PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (ADA, 2014). Ada 4 macam diabetes yaitu diabetes tipe
1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes karena faktor lain, dimana
proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
menderita diabetes mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita
diabetes mellitus tipe 1 (CDC, 2014). Berdasarkan data Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) jumlah penderita diabetes di Indonesia
telah mencapai 9,1 juta orang dan diperkirakan menjadi 21,3 juta di tahun
2030 (Perkeni, 2015).
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit gangguan metabolik yang
ditandai dengan adanya peningkatan gula darah akibat penurunan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin).
Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula dalam darah.
Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah /
hiperglikemia. Faktor risiko terjadinya diabetes tipe 2 adalah usia, jenis
kelamin, obesitas, genetik, kurang aktivitas, hipertensi, riwayat diabetes
gestasional, konsumsi alkohol dan merokok. Kejadian diabetes tipe 2 pada
wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes
karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh
yang lebih besar.
Adanya kandungan kadar gula yang tinggi dalam darah dalam
beberapa waktu juga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Dalam
jangka waktu yang pendek dapat menyebabkan hypoglikemia dan
ketoacidosis. Sedangkan dalam jangka waktu yang panjang penyakit ini juga
dapat menimbulkan berbagai komplikasi penyakit lain seperti kerusakan pada
mata/retinopati, kerusakan saraf/neuropathy, penyakit ginjal/nefropati
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori lansia?
2. Bagaimana konsep teori Diabetes Melitus ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan Diabetes Melitus?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiwa mampu mengetahui konsep teori lansia
2. Mahasiwa mampu mengetahui konsep teori hipertensi
3. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan
hipertensi
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Lansia
1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. Batasan lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi lansia
sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur
yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 (enam puluh) tahun ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
3. Teori Proses Penuaan
5
a. Teori Genetik
1) Teori Genetic Clock
Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di
dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua
itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.
2) Teori Mutasi Somatik
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik
akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam
proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
protein/enzim. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi,
sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga
terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Wahjud Nugroho,
2010).
b. Teori Non Genetik
1) Teori Penurunan Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika
mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenalinya sehingga merusak sel nya. Hal ini yang
mendasari peningkatan penyakit auto – imun pada lanjut usia
(Wahjudi Nugroho, 2010).
2) Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam
tubuh karena adanya proses metabolism atau proses pernapasan di
dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau
molekul yang tidak stabil karena mempunyai electron yang tidak
berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul
lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam
tubuh (Wahjudi Nugroho, 2010).
3) Teori Menua Akibat Metabolisme
6
B. DIABETES MELITUS
1. Definisi
a. Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & Suddart,
2002 : 1220),
b. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, 2009).
13
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambila
glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin
yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal/sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel – sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes melitus tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekrsi insulin yang merupakan ciri khas diabetes melitus tipe II,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu,
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
6. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus menurut
Riyadi (2007 : 80 ) yaitu :
- Poliuria ( Peningkatan pengeluaran urin)
- Polidipsia ( Peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar
dan keluarnya air menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik
(sangat peka). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretik hormone) dan menimbulkan rasa haus.
- Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
- Polifagia (Peningkatan rasa lapar)
- Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
17
atau lebih akar saraf dan dapat disertai dengan kelemahan motorik,
biasanya dalam waktu 6-12 bulan.
2) Makroangiopati
- Penyakit jantung koroner dimana diawali dari berbagai bentuk
dislipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada
DM sendiri tidak meningkatkan kadar LDL, namun sedikit kadar
LDL pada DM tipe II sangat bersifat atherogeni karena mudah
mengalami glikalisasi dan oksidasi.
- Kaki Diabetik
Terdapat 4 faktor utama yang berperan pada kejadian kaki diabetes
melitus :
(1) Kelainan vaskular : Angiopati, contoh : aterosklerosis
(2) Kelainan saraf : Neuropati otonom dan perifer
(3) Infeksi
(4) Perubahan biomekanika kaki
8. Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhan atau gejala sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara
menormalkan kadar glukosa. Penatalaksanaan pada diabetes melitus yaitu :
a. Perencanaan makan
Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan
jenis makan yang harus dihindari adalah gula. Menurut Tjokro Prawiro
(1999), penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung prosentase
Relatif Body Weigth dan dibedakan menjadi:
- Kurus : berat badan relatif : <90%
- Normal : berat badan relatif : 90-110%
- Gemuk : berat badan relatif : >110 %
- Obesitas : berat badan relatif : >120 %
Obesitas ringan 120 – 130 %
Obesitas sedang 130 – 140 %
Obesitas berat 140 – 200 %
20
insulinnya tergantung kepada makanan, olah raga dan pola kadar gula
darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan
dalam makanan dan olah raga.
Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin
tidak sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena
itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi
ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi
terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya.
d. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala,
jenis atau macamnya, komplikasi, penatalaksanaan pada penderita DM
dan pemantauan kadar gula darah
Pemantauan kadar gula darah penting karena membantu menentukan
penanganan medis yang tepat sehingga mengurangi resiko komplikasi
yang berat, dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes.
Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan dengan berbagai cara
baik di laboratorium, klinik bahkan dapat dilakukan pemantauan kadar
gula mandiri yang dapat dilakukan pasien dirumah dengan menggunakan
alat yang bernama Glukometer.
(kuning jernih, tidak ada 1. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan.
2. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake nutrisi
endapan)
9 CRT < 2s 5 untuk meningkatkan kadar albumin darah
10 Mukosa membrane dan 5 Kolaborasi:
kulit kering (-) 1. Berikan terapi cairan sesuai instruksi dokter
11 Hematokrit 35%-50% 5 2. Berikan transfuse darah sesuai hasil kolaborasi dengan
28
-Berkerin gat
Kela in an Meta bolis me Hip oglik emia -Gemeta r, sakit
kepala , Palp ita si
Kela in an Meta bolis me Karbohid rat Kela in an Meta bolis me Lemak Kela in an Meta bolis me Prote in
Outp ut glu kosa darah Lip ogenesis menurun, Lip olis is menin gkat Fasilita s Penurunan Proses
In put glu kosa darah
menurun (glik ogenolis is tr ansmembran -Transkrip si
menin gkat (glik ogenolis is
menurun, glik olis is dala m asam amin o -Transla si
dala m hepar menin gkat,
oto t menurun, lip ogenesis Mobilis asi asam le mak menin gkat berkurang -Replik asi
glu koneogenesis menin gkat
di adip osa menurun -Prolite rasi sel
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DIABETES MELITUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S No. RM : (-)
Usia : 60 tahun Tgl. Masuk : (-)
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl. Pengkajian :4
februari 2014
Alamat : RT 07 RW 14 Sumber informasi :Klien
dan menantu
No. Telp : (-) Nama klg. dekat yg bisa dihubungi :
Status Pernikahan : Janda
Agama : Islam Status : Anak
Suku : Jawa Alamat : RT 07
RW 14
Pendidikan : SD No. Telp : (-)
Pekerjaan : Pendidikan : SMA.
Lama Bekerja : (-) Pekerjaan :
Wiraswasta
B. Status Kesehatan Saat ini
Klien mengeluh nyeri pada tengkuk leher dan gringgingan
C. Riwayat Kesehatan Saat ini
Klien mengatakan merasa nyeri dan berat di tengkuk leher. Keluhan
pada tengkuk terasa + 2 hari terakhir pada waktu bangun tidur. Klien juga
mengeluh sering terbangun saat tidur secara tiba-tiba dan memiliki sakit DM
kurang + 10 tahun. sering merasa geringgingen di kaki dan tangan. Gula
darah terakhir pada bulan januari yaitu 180. Klien rutin minum obat
Glibenklamid. Klien juga sudah mengatur pola makan dan menghindari
makanan yang manis-manis. Pandangan klien juga kabur sejak terdiagnosa
Diabetes Militus pada tahun 2000
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : kaki kanan tertusuk kayu
b. Operasi (jenis & waktu) : Klien tidak pernah melakukan operasi
c. Penyakit :
Kronis : Diabetes Militus
d. Terakhir masuk RS : Klien tidak ingat tanggal masuk RS
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll) : Klien tidak alergi
34
Klien
Perempuan hidup
Perempuan Meninggal
Laki-laki Hidup
Laki-Laki Meninggal
F. Riwayat Lingkungan
Klien mengikuti posyandu lansia secara rutin dan pergi ke mushola
G. Pola Aktifitas-Latihan
Makan/minum Mandiri
Mandi 2x sehari
Berpakaian/berdandan Mandiri
Toileting Mandiri
35
Telinga:
Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
Peradangan : Tidak
Pendengaran : normal
Keluhan lain : Tidak ada
Leher:
Posisi Trakea : Simetris
Pembesaran kel.tiroid : Tidak ada
JVD : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Dada:
Bentuk dada : Simetris
Retraksi : (-)
Wheezing : (-)
Ronchi : (-)
Suara jantung tambahan : (-)
Abdomen:
Bentuk : Besar
Nyeri tekan : (-)
Kembung : (-)
Supel : (-)
Bising usus : Frekuensi: 12 x/mnt
Massa : (-)
Genitalia/anus:
Kebersihan : Tidak Terkaji
Hemoroid : Tidak ada
Hernia : Tidak ada
Ekstremitas:
Massa/tonus otot : Nilainya 4 (melawan gravitasi dengan tahanan)
Postur tubuh : Normal, klien dapat berdiri dengan tegak
39
PENGKAJIAN PSIKOGERONTIK
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Alamat : RT 07 RW 14 Kendalsari Malang
Status Menikah : Janda
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tingkat Pendidikan : SD
Riwayat pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
1. Masalah emosional : Klien mudah memikirkan sesuatu tentang suatu
masalah, misalnya diabetes militusnya meski sudah menerapkan pola hidup
sehat.
2. Tingkat Kerusakan Intelektual
40
5 tingkat:
4. Mengingat 3 3 Meminta klien untuk menyebutkan
objek pada poin 2:
5. Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjuk benda
tersebut):
Meminta klien untuk mengulangi
kata berikut ”tak ada jika, dan, atau,
tetapi”.
Klien menjawab........
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah. Ambil ballpoint di tangan
Anda, ambil kertas, menulis saya
mau tidur.
Perintahkan klien untuk hal berikut
(Bila aktivitas sesuai perintah nilai
1 poin)
’tutup mata Anda’
Perintahkan pada klien untuk
menulis atau kalimat dan menyalin
gambar
Total Nilai 30 29 Kognitif baik
Pengkajian ADL
Modifikasi dari Barthel Index
Aktifitas
Skor
1. Makan
0= tidak mampu
10
5= dengan bantuan
42
10= mandiri
2. Mandi
0= dengan bantuan
5
5= mandiri
3. Kebersihan diri
0= dengan bantuan
`5
5= mandiri
4. Berpakaian
0= dengan bantuan
5= butuh bantuan pada setengah aktifitas
10
10= mandiri
5. Mengontrol defekasi
0= inkontinen (termasuk pemberian enema)
10
5= occasional
10= kontinen
6. Mengontrol berkemih
0= inkontinen (termasuk kateter)
5= occasional
10
10= kontinen
7. Penggunaan toilet
0= dengan bantuan
10
5= butuh bantuan pada beberapa aktifitas
10= mandiri
43
8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, termasuk duduk
di tempat tidur
0= tidak mampu. Tidak ada keseimbangan
5= dengan bantuan mayor (1/2 orang), dapat duduk
10
10= dengan bantuan minor (verbal/fisik)
15= mandiri
9. Mobilitas (pada permukaan datar)
0= tidak mampu. < 50m
5= ketergantungan kursi roda, termasuk pegangan. >50m
10
10= berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal/fisik). >50m
15= mandiri (bisa dengan bantuan, mis. tongkat). > 50m
10. Naik turun tangga
0= tidak mampu
5= butuh bantuan
5
10= mandiri
Interpretasi: ketergantungan moderat Total
85
LAMPIRAN : KUISIONER
Data respoden
Nama pasien : Ny. S
Usia : 60 tahun
Alamat : RT 07 RW 14 Kendalsari Malang
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : tidak bekerja
Merokok : tidk
Konsumsi Cafein : kadang-kadang
Minum Obat : ya
Posisi tidur : terlenteng
Nyeri : ya
Mengangkat beban : jarang
Riwayat penyakit : Diabetes Militus
Konsumsi obat – obatan 2 minggu terakhir : Glibenklamid
45
b. Tidak
10 Apakah saat ini anda memiliki keluhan yang paling mengganggu
tidur anda?
a. Pusing B B B
b. Nyeri
A C
c. Sering kencing di malam hari
d. Sering batuk di mlam hari C
e. Tidak ada keluhan
11 Apakah anda memiliki kebiasaan sebelum tidur seperti
a. Minum kopi atau teh
b. Merokok
D D D
c. Minum alkohol
d. Minum obat untuk penyakit saya
12 Kalau pada malam hari anda merasa tidur anda kurang, apa yang
anda rasakan?
B
a. Saya merasa mudah marah dan tersinggung B B
b. Saya merasa susah berkonsentrasi
c. Saya merasa mudah lelah dan malas untuk beraktifitas
d. Kurang tidur tidak memberikan efek apa – apa terhadap saya
Snoring* √ √ √ √ X √ X 4
Waking sympthom: Nyeri leher, √ √ √ √ X √ X 5
punggung, sakit kepala*
Jumlah bantal yang dipakai 2 2 2 1 1 1 1
Latihan Otot Progresif
Kognititf: klien mampu menjelaskan
Definisi relaksasi progresif X X 0
Manfaat relaksasi progresif X √ 1
Psikomotor: klien melaporkan
Melakukan latihan otot progresif* X √ X √ √ √ √ 5
NB: * beri tanda centang (v)
ANALISA DATA
Pengelompokan Data Etiologi Masalah
DS: Usia lanjut, nyeri pada tengkuk leher Gangguan
¯
Klien mengataka nyeri pada pola tidur
Penurunan serotonin, melatonin dan hormon
tengkuk leher
yang membantu tidur
Keluhan nyeri + 2 hari
¯
Klien memiliki riwayat sakit Kesulitan memulai tidur dan tidur kembali
DM saat tebangun di malam hari
Klien mengatakan mudah ¯
terbangun dari tidur Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pada
Sering pipis pada malam hari lansia
Mudah lelah kalau pada pagi ¯
hari Gangguan pola tidur
DO :
TD = 130 / 80 mm Hg
RR = 18 x / menit
Nadi = 90 x/menit
DS: Kurang informasi tentang gangguan tiur dan Kurang
Klien mengatakan tidak cara menanganinya Pengetahuan
mematikan lampu pada malam ¯
Perilaku kebiasaan tidur yag berefek pada
hari
Klien mengatakan jarang tidur gangguan tidur lansia
(minum air putih sebelum tidur, tidak
siang
Klien mengatakan Biasanya mematikan lampu pada waktu tidur, nyeri
minum pada malam hari leher dan posisi tidur yang salah)
¯
sebelum tidur Gangguan pemenuhan ebutuhan tidur pada
Klien mengatakan Mengeluh
lansia
nyeri pada tengkuk leher ¯
Klien mengatakan Kalau tidur Lansia tidak tau apa yang harus dilakukan
posisi terlentang dan untuk mengatasi gangguan tidur
mengorok ¯
Kurang pengetahuan
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pola tidur
2. Kurang pengetahuan
51
RENCANA KEPERAWATAN
No Dx Keperawatan Kriteria Indikator Intervensi
1 gangguan pola tidur Lansia mampu 75% Lansia dapat menerapkan Berikan penyululuhan mengenai penyebab dan
menerapkan perilaku pemenuhan makan dan minum 52
cara mengatasi gangguan tidur pada lansia
yang memperbaiki yang menganggu dan membantu Libatkan keluarga dalam mengawasi kebiasaan
kualitas tidur tidur dengan baik tidur lansia yang baik dalam membatu memenuhi
Lansia mampu 75% lansia dapat minum obat tidur lansia
mendemonstrasikan sesuai jadwal Ajarkan teknik relaksasi otot progresif
teknik relaksasi napas 75% lansia dapat membatasi Dorong lansia untuk mendemonstrasikan terapi
dalam aktivitas sesuai kemampuan relaksasi otot progresif
75% lansia menerapkan posisi Libatkan keluarga untuk mendorong lansia untuk
tidur yang baik berlatih terapi relaksasi setiap akan tiur
75% lansia menerapkan terapi Anjurkan lansia untuk mandi dengan air hangat
relaksasi otot progresif dan mengompres sendi-sendi yang sakit dengan
waslap hangat.
Follow up perkembangan gangguan tidur klien
dan kebiasaan tidur klin setiap hari
2 Kurang pengetahuan Lansia Sebanyak 80% lansia dapat Kaji tingkat pengetahuan lansia dan keluarga
memperhatikan dan menjelaskan tentang gangguan tentang gangguan tidur dan cara mengatasi
mampu menjawab tidur Ajarkan pada lansia tentang kebiasaan sebelum
pertanyaan penyuluh Sebanyak 80% lansia dapat tidur yang harus dihindari
dengan benar menjawab pertanyaan tentang Beri informasi pada lansia dan keluarga tentang
Lansia mampu nutrisi yang membantu tidur nutrisi yang membantu tidur, posisi tidur, dan
menjelaskan kembali Sebanyak 75% lansia dapat modifikasi lingkungan menjelang tidur
materi ayng diberikan menjelaskan tentang jenis obat, Berikan informasi pada lansia tentang pentingnya
perawat efek samping, dosis, dan cara modifikasi lingkungan dan mematikan lampu saat
minum obat yang benar tidur
Sebanyak 75% lansia dapat Menjelaskan pada lansia tetang cara mengangkat
menjelaskan posisi tidur yang yang baik
baik, jumlah bantal yang dipakai, Evaluasi pengetahuan lansia mengenai gangguan
53
ari tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam gerakan senam, ekspresi wajah baik
A: Masalah teratasi sebagian
2014 mengatasi nyeri
P: Intervensi dihentikan
3. Mengeksplorasi perasaan individu dan
persepsinya terhadap kebiasaan tidur
4. Mengajak klien untuk mempragakan teknik
relaksasi otot progresif
5. Melakukan terminasi.
60
BAB IV
PENUTUP
61
A. Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan selama 5 kali pertemuan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Masalah keperawatan gangguan pola tidur , teratasi sebagian
2. Masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan
konflik keputusasaan, teratasi sebagian.
3. Motivasi klien untuk mempertahankan kesehatan dan meningkatkan frekuansi teknik
relaksasi otot progresif
B. Saran
Perlu adanya pendidikan kesehatan tentang akibat dari gangguan poka tidur, keterlibatan
keluarga untuk mengatur pola diit, dan support untuk rutin mengikuti olahraga. Selain itu,
perlu adanya observasi tekanan darah klien secara periodik dan rutin karena klien tidak
merasakan tanda dan gejala dari hipertensi yang dialaminya.