Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (DIARE) PADA


LANSIA

MAKALAH SEMINAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Makalah Seminar pada Mata Kuliah


Komunitas II Semester Lima

Disusun Oleh :

1. Shiffa Arrizqi G2A016051 7. Tiara Widya H. G2A016057


2. Dhia Ramadhani G2A016052 8. Nihayatuzzulfah G2A016058
3. Shinta Mayang S G2A016053 9. Siti Muharromah G2A016059
4. Lia Anis Syafaah G2A016054 10. Dinda S. G2A016060
5. Muflikhatul U. G2A016055 11. Deni Purnasari G2A016061
6. Qurrata A’yun G2A016056

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-
Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan (Diare) Pada Lansia”.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II di Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada :

1. Bapak/Ibu selaku dosen pengampu pada mata kuliah Keperawatan Komunitas


II.
2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Keperawatan Komunitas II.
3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Makalah “Asuhan Keperawatan
Gangguan Pencernaan Pada Lansia”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu
persatu.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………...……………………………………………… ii
Daftar Isi………………….. ...………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN……….....………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…….……………………………………………………. 1
B. Tujuan …..……………………………………………………………… 2
C. Metode ………………………………………………………………….. 2
D. Sistematika ……..…………………………………………………….... 3
BAB II KONSEP DASAR………………………………...…………...……… 4
A. Pengertian ……………………………………..……………………….. 4
B. Etiologi…………………........................................................................... 5
C. Patofisiologi … …………………………………………………………. 6
D. Manifestasi Klinis ………………………………………………………. 7
E. Komplikasi ……………………………………………………………... 7
F. Penatalaksanaan ………………………………………………………… 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIARE……….. 9
A. Pengkajian Fokus ……………………………………………………….. 9
B. Pathway Keperawatan ………………………………………………….. 13
C. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………… 14
D. Intervensi dan Rasional ………………………………………………… 14
BAB IV PENUTUP …………….……………………………………………... 18
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 18
B. Saran …………………………………………………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia merupakan kelompok usia dengan jumlah yang banyak didunia
terutama di Asia dan negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan data
Kementrian Kesehatan RI (2013), 50% dari seluruh lansia di dunia terdapat di
Asia dan jumlah lansia yang meningkat di negara berkembang seperti Indonesia
lebih tinggi dari negara maju. Pada tahun 2010-2035, di Indonesia, jumlah lansia
akan mengalami peningkatan (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Data-data
tersebut menunjukan bahwa kesehatan lansia masih dapat dipertahankan
sehingga lansia memiliki usia hidup yang lebih panjang.

Masalah kesehatan terbanyak yang dialami lansia adalah penyakit


degeneratif atau tidak menular yang sering terjadi akibat gaya hidup yang tidak
sehat pada lansia (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Penyakit degeneratife
disebabkan karena terjadinya penurunan berbagai fungsi tubuh akibat proses
penuaan pada lansia (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Perubahan terkait usia
dapat terjadi pada sistem pencernaan lansia. Selain itu, pola makan pada lansia
sering tidak teratur dikarenakan kemampuan daya ingat terhadap waktu makan
sangat terbatas dan biasanya juga dalam kondisi terlalu lapar namun kadang-
kadang terlalu kenyang, Sehingga kondisi lambung dan pencernaan menjadi
terganggu.

Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun. Di
Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data
mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat diare dalam
waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih
merupakan penyebab kematian anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana
sudah maju. (Amin, L,Z, 2015). Di Indonesia temuan kasus diare yang dapat
ditangani sekitar total 60% , sedangkan berdasarkan perhitung an secara per
provinsi, Provinsi Jawa Tengah hanya mampu menangani 45% dari temuan

1
kasus diare (Pusdatin, 2018). Pravelensi diare menurut umur diare tersebar di
semua kelompok umur dengan pravelensi tertinggi terdeteksi pada anak balita
(1-4) tahun yaitu 16,7%, dan lansia (>75) tahun menempati posisi urutan ketiga
yaitu 10,4%. (Kementrian Kesehatan, 2013)

Perawat memiliki peran antara lain sebagai pemberi asuhan keperawatan.


Sebagai pemberi asuhan keperawatan, diare pada lansia harus segera ditangani
melalui intervensi keperawatan langsung. Dengan demikian ,kami tertarik untuk
melakukan studi melalui berbagai sumber sebagai bekal dalam memberi asuhan
keperawatan pada lansia yang menderita diare.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada lansia dengan
masalah sistem pencernaan Diare.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep lansia dan diare pada lansia
b. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi diare pada lansia
c. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi diare pada lansia
d. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinik diare bagi lansia
e. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan untuk lansia dengan
diare
f. Mahasiswa dapat menjelaskan pathways keperawatan dari diare
g. Mahasiswa dapat menjelaskan diagnosa keperawatan lansia dengan
diare
h. Mahasiswa dapat menjelaskan fokus intervensi dan rasional dari
diagnosa keperawatan

3. Metode Penulisan
Pada penulisan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan
Pencernaan (Diare) pada Lansia” ini, menggunakan metode studi pustaka

2
sebagai penunjang dan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan. studi
pustaka meliputi :
1. Mata kuliah yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang akan
dibahas dalam rangka mendapatkan gambaran yang bersifat teoritis.
2. Bahan pustaka dari berbagai sumber pada buku maupun buku elektronik
yang bersangkutan dengan judul tersebut.

4. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
Bab II Konsep Dasar meliputi Pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi
Klinik, Penatalaksanaan
Bab III Pengkajian Fokus, Pathways Keperawatan, Diagnosa Keperawatan
dan Fokus Intervensi dan Rasional.
Bab IV Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran.
Daftar Pustaka

3
BAB II
KONSEP DASAR

A. Konsep Lansia dan Diare


1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang berusia 65 tahun atau lebih (Kholifah,
2016). Berdasarkan kementerian kesehatan RI (2004) dalam kementerian
kesehatan RI (2013), di Indonesia, lansia adalah yang berusia 60 tahun
keatas. Selain definisi lansia, lansia dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok menurut beberapa referensi. Lansia menurut Kozier, Erb,
Berman, 2011 dalam Kholifah 2016) dikelompokan menjadi lansia awal
(65-67 tahun), lansia (75-85 tahun), lansia tua (85-100 tahun), lansia akhir
(lebih dari 100 tahun). Sedangkan lansia berdasarkan kementerian
kesehatan RI (1999) dalam BKKBN (2011), lansia dikelompokan menjadi
lansia dini (55-64 tahun), lansia (65 tahun keatas), dan lansia yang berisiko
tinggi (70 tahun ke atas).

2. Sistem Pencernaan Lansia dan Perubahannya.


Sistem pencernaan lansia mengalami beberapa perubahan fisiologis.
Proses pencernaan lansia mengalami penurunan (Amin, L,Z, 2015).
Namun, karena luasnya persoalan fisiologis pada sistem gastrointestinal,
hanya sedikit masalah-masalah yang berkaitan dengan usia yang dilihat
dalam kesehatan lansia. Banyak masalah-masalah GI yang dihadapi oleh
lansia lebih erat dihubungankan dengan gaya hidup mereka. Mitos umum
dikaitkan dengan fungsi normal saluran gastrointestinal dan perubahan-
perubahan kebutuhan nutrisi lansia.
Menurut Stanley, M (2007) Perubahan-perubahan proses penuaan
pada sistem gastrointestinal yang normal dijelaskan dalam table sebagai
berikut.

4
Perubahan normal terkait usia Implikasi klinis
Rongga Mulut
a. Hilangnya tulang peritoneum a. Tanggalnya gigi
dan peridontal b. Kesulitan dalam
b. Retraksi dari struktur rasa. mempertahankan pelekatan
c. Hilangnya kuncup rasa. gigi palsu yang pas
c. Perubahan sensasi rasa.
d. Peningkatan penggunaan
garam
Esophagus, lambung, usus
a. Dilatasi esophagus a. Peningkatan resiko aspirasi
b. Kehilangan tonus sfingter b. Perlambatan mencerna
jantung makanan
c. Penurunan refleks muntah c. Penurunan absorpsi obat-
d. Atrofi mukosa lambung obatan, zat besi, kalsium,
e. Penurunan motilitas lambung vitamin B12
d. Konstipasi sering terjadi
(Stanley, Mickey, 2007)

3. Definisi Diare
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan
feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam (Amin, L,Z, 2015).
Diare adalah defekasi yang meningkat dalam frekuensi, lebih cair,
dan sulit untuk dikendalikan. (Stanley, Mickey, 2007)
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan Diare merupakan suatu
keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,
ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari
3 kali sehari.

B. Etiologi Diare pada Lansia

5
Menurut Stanley,M (2007) Infeksi bakteri dan virus, impaksi fekal,
pemberian makanan melalui slang, dan diet yang berlebihan (terutama pisang)
dapat menyebabkan diare akut pada lansia. Sedangkan diare kronis pada lansia
dapat disebabkan oleh malabsorpsi, penyakit diventrikular, gangguan inflamasi
usus, atau obat-obatan, terutama antacid, antibiotic, antidisritmia, dan
antihipertensi.
Penyakit sistemik seperti tirotoksikosis, penyakit hati, neuropati diabetic,
dan uremia dapat menyebabkan diare. Penyakit iskemi di antara lansia,
terutama mereka dengan masalah jantung, dapat mengarah pada colitis iskemik
dengan diare. Prosedur pembedahan, seperti gastrektomi dan gangguan
psikogenik juga dapat menyebabkan diare.

C. Patofisiologi Diare pada Lansia


Berdasarkan Hasan (2005) dalam Wulandari (2016), mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

6
D. Manifestasi Klinik Diare bagi Lansia
Tanda dan gejala yang timbul:
1. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
2. Muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen, tenesmus
5. Membrane mukosa kering
6. Mual, muntah
7. Tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas menurun), ubun-
ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering.
8. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin
9. Malaise
(Suriadi, 2001)

E. Penatalaksanaan Untuk Lansia dengan Diare


Fokus utama penatalaksanaan keperawatan adalah untuk mempertahankan
nutrisi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit serta untuk mencegah
kerusakan kulit, sementara menemukan dan menghilangkan penyebab diare.
Malnutrisi dapat menjadi penyebab dan akibat dari diare pada lansia. Formula
asam amino bebas yang diberikan secara perlahan (20 sampai 30 ml/jam)
melalui slang lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi malnutrisi dan
meningkatkan absorpsi. Namun perlu diperhatikan pemberian makanan
melalui slang yang terlalu cepat atau yang memiliki osmolaritas terlalu tinggi
dapat menyebabkan diare pada lansia. Selain itu, klien harus diberikan hidrasi
secara adekuat sebelum program pemberian makanan jenis apapun dilakukan.
Pencegahan kerusakan kulit selama episode-episode diare memerlukan
pengawasan secara ketat. Kulit harus langsung dibersihkan dengan sabun
ringan dan air hangat dan dikeringkan dengan baik setelah buang air besar.

7
Krim pelembab protektif dapat memberikan perlindungan terhadap keasaman
enzim digestif.
Identifikasi penyebab diare, selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang
terarah. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit, seperti juga perubahan kadar
kalium dan natrium serum, dapat terjadi. Pada awalnya, perawat memeriksa
pasien untuk mengetahui adanya impaksi fekal. Penghitungan banyaknya feses
dan pengukuran asupan dan haluaran yang akurat perlu dicatat.
(Stanley,M 2007).

F. Komplikasi Diare pada Lansia


Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001) adalah :
1. Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram ).
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
4. Hiponatremi.
5. Syok hipovalemik.
6. Asidosis
7. Dehidrasi

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIARE

A. Pengkajian Diare pada Lansia


Data pengkajian yang perlu didapat menurut Kholifa (2016) dan Cyndi Smith
Greenbery, (2004) adalah :
1. Identitas klien
2. Data Fokus
a. Subjektif: Kelemahan, Diare lunak s/d cair, Anoreksia mual dan
muntah, Tidak toleran terhadap diit, Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada
kuadran kanan bawah, abdomen tengah bawah), Haus, kencing
menurun, Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun
cepat dan dalam (kompensasi ascidosis).
b. Objektif: Lemah, gelisah, Penurunan lemak / masa otot, penurunan
tonus, Penurunan turgor, pucat, mata cekung, Nyeri tekan abdomen,
Urine kurang dari normal, Hipertermi, Hipoksia / Cyanosis, Mukosa
kering, Peristaltik usus lebih dari normal.
3. Riwayat keperawatan
a. Awal serangan: gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
b. Keluhan utama: feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput kadir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB
lebih dari 4x dengan konsisten encer.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
5. Data Perubahan Fisik
Pengumpulan data dengan wawancara:
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,

9
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
d. Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,
f. Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
6. Data Pemeriksaan Fisik
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
a. Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat
kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan
mempunyai daya ingatan menurun atau melemah,
b. Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak.
Pupil: kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena
proses pemenuaan,
c. Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar,
tinnitus, serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di
bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
d. Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan),
auskultasi denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena
jugularis, apakah ada keluhan pusing, edema.
e. Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual,
muntah, kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan
rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah perut kembung
ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan
inkontinensia alvi.
f. Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi,
tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat
buang air kecil, kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks,
adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual.
g. Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban),
keutuhan luka, luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya

10
jaringan parut, keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada
gangguan-gangguan umum.
h. Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya
tendon, gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan
melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
7. Data Perubahan Psikologis
Data yang dikaji: Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan,
Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak, Apakah optimis dalam
memandang suatu kehidupan, Bagaimana mengatasi stres yang di alami,
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri, Apakah lansia sering mengalami
kegagalan, Apakah harapan pada saat ini dan akan datang, Perlu di kaji
juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
8. Data Perubahan Sosial Ekonomi
Data yang dikaji: Darimana sumber keuangan lansia, Apa saja
kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang, Dengan siapa dia tinggal,
Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia, Bagaimana pandangan lansia
terhadap lingkungannya, Seberapa sering lansia berhubungan dengan
orang lain di luar rumah, Siapa saja yang bisa mengunjungi, Seberapa
besar ketergantungannya, Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan
dengan fasilitas yang ada.
9. Data Perubahan Spiritual
Data yang perlu dikaji: Apakah secara teratur melakukan ibadah
sesuai dengan keyakinan agamanya, Apakah secara teratur mengikuti atau
terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan
penyantunan anak yatim atau fakir miskin. Bagaimana cara lansia
menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa, Apakah lansia terlihat
tabah dan tawakal.
10. Pengkajian Khusus Pada Lansia: Pengkajian Status Fungsional,
Pengkajian Status Kognitif

11
a. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Index Katz
b. Pengkajian status kognitif
1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah
penilaian fungsi intelektual lansia.
2) MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif dari
fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa
11. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang menurut Mansjoer (2013):
a. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula
juga ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman
penyebab dan uji retensi terhadap berbagai antibiotik.
b. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD),
elektrolit ( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai
kejang ).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
d. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

12
B. Pathways Keperawatan Diare

Infeksi: Malabsorpsi: Penyakit Sistemik: Faktor psikogenik


virus -Karbohidrat -tirotoksitosis dan prosedur
bakteri -Lemak -penyakit hati pembedahan
-Protein -neuropati diabetic
parasit
-uremia

Berkembang Tekanan
di usus osmotik ↑
SSP produksi hormon adrenalin ↑

↑ sekresi cairan Pergeseran cairan &


elektrolit ke rongga usus Motilitas usus ↑
dan elektrolit Nyeri Akut

Hipertermi Diare Defisit Pengetahuan

Kemerahan dan
Frekuensi BAB ↑ eleskrosi kulit Distensi Abdomen

Hilangnya cairan dan Mual & Muntah


elektrolit berlebih Gangguan
Integritas Kulit
Nafsu makan ↓
Gangguan
keseimbangan Asidosis Metabolik
cairan dan elektrolit Defisit Nutrisi

sesak
Dehidrasi Fisik Lemah

Gangguan Pertukaran
Gas
Resiko Resiko
Ketidakseimbangan Hipovolemia
Cairan
Risiko Gangguan
Jatuh Mobilitas
Fisik

(Hardhi & Amin. 2013)

13
C. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis
2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare
3. Nyeri Akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder (hiperperistaltik
usus)
4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus
terhadap zat gizi, mual / muntah
5. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap
dehidrasi
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi, iritasi
mukosa usus.
(Wulandari, 2016, dan SDKI, 2017)

D. Intervensi Dan Rasional


1. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan,
psikologis
Tujuan : mencapai BAB normal
Kriteria hasil : penurunan frekuensi BAB sampai kurang 3x. Feses
mempunyai bentuk
Intervensi :
a. observasi dan catat frekuensi defekasi
Rasional : membantu membedakan penyakit individu da mengkaji
beratnya tiap defekasi.
b. tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping temapat tidur
Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju
metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.
c. identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misal :
sayur- segar dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu
Rasional : menghindari iritasi meningkatkan istirahat usus

14
d. mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap, tawarkan
minuman jernih tiap jam hindari minuman dingian
Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau
menurunkan rangsang makanan atau minuman. Makan kembali secara
bertahap mencegah terjadinya kram dan diare berulang
e. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi misal : antikolinergik
rasional : menurunkan mortilitas atau peristaltik usus dan
menunjukkan sekresi degestif untuk menghilangkan kram dan diare

2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan


sekunder akibat diare.
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
KH: turgor baik, CRT < 2 detik, Mukosa lembab, Tidak pucat
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan mencagah syok
hipovolemik
b. Monitor intake cairan dan output
Rasional: untuk mengetahui balance cairan
c. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB minum banyak
Rasional: untuk mengembalikan cairan yang hilang
d. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Rasional: untuk mempertahankan cairan.

3. Nyeri Akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder,


Hiperperistaltik usus.
Tujuan : Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi
KH: skala nyeri 0, Klien mengatakan nyeri berkurang, Nadi 60 – 90 x /
menit, Klien nyaman, tenang, rileks
Intervensi :
a. Kaji karakteritas dan letak nyeri

15
Rasional: untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri
b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling
nyaman
Rasional: posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
c. Beri kompres hangat diperut
Rasional: untuk mengurangi perasaan keras di perut
d. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik
Rasional: untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri.

4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus


terhadap zat gizi, mual / muntah, anoreksia
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : BB sesuai usia, Nafsu makan meningkat, Tidak mual /
muntah
Intervensi :
a. Timbang BB tiap hari
Rasional: untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan mengetahui
tingkat perubahan
b. Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur)
Rasional: untuk membantu perbaikan absorbsi usus
c. Anjurkan beristirahat sebelum makan
Rasional: Memudahkan penyerapan nutrien
d. Anjurkan keluarga atau klien untuk makan dalam keadaan hangat
Rasional: keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan
e. Anjurkan keluarga atau klien untuk makan sedikit tapi sering
Rasional: untuk memenuhi asupan makanan
f. Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa
Rasional: untuk memenuh gizi yang cukup.
g. kolaboration pemberian obat anti emetik
Rasional: untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa mual dan
muntah

16
5. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder
terhadap dehidrasi
Tujuan : mempertahankan norma termia
KH: suhu dalam batas normal 36,2 – 37,60C
Intervensi :
a. Monitor suhu dan tanda vital
Rasional: untuk mengetahui vitalsign klien
b. Monitor intake dan output cairan
Rasional: untuk mengetahui balance
c. Beri kompres
Rasional: supaya terjadi pertukaran suhu, sehingga suhu dapat turun
d. Anjurkan untuk minum banyak
Rasional: untuk mengganti cairan yang hilang
e. Colaborasi pemberian obat penurun panas sesuai indikasi
Rasional: untuk menurunkan panas.

6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi


Tujuan : gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : tidak terjadi lecet dan kemerahan di sekitar anal
Intervensi :
a. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut
bilas dengan air bersih, keringkan dengan seksama kemudian olesi
dengan minyak atau salep.
Rasional: untuk mencegah perluasan iritasi
b. Beri stik laken diatas perlak klien
Rasional: untuk mencegah gesekan tiba-tiba pada bokong
c. Gunakan pakaian yang longgar
Rasional: untuk memudahkan bebas gerak
d. Monitor data laboratorium
Rasional: untuk mengetahui luasan / PH fases, elektrolit, hematoksit,
dll.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian makalah asuhan keperawatan diatas dapat disimpulkan:
1. Diare adalah defekasi yang meningkat dalam frekuensi, lebih cair, dan
sulit untuk dikendalikan. Infeksi bakteri dan virus, impaksi fekal,
pemberian makan melalui slang, dan diet yang berlebihan (terutama
pisang) dapat menyebabkan diare akut pada lansia, diare kronis dapat
disebabkan oleh malabsorpsi, penyakit diventrikular, gangguan inflamasi
usus, atau obat-obatan serta penyakit sistemik.
2. Manifestasi diare berupa Kelemahan, Diare lunak s/d cair, Anoreksia
mual dan muntah, Tidak toleran terhadap diit, Perut mulas s/d nyeri
(nyeri pada kuadran kanan bawah, abdomen tengah bawah), Haus,
kencing menurun, Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate
turun cepat dan dalam (kompensasi ascidosis).
3. Diare pada lansia dapat menyebabkan komplikasi berupa hipovolemia,
dehidrasi serta akibat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
lainnya
4. Fokus utama penatalaksanaan keperawatan adalah untuk
mempertahankan nutrisi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit serta
untuk mencegah kerusakan kulit.
5. Diagnosa keperawatan yang dapat diambil yaitu; Gangguan eliminasi
BAB : diare; Defisit volume cairan dan elektrolit; Gangguan rasa nyaman
nyeri; Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan; Hipertermi; Perubahan
integritas kulit.

18
B. Saran
Perawat harus lebih memperhatikan pasien, dalam memberikan asuhan
keperawatan hendaknya harus sesuai standar yang berlaku dan meningkatkan
kerja sama dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya . Diharapkan
setelah memahami konsep asuhan keperawatan ini mahasiswa mendapat bekal
dalam memberi asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan diare yang
sesuai standar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : Diva Press.

Amin, L,Z. 2015. Tatalaksana Diare Akut. Jurnal. Vol 42. No. 7. Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia. Di unduh pada tanggal 5
september 2018 jam 20.30 wib. Di
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_230CMETatalaksana%20
Diare%20Akut.pdf

Hardhi & Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action Publisihing

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi diare di Indonesia. Buletin. Di unduh


pada tanggal 5 september 2018 jam 20.30 wib. Di
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/b
uletin/buletin-diare.pdf

Kholifah, SN. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Pusdiknakes

Mansjoer, Arif. 2013. Kapita Selekta Kedokteran Ed 3. Jakarta : Media

Aesculapius

Pusat Data dan Informasi. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Di unduh pada

tanggal 5 september 2018 jam 20.30 wib. Di


http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/pr
ofil-kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-
Indonesia-2017.pdf

Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1.

Agung Seto. Jakarta.

Stanley, M.2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih bahasa, Nety Juniarti,
Sari Kurnianingsih ; editor edisi bahasa Indonesia, Eny Meiliya,
Monica Ester. Ed 2. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Wulandari, N. 2016. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis pada Lansia. S1 Ilmu

Keperawatan. Universitas Muhammadiyah. Di unduh pada tanggal


5 september 2018 jam 20.30 wib. Di
http://sasing.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-
nonikwulan-6278-2-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai