Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN KASUS

DEMENSIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu : Indra., S.Kep. Ns. M.Kes

Di Susun Oleh
Kelompok 2
Nur Aisya Kahri (P201701100) Darman Syamtabris (P201701104)
Risnawati (P201701128) Fitri Hidayati (P201701109)
Itri Marwani (P201701130) Siwi Yuniarsih (P201701130)
Nur Wahyuni Amir (P201701123) Wd. Siti Amrila (P201701107)
Juniati (P201701132) Susanti Ardiana (P201701106)
Putri Nilam Cahaya (P201701098) Jasmani (P201701103)
Anisa Rusani F. (P201701102) Musdalifah (P201701108)
Andiyana Sari (P20101105) Boy Sandi
(P201701116)
Aan Trijayati Putri (P201701125) Elsa Natalia (P201701111)
Niken Andrian (P201701133)

PROGRAM STUDI S1KEPERAWATAN


STIKES MANDALA WALUYA (STIKES-MW)
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “ASKEP KEPERAWATAN GERONTIK (DEMENSIA)”
dengan baik, dan sebagaimana mana makalah ini digunakan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan, pengetahuan, waktu, serta sumber
yang dimiliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan makalah ini.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Indra.,
S.Kep. Ns. M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik serta kepada
semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya bagi para pembaca pada umumnya.

Kendari, 3 Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................10
A. Konsep Medis...............................................................................................10
B. Konsep Keperawatan...................................................................................16
BAB III BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................29
A. Pengkajian....................................................................................................29
B. Analisis Data.................................................................................................36
C. Diagnosa........................................................................................................38
D. Intervensi......................................................................................................39
E. Implementasi................................................................................................43
F. Evaluasi.........................................................................................................43
BAB IV PENCARIAN JURNAL............................................................................44
A. Metode Pencarian Jurnal............................................................................44
B. Implikasi Dalam Keperawatan...................................................................45
BAB V PENUTUP....................................................................................................48
A. Kesimpulan...................................................................................................48
B. Saran..............................................................................................................49
DAFTAR PUSTAK..................................................................................................49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demensia adalah istilah umum yang menggambarkan sekelompok
gejala seperti kehilangan memori, penilaian, bahasa, keterampilan
motorik yang kompleks, dan fungsi intelektual lain yang disebabkan oleh
kerusakan permanen atau kematian sel-sel saraf otak, atau neuron (WHO,
2012).
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan
intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan
fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari. Demensia bukanlah suatu penyakit yang
spesifik. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai
kelainan yang mempengaruhi otak. Seorang penderita demensia memiliki
fungsi intelektual yang terganggu dan menyebabkan gangguan dalam
aktivitas sehari-hari maupun hubungan dengan orang sekitarnya.
Penderita demensia juga kehilangan kemampuan untuk memecahkan
masalah, mengontrol emosi, dan bahkan bisa mengalami perubahan
kepribadian dan masalah tingkah laku seperti mudah marah dan
berhalusinasi. Seseorang didiagnosa demensia bila dua atau lebih fungsi
otak, seperti ingatan dan keterampilan berbahasa menurun secara
signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran (Turana, 2006).
Perjalanan penyakit demensia biasanya dimulai secara perlahan
dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak
disadari. Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat
waktu dan kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda.
Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata
yang tepat dan dalam pemikiran abstrak (misalnya dalam pemakaian
angka). Sering terjadi perubahan kepribadian dan gangguan perilaku.
Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi
tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,
penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan
ringan dalam pola berbicara sehingga penderita menggunakan kata-kata
yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak
mampu menemukan kata-kata yang tepat. Ketidakmampuan mengartikan
tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan kendaraan
dan pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya
(Turana, 2006).
D
emensia juga adalah salah satu penyebab utama kecacatan
dan ketergantungan antara orang-orang yang lebih tua di seluruh
dunia. Hal ini melanda tidak hanya untuk orang-orang yang
memilikinya, tetapi juga untuk pengasuh dan keluarga mereka. Sering
kali ada kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang demensia,
sehingga stigmatisasi dan hambatan untuk diagnosis dan
perawatan. Dampak demensia pada pengasuh, keluarga dan
masyarakat dapat fisik, psikologis, sosial dan ekonomi (Miller, 2004
Rochman & Harimurti, 2006; Agronin, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Demensia ?
2. Apa Penyebab Dari Demensia ?
3. Apa Saja Manifestasi Klinik Pada Demensia ?
4. Bagaimanakah Patofisiologi Pada Demensia ?
5. Apa Saja Komplikasi Yang Terjadi Pada Demensia ?
6. Bagaimanakah Pemeriksaan Penunjang Pada Demensia ?
7. Masalah Apa Saja Yang Lazim Muncul Pada Demensia?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Pada Demensia ?
9. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demensia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa Yang Dimaksud Dengan Demensia
2. Untuk mengetahui apa Penyebab Dari Demensia
3. Untuk mengetahui apa Saja Manifestasi Klinik Pada Demensia
4. Untuk mengetahui bagaimanakah Patofisiologi Pada Demensia
5. Untuk mengetahui apa Saja Komplikasi Yang Terjadi Pada Demensia
6. Untuk mengetahui bagaimanakah Pemeriksaan Penunjang Pada
Demensia
7. Untuk mengetahui masalah Apa Saja Yang Lazim Muncul Pada
Demensia
8. Untuk mengetahui bagaimana Penatalaksanaan Pada Demensia
9. Untuk mengetahui bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Demensia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari -hari. Demensia merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang
secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Nugroho,
2008).
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan
fungsi vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan
umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi
tertulis dan lisan dapat terganggu (Elizabeth, 2009).
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya
ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,persepsi perhatian dan
konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin,
2009).
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingatdan daya pikir, dan penurunan kemampuan
tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-
hari. Kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif.
Perubahan mood dan tingkah lakusehingga mempengaruhi aktivitas
kehidupan sehari-hari penderita (Aspiani R. Y., 2014).
2. Etiologi
Penyebab demensia yaitu kematian sel-sel syaraf atau hilangnya
komunikasi antara sel-sel yang ada di otak. Demensia dapat
menyebabkan perubahan cara berpikir dan berinteraksi dengan orang
lain. Seringkali, memori jangka pendek, pikiran, kemampuan
berkomunikasi dan kemampuan motoric terpengaruh. Demensia pada
lansia akan memberi dampak pada kemunduran kapasitas intelekrual,
gangguan emosi, gangguan kognitif dan gangguan psikomotorik, dan
akan mempengaruhi pekerjaan, aktifitas social seta hubungan dengan
orang lain (Braindisorder, 2012 dalam Sopyanti, Citra & Nina, 2019).
Gangguan yang dapat menyebabkan demensia diantara lain
penyakit Alzheimer, dimensia vaskuler, adanya tumor, trauma pada
kepala, cidera pada kepala, gangguan neurodegeneratif, gangguan
nutrisional, lupus dll (M. Rosser 1992 dalam Kaplan 2010). Karena
demensia adalah suatu sindrom yang umum, dan mempunyai banyak
penyebab, dokter harus melakukan pemeriksaan klinis dengan cermat
pada seseorang pasien dengan demensia untuk menegakkan penyebab
demensia pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit tertentu (Riri
& Ari, 2008).
Diagnosa dan etiologi dapat di tegakkan melalui atau dengan
bantuan penyakit yang menyertai, seperti stroke, hipertensi, penyakit
jantung, diabetes mellitus, hemiprarese, gangguan sensibilitas, aphasia,
apraksia, rigiditas, dan tremor (Aisyah, 2009).
3. Manifestasi klinis
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga
pasien dangan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya
penyakit. Gejala klinik dari demensia Nugroho (2009) menyatakan jika
dilihat secara umum tanda gejala demensia adalah:
a. Menurunnya daya ingat yang terjadi. Pada penderita demensia,
lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari,
minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
c. Penurunan ketidak mampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sma berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebuhan saat
melihat drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
Penderita demensia tidak mengerti mengapa perasan-perasan
tersebut muncul.
e. Adanya perubahan perilaku seperti: acuh tak acuh, menarik diri
dan gelisah

Berdasarkan stadium demensia:

a. Stadium Awal
Gejala stadium awal sering diabaikan dan disalah artikan sebagai
usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses otak menua.
Klien menunjukkan gejala sebagai berikut: Wahjudi (2008)
1) Kesulitan dalam berbahasa
2) Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna
3) Disorientasi waktu dan tempat
4) Sering tersesat di tempat yang biasa dikenal
5) Kesulitan membuat keputusan
6) Kehilangan inisiatif dan motivasi
7) Menunjukkan gejala depresi dan agitasi
8) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas
b. Stadium Menengah
Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata.
Pada stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Gejalanya adalah sebagai berikut: Wahjudi
(2008)
1) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan
nama orang
2) Sangat bergantung pada orang lain
3) Semakin sulit berbicara
4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet,
mandi,berpakaian)
5) Sering tersesat, walaupun jalan tersebut telah dikenal (tersesat
dirumah sendiri)
6) Dapat juga menunjukkan adanya halusinasi
c. Stadium Lanjut
Di tahap ini akan terjadi gejala seperti berikut: Wahjudi (2008)
1) Ketidakmandirian dan inaktif yang total.
2) Tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal)
3) Sukar memahami dan menilai peristiwa
4) Kesulitan berjalan
5) Mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi)
6) Akhirnya bergantung pada kursi roda atau tempat tidur
4. Komplikasi
Kushariyadi (2011) menyatakan komplikasi yang sering terjadi pada
demensia adalah:
a. Peningkatan resiko infeksi diseluruh bagian tubuh
b. Ulkus diabetikus
c. Infeksi saluran kencing
d. Pneumonia
e. Penyakit pick
f. Creutzfeldt-jakob
g. Huatington
h. Parkinson
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu: Harahap (2015)
a. Tes Neuropsikologis
b. Pemeriksaan radiologi
6. Masalah yang Lazim Muncul
Menurut Arif (2012) masalah yang lazim muncul yaitu:
a. Kerusakan memori
b. Deficit perawatan diri
c. Resiko tinggi trauma
d. Gangguan proses piker
e. Kerusakan interaksi social
f. Kerusakan komunikasi verbal
g. Koping tidak efektif
h. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien demensia menurut Aspiani (2014)
sebagai berikut :
a. Farmakoterapi
Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat-obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Glantamine,
Memantine
1) Demensia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti platelet
seperti Aspirin, Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan
aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gagguan kognitif
2) Demensia karena stroke yang berturut-urut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan
dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau
kencing manis yang berhubungan dengan stroke
3) Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh depresi, diberikan obat
anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram
4) Untuk mengendaliakn agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan
antipsikotik (misalnya Haloperidol, Quetiaoine dan
Risperidone)

Menurut Munir (2015) Terapi Non Farmakologiyang dapat


dilakukan sbb: Memberikan program harian untuk pasien

1) Kegiatan harian teratur dan sistematis, yang meliputi latihan


fisik yang dapat memacu aktifitas fisik dan otak yang baik
(brain-gym)
2) Asupan gizi yang berimbang, cukup serat, mengandung
antioksidan(obat-obat penangkal kerusakan dalam tubuh akibat
pola hidup yang kurang sehat), mudah dicerna, penyajian yang
menarik dan praktis
3) Mencegah/mengelola faktor resiko yang dapat memberatkan
penyakitnya, misalnya hipertensi, kadar lemak yang meningkat
dalam darah, diabetes, dan merokok
4) Melaksanakan hobi dan aktifitas sosial sesuai dengan
kemampuannya
5) Melaksanakan “LUPA” (Latih, Ulang, Perhatikan dan
Asosiasi) yaitu suatu strategi untuk memaksa otak berfikir yang
dapat mencegah lajunya dimensia.

Tingkatkan aktifitas di siang hari, tempatkan di ruangan yang


mendapatkan cahaya cukup serta aman untuk beraktifitas. Hal ini
dapat mencegah terlalu banyak tidur di siang hari yang
dapatmengganggu periode tidur malam

b. Dukungan atau peran keluarga


Mempertahankan lingkungan yang familiar akam membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya
yang terang, jam dinding dengan angka-angka
c. Terapi sistomatik
Menurut Erwanto & Kurniasih (2018) Penderita penyakit demensia
dapat diberikan terapi simtomatika yaitu terapi rekreasional dan
aktifitas dimana upaya yang dapat dilakukan dengan memberikan
terapi brain gym. Brain gym ini berupa senam otak dengan
melibatkan petugas untuk mengajarkan gerakan-gerakan mudah
pada pasien demensia. Senam otak ini bertujuanuntuk
membuktikan pernyataan menurut Pratiwi (2016) bahwa apabila
senam otak dilakukan secara rutin 1 kali dalam sehari maka dapat
menjaga fungsi daya ingat pada lansia sehingga lansia dapat
memenuhi aktivitas sehari-hari, hal ini dibuktikan dengan
peningkatan presentase pengkajian Indeks KATZ.Sesuai penelitian
yang dilakukan oleh Chancellor, Duncan, & Chatterjee (2014)
bahwa senam otak mampu meningkatkan fungsi kognitif pada
lansia yang mengalami demensia.
d. Pencegahan dan perawatan Demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjasinya
demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan
senantiasa mengoptimalkan fungsi otak seperti :
1) Mencegah masuknya zat zat yang dapat merusak sel sel otak
seperti alcohol dan zat adiktif yang berlebihan
2) Mambaca buku yang merangsang otak untuk berpikir
hendaknya dilakukan setiap hari
3) Melakukan kegiatan yang data membuat mental kita sehat dan
aktif: Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama
4) Tetep berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan
temanyang memiliki persamaan minat atau hobi
5) Mengurangi setress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap
relaks dalam kehidupan sehari hari dapat membuat otak kita
tetap sehat.
8. Patofisiologi
Proses penuaan tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya
demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan
biokimiawi disusunan syaraf pusat yaitu berat otak akan menurun
sekitar 10 persen pada penuaan antara umur 30-70 tahun. Berbagai
factor etiologi yang telah disebutkan diatas merupakan kondisi-kondisi
yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri (Boedhi-
Darmojo, 2009).
Perjalanan demensia yang paling sering dimulai dengan sejumlah
tanda yang samar-samar. Gejala fase awal hanya samar-samar, gejala
semakin jelas saat demensia berkembang (Kaplan, 2010).Terapi
psikososial dan farmakologis dan mungkin juga oleh karena perbaikan
bagian-bagian otak (self-healing), gejala-gejala pada demensia dapat
berlangsung lambat untuk 25 beberapa waktu atau dapat juga
berkurang sedikit. Regresi gejala dapat terjadi pada demensia yang
reversibel (misalnya demensia akibat hipotiroidisme, hidrosefalus
tekanan normal, dan tumor otak) setelah dilakukan terapi. Perjalanan
penyakit pada demensia bervariasi dari progresi yang stabil (biasanya
terlihat pada demensia tipe Alzheimer) hingga demensia dengan
perburukan (biasanya terlihat pada demensia vaskuler) menjadi
demensia yang stabil (seperti terlihat pada demensia yang terkait
dengan trauma kepala) (Riri & Ari, 2008).
Penyakit degenerative pada otak, gangguan vascular pada penyakit
lainnya serta gangguan nutrisi, metabolic dan toksisitas secara
langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron
mengalami kerusakan melalui mekanisme iskema, infark, inflamasi,
deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan
menganggu fungsi di area kortikal ataupun subkortikal. Disamping itu,
kadar neurotransmitter di otak yang di perlukan untuk proses konduksi
syaraf juga berkurang. Hal itu menimbulkan gangguan fungsi kognitif
(daya ingat, daya fikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian,
kesadaran), presepsi, isi piker, emosi, dan mood. Fungsi yang
mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal
atau subkortikal) atau penyebabnya, makena manifetasinya dapat
berbeda keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan
konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

B. Konsep Keperawatan ( Secara Umum)


1. Pengkajian
Data subjektif :
Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi,
dan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu
Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana keluarganya
(belum spesifik), pasien sering mengulang-ulangi cerita yang sama
karena lupa telah menceritakannya. Terjadi perubahan ringan dalam
pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata yang lebih
sederhana, menggunakan kata-kata yang tidaj tepat atau tidak mampu
menemukan kata-kata yang tepat (Fictoria ferdika, 2018)
a. Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran: composmentis dengan nilai GCS yang
dihitung dari nilai E : 5, V : 4, M : 6, tekanan darah
sistolik/diastolik yaitu 120/80. BB: 45 kg, TB: 146 cm. Postur
tulang belakang lansia: membungkuk.
2) Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
3) Riwayat psikososial konsep diri
a) Gambaran diri, stressor yang menyebabkan berubahnya
gambaran diri karena proses patologik penyakit
b) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan
individu
c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit,
ketidaksesuaian satu peran dengan peran yang lain dan
peran yang ragu dimana individu tidak tahu dengan jelas
perannya, serta peran berlebihan sementara tidak
mempunyai kemampuan dan sumber yang cukup
d) Ideal diri, keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan
dan kemampuan yang ada
e) Harga diri, tidak mampuan dalam mencapai tujuan
sehingga klien merasa harga dirinya rendah karena
kegagalannya.
4) Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi
sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
Keadaan ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan
dangkal dan tergantung.
5) Riwayat spiritual
Keyakinan klien terhadapa agama dan keyakinanya masih kuat
akan tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan
ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayanya.
6) Status mental
a) Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk
merawat dirinya sendiri
b) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren
c) Aktivitas motorik, perubahan motorik dapat diinfestasikan
adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, implusif,
marerisme, otomatis, sterotiotipi
d) Alam perasann : klien nampak ketakutan dan putus asa
e) Afek dan emosi
f) Respon emosional klien mungkintampak bizar dan tidak
sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah
berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak
sesuai, berlebihan dan ambivalen.
g) Interaksi selama wawancara
h) Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak
mata kurang.
7) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional
terhadap suatu objek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada
satu atau kebiuh panca indra yaitu penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman, dan pengecapan. Perubahan persepsi
dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan
persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi
a) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern,
tindakannya cendderung berdasarkan penilaian pribadi
klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian
yang umuu diterima. Penilaian realitas secara pribadi oleh
klien merupakan penilaian subjektif yang dikaitkan dengan
orang, benda atau kejadian tang tidak logis (pemikiran
autistik). Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas.
Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang dapat
dimanifestasikan dengan pemikiran primitif, hilangnya
asosiasi, pemikiran magic, delusi (waham), perubahan
linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir absrtak
sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang sempit
misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
b) Tingkat kesadaran : kesadaran yang menurun, bingung.
Disorientasi waktu, tempat dan orang.
c) Memori : gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian
beberapa tahun yang lalu)
d) Tingkat konsetrasi klien tidak mampu berkonsentrasi
e) Kemampuan penilaian gangguan berat dalam penilaian
keputusan
8) Kebutuhan klien sehari-hari
a) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring
atau duduk dan gelisah. Kadang-kadang terbangun ditengah
malam dan sukar tidur kembali. Tidurnya mungkin
terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar
dipagi hari
b) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau
makananya hanya sedikit, karena putus asa, merasa tidak
berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan
berat badan.
c) Eliminasi
Klien mungkin terganggu buang air kecilnya, kadang-
kadang lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan
stres. Kadang-kadang daoat terjadi konstipasi, akibat
terganggu pola makan.
d) Mekanisme koping
Apabila klien merasa tidak berhasil, kegagalan maka ia
akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Koping
mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan
delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-
kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup
diri (Fictoria ferdika, 2018).
b. Prinsip-Pengkajian Head To Toe
1) Kepala ; kebersihan : untuk mengetahui adanya ketombe,
kerontokan rambut serta kebersihan secara umum.
2) Mata : adanya perubahan penglihatan
3) Hidung: untuk mengetahui hidung bersih, tidak ada luka atau
lesi, tidak ada masa, nyeri pada sinus.
4) Mulut dan tenggorokan : sakit tenggorokan, lesi dan luka pada
mulut, perubahan suara, karies.
5) Telinga : penurunan pendengaran, telinga perubahan
pendengaran, rabas, tinitus, vertigo sensivitas pendengaran,
alat-alat protesa, riwayat infeksi
6) Dada (torax) : mengetahui bentuk dada dari posisi anterior dan
posterior, ada tidaknya deviasi, ada tidaknya bendungan vena
pada dinding dada.
7) Abdomen : bentuk distended/flat/lainnya, nyeri tekan, bising
usus: kali/menit, genitalia kebersihan : setiap habis mandi
dibersihkan, tidak ada hemoroid.
8) Ekstremitas : kekuatan otot 5 : melawan gravitas dengan
kekuatan penuh, tidak menggunakan alat bantu saat jalan,
tidak mengalami nyeri sendi.
9) Integumen : dari hasil pengkajian didapat : kulit tampak
kering, seperti bersisik, kulit tampak pucat, tampak kotor
berwarna hitam bekas luka, sering menggaruk badan (Fictoria
ferdika, 2018).
c. Pengkajian Psikogerontik
1) Pengkajian status fungsional (Fictoria ferdika, 2018)

Indeks Barthel :

No Jenis aktivitas Kemampuan Skor


1 Makan/minum Mandiri 2
Perlu bantuan orang lain untuk memotong
1
makanan
Tergantung penuh pada pertolongan orang
0
lain
2 Pindah dari kursi roda ke Mandiri 3
tempat tidur/sebaliknya Dibantu satu orang 2
Dibantu dua orang 1
Tidak mampu 0
3 Kebersihan diri: cuci muka, Mandiri 1
menyisir, dll Perlu pertolongan 0
4 Keluar/masuk kamar mandi Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tergantung orang lain 0
5 Mandi Mandiri 1
Tergantung orang lain 0
6 Berjalan (jalan datar) Mandiri 3
Dibantu satu orang/walker 2
Dibantu kursi roda 1
Tidak mampu 0
7 Naik turun tangga Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tidak mampu 0
8 Berpakaian/bersepatu Mandiri 2
Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0
9 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
10 Mengontrol BAK Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
Jumlah
20

Kesimpulan : lansia mandiri

Keterangan skor :

- 20 = lansia mandiri
- 12-19 = ketergantungan ringan
- 9-11 = ketergantungan sedang
- 5-8 = ketergantungan berat
- 0-4 = ketergantungan total
2) Status kognitif
Short portable mental status Questsionnaire (SPMSQ) (Fictoria
ferdika, 2018)

No. Pertanyaan Jawaban Nilai (+/-)

1 Tanggal berapa hari ini? Tidak tau -


2 Hari apa sekarang? Jumat +

3 Apa nama tempat ini? Tidak tau -


4 Berapa nomor telepon anda. Dipanti -
Dimana alamat anda (jika
tidak memiliki nomor telepon)
5 Kapan Anda lahir? Tahun 42 -
6 Berapa umur Anda? Tidak tau -
7 Siapa presiden Indonesia Tidak tau -
sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia Tidak tau -
sebelumnya?
9 Siapa nama ibu Anda? Lupa -
10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan Tidak dapat menghitung -
seterusnya dikurangi 3
Jumlah 5 5
Kesimpulan : Kerusakan intelektual sedang

Keterangan skor :
- Kesalahan 0-2 = fungsi intelektual utuh
- Kesalahan 3-4 = kerusakan intelektual ringan
- Kesalahan 5-6 = kerusakan intelektual sedang
- Kesalahan 7-10 = kerusakan intelektual berat
3) Mini mental status exam (MMSE) (Fictoria ferdika, 2018)

TES PENILAIAN SKOR SKOR


MAX LANSIA

Orientas Tanyakan kepada lansia tentang waktu :


1. Tahun
2. Hari
5 0
3. Tanggal
4. Bulan
5. Tahun
Tanyakan tentang tempat (dimana kita
sekarang).
1. Nama tempat
2. Kelurahan 5 0
3. Kecamatan
4. Kabupaten
5. Provinsi
Pemeriksa membutuhkan 3 nama benda
Registrasi Meja Kursi Lemari
(Tiap benda disebutkan dalam satudetik 3 0
kemudian meminta pasien mengingat dan
mengulang kembali tiga objek yang disebutkan
pemeriksaan).
Perhatian Menghitung mundur mulai dari angka 100
dan dikurangi 7, berhenti setelah jawaban kelima
perhitungan 1. 100-7 = 93
5 0
2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4. 79-7 = 42
5. 42-7 = 65
Mengingat Pasien diminta kembali kembali mengulang 3 3 0
kembali nama yang tadi disebutkan dinomor sebelumnya
Meja Kursi Lemari
Bahasa Responden menyebutkan tiga benda yang
2 2
ditunjuk pemeriksa
Pengulangan Responden mengulang kata-kata yang diucapkan
1 1
pemeriksa : NAMUN JIKA AKAN TETAPI
Pengertian Pemeriksa meminta pasien melakukan tiga
verbal perintah.
1. Ambil kertas dengan tangan kanan 3 3
2. Lipat kertas menjadi 2 bagian
3. Letakkan kertas dilantai.
Perintah Pemeriksa menulis satu kata
tertulis “TUTUP MATA”
Minta responden melakukan perintah yang ditulis 1 0
pemeriksa
Menulis Pemeriksa meminta pasien menulis satu kalimat
kalimat yang bermakna 1 0
(Subyek+Predikat+Obyek+Keterangan)
Menggambar Pasien diminta menirukan gambar dibawah ini
konstruksi 1 0

TOTAL 8

Kesimpulan : gangguan kognisi berat

Total skor :
- 24-30 = kognitif normal
- 17-23 = gangguan kognitif ringan
- 0-16 = gangguan kognitif berat
2. Patwhay

PATHWAY DEMENSIA

Faktor predisposisi : virus lambat, proses autoimun, keracunan aluminium dan genetik

Penurunan metabolisme dan aliran darah di korteks parietalis superior

Degenerasi neuron kolinergik

Kesulitan neurofibrilar Hilangnya serat saraf


yang difus kolinergik di korteks
cerebellum

Terjadi plak senilis Kelainan neurotransmiter


Penurunan sel neuron kolinergik
yang berproyeksi ke
Asetilkolin menurun pada otak hipothalamus dan amigdala

Cedera DEMENSIA Ketidak mampuan gerak

Perubahan kemampuan Kehilangan kemampuan


Tingkah laku aneh dan
merawat diri sendiri menyelesaikan masalah
kacau dan cenderung
mengembara

Defisit perawatan diri Perubahan mengawasi keadaan


kompleks dan berfikir abstrak
Resiko cedera

Emosi, labil, pelupa, apatis


Hambatan komunikasi
verbal
Loos deep memory
Pathway demensia pada lansia (Muttaqin,2011).

Kerusakan memori
3. Diagnosa
Menurut NANDA 2015 dalam studi kasus ini ditemukan tiga
diagnosa keperawatan seperti :
a. Kerusakan memori
b. Defisit perawatan diri
c. Hambatan komunikasi verbal
4. Intervensi
a. Diagnosa Kerusakan Memori
Batasan karakteristik :
Ketidakmampuan membuat keterampilan yang telah
dipelajari, ketidakmampuan mengingat informasi faktual,
ketidakmampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah
dilakukan, tidak mampu mengingat peristiwa yang baru saja
terjadi, tidak mampu menyimpan informasi baru, mudah lupa.
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
kesadaran klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat
meningkat atau baik dengan indikator/kriteria hasil :
1) Mengenal kapan klien lahir
2) Mengenal orang atau hal penting
3) Mengenal hari bulan tahun dengan benar
4) Klien mampu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik
5) Klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat
6) Klien mengenal identitas diri dengan baik
7) Klien mengenal identitas orang disekitar dengan tepat.
NIC :
Stimulasi memori dengan mengulangi pembicaraan secara
jelas diakhir pertemuan dengan pasien
1) Mengenali pengalaman masa lalu dengan pasien
2) Menyediaakan gambar untuk mengenali ingatannya kembali
3) Kaji kemampuan klien dalam mengenal sesuatu (jam hari
tangga bulan dan tahun)
4) Ingatkan kembali pengalaman masa lalu klien
5) Kaji kemampuan-kemampuan klien memahami dan memproses
informasi (Theresia Edith, 2019)
b. Hambatan komunikasi verbal
Batasan karakteristik :
Disorientasi orang, ruang, waktu, kesulitan memahami
komunikasi, menolak bicara, tidak ada kontak mata, tidak bicara,
ketidaktepatan verbalisasi, ketidakmampuan menggunakan
ekspresi wajah.
NOC :
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
klien mampu :
1) Berkomunikasi : penerimaan interpretasi dan ekspresi pesan
2) Lisan, tulisan dan non verbal meningkat
3) Pengolahan informasi klien mampu untuk memperoleh
mengatur, menggunakan informasi
4) Mampu memanajemen, kemampuan fisik yang dimiliki
5) Komunikasi ekspresif : (kesulitan berbicara, ekspresi, pesan
verbal atau non verbal, yang bermakna
NIC :
1) Gunakan penerjemah jika diperlukan
2) Berikan satu kata simple saat bertemu (selamat pagi)
3) Dorong pasien untuk berbicara perlahan
4) Dengarkan dengan penuh perhatian, berdiri didepan klien
5) Gunakan kartu baca, gambar, dan lain-lain
6) Anjurkan untuk berbicara dalam kelompok wisma
7) Anjurkan untuk memberi stimulus komunikasi (Theresia Edith,
2019)
c. Diagnosa defisit perawatan diri
Batasan karakteristik :
Ketidakmampuan membasuh tubuh, ketidakmampuan
mengakses kamar mandi, ketidakmampuan mengambil
perlengkapan mandi. Ketidakmampuan mengatur air mandi,
ketidakmampuan menjangkau sumber air.
NOC :
Dengan kriteria hasil setelah dilakukan asuhan keperawatan
pada lansia dengan defisit perawatan diri selama 3 x 24 jam,
diharapkan pasien dapat meningkatkan perawatan diri selama
dalam perawatan, dengan kriteria hasil :
1) Mangambil alat/bahan mandi
2) Mandi dibak mandi
3) Mandi dengan bersiram dan menggunakan sabun
4) Mencuci badan bagian atas dan bawah
5) Mengeringkan badan menggunakan handuk
NIC :
1) Mandikan pasien dengan tepat
2) Bantu pasien menyiapkan handuk, sabun dan sampho dikamar
mandi
3) Dorong pasien untuk mandi sendiri
4) Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu merawat
dirinya secara mandiri
5) Sediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
kehangatan, suasana rileks dan nyaman serta menjaga privasi
pasien (Theresia Edith, 2019)
5. Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan,
membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari,
memberikan asuhan keperawatan untuk tujuan yang berpusat pada
klien. Pelaksanaan keperawatan pada demensia dikembangkan untuk
memantau tanda-tanda vitas, melakukan latihan rentang pergerakan
sendi aktif dan oasif, meminta klien untuk mengikuti perintah
sederhana, memberikan stimulus terhadap sentuhan, membantu klien
dalam personal hygiene, dan menjelaskan tentang penyakit, perawatan
dan pengobatan demensia (Potter & Perry, 2005)
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon
perilaku lansia yang ditampilkan. Penilaian keperawatan adalah
mengukur keberhasilan dari rencana, dan pelaksanaan tindakan
keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia, maka
beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain :
a. Mengkaji ulang klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang
diharapkan
c. Mengukur pencapaian tujuan
d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran mencapai tujuan
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan
bila perlu.

Evaluasi hasil : evaluasi ini berfokus pada respon dan fungsi klien.
Respon perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi
keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria
hasil. Cara membandingkan antara SOAP (subjektive-objektive-
assesment-planning) dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan. S (subjektive) adalah informasi berupa ungkapan yang
didapat dari lansia setelah tindakan diberikan, O (objektive) adalah
informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan,
A (assesment) adalah membandingkan antara informasi subjektive
dan objektive dengan tujuan kriteria hasil, kemudia diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak
teratasi, P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisi (Craven & Hirnle, 2000).
BAB III

TINJAUAN KASUS

KASUS :

Ny. M umur 67 jenis kelamin perempuan suku buton. Saat dikaji didapatkan
pasien dengan diagnosa demensia berat. Tingkat kesadaran CM (E5V4M6),
TD:120/80 mmHg, RR:20 x/mnt, suhu: 36 °C, nadi: 90 x/mnt. BB: 45 kg, TB:
148cm. Ny. M mengatakan tidak mengetahui tanggal, waktu, bulan dan tahun,
nama tempat dia tinggal, kelurahan, kecamatan, kabuapaten, dan provinsi. Dia
hanya mengetahui namanya. Ny. M mengatakan lupa nama teman sewisma,
hanya mengenal wajah tapi lupa nama. Ny. M tampak tidak ada kontak mata saat
berbicara, ketika ditanya menjawab dengan cepat, kadang tidak menjawab
pertanyaan, cepat bosan dengan pertanyaan yang diberikan. Ny. M hanya
menceritakan hal yang sama yaitu (suaminya di ambil Tuhan, dan tidak mau
menikah lg, jika di ajak untuk bicara hanya menceritakan yang sama). Ny. M
mengatakan tidak mandi karena dingin. Tampak mengeluh seluruh tubuhnya
terasa gatal-gatal. Kulit Ny. M tampak kotor dan bersisik, pakaian kotor dan
berbau, serta keadan umum berantakkan, pasien tampak menggaruk-garuk badan.
Dari data pengasuh mengatakan Ny. M malas mandi, jika mandi tidak dijaga
hanya mencuci muka, menggunakan sabun mandi untuk cuci rambut. Selain itu
Ny. M sering jalan sendiri tanpa arah, dengan pandangan visus 2/6. Di wisma
Ny. M sering jalan-jalan dilantai yg licin tanpa diketahui oleh pengasuh.
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Nama Lansia : Ny.M
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jumlah Keturunanan
- Anak : 3
- Cucu : 4
2. Pengkajian:
a. Fisik
Wawancara
 Pandangan lanjut usia tentang kesehatan :
Saat dilakukan wawancara Ny.M memiliki pandangan tentang
kesehatan bahwa kesehatan itu penting.
 Kegiatan yang mampu lakukan lanjut usia :
Kegiatan yang mampu dilakukan Ny.M diantaranya berupa
pekerjaan rumah seperti memasak dan kegiatan lainnya pada
umumnya.
 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri :
Kebiasaan dalam merawat diri Ny.M kurang mampu merawat
dirinya sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
 Kekuatan fisik lanjut usia :otot, sendi, penglihatan dan
pendengaran:
Ny.M kadang merasakan sakit pada area otot dan sendinya jika
sudah melakukan kegiatan-kegiatan berat. Penglihatan Ny.S
sudah mulai menurun dan pendengaran masih bagus.
 Kebiasaan makan, minum, istrahat/tidur, buang air besar/kecil:
Ny.M mempunyai kebiasaan makan 3 kali sehari jika sedang tidak
berpuasa, kurang dalam mengkonsumsi air minum, kebutuhan
istrahat kurang terutama terkait dengan tidurnya, kebiasaan dalam
BAB dan BAK normal.
 Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia:
Dalam hal olahraga atau senam lanjut usia Ny.M tidak
melakukannya. Akan tetapi Ny.M hanya berjalan-jalan disekitar
wisma.
 Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan:
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan Ny.M berupa
perubahan pada pernafasan,mata, otot serta sendi. Perubahan pada
pernafasan Ny.M mengatakan tidak mengalami sesak nafas.
Perubahan pada mata Ny.M mengatakan tidak bisa melihat
sesuatu yang berada dikejauhan. Perubahan pada otot dan sendi
Ny.S terkadang sering merasakan sakit dan disamping itu Ny.S
mengatakan juga sakit pada bagian pinggang.
 Kebiasaan lanjut usia dan memelihara kesehatan dan kebiasaan
dalam minum obat:
Dalam hal kebiasaan sehari-hari Ny.M tidak begitu banyak
melakukan kegiatan. Terkait dengan memelihara kesehatan Ny.M
apabila sakit maka segera memberi tahu pengelola wisma(Perawat
yang ada disana) dan tindakan pertama meminum obat.
 Masalah-masalah seksual yang dirasakan: -
Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi untuk mengatahui perubahan sistem tubuh
 Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu:
- Head to teo
- Sistem tubuh
1) Temperatur :36 ºC
Tempat Pengukuran : Aksila
2) Pulse (denyut nadi):
 Kecepatan:90x/menit
Irama :-
Volume :-
Tempat pengukuran
Apikal()Radial(√)

3) Respirasi (pernapasan) :
Kecepatan :20x/menit
Irama :-
Kedalaman: -
Bunyi :-
4) Tekanan darah : 120/80
Posisi pengukuran
 Saat baring Duduk(√) Berdiri
5) Berat dan tinggi badan terakhir: 45 kg dan 148 cm
6) Tingkat orientasi :
a) Waktu :
Ny.M mengatakan tidak mengetahui tanggal, waktu, bulan,
dan tahun
b) Tempat :
Ny.M tidak mengetahui tempat dia tinggal(Kelurahan,
kabupaten dan provinsi).Ny M hanya mengetahui namanya.
c) Orang :
Ny.M mengatakan lupa nama teman sewisma hanya mengenal
wajah tetapi lupa nama
7) Memory (ingatan) :
Daya ingat Ny.M sangat menurun hanya menceritakan hal yang
sama berulang-ulang
8) Tidur :
a) Kwantitas (Lama tidur):
Ny.M tidak mengalami gangguan tidur
b) Kwalitas :
Ny.M memiliki kwalitas tidur yang baik.
c) Pola :
Dalam hal pola tidur Ny.M pola tidur terkadang terganggu
karena terbangun di jam 12 malam setelah itu tidak dapat tidur
kembali.
Sistem Persyarafan
1) Kesemetrisan raut wajah :Wajah simestris
2) Tingkat kesadaran : Masih memiliki tingkat kesadaran
yang baik
 Snile (pikun) : Pikun
 Daya ingat :Memiliki daya ingat yang kurang
baik
3) Mata
- Pergerakan : Masih memiliki pergerakan mata
yang baik
- Penglihatan :Penglihatan sudah mulai menurun
- Penyakit penyerta : Tidak ada penyakit penyerta
4) Pupil :
- Kesamaan : Isokor (√)/Anisokor ()
5) Ketajaman penglihatan :
Ketajaman penglihatan Ny.M sudah mulai menurun
6) Sensori deprivation (ganguan sensorik): -
7) Ketajaman pendengaran:
Pendengaran Ny.M masih bagus
Apakah menggunakan alat bantu dengar : -
Tinutus :-
Serumen :-
8) Rasa sakit dan nyeri :-
Sistem kardiovaskuler
1) Sirkulasi periper
Warna :-
Kehangatan :-
2) Denyut nadi apikal :-
3) Pembengkakan vena jugularis :-
4) Pusing : Ny.M terkadang merasakan
pusing
5) Nyeri dada :-
6) Edema :-
Sistem Gastrointestinal
1) Status gizi :
Baik dibuktikan dengan kwantitas makan kali sehari
2) Pemasukan diet :-
3) Anoreksia :-
4) Mual :
Ny.M terkadang mual jika sedang sakit
5) Muntah :
Ny.M juga terkadang muntah jika sedang sakit
6) Mengunyah dan menelan : Tidak ada gangguan
7) Keadaan gigi : Baik
8) Rahang : Baik
9) Rongga mulut : Baik
10) Bising usus :-
11) Keadaan perut : Sakit ketika maag Ny.M kambuh
12) Konstipasi (sembelit): -
13) Diare :-
14) Inkontinesia alvi :-
Sistem Genitourinarius
1) warna dan bau urune : -
2) Distensi kandung kemih :-
3) Inkontinensia :-
4) Frekuensi : Ny.M sering BAK
5) Tekanan/ desakan :-
6) Pemasukan cairan :-
7) Pengeluaran cairan :-
8) Disuria :-
Sistem Kulit
1) Kulit
 Temperature : Normal
 Tingkat kelembaban : Normal
 Keadaan luka
- Luka terbuka/tertutup :-
- Robekan :-
Turgor (kekenyalan kulit) :
Sudah menurun karena keadaan kulit yang mulai keriput
Pigmen : Baik
2) Jaringan parut :-
3) Keadaan kuku : Terawat
4) Keadaan rambut : Tidak Terawat
5) Ganggua-gangguan umum : Mengeluh tubuhnya terasa
gatal-gatal
Sistem Muskuloskeletal
1) Kontraktur :-
Otot :
Baik akan tetapi Ny.M terkadang merasakan sakit dibagian otot-
otot
 Tendon :-
 Gerakan sendi :
Baik akan tetapi Ny.M juga terkadang merasakan sakit dibagian
sendi-sendinya
2) Tingkat mobilisasi
Ambulasi (Dengan atau tampa bantuan/peralatan): -
Gerakan : Mandiri
3) Gerakan sendi : Baik
4) Paralisis :-
5) Kifosis :-
b. Psikologis
Pengenalan masalah-masalah utama :
Ny.S jika ada masalah baik yang berhubungan dengan keluarga
maupun yang berhubungan dengan diri sendiri sebisa mungkin Ny.S
mengenal masalah dan berusaha memecahkan masalah dengan
perawat yang ada di wisma.
Sikap terhadap proses penuaan :
Ny.M menerima keadaannya yang seperti saat ini karena Ny.S
berpikiran bahwa semua orang akan mengalami tua.
Perasaan dibutuhkan :
Merasa dibutuhkan oleh orang-orang sekitar yang berada di wisma.
Pandangan terhadap kehidupan :
Ny.M bersyukur dengan kehidupannya yang sekarang.
Koping Stressor :-
Penyesuaian diri :
Ny.M mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar di
wisma.
Kegagalan :
Ny.M tidak merasakan kegagalan dalam hidupnya.
Harapan saat ini dan yang akan datang : -
Fungsi kognitif : Baik
Daya ingat : Baik
Proses pikir : Baik
Orientasi :
- Kemampuan :
Ny.M sudah tidak mampu mengenal dengan baik. Baik untuk
tempat, waktu, orang atau lingkungan sekitar.
Kemampuan dalam penyelesaian masalah :
Ny.M sebisa mungkin berusaha menyelesaikan masalah yang ada
baik itu berhubungan dengan diri maupun lingkungan sekitarnya
c. Sosial Ekonomi
Sumber keuangan :Hasil dari pemberian
anaknya
Kesebukan dalam mengisi waktu luang :-
Teman tingal :Teman-teman di wisma
Kegiatan organisasi :-
Pandangan terhadap lingkungan :
Pandangan Ny.M terhadap lingkungannya baik.
Hubungan dengan orang lain di luar rumah
Hubungan Ny.M dengan orang lain diluar rumah baik dan masih
terjaga hanya saja melupakan nama-nama mereka.
Yang biasa penyaluran hobi/keinginan sesuaifasilitasyangada : -
d. Spritual
Kegiatan ibadah :Melaksanakan sholat dan
berpuasa
Kegiatan keagamaan :-
Penampilan lansia : Baik
e. Psikososial
Tingkat ketergantungan :
Ny.M tidak begitu tergantung dengan orang dibuktikan dengan
Ny.S masih dapat melakukan kegiatannya sendiri.
Fokus diri : Kurang Fokus
Perhatian :
Ny.M kurang perhatian dengan keadaan sekitar terutama dengan
dirinya sendiri
Rasa kasih sayang :
Ny.S memilki rasa kasih sayang baik terbukti dengan saat
ditanyakan mengenai anak-anak dan cucunyanya dia begitu
antusias.
B. Analisis Data
Data Subjektif Data Objektif
1. Ny.M mengatakan tidak 1. Tingkat kesadaran
mengetahui tanggal, waktu, CM(E5V4M6)
bulan, dan tahun 2. TD:120/80 mmHg
2. Ny.M mengatakan tidak RR:20 X/Menit
mengetahui nama tempat dia Suhu:360C
tinggal, kelurahan, kecamatan, BB:45 Kg
kabupaten, dan provinsi. TB:148 CM
3. Ny.M mengatakan lupa nama 3. Ny M tampak tidak ada
teman sewisma hanya mengenal kontak mata saat
wajah lupa nama berbicara
4. Ny.M mengatakan tidak mandi 4. Ketika ditanya
karena dingin menjawab dengan
5. Pengasuh mengatakan Ny M cepat, kadang tidak
malas mandi, jika mandi tidak menjawab pertanyaan
dijaga hanya mencuci muka, yang diberikan
menggunakan sabun mandi 5. Ny M hanya
untuk cuci rambut meceritakan hal yang
6. Ny M sering jalan sendiri tanpa sama
arah dengan pandangan visus 6. Ny M tampak
2/6 mengeluh seluruh
tubuhnya gatal-gatal
7. Kulit Ny M tampak
kotor dan bersisik
8. Pakaian Ny M kotor
dan berbau
9. Keadaan umum Ny M
berantakan
10. Ny M tampak
menggaruk-garuk
badan

Symtom Etiologi Problem


DS: gangguan Defisit Perawatan
- Ny.M pemeliharaan Diri
mengatakan tidak kesehatan
mandi karena (BAK/BAB, mandi,
dingin makan, minum)
- Pengasuh
mengatakan Ny
M malas mandi, menurunnya motivasi
jika mandi tidak dalam perawatan diri
dijaga hanya
mencuci muka,
menggunakan
sabun mandi
untuk cuci rambut

DO:
- TD:120/80
mmHg
RR:20 X/Menit
Suhu:360C
BB:45 Kg
TB:148 CM
- Ny M tampak
mengeluh seluruh
tubuhnya gatal-
gatal
- Kulit Ny M
tampak kotor dan
bersisik
- Pakaian Ny M
kotor dan berbau
- Keadaan umum
Ny M berantakan
- Ny M tampak
menggaruk-garuk
badan

DS: ketidakadekuatan Gangguan


- Ny.M stimulasi intelektual Memori
mengatakan tidak
mengetahui
tanggal, waktu, Proses penuaan
bulan, dan tahun
- Ny.M
mengatakan tidak
mengetahui nama
tempat dia
tinggal,
kelurahan,
kecamatan,
kabupaten, dan
provinsi.
- Ny.M
mengatakan lupa
nama teman
sewisma hanya
mengenal wajah
lupa nama
DO:
- TD:120/80
mmHg
RR:20 X/Menit
Suhu:360C
BB:45 Kg
TB:148 CM
- Tingkat kesadaran
CM(E5V4M6)
- Ketika ditanya
menjawab dengan
cepat, kadang tidak
menjawab
pertanyaan yang
diberikan
- Ny M hanya
meceritakan hal
yang sama
C. Diagnosa Keperawatan Nanda
1. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan pemeliharaan
kesehatan (BAK/BAB, mandi, makan, minum) ditandai dengan:
DS:
- Ny.M mengatakan tidak mandi karena dingin
- Pengasuh mengatakan Ny M malas mandi, jika mandi tidak
dijaga hanya mencuci muka, menggunakan sabun mandi untuk
cuci rambut
DO:
- TD:120/80 mmHg
RR:20 X/Menit
Suhu:360C
BB:45 Kg
TB:148 CM
- Ny M tampak mengeluh seluruh tubuhnya gatal-gatal
- Kulit Ny M tampak kotor dan bersisik
- Pakaian Ny M kotor dan berbau
- Keadaan umum Ny M berantakan
- Ny M tampak menggaruk-garuk badan
2. Gangguan memori berhubungan dengan ketidakadekuatan stimulasi
intelektual dan terjadi proses penuaan ditandai dengan:
DS:
- Ny.M mengatakan tidak mengetahui tanggal, waktu, bulan, dan
tahun
- Ny.M mengatakan tidak mengetahui nama tempat dia tinggal,
kelurahan, kecamatan, kabupaten, dan provinsi.
- Ny.M mengatakan lupa nama teman sewisma hanya mengenal
wajah lupa nama
DO:
- TD:120/80 mmHg
RR:20 X/Menit
Suhu:360C
BB:45 Kg
TB:148 CM
- Tingkat kesadaran CM(E5V4M6)
- Ketika ditanya menjawab dengan cepat, kadang tidak menjawab
pertanyaan yang diberikan
- Ny M hanya meceritakan hal yang sama

D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Dukungan perawatan
diri: mandi keperawatan 2 X 24 jam diri: mandi
berhubungan diharapkan masalah defisit Observasi
dengan gangguan perawatan diri dapat teratasi  Identifikasi usia dan
pemeliharaan dengan kriteria hasil: budaya dalam
kesehatan Indikator awal akhir membantu
Kemampuan 1 3 kebersihan diri
mandi  Identifikasi jenis
Verbalisasi 2 3 bantuan yang
keinginan dibutuhkan
melakukan  Monitor kebersihan
perawatan (misal rambut, mulut
diri kulit, kuku)

Minat 2 3  Monitor integritas


melakukan kulit
perawatan Terapeutik
diri  Sediakan peralatan
(misal, sabun , sikat
gigi shampo dan
pelembab kulit)
 Sediakan lingkungan
yang aman dan
nyaman
 Fasilitasi menggosok
gigi, sesuai kebutuhan
 Pertahankan
kebiasaan kebersihan
diri
 Berikan bantuan
sesuai tingkat
kemandirian
Edukasi
 Jelaskan manfaat
mandi dan dampak
tidak mandi terhadap
kebersihan
 Ajarkan kepada
keluarga cara
memandikan pasien,
jika perlu
2 Gangguan memori Setelah dilakukan asuhan Orientasi Realita
berhubungan keperawatan 3 X 24 jam Observasi
dengan diharapkan gangguan memori  Monitor perubahan
ketidakadekuatan dapat teratasi dengan kriteria orientasi
stimulasi hasil:  Monitor perubahan
intelektual dan kognitif dan perilaku
terjadi proses Terapeutik
penuaan Orientasi Kognitif  Perkenalkan nama saat
Indikator awal akhir memulai interaksi

Identifikasi 1 3 Orientasikan orang,

orang tempat, dan waktu

terdekat  Sediakan lingkungan

Identifikasi 1 3 dan rutinitas secara

tempat saat konsisten Atur

ini stimulus sensorik dan


lingkungan (mis.
Identifikasi 1 3
kunjungan,
hari
pemandangan, suara,
Identifikasi 1 3
pencahayaan, bau, dan
bulan
sentuhan)
Identifikasi 1 3
 Gunakan simbol dalam
tahun
mengorientasikan
lingkungan (mis.
tanda, gambar, warna)
 Libatkan dalam terapi
kelompok orientasi
 Berikan waktu istirahat
dan tidur yang cukup,
sesuai kebutuhan
 Fasilitasi akses
informasi
Edukasi
 Ajurkan penggunaan
alat bantu
 Ajarkan keluarga
dalam perawatan
orientasi realita

E. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi


Diagnosa Tindakan Evaluasi

Defisit perawatan  Mengidentifikasi usia dan S :


diri berhubungan budaya dalam membantu  Klien mengatakan
dengan gangguan kebersihan diri sudah rajin mandi,
pemeliharaan  Mengidentifikasi jenis  Klien mengatakan
kesehatan bantuan yang dibutuhkan sudah memahami
 Memonitor kebersihan pentingnya mandi.
(misal rambut, mulut kulit, O:
kuku)  Klien nampak bersih
 Memonitor integritas kulit dan harum
 Menyediakan peralatan  Klien nampak tenang,
(misal, sabun , sikat gigi tidak menggaruk lagi
shampo dan pelembab A: Masalah teratasi
kulit) P : Intervensi di hentikan
 Menyediakan lingkungan
yang aman dan nyaman
 Memfasilitasi menggosok
gigi, sesuai kebutuhan
 Mempertahankan
kebiasaan kebersihan diri
 Memberikan bantuan
sesuai tingkat kemandirian
 Menjelaskan manfaat
mandi dan dampak tidak
mandi terhadap kebersihan
 Mengajarkan kepada
keluarga cara memandikan
pasien, jika perlu
Gangguan memori  Memonitor perubahan S:
berhubungan orientasi  Klien menyebutkan
dengan  Memonitor perubahan nama teman
ketidakadekuatan kognitif dan perilaku sewismanya.
stimulasi intelektual  Meperkenalkan nama saat  Klien menyebutkan
dan terjadi proses memulai interaksi nama tempat dia
penuaan Orientasikan orang, tempat, tinggal, kelurahan,
dan waktu kecamatan, kabupaten,
 Menyediakan lingkungan dan provinsi.
dan rutinitas secara  klien tidak bisa
konsisten Atur stimulus menyebutkan tanggal,
sensorik dan lingkungan waktu, bualn, dan tahun
(mis. kunjungan, saat ini
pemandangan, suara, O:
pencahayaan, bau, dan  klien Nampak
sentuhan) menyebutkan nama
 Menggunakan simbol teman sewismanya.
dalam mengorientasikan  Klien nampak mampu
lingkungan (mis. tanda, menyebutkan nama
gambar, warna) tempat dia tinggal,
 Melibatkan dalam terapi kelurahan, kecamatan,
kelompok orientasi kabupaten, dan
 Memberikan waktu provinsi.
istirahat dan tidur yang  klien tidak bisa
cukup, sesuai kebutuhan menyebutkan tanggal,
 Memfasilitasi akses waktu, bualn, dan tahun
informasi saat ini
 Menganjurkan penggunaan
alat bantu A: Masalah sebagian
 Mengajarkan keluarga teratasi
dalam perawatan orientasi P: Intervensi dilanjutkan
realita
BAB IV

PENCARIAN JURNAL

A. Metode Pencarian Jurnal


JURNAL 1
1. Pertanyaan
“Apakah terdapat pengaruh kekurangan vitamin dan mineral
terhadap penurunan daya ingat pada pasien”
2. PICO
P : pasien
I : vitamin dan mineral
C :
O : Penurunan daya ingat
a. Cara share di google scholar
“pasien DAN vitamin DAN mineral DAN penurunan daya ingat”
b. Hasil jurnal yang diperoleh

c. Judul jurnal yang diperoleh


Efek Suplemen Vitamin A dan C pada Perilaku Anak Autism
Spectrum Disorder
d. Lampiran jurnal

JURNAL 2
1. Pertanyaan
“ Apakah terdapat pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat
demensia ?”
2. PICO
P : Demensia.
I : senam otak.
C :
O : penurunan tingkat demensia.
a. Cara share di google scholar
“Demensia DAN senam otak DAN penurunan tingkat demensia”
b. Hasil jurnal yang diperoleh

c. Judul jurnal yang diperoleh


Pengaruh Senam Otak ( Brain Gym) terhadap Fungsi Kognitif
Lansia dengan Demensia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Wening Wardoyo Ungaran
d. Lampiran jurnal
JURNAL 3
1. Pertanyaan
"Apakah latihan senam otak dapat mengatasi dimensia berat pada
lansia"?
2. PICO
P : Dimensia berat
I : Latihan senam otak
C:-
O : Mengatasi dimensia berat pada lansia
a. Cara share di google scholar
Dimensia berat dan latihan senam otak dan mengatasi dimensia
berat pada lansia"
b. Hasil jurnal yang diperoleh

c. Judul jurnal yang diperoleh


PENERAPAN SENAM OTAK TERHADAP FUNGSI
KOGNITIF PADA LANSIA DENGAN DIMENSIA
d. Lampiran jurnal

B. Implikasi Dalam Keperawatan


1. JURNAL 1
Dari penelitian jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa
Data klinis laboratorium anak-anak ASD dengan patologi usus
hipersensitifitas terhadap makanan atau leaky gut seringk ali
menunjukkan defisiensi berbagai vitamin dan mineral yang lama.
Diantara daftar defisiensi tersebut adalah defisiensi vitamin A dan C
dalam jangka waktu lama. Selektivitas makanan penting bagi anak-
anak deng an ASD. Asupan protein, vitamin A, vitamin C, besi,
vitamin D, thiamin,vitamin B-12, asam folat, natrium, kalium,
magnesium,fosfor, dan tembaga yang memadai sangat dibutuhkan
untuk penanganan anak dengan ASD.
Jadi dapat disimpulkan, vitamin A dan C sangat penting dalam
menopang fungsi tubuh terutama memperkuat imun sistem dan reaksi
metabolik lainnya di dalam tubuh.

2. JURNAL 2
Dari penelitian diatas didapatkan hasil bahwa Dari 32 responden
lansia dengan demensia yang melakukan senam otak, terdapat 21
lansia dengan kategori fungsi kognitif normal (65,6 %), 7 lansia
dengan kategori penurunan fungsi kognitif ringan sedangkan 4 lansia
dalam kategori penurunan fungsi kognitif sedang.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa senam otak dapat yang dilakukan
secara teratur dapat mencengah dan memperlambat penurunan
kognitif yang dialami oleh lansia dengan demensia atau dengan kata
lain terdapat pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif lansia
dengan demensia.
Oleh karena itu, perawat komunitas sangat disarankan untuk
menggunakan atau mengajarkan terapi senam otak ini kepada lansia
dengan demensia untuk mengatasi masalah demensia lansia.

3. JURNAL 3
senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang di lakukan
untuk merangsang otak kiri dan kanan. Senam otak bertujuan memicu
otak agar tidak kehilangan daya intelektual. Manfaatnya
mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen lancar, fungsi otak optmal
dan akhirnya kemampuan daya ingat atau memori jangka pendek
meningkat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan
fungsi vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum,
pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan
dapat terganggu (Elizabeth, 2009).
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingatdan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan
gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif. Perubahan mood dan
tingkah lakusehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari
penderita (Aspiani R. Y., 2014).
Demensia seringkali luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh
tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk
dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan
mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu
yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia.
Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai
dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian
syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan
juga tes laboratorium (Wati, 2012).
B. Saran
Penerapan asuhan keperawatan oleh perawat pada pasien
hendaknya tidak hanya berfokus pada aspek fisik dan psikologis, tetapi juga
mempertimbangkan aspek spiritualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2.Jakarta:
CV. Trans Info Media
Boedhi-Darmojo. (2009). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi 4. Jakarta:
FKUI.
Cerdas dan Sehat”. Edisi ke 2. Jogjakarta: Katahati; 2008
Craven & Hirnle. 2000. Permasalahan Strategis, (Terjemahan). Jakarta:
https://repository.poltekeskupang.ac.id.
Elizabeth, C. (2009). Buku Saku: Patofisiologi. Ed. 3.Jakarta: EGC
Fictoria, ferderika. 2018. Asuhan Keperawatan Lansia.
https://repository.poltekeskupang.ac.id/343/1/KTI.
Harahap, H.S., Rianawati, S.B. 2015. Demensia terkait infeksi. Jurnal MNJ,
Vol.01, No.01, Januari 2015
Idral Purnakarya. 2009. Peran zat gizi makro terhadap kejadian demensia pada
lansia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret-September 2009, Vol. 03 No.
2
Judarwanto W. Alergi Makanan dan Autisme. . (Online) 2000.
Maulana M. Anak Autis ”Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain
Menuju Anak
Muttaqin,A. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persafaran. Jakarta : Salemba Medika
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi Dan Klasifikasi. Edisi 10
Editor. Jakarta. Mediaaction
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3.(M. Ester, & E.
Tiar, Eds.) jakarta: Buku Kedokteran EGC
Rochmah W., Harimurti K. 2014. Demensia. Dalam buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Ed 4. Jakarta: Interna Publishing; h.3804-9.
Sopyanti, Y.D., Citra, Windani, M.S., Nina, Sumarni. 2019. Gambaran status
demensia dan depresi pada lansia. Jurnal Keperawatan Komprehensif
Vol. 5 No. 1, januari 2019 26:38
Theresia, Edith. 2019. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Demensia. Kupang:
https://repository.poltekeskupang.ac.id.
Wahjudi, N. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai