Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KEBIJAKAN TENTANG KESEJAHTERAAN

LANSIA DI INDONESIA
Tugas Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Pada Mata Kuliah
Pekerja Sosial Lansia

NAMA : ANNISA NUR RAHMADIYAH

NIM : 201310030311049

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016 / 2017

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat
menyusun makalah ini dengan baik, serta tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini saya akan membahas mengenai ANALISIS KEBIJAKAN
TENTANG KESEJAHTERAAN LANSIA DI INDONESIA.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengharapkan pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Malang, 9 April 2016

Penyusun,
BAB I

PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia di
atas 60 tahun keatas. Undang undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan lansia yang terdapat pada Bab I Pasal 1, yang dimaksud
dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lansia juga bisa diklasifikasikan dalam 2 kategori yakni lansia potensial dan tidak
potensial. Lansia potensial masih bisa berkarya atau bekerja untuk menghasilkan
uang atau barang. Sedangkan lansia tidak potensial yang sudah tidak berdaya
untuk menafkahi keluarga maupun hidupnya sendiri dan ia bergantung pada
keluarga maupun orang lain. Biasanya lansia potensial tidak bertempat di panti
jompo melainkan dirumah sendiri, namun berbeda dengan lansia tidak potensial ia
membutuhkan bantuan keluarga atau orang lain maka biasanya ia akan tinggal
dengan salah satu anaknya atau ia bertinggal di panti jompo jika sudah tidak
memiliki sanak saudara.
Di indonesia memasukkan lansia ke panti jompo adalah hal yang tabu, namun
diluar negeri hal tersebut sudah dilakukan dan ada tanggung jawab dan perhatian
dari keluarga setiap saat. Panti jompo di indonesia kebanyakkan dihuni oleh lansia
yang dibuang keluarganya atau diterlantarkan, karena beranggapan lansia hanya
akan merepotkan kehidupan sehari hari. Sebagai contoh banyak lansia yang
turun dijalan untuk mengemis dan saat ditanya rata rata menjawab telah
ditinggal oleh keluarga atau bahkan dibuang sendiri oleh keluarganya. Seharusnya
pemerintah ada proteksi yang baik terhadap lansia agar bisa hidup dengan baik
dan nyaman.
Seperti yang sudah diungkapkan diatas bahwa UU yang terkait dengan lansia
yakni No. 13 Tahun 1998 dan bahkan UU ini sudah sangat lama dibuat pada
jaman orde baru. Undang undang yang ada sudah seharusnya dirubah dan jauh
lebih diperhaikan unsur apa saja yang menjadi kebutuhan lansia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Undang undang tentang lansia No. 13 tahun 1998, PP dan keputusan
presiden
2. Pengaplikasian kebijakan kesejahteraan bagi lansia di indonesia

C. TUJUAN
Bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana kesejahteraan bagi
lansia di Indonesia dan jaminan sosial lansia.

BAB II

PEMBAHASAN
1. BAB I Pasal l
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman
lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga. Serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi
manusia sesuai dengan Pancasila.
2. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas.
3. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau Jasa.
4. Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
schingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
5. Masyarakat adalah perorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial dan atau
organisasi kemasyarakatan.
6. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya beserta kakek dan/atau nenek.
7. Perlindungan Sosial adalah upaya Pemerintah dan/atau masyarakat untuk
memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat
mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
8. Bantuan Sosial adalah upaya pemberian bantuan yang bersifat tidak tetap agar
lanjut usia potensial dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.
9. Pemeliharaan Taraf Kesejahteraan Sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan
yang bersifat terus-menerus agar lanjut usiadapat rnewujudkan dan menikmati taraf
hidup yang wajar.
10. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
11. Pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental
spiritual. sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar para lanjut usia siap
didayagunakan sesuai dengan kemampuan masing-masing.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya


Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia. Upaya peningkatan kesejahteraan
sosial bagi lanjut usia, meliputi :
1. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalah pembangunan
sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.
2. Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya penyembuhan
(kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.
3. Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan
perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
4. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan
administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk
seumur hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik
pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan,
akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat rekreasi,
penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu
wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia.Selain itu juga diatur dalam
penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada bangunan umum, jalan umum,
pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum. Ketentuan mengenai
pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih lanjut oleh
Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut


Usia.
1. Keanggotaan Komisi Lanjut Usia terdiri dari unsur pemerintah dan
masyarakat yang berjumlah paling banyak 25 orang.
2. Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab di
bidang kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga
berencana, ketenagakerjaan, pendidikan nasional, agama, permukiman dan
prasarana wilayah, pemberdayaan perempuan, kebudayaan dan pariwisata,
perhubungan, pemerintahan dalam negeri. Unsur masyarakat adalah
merupakan wakil dari organisasi masyarakat yang bergerak di bidang
kesejahteraan sosial lanjut usia, perguruan tinggi, dan dunia usaha.
3. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Komisi
Provinsi/Kabupaten/Kota Lanjut Usia.
4. Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia ditetapkan oleh Gubernur pada
tingkat provinsi, dan oleh Bupati/Walikota pada tingkat kabupaten/kota.

3 Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi


Nasionaln Lanjut Usia
a. pengangkatan anggota komisi nasional lansia oleh presiden.
b. Pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh Menteri Sosial.
Dalam isi berbagai peraturan perlindungan bagi lansia diatas tidak di jelaskan jaminan
seperti apa yang konkret agar permasalahan lansia di Indonesia terselesaikan. Fakta yang ada
saat ini lansia masih belum menjadi isu utama dalam upaya penyelesaian. Dari adanya
undang undang diatas seharusnya ada yang dilaksanakan dan juga direvisi agar masalah
lansia teratasi. Pemerintah membuat kebijakan perlindungan bagi lansia dengan program
jaminan hari tua, namun jaminan tersebut hanya bisa diikuti oleh lansia yang berstatus
mantan PNS. Dalam butir diatas disebutkan bahwa ada lansia potensonal dan tidak
potensiaonal. Namun pada nyatanya lansia potensional maupun tidak tetap belum ada
perlindungan yang tegas dan bisa mengcover segala kebutuhan lansia. Lansia sama halnya
dengan permasalahan anak anak maupun remaja yang harus diperhatikan dan ditangani
dengan cara yang berbeda. Jika lansia diberdayakan dengan cara meningkatkan kemampuan
fisik apakah akan mudah dalam pelaksanaan. Hal tersebut juga harus diperhatikan juga
asperk jaminan lainnya, seperti jaminan kesehatan yang memadai dan juga akses yang mudah
bagi lansia memperolehnya. Dari segi mental dan spiritual seorang lansia sudah terlatih saat
masih muda dan saat usia tua hanya tinggal bagaimana memberikan ketenangan jiwa yang
baik dalam diri lansia agar tidak terlalu khawatir dengan permasalahan yang ada disekitar.
Keterampilan bagi lansia juga harus diperhatikan karena tidak semua lansia dapat mengikuti
kegiatan keterampilan yang ada karena menyesuaikan kemampuan fisik lansia tersebut.
Kasus lansia yang diterlantarkan oleh keluarga kebanyakan karena faktor ekonomi. Dalam isi
pasal juga dijelaskan bahwa keluarga unit terkecil dalam masyarakat yang salah satunya
terdiri dari nenek dan kakek. Jika dalam butir pasal tersebut dijelaskan bahwa demikian maka
keluarga lain juga bertanggungt jawab satu sama lainnya untuik menjaga. Sebernarnya
permasalahan di Indonesia saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya. keluarga
bisa menjadi tempat yang tidak nyaman bagi lansia jika dalam keluarga tersebut tidak ada
keharmonisan, perhatian, dukungan serta lainnya yang menjadi sumber kebahagiaan lansia.
Ada lansia yang dengan spontan ingin dikirim atau ditempatkan dipanti jompo karena
berbagai alasan, dengan tujuan agar bertemu teman seusia dan bisa berbagi pengalaman.
Komisi nasional lansia dibentuk sebagai wujud utama perlindungan bagi lansia diseluruh
indonesia, seharusnya bisa menjadi penyelesai masalah lansia yang ada. Saat ini juga marak
kasus plecehan seksual kepada lansia, pemerintah sudah meluncurkan layanan pengaduan
bagi lansia. Namun pengaduan tersebut dirasakan tidak efektif karena tidak semua lansia
mengerti akan hal tersebut. Pelayanan kesehatan bagi lansia juga belum maksimal karena
sering kali ada kasus lansia yang diusir dari RS karena tidak mampu membayar administrasi.
Dalam PP sudah disebutkan bahwa pelayanan kesehatan bagi penyembuhan maka semua
lansia berhak mendapatkan haknya untuk berobat. Fasiltas umum yang ada di indonesia
masih belum aman atau berstandart bagi seluruh masyarakat mulai muda hingga tua. Salah
satu contoh trotoar jalan yang srering kali dilanggar bagi pengguna kendaraan yang akhirnya
menyebabkan pengguna jalan harus mengalah.
Seharusnya dengan adanya berbagai peraturan bisa menjadi pegangan erat untuk
menagani dan menyelesaikan masalah. Dalam hal ini bukan lansia yang salah namun
bagaimana peraturan yang ada bisa berjalan dengan baik dan dilaksanakan dengan baik pula
oleh para pemimpinnya. Di bawah ini tentang berita lansia terlantar

Banyak Terlantar, Lansia Depresi di DIY Diprediksi Naik


REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Depresi pada lanjut usia (lansia) di DIY
kemungkinan besar akan meningkat. Apalagi usia harapan hidup di DIY tertinggi
di Indonesia. Kondisi itu diperparah dengan kasus lansia terlantar yang juga
cenderung meningkat.
Hal itu dikemukakan Psikiater RSUP Dr Sardjito/Fakultas Kedokteran UGM dr
Mahar Agusno, SpKJ (K) kepada Republika, di sela-sela acara Konferensi Nasional
I Excellent Psychiatry yang diselenggarakan Seksi Psikiatri Konsultasi Liaison
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia dan bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran UGM, Jumat (8/3).
Dia mengatakan sekarang sistem keluarga umumnya sudah terjadi perubahan
yakni dari keluarga besar bergeser ke keluarga inti. Dengan hanya adanya
keluarga inti, maka apabila anak-anak sudah bekerja dan menikah, seringkali
anak merantau dan meninggalkan orangtua.
Situasi yang terjadi anak tidak mengurusi orangtua. Alhasil orangtua yang sudah
menjadi lansia tetap di rumah dan sering terlantar. Mahar menambahkan, orang
yang terlantar itu risiko menjadi depresi tinggi.
''Secara umum dari buku yang saya pelajari depresi pada lansia meningkat.
Bahkan mendekati tahun 2020 depresi akan cenderung meningkat," ujarnya.
Ia menambahkan depresi menyebabkan beban kehidupan terasa lebih berat,
berisiko lebih banyak dan menurunkan kualitas hidup. ''Seringkali memicu
pemikiran utnuk mengakhiri hidup/bunuh diri, sehingga perlu ditangani sebaik-
baiknya,''kata dia.
Depresi pada lansia itu lebih tinggi dari usia dewasa, karena lansia seringkali
merasa seperti sendiri. Angka di dunia jumlah lansia yang mengalami depresi
ada kecenderungan mendekati 20 persen. ''Kalau jumlah lansia banyak, tentu
jumlah lansia yang menderita depresi juga semakin banyak.
Untuk mencegah terjadinya depresi pada lansia, perlu ada kegiatan yang
komprehensif untuk lansia, seperti halnya kegiatan Posyandu Lansia.
''Kalau bisa dalam kegiatan posyandu lansia ini para lansia dikumpulkan agar
mereka saling berbagi dan melakukan kegiatan bersama . Dengan sistem
pertemu dan saling sharing hal ini bisa mencegah depresi dan kesepian pada
lansia,''ungkap Mahar.
Sebagaimana diberitakan beberapa waktu lalu, jumlah lanjut usia (Lansia) di DIY
yang terlantar terus meningkat. Tahun 2011 mencapai 30.953 jiwa dan tahun
2012 mencapai 37.199 jiwa.
( http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/03/08/mjcgya-banyak-terlantar-lansia-
depresi-di-diy-diprediksi-naik ).
Pemicu awal dari masalah diatas karena sistem keluarga yang sudah berubah pada
jaman ini. Banyak keluarga yang meningglakan lansia ataupun sibuk dengan pekerjaannya
menjadikan tidak ada waktu bagi lansia menikmati masa tua bersama keluarga. Seperti yang
sudah ditulis diatas bahwa permasalahan yang ada di indonesia ini saling berkaitan dan
mempengaruhi, salah satunya permasalahan lansia. Negara sudah membuat sebuah komnas
lansia namun apakah komnas tersebut berjalan dengan baik. jika berjalan dengan baik dan
sesuai aturan maka permasalahan lansia diberbagai daerah bisa teratasi. Komnas lansia tidak
harus bekerja sendiri karena bisa bekerjasama dengan dinas terkait, seperti halnya dinsos.
Namun sering kali dinsos hanya melakukan tindakan atau penanganan yang seadanya tidak
mencari permasalahan sampai pada akarnya.
Saat ini pengaplikasiaan kebiajakan lansia di Indonesia masih kurang dirasakan,
karena melihat berbagai permasalahan dan fakta yang ada dilapangan banyak lansia yang
tidak terlindungi. Karena apa yang sudah dilaksanakan oleh negara dengan membentuk
komnas lansia belum terasa ada perubahan, bahkan bisa saja masyarakat umum tidak
mengetahui adanya komnas lansia ini. Jika hal ini terjadi maka pemerintah salah dalam
mengambil keputusan, karena selama ini rencana pembangunan nasional dan juga
pengaplikasian dari peraturan yang dibuat tidak ada sumbangsih dari masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A. SARAN
Saran ini tidak ditujukan kepada satu pihak namun ke berbagai pihak termasuk
masyarakat. Pemerintah sebagai pengendali negara hendaknya menjadi pengarah dan
penegak dalam masyarakat untuk mematuhi peraturan. Pemerintah juga harus lebih jeli
melihat permasalahan lansia yang ada. Merencanakan suatu perubahan dengan
melibatkan masyarakat agar masyarkat dapat mengaplikaskan dengan baik pula. Harus
ada tindakan yang tegas pada keluarga yang telah berbuat buruk pada lansia, karena dari
kelurga lah bisa tercipta individu yang baik atau buruk. Hendaknya dalam menyelesaikan
permasalahan dilihat dari berbagai aspek dan juga hambatan apa saja yang akan dialami.
Meliabtakan berbagai profesi yang terkait dengan permasalahan sosial dan juga masalah
di lansia agar penyelesaian dapat berjalan dengan baik, dan juga UU yang ada hendaknya
segera direvisi ulang karena sudah lama dan tidak sesuai dengan konteks yang ada saat
ini.

B. KESIMPULAN
Lansia adalah manusia yang harus dilindungi sama halnya dengan yang lannya ( para
kaum muda ). Peraturan yang ada hendaknya menjadi tameng untuk melindungi lansia
dari berbagai masalah. Keluarga adalah unit dalam masyarakat yang menjadi perlarian
awal bagi sesorang untuk berlindung, termasuk lansia

DAFTAR PUSTAKA
Indriana, Yeniar. 2012. Gerontologi & progeria. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
https://sepanjangjk.wordpress.com/2011/05/27/lanjut-usia-peraturan-perundang-
undangan/
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50b5c4b780530/uu-kesejahteraan-
lansia-perlu-direvisi

Anda mungkin juga menyukai