah

sehari
dapat

pentingnya

kebutuhan

untuk

beradaptasi dan melakukan


aktivitas hidup sehari hari,
3. Aktifitas hidup sehari-hari
rencana okupasi .
4. Peningkatan latihan fisik secara mandiri
secara adekuat:
dorong
latihan
dan
hindari
tulang

melibatkan tangan kiri.


- Klien tampak kesulitan saat
terlalu lama.

hidup

pergerakan

latihan.

melakukan aktifitas yang

ingin berdiri setelah duduk

diperlukan latihan
Ajarkan klien tentang
aktivitas

dapat mengangkat beban


yang

tentang

tekanan

pada
seperti

mengangkat beban berat


instruksikan klien untuk
latihan selama kurang

4. Dengan latihan fisik:

Masa otot lebih besar


sehingga memberikan
perlindungan

pada

- Klien tampak lebih banyak


menggunakan

lebih 30menit dan selingi

tangan

dengan istirahat dengan

kanannya saat beraktifitas.


- TTV :
TD : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5oC

berbaring

selama

15

osteoporosis

Program

latihan

merangsang

menit
hindari latihan fleksi dan

pembentukan tulang

penangkatan beban berat

1.1.1.
1.2.1.
jawab

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal

No. Implementasi

Evaluasi

Paraf

27

1 1. mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien

S : klien mengatakan:

Desember
2010

Nyeri

berkurang
Belum bisa mengangkat beban yang

berat
Masih mengguanakan tangan kanannya

2. mengompres bagian yang sakit dengan kompres hangat


3. memberikan masase yang lembut

pada

lengan

sudah

mulai

untuk makan,minum,mandi
4. mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
5. berkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
diberikan

yang

O : klien tampak :
-

Beraktivitas

dengan

mengguanakan

tangan kanannya
- Belum dapat berjalan dengan jarak jauh
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

Tanggal

No. Implementasi

Evaluasi

Paraf

27

2 1. Mengkaji tingkat kemampuan


S : Pasien mengatakan :
klien yang masih ada.
Desember
- masih dapat beraktivitas misalnya
2. Merencanakan tentang pemberian program latihan:
2010
makan,mandi dengan mandiri
membantu klien jika diperlukan latihan
mengajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari hari O : Pasien tampak :
yang dapat dikerjakan
- dibantu
dengan
keluarga
dalam
mengajarkan pentingnya latihan.
3. membantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan melakukan aktivitas misalnya mencuci
baju dan menyapu.
aktivitas hidup sehari hari, rencana okupasi .
A : masalah belum teeratasi
4. meningkatan latihan fisik secara adekuat:
P : lanjutkan intervensi
mendorong latihan dan hindari tekanan pada tulang

seperti mengangkat beban berat


menginstruksikan klien untuk latihan selama kurang
lebih 30menit dan selingi dengan istirahat dengan

berbaring selama 15 menit


menghindari latihan fleksi dan
berat

penangkatan beban

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan
porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur mikro
jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi
mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system musculoskeletal)
Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat,
sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral
dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah
osteoporosis.
Saran :
Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya saja Diharapkan makalah ini bisa
memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon perawat, sebagai bekal untuk dapat
memahami mengenai ASKEP MUSKULOSKELETAL OSTEOPOROSIS menjadi bekal
dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1.

Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien

serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.


2.

Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Lewis, Sharon L. 2007. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical
Problems Volume 2. Seventh Edition. St.Louis : Mosby.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi 6.Jakarta : EGC.

Sherwood, Lauralee. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke
Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC.

http://ismaelstikesperintis.wordpress.com/2010/12/15/asuhan-keperawatan-pada-klien-denganosteoporosis/
http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan.html
http://www.4shared.com/office/4a5VvsYC/asuhan_keperawatan_osteoporosi.htm
http://www.infokeperawatan.com/susu-hanya-efektif-cegah-osteoporosis-sebelum-usia-30tahun.html
http://www.slideshare.net/search/slideshow?searchfrom=header&q=patofisiologi+osteoporosis

LAMPIRAN MATERI

OSTEOFOROSIS

1. Pengertian osteoforosis
Osteoforosis adalah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya
kepadatan massa tulang, yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang dan
meningkatkan resiko patah tulang. Massa tulang laki laki dan perempuan akan
berkurang seiring bertambahnya usia. Masa tulang pada perempuan berkurang lebih cepat
di bandingkan dengan laki laki. Hal ini disebabkan pada massa menopause, fungsi
ovarium menurun drastis yang berdampak pada berkurangnya produksi hormonestrogen
dan progesteron. Saat hormon estrogen turun kadarnya karena usia yang lanjut
( menopause ), terjadilah penurunanaktivitas osteoblas ( pembentukan tulang baru ) dan
peningkatan kerja sel osteoklas ( penghancur tulang ). Jadi, secara kodrati oateoporosis
lebih banyak menyerang perempuan, yaitu lebih 2,5 kali lebih sering dibandingkan laki
laki.
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resoprsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang
total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi
mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan pada tulang normal.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur konversi vertebra torakalis dan lumbalis,
fraktur daerah koulum femoris dan daerah tronkanter, dan patah tulang coles pada
pergelangan tangan. fraktur kompresi ganda fertebra mengakibatkan deformitas skeletal.
Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang
yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan
meningkatnya fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur
spontan atau akibat trauma minimal. (Consensus Development Conference, 1993)

2. Jenis Osteoporosis
Bila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis primer dan
sekunder.

1) Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan
proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama
karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses
ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis
primer.
2) Osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal
tertentu. mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan
endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi
penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik
akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal
kronis,

sindrom

malabsorbsi,

mastositosis

sistemik,

hiperparatiroidisme,

hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.


3. Anatomi Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakkan rangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang
tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga
merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Komponen-komponen nonselular utama dar jaringan tulang adalah mineral-mineral dan
matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam
kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineralmineral ini memampatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang disebut juga sebagai
osteoid. Materi organik lain yang menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam
hialuronat.
Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang :
Diafisis atau batang, adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder.
Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. Sumsum
kuning terdapat pada diafisis, terutama terdiri dari sel-sel lemak.
Metafisis, adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang.
Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang

mengandung sel-sel hematopoietik. Sumsum merah juga terdapat di bagian epifisis dan
diafisis tulang.
Lempeng epifisis, adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan
bagian ini akna menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan
dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan
memanjang tulang berhenti.
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut perioteum yang
mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi yang berperan dalam proses pertumbuhan
transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi khusus.
Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya
proses penyembuhan suatu tulang yang patah.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang terususun dari tiga jenis sel :
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk
kolagen tipe I dan prteoglikan sebagai metriks tulang atau jaringan oeteoid melalui suatu
proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jarigan osteoid, osteoblas
mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranana penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga
kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah
4. Etiologi:
Etiologi Osteoporosis secara garis besarnya dikelompokan ke dalam 3 kategori :
1) Penyebab primer : menopause, usia lanjut, penyebab lain yang tidak diketahui.
2) Penyebab sekunder: pemakaian Obat kortikosteroid, gangguan metabolism, gizi
buruk, penyerapan yang buruk, penyakit tulang sumsum, gangguan fungsi ginjal,
penyakit hepar, penyakit paru kronis, cedera urat saraf belakang, rematik, transplasi
organ.
3) Penyebab secara kausal: Osteoporosi juga dapat dikelompokan berdasarkan
penyebab penyakit atau keadaan dasarnya :

a. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon


utama pada perempuan ), yang membantu pengangkutan kalsium ke- dalam tulang
pada perempuan. Biasanya gejala timbul pada peempuan yang berusia antara 51
75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Tidak semua
perempuan

memiliki

risiko

yang

sama

untuk

menderita

osteoporosis

postmenopausal, perempuan kulit putih dan daerah timur lebih rentan menderita
penyakit ini daripada kulit hitam.
b. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya
tulang ( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berarti
bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut yaitu terjadi pada orang orang
berusia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering pada perempuan.
c. Kurang dari 5 % klien osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat obatan. Penyakit ini disebabkan
oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal ( terutama tiroid, paratiroid, dan
adrenal ) serta obat obatan ( misalnya kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan
hormone tiroid yang berlebihan ). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok
dapat memperburuk keadaan ini.
d. Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak anak dan dewasa muda yang memiliki
kadar dan fungsi hormone yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuh yang jelas.
Faktor-faktor etiologi yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia
lanjut adalah :
a. Determinan Massa Tulang
1) Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang.
Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai
contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih
kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat
(terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.

2) Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor
genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya
beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain
dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan
massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik
Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa
tulang yang besar.
Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya
hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau
tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai
pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,
poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa
lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetic.
3) Faktor makanan dan hormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein
dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan
pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih
(misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan,
disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan
pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
b. Determinan Penurunan Massa Tulang
1) Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada
seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur
dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran
universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap seseorang
mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sifat genetiknya serta beban

mekanis dan besar badannya. Apabila seseorang dengan tulang yang besar,
kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan
dengan lanjutnya usia, maka seseorang tersebut relatif masih mempunyai
tulang lebih banyak dari pada seseorang yang mempunyai tulang kecil pada
usia yang sama.
2) Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting
dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia.
Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor
mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisik akan
menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan
fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
3) kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada
wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting.
Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah
dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya
menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan
absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari
keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat
antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada
wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu
akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang
bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause
adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg
kalsium sehari
4) protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi


penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri,

tetapi

bersama

makanan

lain. Apabila

makanan

tersebut

mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium


melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan
akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang
negative.
5) Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena
menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya
konservasi kalsium di ginjal.
6) Rokok, kopi dan Alkohol
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan
massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi
kalsium melalui urin maupun tinja. Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan
masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai
kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin
yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .
Osteoporosis akibat pemakaian steroid
Harvey Cushing, lebih dari 50 tahun yang lalu telah mengamati bahwa
hiperkortisolisme berhubungan erat dengan penipisan massa tulang. Sindroma Cushing
relatif jarang dilaporkan. Setelah pemakaian steroid semakin meluas untuk pengobatan

pelbagai kondisi penyakit, efek samping yang cukup serius semakin sering diamati.
Diperkirakan, antara 30% sampai 50% pengguna steroid jangka panjang mengalami
patah tulang (atraumatic fracture), misalnya di tulang belakang atau paha. Penelitian
mengenai osteoporosis akibat pemakaian steroid menghadapi kendala karena pasienpasien

yang

diobati

tersebut

mungkin

mengalami

gangguan

sistemik

yang

kompleks. Misalnya, klien artritis rheumatoid dapat mengalami penipisan tulang (bone
loss) akibat penyakit tersebut atau karena pemberian steroid. Risiko osteoporosis
dipengaruhi oleh dosis dan lama pengobatan steroid, namun juga terkait dengan jenis
kelamin dan apakah klien sudah menopause atau belum. Penipisan tulang akibat
pemberian steroid paling cepat berlangsung pada 6 bulan pertama pengobatan, dengan
rata-rata penurunan 5% pada tahun pertama, kemudian menurun menjadi 1%-2% pada
tahun-tahun berikutnya. Dosis harian prednison 7,5 mg per hari atau lebih secara jelas
meningkatkan pengeroposan tulang dan kemungkinan fraktur. Bahkan prednison dosis
rendah (5 mg per hari) telah terbukti meningkatkan risiko fraktur vertebra
5. Manifestasi Klinis
Osteoporosis merupakan silent disease. Klien osteoporosis umumnya tidak
mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis
mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerahdaerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang
vertebra dan kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukan adanya perubahan bentuk,
pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun
dan terdapat lengkung vertebra abnormal(kiposis). Osteoporosis pada kolumna femoris
sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma
ringan), yang sering terjadi pada pasien usia lanjut.
Masa total tulang yang terkena, mengalami penurunaan dan menunjukan penipisan korteks serta
trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya variasi ketebalan
trabekular pada individu normal yang berbeda. Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan
radiologis maupun histologist jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti
yang ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien
osteoporosis mempunyai kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.

Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan factor
lingkungan.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1)
Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat
dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi
yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan
kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan
yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan
menyebabkan deformitas bikonkaf.
2)
CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyao nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3
baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra
dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
7. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
2) Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen
merangsang pembentukkan Ct)
3) Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
4) Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

8. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan pada klien dengan osteoporososis meliputi :
a) Pengobatan
perempuan yang menderita osteoporosis, harus mengonsumsi kalsium dan vitamin
D dalam jumlah yang mencukupi dan Bifosonat juga digunakan untuk mengobati

osteoporosis.
Perempuan pascamenopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan
estrogen ( biasanya bersama dengan progesterone) atau alendronat, yang dapat
memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Sebelum terapi sulih estrogen
dilakukan,biasanya dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan payudara

dengan mammogram, pemeriksaan kandungan, serta PAP smear untuk mengetahui


apakah ada kanker atau tidak. Terapi ini tidak di anjurkan pada perempuan yang
pernah mengalami kanker payudara dan kanker kandungan (endometrium).
Pemberian alendronat, yang berfungsi untuk :
1) Mengurangi kecepatan penghancuran tulang pada perempuan pasca menopause.
2) Meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul.
3) Mengurangi angka kejadian patah tulang.
Pemberian Kalsitonin, untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang

belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan melalui suntikan atau melalui

semprot hidung.
Laki laki yang menderita osteoporosis biasanya menapatkan kalsium dan

tambahan vitamin D
Pemberian Nutrilife-deer Velvet merupakan alternative terkini yang bisa mengatasi
osteoporosis. Nutrilife-deer Velvet yang terbuat dari tanduk Rusa Merah New
Zealand, terbukti bermanfaat untuk mencegah osteoporosis dan telah digunakan
selama lebih dari 10.000 tahun oleh China, Korea, dan Rusia. Obat ini mengandung
delapan factor pertumbuhan, prostaglandin, asam lemak, asam amino, dan
komponen dari kartilago, dan dosisnya 1x1/kapsul 1 hari.

Pengobatan patah Tulang pada Osteoporosis.


Patah tulang panggul biasanya di atasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang
pergelangan biasanya digips atau di perbaiki dengan pembedahan. Jika terjadi
penipisan tulang belakang disertai nyeri panggung yang hebat, dapat di berikan obat
pereda nyeri, di pasang supportive back brace, dan dilakukan terapi fisik dengan
mengompres bagian yang nyeri dengan menggunakan air hangat atau dingin selama
10 20 menit.
b) Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
1. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
Latihan teratur setiap hari

Hindari :
Makanan Tinggi protein
Minum kopi
Merokok
Minum Alkohol
pola hidup sehat antara lain cukup tidur, olahraga teratur (seperti jalan kaki,
berenang, senam aerobic)
9. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra
torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur
colles pada pergelangan tangan .Penurunan fungsi, dan Nyeri dengan atau tanpa fraktur
yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai