DEMENSIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu : Indra., S.Kep. Ns. M.Kes
Di Susun Oleh
Kelompok 2
Nur Aisya Kahri (P201701100) Darman Syamtabris (P201701104)
Risnawati (P201701128) Fitri Hidayati (P201701109)
Itri Marwani (P201701130) Siwi Yuniarsih (P201701130)
Nur Wahyuni Amir (P201701123) Wd. Siti Amrila (P201701107)
Juniati (P201701132) Susanti Ardiana (P201701106)
Putri Nilam Cahaya (P201701098) Jasmani (P201701103)
Anisa Rusani F. (P201701102) Musdalifah (P201701108)
Andiyana Sari (P20101105) Boy Sandi
(P201701116)
Aan Trijayati Putri (P201701125) Elsa Natalia (P201701111)
Niken Andrian (P201701133)
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................10
A. Konsep Medis...............................................................................................10
B. Konsep Keperawatan...................................................................................16
BAB III BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................29
A. Pengkajian....................................................................................................29
B. Analisis Data.................................................................................................36
C. Diagnosa........................................................................................................38
D. Intervensi......................................................................................................39
E. Implementasi................................................................................................43
F. Evaluasi.........................................................................................................43
BAB IV PENCARIAN JURNAL............................................................................44
A. Metode Pencarian Jurnal............................................................................44
B. Implikasi Dalam Keperawatan...................................................................45
BAB V PENUTUP....................................................................................................48
A. Kesimpulan...................................................................................................48
B. Saran..............................................................................................................49
DAFTAR PUSTAK..................................................................................................49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demensia adalah istilah umum yang menggambarkan sekelompok
gejala seperti kehilangan memori, penilaian, bahasa, keterampilan
motorik yang kompleks, dan fungsi intelektual lain yang disebabkan oleh
kerusakan permanen atau kematian sel-sel saraf otak, atau neuron (WHO,
2012).
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan
intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan
fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari. Demensia bukanlah suatu penyakit yang
spesifik. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai
kelainan yang mempengaruhi otak. Seorang penderita demensia memiliki
fungsi intelektual yang terganggu dan menyebabkan gangguan dalam
aktivitas sehari-hari maupun hubungan dengan orang sekitarnya.
Penderita demensia juga kehilangan kemampuan untuk memecahkan
masalah, mengontrol emosi, dan bahkan bisa mengalami perubahan
kepribadian dan masalah tingkah laku seperti mudah marah dan
berhalusinasi. Seseorang didiagnosa demensia bila dua atau lebih fungsi
otak, seperti ingatan dan keterampilan berbahasa menurun secara
signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran (Turana, 2006).
Perjalanan penyakit demensia biasanya dimulai secara perlahan
dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak
disadari. Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat
waktu dan kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda.
Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata
yang tepat dan dalam pemikiran abstrak (misalnya dalam pemakaian
angka). Sering terjadi perubahan kepribadian dan gangguan perilaku.
Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi
tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,
penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan
ringan dalam pola berbicara sehingga penderita menggunakan kata-kata
yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak
mampu menemukan kata-kata yang tepat. Ketidakmampuan mengartikan
tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan kendaraan
dan pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya
(Turana, 2006).
D
emensia juga adalah salah satu penyebab utama kecacatan
dan ketergantungan antara orang-orang yang lebih tua di seluruh
dunia. Hal ini melanda tidak hanya untuk orang-orang yang
memilikinya, tetapi juga untuk pengasuh dan keluarga mereka. Sering
kali ada kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang demensia,
sehingga stigmatisasi dan hambatan untuk diagnosis dan
perawatan. Dampak demensia pada pengasuh, keluarga dan
masyarakat dapat fisik, psikologis, sosial dan ekonomi (Miller, 2004
Rochman & Harimurti, 2006; Agronin, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Demensia ?
2. Apa Penyebab Dari Demensia ?
3. Apa Saja Manifestasi Klinik Pada Demensia ?
4. Bagaimanakah Patofisiologi Pada Demensia ?
5. Apa Saja Komplikasi Yang Terjadi Pada Demensia ?
6. Bagaimanakah Pemeriksaan Penunjang Pada Demensia ?
7. Masalah Apa Saja Yang Lazim Muncul Pada Demensia?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Pada Demensia ?
9. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demensia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa Yang Dimaksud Dengan Demensia
2. Untuk mengetahui apa Penyebab Dari Demensia
3. Untuk mengetahui apa Saja Manifestasi Klinik Pada Demensia
4. Untuk mengetahui bagaimanakah Patofisiologi Pada Demensia
5. Untuk mengetahui apa Saja Komplikasi Yang Terjadi Pada Demensia
6. Untuk mengetahui bagaimanakah Pemeriksaan Penunjang Pada
Demensia
7. Untuk mengetahui masalah Apa Saja Yang Lazim Muncul Pada
Demensia
8. Untuk mengetahui bagaimana Penatalaksanaan Pada Demensia
9. Untuk mengetahui bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Demensia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari -hari. Demensia merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang
secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Nugroho,
2008).
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan
fungsi vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan
umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi
tertulis dan lisan dapat terganggu (Elizabeth, 2009).
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya
ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,persepsi perhatian dan
konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin,
2009).
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingatdan daya pikir, dan penurunan kemampuan
tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-
hari. Kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif.
Perubahan mood dan tingkah lakusehingga mempengaruhi aktivitas
kehidupan sehari-hari penderita (Aspiani R. Y., 2014).
2. Etiologi
Penyebab demensia yaitu kematian sel-sel syaraf atau hilangnya
komunikasi antara sel-sel yang ada di otak. Demensia dapat
menyebabkan perubahan cara berpikir dan berinteraksi dengan orang
lain. Seringkali, memori jangka pendek, pikiran, kemampuan
berkomunikasi dan kemampuan motoric terpengaruh. Demensia pada
lansia akan memberi dampak pada kemunduran kapasitas intelekrual,
gangguan emosi, gangguan kognitif dan gangguan psikomotorik, dan
akan mempengaruhi pekerjaan, aktifitas social seta hubungan dengan
orang lain (Braindisorder, 2012 dalam Sopyanti, Citra & Nina, 2019).
Gangguan yang dapat menyebabkan demensia diantara lain
penyakit Alzheimer, dimensia vaskuler, adanya tumor, trauma pada
kepala, cidera pada kepala, gangguan neurodegeneratif, gangguan
nutrisional, lupus dll (M. Rosser 1992 dalam Kaplan 2010). Karena
demensia adalah suatu sindrom yang umum, dan mempunyai banyak
penyebab, dokter harus melakukan pemeriksaan klinis dengan cermat
pada seseorang pasien dengan demensia untuk menegakkan penyebab
demensia pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit tertentu (Riri
& Ari, 2008).
Diagnosa dan etiologi dapat di tegakkan melalui atau dengan
bantuan penyakit yang menyertai, seperti stroke, hipertensi, penyakit
jantung, diabetes mellitus, hemiprarese, gangguan sensibilitas, aphasia,
apraksia, rigiditas, dan tremor (Aisyah, 2009).
3. Manifestasi klinis
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga
pasien dangan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya
penyakit. Gejala klinik dari demensia Nugroho (2009) menyatakan jika
dilihat secara umum tanda gejala demensia adalah:
a. Menurunnya daya ingat yang terjadi. Pada penderita demensia,
lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari,
minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
c. Penurunan ketidak mampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sma berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebuhan saat
melihat drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
Penderita demensia tidak mengerti mengapa perasan-perasan
tersebut muncul.
e. Adanya perubahan perilaku seperti: acuh tak acuh, menarik diri
dan gelisah
a. Stadium Awal
Gejala stadium awal sering diabaikan dan disalah artikan sebagai
usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses otak menua.
Klien menunjukkan gejala sebagai berikut: Wahjudi (2008)
1) Kesulitan dalam berbahasa
2) Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna
3) Disorientasi waktu dan tempat
4) Sering tersesat di tempat yang biasa dikenal
5) Kesulitan membuat keputusan
6) Kehilangan inisiatif dan motivasi
7) Menunjukkan gejala depresi dan agitasi
8) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas
b. Stadium Menengah
Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata.
Pada stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Gejalanya adalah sebagai berikut: Wahjudi
(2008)
1) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan
nama orang
2) Sangat bergantung pada orang lain
3) Semakin sulit berbicara
4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet,
mandi,berpakaian)
5) Sering tersesat, walaupun jalan tersebut telah dikenal (tersesat
dirumah sendiri)
6) Dapat juga menunjukkan adanya halusinasi
c. Stadium Lanjut
Di tahap ini akan terjadi gejala seperti berikut: Wahjudi (2008)
1) Ketidakmandirian dan inaktif yang total.
2) Tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal)
3) Sukar memahami dan menilai peristiwa
4) Kesulitan berjalan
5) Mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi)
6) Akhirnya bergantung pada kursi roda atau tempat tidur
4. Komplikasi
Kushariyadi (2011) menyatakan komplikasi yang sering terjadi pada
demensia adalah:
a. Peningkatan resiko infeksi diseluruh bagian tubuh
b. Ulkus diabetikus
c. Infeksi saluran kencing
d. Pneumonia
e. Penyakit pick
f. Creutzfeldt-jakob
g. Huatington
h. Parkinson
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu: Harahap (2015)
a. Tes Neuropsikologis
b. Pemeriksaan radiologi
6. Masalah yang Lazim Muncul
Menurut Arif (2012) masalah yang lazim muncul yaitu:
a. Kerusakan memori
b. Deficit perawatan diri
c. Resiko tinggi trauma
d. Gangguan proses piker
e. Kerusakan interaksi social
f. Kerusakan komunikasi verbal
g. Koping tidak efektif
h. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien demensia menurut Aspiani (2014)
sebagai berikut :
a. Farmakoterapi
Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat-obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Glantamine,
Memantine
1) Demensia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti platelet
seperti Aspirin, Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan
aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gagguan kognitif
2) Demensia karena stroke yang berturut-urut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan
dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau
kencing manis yang berhubungan dengan stroke
3) Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh depresi, diberikan obat
anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram
4) Untuk mengendaliakn agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan
antipsikotik (misalnya Haloperidol, Quetiaoine dan
Risperidone)
Indeks Barthel :
Keterangan skor :
- 20 = lansia mandiri
- 12-19 = ketergantungan ringan
- 9-11 = ketergantungan sedang
- 5-8 = ketergantungan berat
- 0-4 = ketergantungan total
2) Status kognitif
Short portable mental status Questsionnaire (SPMSQ) (Fictoria
ferdika, 2018)
Keterangan skor :
- Kesalahan 0-2 = fungsi intelektual utuh
- Kesalahan 3-4 = kerusakan intelektual ringan
- Kesalahan 5-6 = kerusakan intelektual sedang
- Kesalahan 7-10 = kerusakan intelektual berat
3) Mini mental status exam (MMSE) (Fictoria ferdika, 2018)
TOTAL 8
Total skor :
- 24-30 = kognitif normal
- 17-23 = gangguan kognitif ringan
- 0-16 = gangguan kognitif berat
2. Patwhay
PATHWAY DEMENSIA
Faktor predisposisi : virus lambat, proses autoimun, keracunan aluminium dan genetik
Kerusakan memori
3. Diagnosa
Menurut NANDA 2015 dalam studi kasus ini ditemukan tiga
diagnosa keperawatan seperti :
a. Kerusakan memori
b. Defisit perawatan diri
c. Hambatan komunikasi verbal
4. Intervensi
a. Diagnosa Kerusakan Memori
Batasan karakteristik :
Ketidakmampuan membuat keterampilan yang telah
dipelajari, ketidakmampuan mengingat informasi faktual,
ketidakmampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah
dilakukan, tidak mampu mengingat peristiwa yang baru saja
terjadi, tidak mampu menyimpan informasi baru, mudah lupa.
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
kesadaran klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat
meningkat atau baik dengan indikator/kriteria hasil :
1) Mengenal kapan klien lahir
2) Mengenal orang atau hal penting
3) Mengenal hari bulan tahun dengan benar
4) Klien mampu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik
5) Klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat
6) Klien mengenal identitas diri dengan baik
7) Klien mengenal identitas orang disekitar dengan tepat.
NIC :
Stimulasi memori dengan mengulangi pembicaraan secara
jelas diakhir pertemuan dengan pasien
1) Mengenali pengalaman masa lalu dengan pasien
2) Menyediaakan gambar untuk mengenali ingatannya kembali
3) Kaji kemampuan klien dalam mengenal sesuatu (jam hari
tangga bulan dan tahun)
4) Ingatkan kembali pengalaman masa lalu klien
5) Kaji kemampuan-kemampuan klien memahami dan memproses
informasi (Theresia Edith, 2019)
b. Hambatan komunikasi verbal
Batasan karakteristik :
Disorientasi orang, ruang, waktu, kesulitan memahami
komunikasi, menolak bicara, tidak ada kontak mata, tidak bicara,
ketidaktepatan verbalisasi, ketidakmampuan menggunakan
ekspresi wajah.
NOC :
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
klien mampu :
1) Berkomunikasi : penerimaan interpretasi dan ekspresi pesan
2) Lisan, tulisan dan non verbal meningkat
3) Pengolahan informasi klien mampu untuk memperoleh
mengatur, menggunakan informasi
4) Mampu memanajemen, kemampuan fisik yang dimiliki
5) Komunikasi ekspresif : (kesulitan berbicara, ekspresi, pesan
verbal atau non verbal, yang bermakna
NIC :
1) Gunakan penerjemah jika diperlukan
2) Berikan satu kata simple saat bertemu (selamat pagi)
3) Dorong pasien untuk berbicara perlahan
4) Dengarkan dengan penuh perhatian, berdiri didepan klien
5) Gunakan kartu baca, gambar, dan lain-lain
6) Anjurkan untuk berbicara dalam kelompok wisma
7) Anjurkan untuk memberi stimulus komunikasi (Theresia Edith,
2019)
c. Diagnosa defisit perawatan diri
Batasan karakteristik :
Ketidakmampuan membasuh tubuh, ketidakmampuan
mengakses kamar mandi, ketidakmampuan mengambil
perlengkapan mandi. Ketidakmampuan mengatur air mandi,
ketidakmampuan menjangkau sumber air.
NOC :
Dengan kriteria hasil setelah dilakukan asuhan keperawatan
pada lansia dengan defisit perawatan diri selama 3 x 24 jam,
diharapkan pasien dapat meningkatkan perawatan diri selama
dalam perawatan, dengan kriteria hasil :
1) Mangambil alat/bahan mandi
2) Mandi dibak mandi
3) Mandi dengan bersiram dan menggunakan sabun
4) Mencuci badan bagian atas dan bawah
5) Mengeringkan badan menggunakan handuk
NIC :
1) Mandikan pasien dengan tepat
2) Bantu pasien menyiapkan handuk, sabun dan sampho dikamar
mandi
3) Dorong pasien untuk mandi sendiri
4) Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu merawat
dirinya secara mandiri
5) Sediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
kehangatan, suasana rileks dan nyaman serta menjaga privasi
pasien (Theresia Edith, 2019)
5. Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan,
membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari,
memberikan asuhan keperawatan untuk tujuan yang berpusat pada
klien. Pelaksanaan keperawatan pada demensia dikembangkan untuk
memantau tanda-tanda vitas, melakukan latihan rentang pergerakan
sendi aktif dan oasif, meminta klien untuk mengikuti perintah
sederhana, memberikan stimulus terhadap sentuhan, membantu klien
dalam personal hygiene, dan menjelaskan tentang penyakit, perawatan
dan pengobatan demensia (Potter & Perry, 2005)
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon
perilaku lansia yang ditampilkan. Penilaian keperawatan adalah
mengukur keberhasilan dari rencana, dan pelaksanaan tindakan
keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia, maka
beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain :
a. Mengkaji ulang klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang
diharapkan
c. Mengukur pencapaian tujuan
d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran mencapai tujuan
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan
bila perlu.
Evaluasi hasil : evaluasi ini berfokus pada respon dan fungsi klien.
Respon perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi
keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria
hasil. Cara membandingkan antara SOAP (subjektive-objektive-
assesment-planning) dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan. S (subjektive) adalah informasi berupa ungkapan yang
didapat dari lansia setelah tindakan diberikan, O (objektive) adalah
informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan,
A (assesment) adalah membandingkan antara informasi subjektive
dan objektive dengan tujuan kriteria hasil, kemudia diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak
teratasi, P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisi (Craven & Hirnle, 2000).
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS :
Ny. M umur 67 jenis kelamin perempuan suku buton. Saat dikaji didapatkan
pasien dengan diagnosa demensia berat. Tingkat kesadaran CM (E5V4M6),
TD:120/80 mmHg, RR:20 x/mnt, suhu: 36 °C, nadi: 90 x/mnt. BB: 45 kg, TB:
148cm. Ny. M mengatakan tidak mengetahui tanggal, waktu, bulan dan tahun,
nama tempat dia tinggal, kelurahan, kecamatan, kabuapaten, dan provinsi. Dia
hanya mengetahui namanya. Ny. M mengatakan lupa nama teman sewisma,
hanya mengenal wajah tapi lupa nama. Ny. M tampak tidak ada kontak mata saat
berbicara, ketika ditanya menjawab dengan cepat, kadang tidak menjawab
pertanyaan, cepat bosan dengan pertanyaan yang diberikan. Ny. M hanya
menceritakan hal yang sama yaitu (suaminya di ambil Tuhan, dan tidak mau
menikah lg, jika di ajak untuk bicara hanya menceritakan yang sama). Ny. M
mengatakan tidak mandi karena dingin. Tampak mengeluh seluruh tubuhnya
terasa gatal-gatal. Kulit Ny. M tampak kotor dan bersisik, pakaian kotor dan
berbau, serta keadan umum berantakkan, pasien tampak menggaruk-garuk badan.
Dari data pengasuh mengatakan Ny. M malas mandi, jika mandi tidak dijaga
hanya mencuci muka, menggunakan sabun mandi untuk cuci rambut. Selain itu
Ny. M sering jalan sendiri tanpa arah, dengan pandangan visus 2/6. Di wisma
Ny. M sering jalan-jalan dilantai yg licin tanpa diketahui oleh pengasuh.
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Nama Lansia : Ny.M
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jumlah Keturunanan
- Anak : 3
- Cucu : 4
2. Pengkajian:
a. Fisik
Wawancara
Pandangan lanjut usia tentang kesehatan :
Saat dilakukan wawancara Ny.M memiliki pandangan tentang
kesehatan bahwa kesehatan itu penting.
Kegiatan yang mampu lakukan lanjut usia :
Kegiatan yang mampu dilakukan Ny.M diantaranya berupa
pekerjaan rumah seperti memasak dan kegiatan lainnya pada
umumnya.
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri :
Kebiasaan dalam merawat diri Ny.M kurang mampu merawat
dirinya sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
Kekuatan fisik lanjut usia :otot, sendi, penglihatan dan
pendengaran:
Ny.M kadang merasakan sakit pada area otot dan sendinya jika
sudah melakukan kegiatan-kegiatan berat. Penglihatan Ny.S
sudah mulai menurun dan pendengaran masih bagus.
Kebiasaan makan, minum, istrahat/tidur, buang air besar/kecil:
Ny.M mempunyai kebiasaan makan 3 kali sehari jika sedang tidak
berpuasa, kurang dalam mengkonsumsi air minum, kebutuhan
istrahat kurang terutama terkait dengan tidurnya, kebiasaan dalam
BAB dan BAK normal.
Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia:
Dalam hal olahraga atau senam lanjut usia Ny.M tidak
melakukannya. Akan tetapi Ny.M hanya berjalan-jalan disekitar
wisma.
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan:
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan Ny.M berupa
perubahan pada pernafasan,mata, otot serta sendi. Perubahan pada
pernafasan Ny.M mengatakan tidak mengalami sesak nafas.
Perubahan pada mata Ny.M mengatakan tidak bisa melihat
sesuatu yang berada dikejauhan. Perubahan pada otot dan sendi
Ny.S terkadang sering merasakan sakit dan disamping itu Ny.S
mengatakan juga sakit pada bagian pinggang.
Kebiasaan lanjut usia dan memelihara kesehatan dan kebiasaan
dalam minum obat:
Dalam hal kebiasaan sehari-hari Ny.M tidak begitu banyak
melakukan kegiatan. Terkait dengan memelihara kesehatan Ny.M
apabila sakit maka segera memberi tahu pengelola wisma(Perawat
yang ada disana) dan tindakan pertama meminum obat.
Masalah-masalah seksual yang dirasakan: -
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi untuk mengatahui perubahan sistem tubuh
Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu:
- Head to teo
- Sistem tubuh
1) Temperatur :36 ºC
Tempat Pengukuran : Aksila
2) Pulse (denyut nadi):
Kecepatan:90x/menit
Irama :-
Volume :-
Tempat pengukuran
Apikal()Radial(√)
3) Respirasi (pernapasan) :
Kecepatan :20x/menit
Irama :-
Kedalaman: -
Bunyi :-
4) Tekanan darah : 120/80
Posisi pengukuran
Saat baring Duduk(√) Berdiri
5) Berat dan tinggi badan terakhir: 45 kg dan 148 cm
6) Tingkat orientasi :
a) Waktu :
Ny.M mengatakan tidak mengetahui tanggal, waktu, bulan,
dan tahun
b) Tempat :
Ny.M tidak mengetahui tempat dia tinggal(Kelurahan,
kabupaten dan provinsi).Ny M hanya mengetahui namanya.
c) Orang :
Ny.M mengatakan lupa nama teman sewisma hanya mengenal
wajah tetapi lupa nama
7) Memory (ingatan) :
Daya ingat Ny.M sangat menurun hanya menceritakan hal yang
sama berulang-ulang
8) Tidur :
a) Kwantitas (Lama tidur):
Ny.M tidak mengalami gangguan tidur
b) Kwalitas :
Ny.M memiliki kwalitas tidur yang baik.
c) Pola :
Dalam hal pola tidur Ny.M pola tidur terkadang terganggu
karena terbangun di jam 12 malam setelah itu tidak dapat tidur
kembali.
Sistem Persyarafan
1) Kesemetrisan raut wajah :Wajah simestris
2) Tingkat kesadaran : Masih memiliki tingkat kesadaran
yang baik
Snile (pikun) : Pikun
Daya ingat :Memiliki daya ingat yang kurang
baik
3) Mata
- Pergerakan : Masih memiliki pergerakan mata
yang baik
- Penglihatan :Penglihatan sudah mulai menurun
- Penyakit penyerta : Tidak ada penyakit penyerta
4) Pupil :
- Kesamaan : Isokor (√)/Anisokor ()
5) Ketajaman penglihatan :
Ketajaman penglihatan Ny.M sudah mulai menurun
6) Sensori deprivation (ganguan sensorik): -
7) Ketajaman pendengaran:
Pendengaran Ny.M masih bagus
Apakah menggunakan alat bantu dengar : -
Tinutus :-
Serumen :-
8) Rasa sakit dan nyeri :-
Sistem kardiovaskuler
1) Sirkulasi periper
Warna :-
Kehangatan :-
2) Denyut nadi apikal :-
3) Pembengkakan vena jugularis :-
4) Pusing : Ny.M terkadang merasakan
pusing
5) Nyeri dada :-
6) Edema :-
Sistem Gastrointestinal
1) Status gizi :
Baik dibuktikan dengan kwantitas makan kali sehari
2) Pemasukan diet :-
3) Anoreksia :-
4) Mual :
Ny.M terkadang mual jika sedang sakit
5) Muntah :
Ny.M juga terkadang muntah jika sedang sakit
6) Mengunyah dan menelan : Tidak ada gangguan
7) Keadaan gigi : Baik
8) Rahang : Baik
9) Rongga mulut : Baik
10) Bising usus :-
11) Keadaan perut : Sakit ketika maag Ny.M kambuh
12) Konstipasi (sembelit): -
13) Diare :-
14) Inkontinesia alvi :-
Sistem Genitourinarius
1) warna dan bau urune : -
2) Distensi kandung kemih :-
3) Inkontinensia :-
4) Frekuensi : Ny.M sering BAK
5) Tekanan/ desakan :-
6) Pemasukan cairan :-
7) Pengeluaran cairan :-
8) Disuria :-
Sistem Kulit
1) Kulit
Temperature : Normal
Tingkat kelembaban : Normal
Keadaan luka
- Luka terbuka/tertutup :-
- Robekan :-
Turgor (kekenyalan kulit) :
Sudah menurun karena keadaan kulit yang mulai keriput
Pigmen : Baik
2) Jaringan parut :-
3) Keadaan kuku : Terawat
4) Keadaan rambut : Tidak Terawat
5) Ganggua-gangguan umum : Mengeluh tubuhnya terasa
gatal-gatal
Sistem Muskuloskeletal
1) Kontraktur :-
Otot :
Baik akan tetapi Ny.M terkadang merasakan sakit dibagian otot-
otot
Tendon :-
Gerakan sendi :
Baik akan tetapi Ny.M juga terkadang merasakan sakit dibagian
sendi-sendinya
2) Tingkat mobilisasi
Ambulasi (Dengan atau tampa bantuan/peralatan): -
Gerakan : Mandiri
3) Gerakan sendi : Baik
4) Paralisis :-
5) Kifosis :-
b. Psikologis
Pengenalan masalah-masalah utama :
Ny.S jika ada masalah baik yang berhubungan dengan keluarga
maupun yang berhubungan dengan diri sendiri sebisa mungkin Ny.S
mengenal masalah dan berusaha memecahkan masalah dengan
perawat yang ada di wisma.
Sikap terhadap proses penuaan :
Ny.M menerima keadaannya yang seperti saat ini karena Ny.S
berpikiran bahwa semua orang akan mengalami tua.
Perasaan dibutuhkan :
Merasa dibutuhkan oleh orang-orang sekitar yang berada di wisma.
Pandangan terhadap kehidupan :
Ny.M bersyukur dengan kehidupannya yang sekarang.
Koping Stressor :-
Penyesuaian diri :
Ny.M mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar di
wisma.
Kegagalan :
Ny.M tidak merasakan kegagalan dalam hidupnya.
Harapan saat ini dan yang akan datang : -
Fungsi kognitif : Baik
Daya ingat : Baik
Proses pikir : Baik
Orientasi :
- Kemampuan :
Ny.M sudah tidak mampu mengenal dengan baik. Baik untuk
tempat, waktu, orang atau lingkungan sekitar.
Kemampuan dalam penyelesaian masalah :
Ny.M sebisa mungkin berusaha menyelesaikan masalah yang ada
baik itu berhubungan dengan diri maupun lingkungan sekitarnya
c. Sosial Ekonomi
Sumber keuangan :Hasil dari pemberian
anaknya
Kesebukan dalam mengisi waktu luang :-
Teman tingal :Teman-teman di wisma
Kegiatan organisasi :-
Pandangan terhadap lingkungan :
Pandangan Ny.M terhadap lingkungannya baik.
Hubungan dengan orang lain di luar rumah
Hubungan Ny.M dengan orang lain diluar rumah baik dan masih
terjaga hanya saja melupakan nama-nama mereka.
Yang biasa penyaluran hobi/keinginan sesuaifasilitasyangada : -
d. Spritual
Kegiatan ibadah :Melaksanakan sholat dan
berpuasa
Kegiatan keagamaan :-
Penampilan lansia : Baik
e. Psikososial
Tingkat ketergantungan :
Ny.M tidak begitu tergantung dengan orang dibuktikan dengan
Ny.S masih dapat melakukan kegiatannya sendiri.
Fokus diri : Kurang Fokus
Perhatian :
Ny.M kurang perhatian dengan keadaan sekitar terutama dengan
dirinya sendiri
Rasa kasih sayang :
Ny.S memilki rasa kasih sayang baik terbukti dengan saat
ditanyakan mengenai anak-anak dan cucunyanya dia begitu
antusias.
B. Analisis Data
Data Subjektif Data Objektif
1. Ny.M mengatakan tidak 1. Tingkat kesadaran
mengetahui tanggal, waktu, CM(E5V4M6)
bulan, dan tahun 2. TD:120/80 mmHg
2. Ny.M mengatakan tidak RR:20 X/Menit
mengetahui nama tempat dia Suhu:360C
tinggal, kelurahan, kecamatan, BB:45 Kg
kabupaten, dan provinsi. TB:148 CM
3. Ny.M mengatakan lupa nama 3. Ny M tampak tidak ada
teman sewisma hanya mengenal kontak mata saat
wajah lupa nama berbicara
4. Ny.M mengatakan tidak mandi 4. Ketika ditanya
karena dingin menjawab dengan
5. Pengasuh mengatakan Ny M cepat, kadang tidak
malas mandi, jika mandi tidak menjawab pertanyaan
dijaga hanya mencuci muka, yang diberikan
menggunakan sabun mandi 5. Ny M hanya
untuk cuci rambut meceritakan hal yang
6. Ny M sering jalan sendiri tanpa sama
arah dengan pandangan visus 6. Ny M tampak
2/6 mengeluh seluruh
tubuhnya gatal-gatal
7. Kulit Ny M tampak
kotor dan bersisik
8. Pakaian Ny M kotor
dan berbau
9. Keadaan umum Ny M
berantakan
10. Ny M tampak
menggaruk-garuk
badan
DO:
- TD:120/80
mmHg
RR:20 X/Menit
Suhu:360C
BB:45 Kg
TB:148 CM
- Ny M tampak
mengeluh seluruh
tubuhnya gatal-
gatal
- Kulit Ny M
tampak kotor dan
bersisik
- Pakaian Ny M
kotor dan berbau
- Keadaan umum
Ny M berantakan
- Ny M tampak
menggaruk-garuk
badan
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Dukungan perawatan
diri: mandi keperawatan 2 X 24 jam diri: mandi
berhubungan diharapkan masalah defisit Observasi
dengan gangguan perawatan diri dapat teratasi Identifikasi usia dan
pemeliharaan dengan kriteria hasil: budaya dalam
kesehatan Indikator awal akhir membantu
Kemampuan 1 3 kebersihan diri
mandi Identifikasi jenis
Verbalisasi 2 3 bantuan yang
keinginan dibutuhkan
melakukan Monitor kebersihan
perawatan (misal rambut, mulut
diri kulit, kuku)
PENCARIAN JURNAL
JURNAL 2
1. Pertanyaan
“ Apakah terdapat pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat
demensia ?”
2. PICO
P : Demensia.
I : senam otak.
C :
O : penurunan tingkat demensia.
a. Cara share di google scholar
“Demensia DAN senam otak DAN penurunan tingkat demensia”
b. Hasil jurnal yang diperoleh
2. JURNAL 2
Dari penelitian diatas didapatkan hasil bahwa Dari 32 responden
lansia dengan demensia yang melakukan senam otak, terdapat 21
lansia dengan kategori fungsi kognitif normal (65,6 %), 7 lansia
dengan kategori penurunan fungsi kognitif ringan sedangkan 4 lansia
dalam kategori penurunan fungsi kognitif sedang.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa senam otak dapat yang dilakukan
secara teratur dapat mencengah dan memperlambat penurunan
kognitif yang dialami oleh lansia dengan demensia atau dengan kata
lain terdapat pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif lansia
dengan demensia.
Oleh karena itu, perawat komunitas sangat disarankan untuk
menggunakan atau mengajarkan terapi senam otak ini kepada lansia
dengan demensia untuk mengatasi masalah demensia lansia.
3. JURNAL 3
senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang di lakukan
untuk merangsang otak kiri dan kanan. Senam otak bertujuan memicu
otak agar tidak kehilangan daya intelektual. Manfaatnya
mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen lancar, fungsi otak optmal
dan akhirnya kemampuan daya ingat atau memori jangka pendek
meningkat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan
fungsi vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum,
pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan
dapat terganggu (Elizabeth, 2009).
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingatdan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan
gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif. Perubahan mood dan
tingkah lakusehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari
penderita (Aspiani R. Y., 2014).
Demensia seringkali luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh
tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk
dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan
mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu
yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia.
Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai
dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian
syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan
juga tes laboratorium (Wati, 2012).
B. Saran
Penerapan asuhan keperawatan oleh perawat pada pasien
hendaknya tidak hanya berfokus pada aspek fisik dan psikologis, tetapi juga
mempertimbangkan aspek spiritualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2.Jakarta:
CV. Trans Info Media
Boedhi-Darmojo. (2009). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi 4. Jakarta:
FKUI.
Cerdas dan Sehat”. Edisi ke 2. Jogjakarta: Katahati; 2008
Craven & Hirnle. 2000. Permasalahan Strategis, (Terjemahan). Jakarta:
https://repository.poltekeskupang.ac.id.
Elizabeth, C. (2009). Buku Saku: Patofisiologi. Ed. 3.Jakarta: EGC
Fictoria, ferderika. 2018. Asuhan Keperawatan Lansia.
https://repository.poltekeskupang.ac.id/343/1/KTI.
Harahap, H.S., Rianawati, S.B. 2015. Demensia terkait infeksi. Jurnal MNJ,
Vol.01, No.01, Januari 2015
Idral Purnakarya. 2009. Peran zat gizi makro terhadap kejadian demensia pada
lansia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret-September 2009, Vol. 03 No.
2
Judarwanto W. Alergi Makanan dan Autisme. . (Online) 2000.
Maulana M. Anak Autis ”Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain
Menuju Anak
Muttaqin,A. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persafaran. Jakarta : Salemba Medika
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi Dan Klasifikasi. Edisi 10
Editor. Jakarta. Mediaaction
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3.(M. Ester, & E.
Tiar, Eds.) jakarta: Buku Kedokteran EGC
Rochmah W., Harimurti K. 2014. Demensia. Dalam buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Ed 4. Jakarta: Interna Publishing; h.3804-9.
Sopyanti, Y.D., Citra, Windani, M.S., Nina, Sumarni. 2019. Gambaran status
demensia dan depresi pada lansia. Jurnal Keperawatan Komprehensif
Vol. 5 No. 1, januari 2019 26:38
Theresia, Edith. 2019. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Demensia. Kupang:
https://repository.poltekeskupang.ac.id.
Wahjudi, N. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC